Menaburkan Benih Kebenaran Dimana-mana
1 Artikel pelajaran Menara Pengawal terbitan 1 Juli 2000, mengingatkan kita agar terus mempertahankan pandangan yg sepatutnya thd dinas pengabaran. Tidak membiarkan pandangan atau sikap kita dipengaruhi oleh pandangan orang-orang di daerah kita. Krn situasi dunia yg tidak menentu sekarang, banyak orang yg semakin masa bodoh thd hal-hal rohani dan tidak senang dng percakapan yg menyangkut agama. Namun spt Pengkhotbah 11:6 mengingatkan, kita tidak tahu yg mana dari benih yg kita tabur yg akan membuahkan hasil. Ladang kita cukup luas utk ditaburi, terdiri dari berbagai macam orang dng beragam kepercayaan.
2 Manfaatkan Publikasi Kita yg Beragam. Menara Pengawal 1 Juli 2000, hlm. 16 par. 11 mengatakan, ”Memberitakan kabar baik melibatkan banyak hal. Salah satu bantuan penting dlm melakukan pekerjaan ini adalah bahan-bahan tercetak yg berdasarkan Alkitab. . . .” Kita perlu memiliki persediaan lektur yg bervariasi, risalah, majalah dan buku kecil. Krn yg kita jumpai pd umumnya orang-orang non-Kristen, hendaknya bawalah selalu buku kecil Lihatlah!, risalah-risalah yg bertema umum, spt Dunia Baru (T-15-IN) atau terbitan Sedarlah! yg cocok. Kita juga perlu membawa buku-buku utk diperkenalkan bila bertemu dng seseorang yg sungguh-sungguh berminat dan haus akan kebenaran. Dng adanya penyelenggaraan sumbangan, hendaknya tidak mengurangi sikap positif kita utk memperkenalkan publikasi bila keadaan memungkinkan, krn spt diperlihatkan oleh pengalaman, sering kali ada orang-orang yg menerima kebenaran dari bacaan yg ditempatkan.
3 Berhati-hati thd Apa yg Kita Ucapkan. Kita harus berhati-hati agar tidak menyamaratakan segala macam orang, bahwa semua mempunyai pandangan atau sikap yg sama. Ada orang yg sangat peka thd perbedaan agama atau curiga thd upaya mengubah agama mereka. Khususnya kita perlu lebih berhati-hati thd orang-orang non-Kristen. Kita perlu menghargai keyakinan atau kepercayaan orang yg kita jumpai dan mencoba memahami pandangan mereka. (Kis. 10:24-35) Adalah pengasih dan bijaksana bila kita berupaya memahami pandangan penghuni rumah terlebih dahulu dp kita langsung membahas suatu tema Alkitab. (Kis. 24:16) Kita dapat melakukan hal ini dng cara berbincang-bincang secara umum. Berupaya membubuh dasar pengertian bersama, spt tt problem yg dihadapi semua orang: kesulitan ekonomi, kejahatan, narkoba, dsb. Juga, bahwa kita beribadat kpd Allah Yang Maha Esa dan berharap akan campur tangan Ilahi utk mengakhiri problem manusia. Bila kemudian ada tanggapan positif dan penghuni rumah menunjukkan minat barulah kita berbicara lebih lanjut tt tujuan kita berkunjung. Gunakan daya pengamatan, apakah lebih bijaksana bila hanya menggunakan Alkitab atau dapat memperkenalkan publikasi. Hindari segala bentuk perdebatan. Bila ragu-ragu, yg paling bijaksana adalah sekadar berkenalan, mungkin memberikan sebuah risalah (bila penghuni rumah mau menerimanya) dan berjanji utk singgah lagi di lain waktu. Bila penghuni rumah tetap menolak, pamitlah dlm suasana damai dan tinggalkan kesan yg baik, dng harapan mungkin lain waktu situasinya akan berubah dan dia akan lebih menyambut bila penyiar lain berkunjung.
4 Pertimbangkanlah pilihan kata-kata kita. Bila kita langsung memperkenalkan diri sbg penginjil, mungkin penghuni rumah langsung menganggap kita sama dng Susunan Kristen dan lebih cenderung menolak. Sebaiknya, pikirkanlah pendekatan yg bervariasi, spt ”tetangga yg sedang berkunjung” yg ingin mendengar atau bertukar pikiran tt pengalaman keluarga lain dlm mengatasi problem-problem, mendidik anak, cara membina keluarga yg bahagia, dll. atau ”ingin memajukan pemahaman rohani bersama” dsb. Kadang-kadang lebih bijaksana menggunakan istilah ”kitab nabi-nabi” atau ”tulisan kudus” dp menggunakan istilah Alkitab.
5 Orang yg bersifat domba akan menyambut pendekatan yg baik dan persembahan kebenaran yg jelas. Hasilnya kita serahkan kpd Yehuwa krn Dia-lah yg akan menumbuhkan benih-benih yg ditabur.—1 Kor. 3:6-9.
Artikel Setempat