PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 September hlm. 26-28
  • Pencarian Saya Akan Suatu Dunia yang Lebih Baik

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pencarian Saya Akan Suatu Dunia yang Lebih Baik
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Tujuan Saya—Sebuah Senjata untuk Membunuh
  • Kehidupan Agama—Harapan versus Kenyataan
  • Kegiatan Politik
  • Kehidupan Pribadi Saya—Kekecewaan Terbesar
  • Suatu Titik Balik
  • Kepribadian Kristen yang Baru Menggantikan Kekerasan
  • Bagaimana Rasa Haus Rohani Saya Terpuaskan
    Sedarlah!—2003
  • Ditelantarkan Orang Tua—Dikasihi Allah
    Sedarlah!—2001
  • Alkitab Mengubah Kehidupan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
  • Kebenaran Alkitab Membebaskan Seorang Biarawati di Bolivia
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 September hlm. 26-28

Pencarian Saya Akan Suatu Dunia yang Lebih Baik

Seperti diceritakan oleh seorang mantan biarawati

SUATU dunia yang lebih baik—apakah itu mungkin? Tentu saja suatu dunia yang penuh dengan kebencian, kekerasan, sifat mementingkan diri, korupsi, ketidakadilan, dan penderitaan bukanlah dunia yang Allah maksudkan pada waktu Ia menciptakannya. Pasti ada suatu dunia yang lebih baik. Jika itu mungkin, maka saya bertekad untuk membantu mewujudkannya.

Saya dilahirkan dan dibesarkan di propinsi Corrientes, Argentina, sebuah tempat yang terkenal karena penyembahannya kepada Perawan Itatí. Masyarakatnya beragama Katolik, sangat religius, dan setiap tahun mereka sering berziarah untuk beribadah kepada perawan itu. Saya ada di antara mereka. Sejak masa kanak-kanak saya mempunyai keinginan untuk mengenal Allah ini yang banyak dibicarakan orang, namun ayah saya melarang saya menghadiri pelajaran katekismus. Kemudian, selama masa remaja saya, karena pergaulan yang buruk, ayah saya menjadi seorang pemabuk. Kami semua menderita namun teristimewa ibu saya, yang menerima akibat paling berat atas penganiayaan secara lisan maupun fisik dari ayah. Sebagai akibatnya, saya menjadi benci dengan lawan jenis, menganggap semua pria jahat dan kejam.

Tujuan Saya—Sebuah Senjata untuk Membunuh

Namun, sekolah membuat saya mengembangkan sifat-sifat yang baik. Saya belajar dengan semangat dan kegigihan, menerima ijazah dalam pelajaran menjahit dan niaga dan kemudian lulus dengan nilai tertinggi sebagai guru. Sekarang hasrat saya mulai tercapai: memperoleh gelar dan ijazah yang akan membebaskan saya dari kuasa ayah. Pada waktu yang sama, saya merencanakan untuk bekerja keras agar dapat memperbaiki keadaan ibu saya dan kemudian—membeli sebuah pistol untuk membunuh ayah saya!

Ini, tentu saja, tidak membuat saya gembira, apa lagi tenteram dan bahagia. Sebaliknya, saya merasa seperti seekor binatang yang terkurung. Saya berusia 20 tahun dan mendapati diri dalam suatu labirin tanpa jalan keluar.

Kehidupan Agama—Harapan versus Kenyataan

Kira-kira saat ini saya mulai bergabung dengan para biarawati dan juga orang-orang Komunis. Kedua belah pihak berusaha menekan saya dengan gagasan-gagasan mereka. Namun pikiran untuk membantu orang-orang tak mampu di daerah yang sangat jauh seperti Afrika atau Asia membuat saya mengambil keputusan untuk mendukung biara.

Selama 14 tahun saya tinggal di biara. Kehidupan saya di biara menyenangkan, tenang, dan damai. Keadaan tidak lagi demikian sewaktu saya mulai bekerja dengan pastur-pastur yang memiliki filsafat yang berpusat pada perkembangan dunia yang menyadarkan saya akan perbedaan antara dunia yang kami, para biarawati jalani, dan dunia umat manusia lainnya—suatu dunia yang penuh dengan kesakitan dan ketidakadilan yang di dalamnya orang-orang menderita di bawah kekuasaan yang menindas dari orang-orang yang angkuh.

Dalam kelompok biarawati yang saya ikuti, para Misionaris Theresia Carmelite, keadilan sering disebutkan, namun atasan saya tampaknya mengabaikan sama sekali hal itu dalam urusan mereka dengan yang lainnya. Para anggota staf pengajar menerima gaji jauh di bawah skala upah yang ditetapkan pemerintah, tanpa tunjangan tambahan untuk mereka sendiri dan keluarga mereka, dan mereka dapat dipecat tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tanpa ganti rugi. Situasi karyawan lokal bahkan lebih buruk; setelah bekerja selama 10 sampai 12 jam di sekolah, mereka harus mencari pekerjaan ekstra agar tetap bertahan dan memberi nafkah keluarga mereka. Saya ingin memperbaiki situasi yang tidak adil itu.

Sewaktu saya mengatakan hal itu kepada suster kepala saya, ia memberi tahu saya bahwa yang saya butuhkan untuk menjadi seorang ekstremis adalah menyandang sebuah senapan mesin di pundak saya! Pada saat itu saya berpikir bahwa saya lebih baik menjadi seorang ekstremis daripada menjadi sekeji mereka. Maka, saya memutuskan untuk memohon dispensasi dari ikrar untuk terus berada dalam kesederhanaan, kemiskinan dan ketaatan yang telah saya akui. Saya ingin membantu gereja dalam bidang yang lebih luas. Dispensasi tersebut dengan segera dipenuhi.

Kegiatan Politik

Kemudian saya benar-benar mulai memenuhi ikrar untuk berada dalam kemiskinan. Sering, saya enggan menikmati sepotong roti jika itu tidak dinikmati oleh orang-orang yang baik hati di sekeliling saya. Untuk pertama kali, saya mengetahui bagaimana orang-orang biasa benar-benar hidup. Saya bekerja keras dengan gereja setempat dalam semua bidang—agama, sosial, dan politik. Sebagai seorang guru yang mengajar orang-orang dewasa, saya memiliki banyak kesempatan berbicara dengan mereka mengenai kondisi terbelakang yang dipaksakan kepada mereka oleh masyarakat, penyebab hal-hal tersebut, dan kemungkinan pemecahannya. Apa pemecahan-pemecahannya? Pertama, bekerja dengan cara damai dan mengadakan protes; dan kemudian, jika perlu, menggunakan kekerasan agar mencapai tujuan yang diinginkan, keadilan.

Pergerakan agama dan politik tempat saya bergabung, diorganisasi oleh pastur-pastur Katolik dan didukung oleh anggota-anggota awam, mengarahkan kegiatannya ke daerah-daerah yang belum berkembang seperti Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Ini mendukung suatu perubahan radikal dari struktur sosio-ekonomi yang cepat melalui proses revolusioner, dengan tegas menolak semua bentuk imperialisme ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sasarannya adalah untuk membentuk sosialisme Amerika-Latin yang mempropagandakan penciptaan hombre nuevo (manusia baru), bebas dari ikatan-ikatan yang ditetapkan oleh sistem politik luar negeri.

Kami melibatkan diri kami untuk lebih menembus lapisan orang-orang miskin, menyamakan diri kami dengan situasi kehidupan mereka. Dengan cita-cita ini dalam pikiran, saya berjuang untuk membantu setiap orang—muda dan tua, remaja dan orang dewasa.

Kehidupan Pribadi Saya—Kekecewaan Terbesar

Dalam perjuangan saya untuk memperbaiki kondisi orang-orang miskin, saya lupa bahwa hati dapat berkhianat. Saya jatuh cinta dengan bos saya, seorang pastur, dengan siapa saya hidup selama dua tahun. Pada waktunya saya menjadi hamil. Ketika pastur itu mengetahuinya, ia ingin agar saya melakukan aborsi, yang saya tolak, karena itu berarti pembunuhan. Agar dapat melahirkan, saya harus berhenti bekerja dengan pastur tersebut dan meninggalkan kota karena takut orang-orang mengetahui bahwa saya adalah gundiknya.

Saya meninggalkan kota dengan sangat terluka dan berpikir akan bunuh diri dengan menggulingkan tubuh saya di bawah kereta api, namun sesuatu menahan saya. Saya tetap tabah. Teman-teman, anggota keluarga, dan orang-orang yang berbaik hati di kota kediaman saya memberikan kasih mereka, rasa iba, dan pengertian kepada saya—sesuatu yang tidak pernah diberikan oleh satu-satunya pria yang pernah saya cintai. Ketika anak lelaki saya lahir, merekalah yang memelihara kami. Saya ingin anak saya tumbuh menjadi seorang yang kuat, dinamis, setia pada keyakinannya dan bersedia mati untuk cita-citanya. Sebagai bukti dari keinginan ini, saya memberinya nama tengah Ernesto sebagai kenangan kepada Ernesto Che Guevara (gerilyawan terkenal Argentina), yang sangat saya kagumi.

Ketika pemerintah Argentina dikalahkan oleh kekuatan militer, kelompok sosialis komunis mulai ditindas. Banyak teman saya ditangkap. Beberapa kali rumah saya dijarah oleh encapuchados (orang-orang berkerudung), yang merampok segala sesuatu di rumah dan mencuri hampir semua barang-barang saya. Sering saya diperintahkan untuk menghadap yang berwenang untuk mengungkapkan di mana teman-teman saya berada, namun saya tetap setia kepada teman-teman saya, lebih memilih mati daripada menjadi pengkhianat.

Suatu Titik Balik

Karena hidup di bawah tekanan seperti itu, saya membutuhkan seseorang untuk diajak berbicara, seseorang yang dapat saya percaya, dan saya andalkan sebagai seorang teman sejati. Ketika itulah dua orang Saksi-Saksi Yehuwa mengetuk pintu rumah saya. Saya menerima mereka dengan gembira, memperhatikan adanya ketenangan dan keramahtamahan dalam diri mereka yang membuat saya tertarik. Saya ingin mereka kembali. Ketika mereka kembali, saya menjelaskan situasi sulit yang saya hadapi dan dengan terus terang saya memberi tahu mereka bahwa saya tidak ingin membuat mereka terlibat sebagai kaki tangan. Mereka meyakinkan saya bahwa mereka tidak takut, karena yang berwenang mengetahui siapa mereka.

Pengajaran Alkitab kami mengalami kendala sejak semula. Karena saya telah kehilangan iman dan kepercayaan kepada Allah, sulit bagi saya untuk menerima pokok-pokok doktrin dalam alat bantuan pengajaran Alkitab, buku Kebenaran yang Membimbing Kepada Hidup yang Kekal. Saya hampir berhenti belajar, menganggap bahwa Alkitab adalah suatu mitos dan bahwa Marx benar sewaktu ia berkata bahwa agama adalah ”candu bagi masyarakat”. Ketika saya menyatakan perasaan saya kepada Saksi-Saksi dan mengatakan agar mereka tidak usah membuang-buang waktu lagi dengan saya, mereka menjawab bahwa mereka tidak menganggap suatu hal yang membuang-buang waktu untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan.

Saya mendapat kesan yang berbeda sewaktu saya diundang untuk pergi ke Balai Kerajaan. Saya muak dengan pertemuan-pertemuan yang dengan jelas kurang menunjukkan adanya dialog, respek satu sama lain, dan keramahtamahan. Akan tetapi, perhimpunan-perhimpunan Saksi-Saksi Yehuwa berbeda. Mereka berdasarkan Alkitab dan menguatkan iman, dan mereka menggerakkan kami untuk saling mengasihi satu sama lain dan bahkan untuk mengasihi musuh kami.

Kepribadian Kristen yang Baru Menggantikan Kekerasan

Akhirnya saya menemukan jalan untuk memperbaiki dunia. Pada tanggal 8 Juni 1982, saya melambangkan pembaktian saya kepada Allah Yehuwa dengan baptisan air, dan kemudian sebagaimana belum pernah sebelumnya, saya menjadi ingin membuang kepribadian yang lama, politik hombre nuevo yang penuh dengan kekerasan, dan mengenakan kepribadian yang baru, dengan buah-buahnya yang baik, yang diuraikan dalam Galatia 5:22, 23. Sekarang saya mengambil bagian dalam jenis peperangan lain, mengabarkan kabar baik Kerajaan dan memberikan waktu dan tenaga saya untuk mengajar orang-orang lain kebenaran Kerajaan tentang suatu dunia yang lebih baik yang akan datang.

Sungguh merupakan suatu berkat dapat mengajar anak lelaki saya yang masih kecil bahwa daripada tumbuh meniru Ernesto Che Guevara, ia dapat berjalan mengikuti langkah Yesus Kristus, Pemimpin dan Teladan kita! Saya berdoa agar saya dan anak lelaki saya, bersama dengan semua pencinta kebenaran, termasuk teman-teman saya dahulu dan sanak-saudara saya, dapat memasuki dunia yang lebih baik dan kekal tersebut, suatu bumi firdaus yang dipenuhi dengan sukacita, perdamaian, kebahagiaan, dan keadilan. Kekerasan tidak membawa manfaat bagi siapa pun; itu hanya memupuk kebencian, perpecahan, frustrasi dan kesukaran-kesukaran yang tak pernah berakhir. Saya berbicara dari pengalaman, karena saya telah menjalaninya.—Oleh Eugenia María Monzón.

[Gambar di hlm. 28]

Mengabar dari rumah ke rumah di Argentina

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan