PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g86_No17 hlm. 13-15
  • Bagaimana Dunia Ini Kecanduan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bagaimana Dunia Ini Kecanduan
  • Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Perang-Perang yang Mengobarkan Permintaan Itu
  • Kecanduan!
  • Kebiasaan Itu Menyingkirkan Perlawanan
    Sedarlah!—1986 (No. 17)
  • Mengapa Berhenti Merokok?
    Sedarlah!—2000
  • Para Pembela Tembakau Meluncurkan Balon Omong Kosong Mereka
    Sedarlah!—1995
  • Perusahaan Tembakau Terjerat dalam Badai Berapi
    Sedarlah!—1996
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1986 (No. 17)
g86_No17 hlm. 13-15

Bagaimana Dunia Ini Kecanduan

SENATOR Amerika itu mengisap dua bungkus rokok setiap hari. ”Saya tahu ini akan memperpendek umur saya . . . Hal itu mungkin akan membunuh saya,” katanya kepada rekan-rekannya dalam suatu perdebatan untuk mempertahankan harga tembakau bagi petani-petani. ”Saya benar-benar menyesali hari ketika saya mulai kecanduan dan tenggelam dalam kekusutan yang mengerikan ini.”

Bukan senator ini saja yang menyesal. Diperkirakan, 90 persen dari perokok-perokok di negerinya telah mencoba untuk berhenti ataupun ingin berhenti. Dan pada tahun 1983 saja, dua juta perokok Jepang benar-benar berhenti. Seorang yang berwenang mengatakan, ”Hampir semua orang yang mempunyai kebiasaan merokok nampaknya menyesal bahwa mereka pernah mulai merokok, dan memperingatkan keturunan mereka agar tidak mengikuti contoh ini.”

Tetapi bagaimana semua perokok yang menyesal ini dapat diperbudak sedemikian rupa? Satu alasan ialah, seperti dikatakan peneliti Robert Sobel mengenai dunia ini, ”tidak soal kebaikan atau keburukan apapun yang mungkin ditimbulkannya, kita sebagai suatu peradaban telah dikawinkan dengan pipa-pipa kertas yang berisi sejumlah kecil butir-butir daun”. Salah satu dari keenam industri rokok raksasa mempunyai seperempat juta karyawan. Tiap tahun penjualannya di 78 negeri di enam benua berjumlah $10 milyar (A.S.). Bagaimana kebiasaan yang secara luas tidak diinginkan itu dapat menciptakan permintaan yang menuntut industri-industri raksasa untuk memenuhi kebiasaan itu?

Sebenarnya, kisah mengenai rokok mungkin adalah salah satu kejutan terbesar dalam seratus tahun terakhir. Yang telah menciptakan permintaan yang luar biasa besarnya untuk apa yang disebut abad rokok ini ialah dua peperangan pada abad ke-19. Sebuah industri yang baru lahir, iklan, telah mengipasi bara-bara apinya. Dan suatu tembakau baru yang mengherankan—kuning cerah, lebih lembut, dan berbeda secara kimiawi—telah membuat para perokok berani menghirup asapnya. Perubahan yang penting itu dalam kebiasaan merokok, yaitu menghirup melalui mulut, telah memastikan bahwa kebanyakan perokok akan tetap kecanduan selama sisa hidup mereka.

Perang-Perang yang Mengobarkan Permintaan Itu

Merokok tetap merupakan suatu hal yang luar biasa mewah sampai tahun 1856, ketika rokok mendapat pasaran massalnya yang pertama. Itu adalah pada waktu prajurit-prajurit Inggris dan Prancis kembali dari Perang Krim dengan ”cerutu-cerutu kertas” dan suatu kebiasaan yang mereka dapatkan dari sana. Mode merokok melanda Eropa, menciptakan permintaan yang tidak terduga untuk rokok-rokok Turki atau tiruan Inggrisnya.

”Mode Krim” membuat rokok menjadi pengganti yang murah dari pipa atau cerutu pada masa perang. Tetapi mode itu berlalu. Selanjutnya, seperti dikatakan Robert Sobel, ”pada awal tahun 1860-an, nampaknya pria-pria Amerika golongan menengah—pasaran utama untuk asap—sama sekali tidak akan mau mengisap rokok”. Asap rokok yang mula-mula ini tidak menggiurkan seperti asap rokok modern. Sama seperti asap cerutu, sifatnya agak alkalis, dan perokok-perokok menahannya dalam mulut mereka. Tidak menyenangkan untuk menghirup dan menelannya seperti yang biasa dilakukan para perokok dewasa ini. Tiba waktunya perkembangan berikut yang mengejutkan.

Perang Saudara Amerika (1861-65) memperkenalkan asap yang membuat orang lebih kecanduan, dengan cara yang disebut oleh ahli tembakau Jerome E. Brooks ”daya ledakan”. Sekali lagi, perang membawa rokok yang murah ini kepada para prajurit—mula-mula prajurit-prajurit Confederate (Selatan), kemudian Union (Utara). Tetapi kali ini bukan suatu mode sepintas lalu.

Rokok-rokok ini menggunakan tembakau Amerika, dan ada sesuatu yang berbeda. Orang-orang Amerika yang menanamnya menggunakan bibit-bibit tembakau baru yang dapat tumbuh dengan baik di tanah mereka yang miskin nitrogen. Mereka juga menemukan, dengan kebetulan di sebuah ladang di Carolina Utara, proses pengawetan yang membuat daun mereka menjadi kuning cerah, lembut, dan manis. Pada tahun 1860 Biro Sensus A.S. menyebutnya ”salah satu perkembangan yang paling abnormal dalam pertanian yang pernah diketahui dunia”. Setelah mengisap beberapa batang rokok dengan tembakau baru ini, para perokok pemula akan merasakan suatu desakan yang kuat untuk menyulut lagi.

Kecanduan!

Tidak disadari pada waktu itu, pasaran yang kecil namun terus berkembang tanpa dapat dibendung ini telah secara fisik bergantung, dan terikat, pada suatu zat yang bersifat sangat mencandu. ”Orang yang secara iseng mengisap lebih dari dua atau tiga batang rokok pada masa remaja” hampir pasti akan menjadi ”perokok tetap yang sangat bergantung kepadanya”, kata peneliti masalah kecanduan Dr. Michael A. H. Russell. ”Tidak seperti remaja yang mengisap heroin satu atau dua kali seminggu pada permulaan, seorang perokok remaja mengalami kira-kira dua ratus rangsangan nikotin secara berturut-turut pada saat ia menghabiskan satu bungkus rokoknya yang pertama.”

Ya, rahasianya ialah menghirup. Nampaknya nikotin, akan menembus dan mengganggu selaput lendir hanya di bawah keadaan alkalis saja. Karena asap rokok agak asam, inilah satu-satunya asap tembakau yang cukup lembut dalam mulut dan kerongkongan untuk dihirup secara rutin. Tetapi dalam paru-paru asam itu akan dinetralisir, dan nikotin akan melimpah dengan bebas ke dalam aliran darah. Dalam tujuh detik saja darah yang penuh dengan nikotin akan sampai pada otak, sehingga tiap isapan hampir dengan seketika akan memberikan suatu rangsangan. Kaum remaja yang mengisap lebih dari satu batang rokok, menurut laporan sebuah penelitian dari pemerintah Inggris, kemungkinan untuk tetap tidak menjadi perokok 15 persen saja.

Jadi, dalam dasawarsa yang sama dengan pecahnya Perang Krim, industri rokok telah membiakkan suatu kebiasaan baru yang kuat sekali. Dalam waktu 20 tahun para pedagang tembakau berhasil melonjak menggunakan iklan surat kabar yang menarik dan pernyataan-pernyataan pujian dalam menarik langganan-langganan baru. Sebuah mesin yang mendapat hak paten pada tahun 1880 memproduksi rokok secara massal dan mempertahankan harganya rendah, sementara itu gambar-gambar para pahlawan sport dan wanita-wanita tersenyum menjual citra rokok kepada masyarakat pria. Namun apa yang membuat mereka selalu menginginkan lebih banyak lagi? Ketergantungan kepada nikotin! Seperti dikatakan seorang penulis bidang kesehatan William Bennet, M.D., ”Mekanisasi, iklan yang cerdik dan teknik-teknik pemasaran memang memberikan andil, tetapi [tanpa nikotin] mereka tidak mungkin dapat menjual banyak daun-daun kering.”

Menjelang tahun 1900 rokok modern, yang waktu itu sudah bersifat internasional, siap memperkuat cengkeramannya pada masyarakat dunia.

[Blurb di hlm. 15]

Seorang perokok pemula mengalami 200 ”rangsangan” nikotin hanya dari satu bungkus rokoknya yang pertama

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan