PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g87_No23 hlm. 3
  • Mengapa Kemalangan Menimpa Orang Baik?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Kemalangan Menimpa Orang Baik?
  • Sedarlah!—1987 (No. 23)
  • Bahan Terkait
  • Bagaimana Beberapa Orang Menjelaskan Mengapa Allah Mengijinkan Kejahatan
    Sedarlah!—1987 (No. 23)
  • Belum Terlambat Melayani Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2010
  • Berbagai Peristiwa Penting dalam Pelayanan Saya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2014
  • Persaudaraan yang Kompak Tak Tergoyahkan Gempa
    Sedarlah!—2001
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1987 (No. 23)
g87_No23 hlm. 3

Mengapa Kemalangan Menimpa Orang Baik?

Di kaki gunung berapi San Salvador di El Salvador terletak kota San Ramon. Pada pagi hari tanggal 19 September 1982, kota itu tertimpa tiga gelombang lumpur raksasa. Tercampur oleh hujan yang amat lebat, gelombang lumpur pertama hampir dua tingkat tingginya dan membawa batu-batu besar dan batang-batang pohon. Membentuk suatu jurang yang dalamnya 49 meter dan lebarnya 76 meter, gelombang lumpur itu menggelinding ke bawah sisi gunung berapi, meluncur semakin cepat dan bertambah besar ukurannya. Sampai di bawah, gelombang itu menghantam rumah-rumah bata yang menghalangi jalannya.

Rumah Anna hancur dalam sekejap di bawah gelombang lumpur yang tak pernah reda. Putri-putrinya memegang Anna dan menjerit, ”Berdoalah untuk kami!” Kemudian lumpur menelan mereka . . .

Tapi, secara kebetulan sebuah atap genting tersangkut di depan muka Anna, memberikan dia ruang untuk bernafas. ”Saya terus berteriak minta bantuan,” katanya. Kira-kira empat jam kemudian, tetangga mendengar teriakannya dan mulai melepaskan dia. Ia ditemukan terkubur dalam lumpur sampai batas ketiaknya, dengan tubuh putri-putrinya menindih dia dalam lumpur yang mencekik.

PENDUDUK San Ramón adalah orang-orang yang rendah hati dan ramah. Di antara orang-orang yang mati ada sejumlah orang Kristen yang berbakti, termasuk sepasang pengantin baru, Miguel dan Cecilia, dan satu keluarga terdiri dari lima orang yang tubuhnya ditemukan terpiting dalam pelukan.

Bagaimanapun juga, malapetaka tidak membedakan antara orang baik dan orang jahat, suatu kenyataan yang sulit diterima banyak orang yang percaya kepada Allah yang pengasih. ’Allah macam apa,’ tanya mereka, ’yang membiarkan pemusnahan yang tidak perlu terjadi? Atau, bagaimana Tuhan yang mahakuasa dapat melihat orang-orang tua tidak memiliki tempat berteduh, keluarga-keluarga yang bekerja keras kehilangan uang tabungan mereka, pria dan wanita muda dalam masa yang terbaik tertimpa penyakit-penyakit yang mematikan—dan tidak berbuat apa-apa?’

Harold S. Kushner, seorang pendeta Yahudi, mengajukan pertanyaan-pertanyaan demikian sewaktu ia mengetahui bahwa putranya akan mati karena penyakit yang langka. Ketidakadilan yang menyusahkan ini membingungkan Kushner. ”Saya selama ini berbuat baik,” katanya sambil mengingat-ingat. ”Saya telah berusaha melakukan apa yang benar dalam pandangan Allah. . . . Saya yakin bahwa saya mengikuti cara-cara Allah dan melakukan pekerjaanNya. Bagaimana hal ini dapat terjadi atas keluarga saya?” Dalam pencahariannya untuk memperoleh jawaban, muncul bukunya yang terkenal When Bad Things Happen to Good People (Apabila Kemalangan Menimpa Orang-Orang Baik).

Kushner hanya salah seorang dari banyak ahli teologia yang telah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa Allah mengijinkan kejahatan. Sebenarnya, manusia telah menaruh Allah dalam pengadilan. Keputusan apa yang telah dicapai oleh Kushner dan para ahli teologi lain? Apakah keputusan mereka adil?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan