PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g96 8/11 hlm. 26-27
  • Bimbingan Siapa yang Dapat Anda Percayai?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bimbingan Siapa yang Dapat Anda Percayai?
  • Sedarlah!—1996
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Tangan Allah Menuntun Umat-Nya
  • Berpeganglah Erat kepada Tangan Allah!
  • ”Berdirilah Teguh dan Lihat Penyelamatan dari Yehuwa”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Eksodus
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • ’Yah Menjadi Keselamatanku’
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2006
  • Pihahirot
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1996
g96 8/11 hlm. 26-27

Pandangan Alkitab

Bimbingan Siapa yang Dapat Anda Percayai?

”SUDAH waktunya berangkat!” demikian sang ayah memberi tahu putranya yang berusia lima tahun. Sang ayah mengulurkan tangannya dan tanpa ragu-ragu si anak menyambutnya dan menggenggam jari ayahnya dengan tangannya yang mungil. Ke mana pun tujuan mereka, sang anak percaya kepada bimbingan orang-tuanya dan mengikutinya dengan yakin. Tidak soal apa pun yang mungkin terjadi, anak itu tetap memegang tangan ayahnya erat-erat.

Karena hidup pada masa-masa yang sarat dengan ketidakpastian pribadi, ekonomi, dan politik, tidakkah Anda akan menyambut uluran tangan dari suatu sumber yang dapat Anda percayai secara mutlak? Namun, kita hidup pada suatu masa manakala orang-orang yang tidak bermoral mengambil keuntungan dari orang-orang yang tidak berpengalaman. Karena itu, sungguh beralasan untuk berhati-hati dalam memilih orang yang dapat kita percaya. Mungkin Anda pernah sangat kecewa di masa lalu sewaktu orang yang Anda andalkan untuk memperoleh bimbingan mengecewakan Anda.

Meskipun demikian, Alkitab menganjurkan kita untuk menaruh kepercayaan kita kepada Allah. ”Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: ’Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau,’” demikian nabi Yesaya mencatat. (Yesaya 41:13) Dan rasul Petrus menasihati, ”Karena itu, rendahkanlah dirimu, di bawah tangan Allah yang perkasa, agar ia meninggikan kamu pada waktunya; seraya kamu melemparkan semua kekhawatiranmu kepadanya, karena ia memperhatikan kamu.”​—1 Petrus 5:6, 7.

Namun, Anda mungkin bertanya, ’Apa alasannya saya harus menaruh kepercayaan kepada Allah untuk memperoleh bimbingan?’ Alasan kuat berikut ini didapati dalam riwayat bangsa Israel purba.

Tangan Allah Menuntun Umat-Nya

Serangkaian peristiwa yang mencapai puncaknya pada malam tanggal 14 Nisan 1513 SM, mematahkan tekad dari pemberi kerja yang lalim, Firaun dan dari orang-orang Mesir, sehingga mereka melepaskan umat Allah, bangsa Israel, dari perbudakan. (Keluaran 1:11-13; 12:29-32) Pada tanggal 15 Nisan, bangsa Israel yang bersorak-sorai melewati padang belantara dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian. Rute terdekat adalah ke utara Memfis, di sepanjang pesisir laut dari Laut Tengah, dekat negeri yang diduduki oleh orang Filistin yang ditakuti, dan terus sampai memasuki Tanah Perjanjian. Akan tetapi, Allah merencanakan rute yang lain.—Keluaran 13:17, 18; Bilangan 33:1-6.

Allah menyediakan bimbingan yang kelihatan kepada bangsa Israel purba, yang tampak sebagai tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. (Keluaran 13:21, 22) Bersamaan dengan fenomena adikodrati ini, Yehuwa menggunakan wakil-Nya di bumi, Musa, pria yang setia. (Keluaran 4:28-31) Karena itu, terdapat bukti yang tidak dapat disangkal bahwa tangan Allah membimbing bangsa Israel.

Di Etham, wilayah perkemahan mereka yang kedua, ”di tepi padang gurun”, Yehuwa menuntun Musa untuk berbalik dan berkemah di pantai Laut Merah, di Pihahirot. (Keluaran 13:20) Perpindahan yang tampaknya tidak dapat dijelaskan ini membuat Firaun dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa bangsa Israel ”telah sesat di negeri ini”. Dengan memberanikan diri, Firaun mengubah hatinya. Kini dengan tekad memperbudak kembali bangsa Israel, ia mengumpulkan bala tentaranya dan mulai mengejar.​—Keluaran 14:1-9.

Dengan membawa bangsa itu ke arah yang berlawanan, ke dalam apa yang ternyata merupakan dataran rendah yang mengarah ke Laut Merah, Musa seolah-olah menempatkan bangsa Israel dalam posisi terjebak antara pegunungan di kedua sisi dari perkemahan di Pihahirot, Laut Merah, dan bala tentara Firaun yang bergerak maju. Tampaknya, bangsa Israel menjadi sasaran empuk untuk ditaklukkan dan dimusnahkan.

Apa pengaruh hal ini atas mereka? Apakah mereka akan memperlihatkan kepercayaan kepada bimbingan Yehuwa? Tampaknya, situasi tersebut tidak memberikan harapan. Karena itu, beberapa orang menjadi panik. Yang lain-lain mulai menggerutu terhadap Musa. Beberapa orang bahkan siap menyerah dan kembali ke perbudakan Mesir!​—Keluaran 14:10-12.

Berpeganglah Erat kepada Tangan Allah!

Dalam situasi ini, bangsa Israel perlu memperlihatkan kepercayaan bagaikan seorang anak kepada Yang Mahakuasa. Bangsa Israel secara keseluruhan tidak mengetahui bahwa Yehuwa memiliki alasan yang baik untuk menginstruksikan Musa agar menyeberangi Laut Merah di Pihahirot. Dengan memprakarsai jalan pintas bagi bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian di sebelah selatan negeri orang Filistin, Yehuwa memperlihatkan pemahaman yang pengasih. Setelah berada selama 215 tahun di Mesir, bangsa Israel pasti tidak siap untuk berperang melawan bangsa pejuang yang garang. Karena itu, Yehuwa memilih suatu rute yang akan menghindari konflik sedemikian.a​—Keluaran 13:17, 18.

Pembebasan bangsa itu dan kekalahan Firaun serta bala tentaranya di Laut Merah memberi kesaksian yang luar biasa berkenaan kuasa Allah untuk menyelamatkan. Lagi pula, betapa bersyukurnya bangsa Israel yang meskipun tidak memahami alasan mengapa Allah membimbing mereka dengan cara khusus, tidak meninggalkan tangan Allah! Mereka berpegang dengan erat dan melihat terbelahnya Laut Merah secara mukjizat sekaligus musnahnya musuh-musuh mereka. Kepercayaan mereka pada bimbingan Yehuwa mendatangkan upah.​—Keluaran 14:19-31.

Marilah kita membahas kembali contoh dari seorang anak yang memegang tangan orang-tuanya. Sewaktu sang anak merasa cemas, bagaimana reaksinya? Sebaliknya daripada melepaskan atau merenggangkan cengkeramannya, anak itu akan mempererat pegangannya pada jemari orang-tuanya. Dengan melakukan demikian, ia memperlihatkan kepercayaan yang tidak tergoyahkan bahwa orang-tuanya akan menyediakan bimbingan dan kekuatan yang tidak ada habis-habisnya selama kesulitan.

Demikian pula, bila kita mengalami kesukaran dalam kehidupan kita, kita perlu memperkuat cengkeraman kita, semakin lebih mempercayai bimbingan Allah! Firman-Nya, Alkitab, dapat menjadi terang yang membimbing kita. (Mazmur 119:105) Di samping itu, ingatlah bahwa di balik kepercayaan terdapat kesabaran. Karena itu, kita harus membiarkan Yehuwa mencari jalan keluar bagi problem kita, meskipun selama suatu jangka waktu, kita mungkin tidak memahami sepenuhnya mengapa Ia membimbing kita dengan haluan tertentu. Ya, kita dapat mempercayai bimbingan Allah.​—Keluaran 15:2, 6; Ulangan 13:4; Yesaya 41:13.

[Catatan Kaki]

a Untuk keterangan lebih lanjut mengenai Pihahirot, lihat Insight on the Scriptures, Jilid 2, halaman 638-9, yang diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan