PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 1/91 hlm. 4-7
  • Suatu Dunia yang Lepas Kendali

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Suatu Dunia yang Lepas Kendali
  • Sedarlah!—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pengaruh-Pengaruh yang Merusak
  • Alat untuk Melawan Kecenderungan Itu
  • Mengikuti Teladan-Teladan Baik
  • ”Saya Mau Sekarang!” Zaman Pemuasan Seketika
    Sedarlah!—1991
  • Apakah Alkitab Melarang Kenikmatan Seksual?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Ke Mana Perginya Kesabaran?
    Sedarlah!—2012
  • Suatu Dunia yang Bebas dari Kejahatan Segera Tiba!
    Sedarlah!—1998
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 1/91 hlm. 4-7

Suatu Dunia yang Lepas Kendali

Ketidaksabaran manusia mengejar pemuasan seketika telah membuat ia kehilangan kendali. Pertimbangkanlah beberapa contoh saja,

Ekologi: Manusia merusak lingkungan. Dalam jangka panjang, akibat-akibatnya menjanjikan bencana; tetapi dalam jangka pendek, menjarah sumber-sumber alam bumi dan tidak berbuat apa-apa untuk membatasi polusi berarti uang baik bagi pengusaha maupun negara. Maka, penjarahan terus berlangsung, meskipun banyak protes dari kaum pencinta lingkungan.

Ekonomi: Bangsa-bangsa di seluruh dunia meminjam uang semakin lebih banyak, menumpuk utang yang semakin menggunung demi kebutuhan ekonomi saat itu. Mereka tidak peduli akan peringatan-peringatan para ekonom—bahwa bunga atas semua utang itu belakangan dapat membengkak hingga menjadi beban yang tak sanggup dipikul atau bahwa suatu perekonomian dunia yang dilandasi atas utang sedunia sangat goyah dan dapat runtuh apabila negara-negara miskin gagal melunasi utang mereka.

Moral: Orang-orang yang menyalahgunakan alkohol, para penjudi, segala macam penjahat, pezinah—siapa yang dapat menyangkal bahwa barisan mereka semakin membesar dewasa ini? Mereka merupakan kelompok yang beragam dengan satu persamaan dasar, Mereka menginginkannya SEKARANG! Tidak soal apakah ”nya” itu adalah seks, uang, kekuasaan, atau hanya sekedar sensasi, banyak orang siap mengorbankan perkawinan, keluarga, hati nurani, kestabilan keuangan, kesehatan, nama baik, bahkan kehidupan, demi kesenangan yang berlalu dengan cepat.

Sungguh tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dunia dewasa ini telah lepas kendali, dikuasai oleh suatu keserakahan yang hampir bersifat kekanak-kanakan. Beberapa orang dengan tulus memerangi pandangan picik yang begitu umum di dunia. Tetapi yang jauh lebih kuat, dan jauh lebih meluas, adalah kekuatan-kekuatan yang merusak kebijaksanaan dan pengendalian diri dalam diri kita semua.

Pengaruh-Pengaruh yang Merusak

Manusia modern, terutama di negeri-negeri yang lebih maju secara industri, setiap hari dihujani dengan banjir propaganda melalui media. Baik melalui televisi, radio, film, majalah, atau surat kabar, pemuasan seketika dipromosikan secara ahli.

Iklan-iklan media massa berteriak agar Anda membeli, membeli, membeli—dan memasukkan permohonan kartu kredit agar Anda dapat membeli sekarang, sekarang, sekarang. Begitu banyak barang yang dapat diperoleh hanya dengan menelepon. ’Soal membayar urusan belakangan!’ iklan tersebut seolah-olah menenangkan. Hal-hal itu dirancang dengan keterampilan yang hampir-hampir bersifat gaib untuk memikat indera kita. Buka satu halaman dalam sebuah majalah, dan alunan parfum melanda Anda. Nyalakanlah radio, dan musik iklan bergerincing terus dalam pikiran Anda selama berhari-hari. Nyalakanlah TV, dan gambar-gambarnya yang gemerlapan membuat Anda terpaku. Diiringi gaya musik video, gambar-gambar silih berganti dengan cukup cepat untuk menangkap bahkan perhatian yang singkat.

Televisi tidak hanya mengiklankan pemuasan seketika. Ia memberikannya. Dengan sekedar menekan tombol, televisi memuaskan keinginan untuk mendapatkan hiburan. Sering kali ia memberikan hiburan dengan mempertunjukkan orang-orang lain sedang memuaskan keinginan mereka. Pria jagoan menggunakan kekerasan apabila lawan-lawannya ’pantas dihajar’. Anak yang terlalu cepat dewasa mempermalukan orang-tuanya dengan komentar-komentar ’pintar’ yang lancang. Seorang yang romantis pengejar kenikmatan menyerah begitu mudah kepada perbuatan zinah atau seks pranikah. TV hampir tidak pernah menjelekkan tokoh-tokoh ini karena kurangnya pengendalian diri mereka; ia membuat mereka tampak menarik, menyirami mereka dengan kemuliaan dramatis atau paduan suara tertawa tanda setuju yang telah direkam sebelumnya.

Demikian pula, sebuah artikel baru-baru ini dalam The Atlantic Monthly berkata bahwa film-film Hollywood dewasa ini merupakan ”pertunjukan yang telah dirancang dengan cermat untuk memberikan pemuasan pada setiap kesempatan”, dengan ”setiap film yang berulang-ulang meneriakkan, ’Anda dapat memperoleh semuanya!’” Tampaknya, tidak ada yang lebih memuaskan para penonton dewasa ini daripada kekerasan. Artikel itu menuduh bahwa film pada masa lalu ”menekan keinginan para penonton untuk ikut dalam perbuatan kekerasan”, namun ”sebaliknya, kekerasan pada layar dewasa ini digunakan terutama untuk mengundang penonton agar menikmati rasanya membunuh, memukul, merusak”. Sebenarnya, aksi dan kekerasan telah begitu menyempitkan cerita dan percakapan dalam film sehingga skenario film dewasa ini 25 persen lebih singkat dalam penulisannya dibandingkan dengan tahun 1940-an, meskipun filmnya sendiri sama panjangnya.

Agama-agama dunia berada dalam kedudukan ideal untuk membantu umat manusia ke luar dari ’keranjingan seketika’ yang salah arah ini. Akan tetapi, begitu banyak pemimpin agama tampaknya terbenam dalam upaya mereka sendiri untuk mendapatkan pemuasan seketika. Betapa sering kita membaca mereka mencari kekuasaan dan pengaruh di arena politik, atau membuat diri mereka disenangi oleh kawanan mereka yang cenderung serba bebas dengan mencairkan standar-standar moral, atau bahkan menggunakan Alkitab sebagai kedok kebenaran dan di baliknya mereka dengan munafik berbuat sesuka mereka? Sebaliknya daripada menyingkapkan apa sebenarnya pemuasan seketika itu—sebagian dari bujukan dosa—mereka telah bergabung dengan para ’pemimpin moral’ lainnya dalam mengencerkan konsep dosa, mengubah definisinya dengan ungkapan pelembut seperti ’kelemahan bawaan’ dan ’gaya hidup alternatif’.—Lihat kotak di halaman 8.

Alat untuk Melawan Kecenderungan Itu

Dengan suasana dunia seperti itu, bagaimana kita dapat melawannya? Bagaimana kita dapat membuat keputusan tanpa dipengaruhi secara merugikan oleh daya pikat pemuasan seketika? Jawabannya mungkin mengejutkan Anda, Alkitab dapat membantu. Bertentangan dengan apa yang banyak orang duga, Alkitab tidak melarang kesenangan. Ia tidak menganjurkan pertapaan atau penyangkalan diri yang kaku. Sebaliknya, Alkitab mengajar kita bagaimana agar hidup bahagia, dengan kesenangan pada tempatnya.

Alkitab menggambarkan sang Pencipta sebagai ”Allah yang . . . maha bahagia”, yang ”bersukacita karena perbuatan-perbuatanNya”. (1 Timotius 1:11; Mazmur 104:31) Sedangkan mengenai manusia, Pengkhotbah 3:1 berkata, ”Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Menurut ayat-ayat berikutnya,ayat-ayat berikutnya, itu termasuk waktu untuk tertawa, waktu untuk menari, waktu untuk memeluk, dan waktu untuk mengasihi. Amsal 5:18, 19 bahkan memuji indahnya kesenangan seksual antara pria dengan istrinya ketika ia mengatakan kepada suami-suami, ”Bersukacitalah dengan isteri masa mudamu.” Maka jelaslah, tidak semua pemuasan salah, demikian pula tidak semua jenis pemuasan harus ditunda tanpa pertimbangan. Akan tetapi, yang sering kurang, adalah pengendalian diri.—Galatia 5:22, 23.

Kita harus menempatkan kesenangan kita sendiri di tempatnya yang patut. Kita membutuhkan prioritas yang benar. Menyenangkan Allah harus jauh lebih diutamakan daripada kesenangan kita sendiri; hal itu harus menjadi prioritas pertama dalam kehidupan kita. Setelah itu kasih yang berprinsip kepada sesama kita. (Matius 6:33; 22:36-40) Jika kita benar-benar mengasihi Allah dan sesama, maka dengan senang hati kita akan menempatkan pemuasan diri kita sendiri setelah kedua prioritas ini.

Prioritas yang didasarkan Alkitab juga akan membantu kita untuk secara tegas menolak pemuasan bila perlu. Kita akan menolak pemabukan, perzinahan, seks pranikah, perjudian, ketamakan, penyalahgunaan narkotik, dan kekerasan. Dosa-dosa ini dengan caranya masing-masing memang menawarkan pemuasan, tetapi melawan Allah dan menyakiti sesama manusia. Hukum-hukum Allah yang melarang dosa-dosa ini merupakan tanda yang jelas akan kasih-Nya kepada kita, karena dalam jangka panjang, si pedosalah yang menderita kerugian paling besar akibat dosa. Kerugian itu dapat berupa penyakit, keluarga berantakan, atau kemiskinan. Dapat bersifat final seperti kematian, atau tragis berupa kehidupan yang dangkal dan tidak memuaskan.

Mengikuti Teladan-Teladan Baik

Allah ingin agar kita hidup bahagia dan produktif; Firman-Nya penuh dengan contoh pria dan wanita yang demikian. Dalam banyak hal iman dan kasih mereka kepada Allah menggerakkan mereka untuk menunda pemuasan bagi diri mereka sendiri. (Lihat Ibrani, pasal 11.) Musa adalah contoh baik yang terkenal. Dibesarkan sebagai putra bagi putri Firaun di Mesir kuno, di hadapannya terbentang kehidupan yang sarat dengan pemuasan diri. Kekuasaan, pengaruh, kekayaan, dan banyak kesempatan seksual yang pasti dapat diperolehnya bila ia tetap tinggal dalam rumah tangga Firaun. Sebaliknya, ia bergabung dengan bangsa Israel yang direndahkan dan diperbudak. Mengapa?

Ibrani 11:25 menjawab bahwa ia lebih suka ”menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa”. Musa melihat pemuasan seketika sebagai apa adanya. Seketika. Sementara. Cepat berlalu. Maka daripada memusatkan perhatian kepada apa yang membawa kesenangan sesaat baginya, ia berkonsentrasi mengejar masa depan yang bahagia. Seperti dikatakan Ibrani 11:26, ”Pandangannya ia arahkan kepada upah.” Upah itu nyata baginya, demikian pula sang Pemberi Upah. Ayat 27 berbunyi, ”Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.”

Beberapa orang mungkin menertawakan pilihan yang dibuat Musa. Beberapa mungkin mengatakan bahwa andaikan mereka Musa, mereka akan memilih kekayaan, kekuasaan dan ketenaran. Akan tetapi pertimbangkan, Andaikan Musa telah memilih haluan pemuasan seketika, apakah kita bahkan akan mengenal dia dewasa ini? Apakah nama Mesir-nya akan bertahan dalam tulisan Mesir kuno di atas suatu batu bergores yang retak di suatu museum, sekeping bukti sepele yang hanya diketahui oleh sedikit arkeolog? Atau, yang lebih mungkin, apakah ia akan terkubur dan dilupakan di bawah debu dan pasir selama 34 abad? Dan bagaimana dengan upahnya? Dapatkah Musa merasa yakin mendapatkan tempat dalam ingatan Yehuwa andaikan ia memilih haluan yang mudah untuk mencari kesenangan sendiri?

Dewasa ini, nama Musa menjadi sumber inspirasi bagi jutaan orang. Masa depannya pasti. Masa depan Anda dapat sama pastinya. Anda juga dapat menjadi sumber anjuran bagi orang lain. Apabila Anda membuat keputusan dalam kehidupan Anda, yang besar maupun kecil, jangan tertipu oleh propaganda dunia bahwa Anda harus mendapatkan apa yang Anda inginkan SEKARANG! Tanyalah diri sendiri, ’Apakah yang saya inginkan selaras dengan apa yang Pencipta saya inginkan bagi saya? Apakah dengan mengejar apa yang saya inginkan sekarang berarti tujuan rohani saya sudah tertinggal di belakang? Apakah saya dengan satu atau lain cara membahayakan upah saya? Contoh macam apa yang saya berikan kepada teman dan keluarga?’

Jangan memilih kepicikan dari dunia ini daripada kebijaksanaan dari hikmat Allah. Jangan menukar kebahagiaan jangka panjang dengan kesenangan jangka pendek, sesuatu yang kekal untuk sesuatu yang sementara. Lagi pula, Pencipta kita, menawarkan pemuasan dalam arti yang paling luas yang dapat dibayangkan. Seperti dikatakan Mazmur 145:16 mengenai Dia, ”Engkau yang membuka tanganMu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup.” Beberapa pemuasan ini bersifat langsung; yang lain membutuhkan waktu dan kesabaran. Kehidupan dalam dinas kepada Yehuwa, penuh dengan kesenangan—indahnya ciptaan, hangatnya persahabatan, sukacita pekerjaan yang mengandung tantangan dan upah, kepuasan karena mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup yang paling membingungkan. Lebih dari itu, sang Pencipta menawarkan bagi kita suatu kehidupan yang akan memberikan kepuasan selama-lamanya.—Yoh. 17:3.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan