PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 2/91 hlm. 24-26
  • Kami Jadikan India Tanah Air Kami

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Kami Jadikan India Tanah Air Kami
  • Sedarlah!—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Awal Kehidupan di Kanada
  • Menentukan Tujuan Hidup
  • Menjadikan India Tanah Air Kami
  • Mengetahui Apa yang Benar dan Melakukannya
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Bersukacita dalam Penuaian di India
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Utusan Injil Mendorong Ekspansi Seluas Dunia
    Saksi-Saksi Yehuwa—Pemberita Kerajaan Allah
  • Saya Ingin Seperti Putri Yefta
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 2/91 hlm. 24-26

Kami Jadikan India Tanah Air Kami

KAKAK saya Leona dan saya berupaya duduk seluwes mungkin di lantai. Dua helai daun pisang yang mengkilap diletakkan di lantai di depan kami, dengan sajian nasi yang masih mengepul dan beraneka ragam gulai, asinan dan permen. Kami, dua gadis yang baru berada di India kurang dari satu minggu diundang ke sebuah resepsi pernikahan.

Kami mengamati penduduk setempat dan mulai mengambil makanan dengan tangan kanan kami serta makan tanpa sendok garpu, seperti yang dilakukan orang-orang lain. Udara panas, lembab dan seraya kami duduk di bawah atap terpal tempat penerimaan tamu (pandal), makan gulai yang pedas, keringat bercucuran di wajah kami. Bubuk cabai membuat hidung kami berair. Kami pasti menjadi tontonan yang menarik! Tapi kami tidak pernah melupakan kejadian ini, sebagian dari masa perkenalan kami di India 38 tahun yang lalu.

Sejak saat itu kami mulai mengenal India dan kebanyakan penduduknya dengan baik, berupaya menjadikan negeri ini tanah air kami sendiri. Mengapa? Bukan sekedar karena semangat petualangan; lebih dari itu, kami punya tujuan khusus. Akan tetapi, pertama-tama, kami ingin menjelaskan bagaimana kami sampai di India dan apa yang membantu kami menyesuaikan diri.

Awal Kehidupan di Kanada

Kami dilahirkan dalam suatu masyarakat pertanian kecil di Humboldt, Saskatchewan, Kanada. Sewaktu Masa Depresi pada tahun 1930-an, ayah kami berkata bahwa kami harus keluar dari sekolah dan bekerja untuk meringankan beban. Kami menangis sejadi-jadinya. Kami bercita-cita untuk terus belajar sampai lulus sekolah menengah, tapi kebutuhan ekonomi harus didahulukan.

Selama perang dunia kedua, kakak saya Leona masuk Angkatan Udara Kanada, sementara saya tinggal di rumah dan bekerja. Saya secara teratur pergi ke gereja Katolik dan ikut paduan suara. Akan tetapi suatu hari kelompok Pentakosta datang, mereka memberikan Alkitab pada saya dan saya mulai membawanya ke acara paduan suara. Saya membacanya pada waktu kami tidak bernyanyi. Imam paroki diberi tahu mengenai hal ini dan ia datang ke rumah. Ia berkata bahwa saya membawa pengaruh yang buruk dan tidak boleh ikut paduan suara lagi. Sebenarnya, ia mengatakan bahwa saya seharusnya dikucilkan. Setelah itu saya tidak lagi ke gereja.

Sementara itu, Saksi-Saksi Yehuwa mengunjungi rumah kami dan meninggalkan bermacam-macam publikasi Alkitab. Akhirnya, saya mulai belajar dengan Saksi-Saksi. Ketika Leona mendapat cuti pulang ke rumah, saya menceritakan kepadanya apa yang telah saya pelajari. Ia ikut duduk sewaktu saya mendapat pengajaran Alkitab dan menyukai apa yang ia pelajari. Sewaktu kembali ke Ottawa, ia melanjutkan pelajarannya dengan Saksi-Saksi setempat sampai ia keluar dari dinas militer tahun 1945. Ia dan saya berada di antara 2.602 orang yang dibaptis pada tahun 1946 pada Kebaktian Teokratis Umat yang Riang dari Saksi-Saksi Yehuwa di Cleveland, Ohio.

Menentukan Tujuan Hidup

Pada tahun 1949 Leona dan saya pindah ke Calgary, Alberta, di mana kami bertemu dengan banyak rohaniwan sepenuh waktu, yang disebut perintis, yang menganjurkan kami untuk terjun dalam pelayanan perintis. Pada mulanya kami bimbang. Kami merasa perlu menabung sedikit dulu. Akan tetapi, pengawas keliling Saksi-Saksi Yehuwa di daerah itu meneguhkan kami, maka kami mulai dinas perintis tanpa tabungan sedikit pun. Kami menanggapi undangan untuk merintis di propinsi Quebec, tempat kegiatan Saksi-Saksi Yehuwa pada waktu itu dilarang.

Kami tidak punya uang untuk membeli tiket kereta api, maka Leona dan saya, bersama dua gadis lainnya, menumpang mobil melintasi Kanada ke Montreal, Quebec. Tidak lama kemudian kami mendapat kesempatan menghadiri wisuda lulusan Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal di Amerika Serikat. Kami sangat bersukacita melihat begitu banyak pria dan wanita muda bersedia menerima tugas sebagai misionaris di negeri asing. Saat itu juga kami memasukkan permohonan untuk mengikuti sekolah tersebut.

Kami tidak pernah membayangkan akan dipanggil, maka benar-benar suatu kejutan ketika kami diundang untuk mengikuti kelas ke-20, yang mulai pada musim gugur 1952. Kami segera diberi tahu bahwa penugasan kami adalah India, dan kami mulai menerima pelajaran awal bahasa Malayalam dari rekan sekelas berkebangsaan India. Tujuan kami ke India adalah untuk membantu sebanyak mungkin orang yang berhati jujur mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran Alkitab.

Menjadikan India Tanah Air Kami

Sesudah lulus pada tahun 1953, 13 dari kami berangkat dengan kapal. Memakan waktu sebulan untuk sampai di Bombay. Pemandangan kerumunan orang dan pengemis benar-benar mengejutkan kami, tetapi lambat laun kami terbiasa dengan situasi yang berbeda ini.

Dari Bombay kami pergi ke wilayah Kerala dengan kereta api. Tujuh dari kami ditugaskan di kota Trichur, yang pada waktu itu belum memiliki sidang Saksi-Saksi Yehuwa. Kami memperoleh rumah misionaris, tetapi tidak ada perabotan, jadi untuk sementara kami tidur di lantai dengan tikar. Kegiatan kami sehari-hari termasuk memasak air dari sumur untuk air minum yang aman dan memanaskan air untuk mandi. Semuanya ini, ditambah kegiatan memasak, dilakukan di atas satu kompor minyak tanah.

Kamar mandi terletak jauh dari rumah kami, di tempat yang dikenal banyak ular kobra dan jenis ular lainnya. Anda dapat bayangkan bagaimana perasaan kami, gadis-gadis. Juga, kami diperingatkan akan adanya ular hijau kurus yang kadang-kadang bergantungan di pohon, siap menggigit siapa saja yang tidak waspada yang lewat di bawahnya. Tentu, kami jarang ke tempat itu pada malam hari. Kalaupun kami keluar, kami menghentak-hentakkan kaki di tanah, membuat suara gaduh, dan menjauhi pepohonan. Ya, keadaannya betul-betul jauh berbeda. Namun kami tetap mengingat tujuan kami, sehingga kami mampu menyesuaikan diri pada waktunya. Kami tidak pernah berpikir untuk meninggalkan tugas karena kondisi yang terlalu sulit.

Pada hari pertama, kami memulai kegiatan penginjilan. Segera kami dikelilingi banyak orang. Rasa ingin tahu mereka begitu menciutkan hati kami sehingga kami bergegas pulang ke rumah misionaris yang aman. Akan tetapi, tidak lama kemudian, kami mulai menghargai minat mereka yang tulus terhadap orang lain.

Bahkan sebelum kami sempat memberikan persembahan dari Alkitab, mereka sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, Siapa orang-tua Anda? Mengapa Anda ada di sini? Berapa umur Anda? Siapa yang membayar Anda? Makanan apa yang Anda makan? Mengapa Anda tidak menikah? Tidakkah Anda ingin punya anak? Setelah mengetahui hal-hal tersebut tentang kami, umumnya mereka mau mendengarkan berita kami. Seraya kami mulai mengerti mereka lebih baik, kami merasa lebih senang di lingkungan kami yang baru ini.

Kerala adalah tempat yang sangat indah, hijau dengan banyak pohon kelapa dan jenis tanaman palem lainnya. Ada banyak tempat terbuka yang luas dan suasana benar-benar tenteram berjalan di pinggir sawah-sawah sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Sewaktu-waktu kami naik perahu menyusuri anak sungai untuk mencapai kampung-kampung. Suasananya sangat santai. Ya, orang-orang memang sibuk tetapi mereka menyediakan waktu untuk mendengarkan.

Para misionaris Susunan Kristen juga ada di wilayah kami, tetapi penduduk setempat segera mulai melihat perbedaan antara kami dengan mereka. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas sosial, tetapi sedikit sekali mengajarkan Alkitab. Berbeda dengan mereka, kami tidak tinggal di rumah yang besar dan pindah ke perumahan di bukit bila udara panas. Sebenarnya, para misionaris Susunan Kristen memberikan nama buruk kepada Susunan Kristen.

Kami berada di Kerala hampir delapan tahun dan kemudian dipindahkan ke Bombay, tempat kami masih melayani sampai sekarang. Tentu, pindah ke kota besar dengan penduduk yang padat menuntut penyesuaian juga. Namun penugasan ini membuat kami berhubungan dengan masyarakat India yang lebih bervariasi.

Sejak awal, kami dapat mengenal baik saudara dan saudari pribumi India. Mereka sangat ramah, selalu mengundang kami tinggal di rumah mereka. Rumah mereka umumnya sangat kecil, dan keleluasaan pribadi yang biasa kami nikmati tidak ada. Kami tidur di satu-satunya kamar yang ada—dengan sang kakek di sudut dan beberapa anak kecil di sekeliling kami di lantai. Akan tetapi, kasih yang mereka perlihatkan memungkinkan kami membuat penyesuaian.

Seraya tahun-tahun berlalu, kami belajar untuk tidak pernah menggunakan istilah ”rumah” untuk tempat asal kami. Sebaliknya, rumah atau tanah air kami adalah tempat di mana kami ditugaskan untuk melayani. Daripada menonjolkan perbedaan, kami telah belajar menjadi seperti orang-orang di sekitar kami dalam hal selera dan cara melakukan segala hal.

Baru-baru ini kami bepergian dari Bombay kembali ke tempat penugasan kami yang pertama di Kerala. Apakah ada perubahan? Nah, ketika kami pertama kali tiba dulu, ada kurang dari 300 Saksi di seluruh wilayah itu, tetapi kini lebih dari 4.000 menghadiri kebaktian distrik. Betapa senang melihat beberapa dari mereka yang pernah belajar Alkitab dengan kami 30 tahun yang lalu masih melayani Yehuwa dengan setia!

Kami telah meninggalkan banyak orang yang kami cintai di Kanada ketika kami memulai pelayanan sebagai misionaris pada tahun 1953. Namun benar apa yang Yesus katakan, kami segera memperoleh kembali banyak ayah, ibu dan saudara perempuan serta laki-laki. (Markus 10:28-30) Seraya kami membantu orang-orang berhati domba belajar kebenaran Firman Allah, kami juga diberkati dengan anak-anak rohani. Terus mengarahkan mata kami pada tujuan benar-benar telah mendatangkan banyak imbalan. Kini, tanpa rasa menyesal kami menoleh ke belakang dengan perasaan puas karena menjadikan India tanah air kami!—Seperti diceritakan oleh Tillie Lachmuth.

[Gambar di hlm. 24]

Sebuah kanal di Kerala

Membuat karet

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2026)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan