PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g 5/91 hlm. 19-22
  • Mereka Mengatakannya dengan Bunga di Expo Jepang ’90

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mereka Mengatakannya dengan Bunga di Expo Jepang ’90
  • Sedarlah!—1991
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Paviliun-Paviliun Berteknologi Tinggi
  • Bunga-Bunga Langka dan Pameran yang Unik
  • Peringatan mengenai Krisis Ekologi
  • Rumah bagaikan Taman Seluas Bumi—Bagaimana?
  • Meninjau Beberapa Kebun yang Terkenal
    Sedarlah!—1997
  • ”Hikmat di Alam”
    Sedarlah!—2007
  • ”Era Penemuan” dengan Akibat Apa?
    Sedarlah!—1992
  • Kecintaan Kita akan Kebun
    Sedarlah!—1997
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1991
g 5/91 hlm. 19-22

Mereka Mengatakannya dengan Bunga di Expo Jepang ’90

Dari koresponden Sedarlah! di Jepang

SEJAK Ekshibisi Besar tahun 1851 di London, pekan raya dunia selalu menonjolkan kemajuan industri dan teknologi. Akan tetapi, pada expo yang diadakan di Osaka, Jepang, selama bulan-bulan pada musim panas, adalah alam yang terutama ditonjolkan. Ini membalik kecenderungan umum sehingga justru bunga-bungaan serta tumbuh-tumbuhan hijau yang ditonjolkan.

Dengan menonjolkan tema ”Koeksistensi antara Alam dan Manusia”, taman-taman indah di lokasi yang disebut Expo Bunga membuktikan potensi manusia untuk hidup harmonis dengan alam. Pada waktu yang sama, peringatan mengenai krisis lingkungan hidup seluas dunia dikumandangkan.

Luas daerah 140 hektar dan dibagi menjadi empat bagian mengelilingi sebuah kolam yang berada di tengah yang dinamakan Laut Kehidupan. Di sebelah kanan pintu gerbang utama terdapat Wilayah Gunung, dengan bukit-bukitnya yang berombak-ombak. Wilayah Dataran terbentang di sebelah kiri. Di seberang Wilayah Dataran, jalan menuntun ke Wilayah Kota, tempat berbagai macam paviliun. Persimpangan Magis, sebuah taman hiburan, terletak di bagian paling ujung daerah lokasi expo.

Sewaktu kami berjalan santai melewati Wilayah Dataran, Wilayah Gunung, dan taman-taman antar bangsa kami benar-benar terlena oleh pemandangan bunga di Expo ini. Hamparan bunga kuning, ungu, lembayung muda, dan banyak lagi warna yang lain menyegarkan mata dan semangat kami. Hembusan angin sepoi-sepoi yang semerbak dengan wangi-wangian kembang mawar merah, putih, dan kuning, menyemarakkan suasana santai. Lembah Bunga unik gaya Jepang memberikan sentuhan khusus. Semua ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan untuk hidup di lingkungan yang bagaikan taman.

Sewaktu berjalan di antara taman-taman antar bangsa, kami tertarik kepada Taman Alkitab buatan Israel, yang berfokus pada pohon-pohon zaitun tua dan tembok-tembok batu. Kutipan-kutipan dari Kidung Agung dan dari buku-buku Alkitab lainnya yang terpampang di sana membantu menciptakan kembali suasana taman di zaman Alkitab.

Pameran lain yang mengingatkan kita kepada sebuah kisah Alkitab adalah suatu demonstrasi dinamik berupa terbelahnya air Laut Kehidupan. Seorang petugas di tempat itu menjelaskan, ”Ini bisa dilakukan dengan memompa 600 ton air selama empat menit.” Ketika laut terbuka perlahan-lahan, enam air mancur dengan model yang berlainan menari mengikuti musik yang mengiringi pertunjukan indah tersebut. Jika teknologi manusia dapat menciptakan ini semua, pasti Pencipta yang Mahakuasa sanggup membelah Laut Merah.—Keluaran 14:21-28.

Paviliun-Paviliun Berteknologi Tinggi

Meskipun harus menunggu lama, kumpulan besar orang banyak tertarik untuk melihat pameran-pameran yang diperagakan di banyak paviliun. Sebuah paviliun menampilkan ”karpet ajaib”. Di sana kami diberikan pandangan menurut mata seekor kupu-kupu untuk melihat bagaimana seekor kupu-kupu raksasa terbang ke sana ke mari. Setelah kami duduk di atas ”karpet ajaib”, berupa selembar kaca transparan yang tebal dan keras, pemandangan yang indah terbentang di bawah kami. Kami serasa terbang bersama kupu-kupu raksasa itu. Ketika seekor buaya menerkam kupu-kupu itu, kami juga merasa ketakutan sewaktu nyaris kena.

Ketika kami masuk ke paviliun lain, kami diberikan kacamata khusus untuk melihat film tiga dimensi yang berjudul The Last Buffalo. Kami hampir dapat menggapai dan menyentuh seekor beruang yang sedang menangkap seekor ikan salem, seekor puma yang sedang melompat ke sebuah batu, dan sepasang banteng yang berusaha melindungi anak mereka dari musuh!

Bunga-Bunga Langka dan Pameran yang Unik

Paviliun-paviliun yang memperagakan taman dan tumbuh-tumbuhan hijau juga menarik banyak pengunjung. Bunga terbesar di dunia, bunga rafflesia dari Indonesia, adalah salah satu atraksinya. Dengan garis tengah kurang lebih 1 meter dan berat kira-kira 7 kilogram, tumbuhan parasit ini tumbuh subur tanpa akar atau daun. Setelah tumbuh subur di tumbuhan tumpangannya kira-kira 30 bulan, sekuntum bunga yang sangat aneh kemudian berkembang dan bertahan hanya empat hari.

Di dalam Konservatori Besar, sebuah rumah kaca yang sangat besar, dipamerkan 15.000 tumbuh-tumbuhan yang terdiri atas 2.600 spesies berasal dari negeri-negeri tropis sampai daerah kutub. Suatu jaringan pipa, yang menghangatkan atau mendinginkan tanah, serta tirai-tirai udara yang membagi ruangan, serentak mengatur delapan zona iklim yang berlainan di dalam konservatori tersebut. Dengan teknologi demikian, tumbuh-tumbuhan tropis dan kaktus gurun pasir, serta tumbuh-tumbuhan Pegunungan Alpen seperti bunga poppy biru Himalaya yang langka, dapat berkembang, damai dan megah.

Peringatan mengenai Krisis Ekologi

Seolah-olah dengan sengaja merusak semua ketenteraman dan keindahan ini, peringatan mengenai krisis ekologi yang dewasa ini dihadapi umat manusia terlihat di seluruh daerah lokasi. Misalnya pesan-pesan dan gambar-gambar dengan judul-judul seperti ”Perusakan Lapisan Ozon”, ”Pemanasan Global”, ”Hujan Asam/Kabut Asam”, ”Punahnya Hutan-Hutan Tropis”, dan ”Bumi Menjadi Lebih seperti Gurun” terpampang secara mencolok di paviliun-paviliun dan di kebun-kebun di Taman Pemerintahan Jepang.

Namun demikian, apa penyebab penghancuran tersebut? ”Manusia—Korban Perusakan Kita Sendiri”, kata-kata yang terpampang di pintu keluar Konservatori Besar, menunjukkan siapa pelakunya. ”Manusia telah mengorbankan banyak sumber daya alam bumi demi keuntungan mereka sendiri. . . . Akibatnya, kini kita dihadapkan dengan konsekuensi tindakan kita.”

Bahkan di belakang krisis ekologi yang dianggap hasil buatan alam ini, kita melihat bayangan tangan-tangan manusia. Sebuah plaket di Taman Perdamaian PBB mewaspadakan kita terhadap fakta bahwa sepertiga daratan bumi terancam oleh kemungkinan untuk berubah menjadi gurun, dan ini mempengaruhi hampir seratus negeri. ”Kekeringan dapat mempercepat proses perubahan menjadi gurun, tetapi ini jarang terjadi,” demikianlah plaket itu menerangkan. ”Penyebab utamanya diciptakan manusia dan dapat dikendalikan serta dipulihkan oleh cara manusia bertindak.”

Rumah bagaikan Taman Seluas Bumi—Bagaimana?

Tanah tempat berdirinya taman-taman dan hamparan bunga-bungaan di Expo Bunga tadinya adalah tempat pembuangan sampah di Osaka. Ini membuktikan bahwa manusia sanggup mengubah daerah pembuangan sampah menjadi sebuah firdaus. Akan tetapi, sekalipun banyak perusahaan memamerkan acara-acara yang indah ini, mereka ”dikritik karena reputasi mereka yang buruk dalam memperlakukan lingkungan hidup di wilayah-wilayah lain di Jepang dan di bagian bumi lainnya”, kata Japan Quarterly. Kenyataannya, daripada menggunakan bakat dan kemampuannya untuk mengubah bumi menjadi firdaus, manusia—karena tamak dan mementingkan diri—merusak keseimbangan ekologi bumi.

Adakah harapan untuk mengubah bumi yang telah dirusak ini menjadi firdaus? Alkitab memberikan harapan dengan kata-kata ini, ”Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga.” Namun bagaimana ini akan terjadi? Yesaya menyediakan jawaban, ”Mereka itu akan melihat kemuliaan [Yehuwa], semarak Allah kita.” (Yesaya 35:1, 2) Ya, di bawah pemerintahan Kerajaan Allah oleh Kristus, upaya manusia untuk mengharmoniskan kemajuan manusia dengan alam pasti akan sukses. Bumi akan diubah menjadi firdaus seluas dunia, demi berkat kekal manusia dan kepujian serta kemuliaan Allah.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2026)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan