PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g98 8/5 hlm. 25-27
  • Misteri Dolmen​—Mengapa, Kapan, dan Bagaimana?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Misteri Dolmen​—Mengapa, Kapan, dan Bagaimana?
  • Sedarlah!—1998
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Monumen-Monumen Megalit
  • Kapan Dolmen Dibangun? Oleh Siapa, Bagaimana, dan Mengapa?
  • Newgrange—Lebih Banyak Pertanyaan Ketimbang Jawaban?
    Sedarlah!—2001
  • Penguburan; Pekuburan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Perjuangan tanpa Henti Melawan Air
    Sedarlah!—2004
  • Krisis Agama di Belanda
    Sedarlah!—1993
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1998
g98 8/5 hlm. 25-27

Misteri Dolmen​—Mengapa, Kapan, dan Bagaimana?

OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI NEGERI BELANDA

’APA itu dolmen?’ Anda mungkin bertanya. Dolmen adalah lokasi prasejarah yang terdiri dari dua batu atau lebih yang berat dan tegak lurus dengan sebuah batu di puncak, biasanya membentuk sebuah ruangan, yang umumnya digunakan sebagai tempat pemakaman. Sebagian besar dolmen ditemukan di bagian barat, ke utara, dan selatan Eropa.

Di provinsi Drenthe, Negeri Belanda, dolmen pada umumnya terletak di daerah yang panorama alamnya memesona. Pelukis terkenal Vincent van Gogh menulis dalam salah satu suratnya, ’Begitu indahnya Drenthe sampai-sampai saya merasa bahwa jika saya tidak bisa tinggal di sini selama-lamanya, lebih baik saya tidak pernah melihatnya sama sekali.’ Para pencinta alam serta orang-orang yang berminat akan arkeologi menemukan semua yang mereka impikan sewaktu mengunjungi dolmen-dolmen di Drenthe.

Tetapi, mengapa kumpulan batu-batu purba menarik perhatian kita? Salah satu jawabannya adalah rasa ingin tahu. Mengapa orang-orang di zaman dahulu rela bersusah payah memindahkan, membentuk, dan mengangkat beban yang berat ini? Beberapa batu beratnya berton-ton. Dan pada masa itu, mereka tidak punya mesin derek modern untuk mengangkat barang! Jadi, apa yang dapat kita ketahui tentang dolmen?

Monumen-Monumen Megalit

Dolmen diklasifikasikan sebagai monumen megalit (”megalit”, dari bahasa Yunani, berarti ”batu besar”). Barangkali Anda kenal baik dengan menhir dari Prancis, yang dinamakan menurut sebuah kata dalam bahasa Kelt yang berarti ”batu panjang”. Pulau Minorka di Kepulauan Balearik memiliki megalit-megalit yang dikenal sebagai taula (meja), yang terdiri dari sebuah lempengan berat yang diletakkan horizontal di atas sebuah batu vertikal, dengan demikian membentuk huruf T yang masif.

Orang-orang selalu saja terpesona oleh Stonehenge, di Inggris, sebuah lingkaran yang terdiri dari batu-batu yang sangat besar, beberapa beratnya hingga 50 ton. Sekitar 80 pilar batu berwarna abu kebiru-biruan diangkut dari Pegunungan Preseli di Wales sejauh lebih dari 380 kilometer. Menurut buku Mysteries of Mankind​—Earth’s Unexplained Landmarks dari National Geographic Society, ”para sarjana memperkirakan bahwa monumen tersebut [Stonehenge] . . . adalah sebuah kuil yang boleh jadi menggambarkan siklus peredaran abadi dari matahari, bulan, dan bintang melintasi langit, tanpa ada tujuan selain itu”.

Sekarang, dolmen hanyalah kerangka sebuah monumen tempat pemakaman, karena semula batu-batu raksasanya tersembunyi di bawah gundukan pasir atau tanah. Penemuan-penemuan menyingkapkan bahwa dolmen adalah kuburan umum. Beberapa bukti menunjukkan bahwa lebih dari seratus orang dikuburkan dalam satu dolmen tertentu​—seolah-olah suatu taman makam!

Di Negeri Belanda, 53 dolmen tetap dilestarikan hingga sekarang; 52 dari antaranya terletak di provinsi Drenthe. Sungguh mengherankan, dolmen-dolmen ini tidak tersusun sembarangan, tetapi sebagian besar sejajar dengan arah timur-barat, dengan posisi pintu masuk di selatan, yang mungkin ada hubungannya dengan posisi musiman matahari. Para pembangun zaman purba menggunakan batu-batu cadas vertikal sebagai penopang dan batu-batu yang besar di puncak, sedangkan celah di antara batu-batu cadas itu ditutup dengan potongan-potongan batu. Lantainya dilapisi batu. Dolmen terbesar di Negeri Belanda, di dekat desa Borger, panjangnya 22 meter dan masih terdiri dari 47 batu cadas. Salah satu batu puncak dolmen tersebut panjangnya kira-kira tiga meter dan beratnya 20 ton! Semua ini menimbulkan sejumlah pertanyaan.

Kapan Dolmen Dibangun? Oleh Siapa, Bagaimana, dan Mengapa?

Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan semacam itu sangat simpang-siur karena tidak ada catatan sejarah tentang Eropa pada masa itu. Jadi, cocok apabila dolmen disebut monumen misterius. Kalau begitu, apa yang diketahui tentang dolmen? Bagaimanapun juga, pernyataan apa saja yang dibuat?

Pada tahun 1660, ”Bapak pendeta” Picardt, dari kota kecil Coevorden, di Drenthe, menulis tentang ekspedisinya di sepanjang rute dolmen. Ia menyimpulkan bahwa dolmen dibangun oleh raksasa-raksasa. Pada waktunya, kalangan berwenang setempat memperlihatkan minat terhadap kuburan-kuburan ini. Karena batu-batunya digunakan untuk memperkuat parit-parit serta membangun gereja dan tempat tinggal, pada tanggal 21 Juli 1734 Administrasi Lanskap Drenthe memberlakukan hukum yang melindungi dolmen.

Baru pada tahun 1912 beberapa dolmen diperiksa secara saksama oleh para pakar. Pecahan tembikar, perkakas (mata kapak dari batu api, mata anak panah), dan ornamen, seperti manik-manik damar, ditemukan di dalam dolmen, namun hanya sedikit kerangka manusia yang tertinggal, karena ini tidak diawetkan dengan baik dalam tanah berpasir. Adakalanya ditemukan pecahan dari sebanyak 600 bejana tembikar. Anggaplah dua atau tiga bejana makanan diberikan kepada satu orang mati, maka pasti ada cukup banyak orang yang dikubur dalam beberapa makam.

Para ilmuwan menyatakan bahwa dolmen dibangun dengan batu-batu besar dari Skandinavia, yang terangkut oleh gletser pada zaman es purba. Ditegaskan bahwa pembangunnya adalah para petani dari apa yang disebut peradaban ”Muk Corong”, dinamakan demikian karena muk-muk unik berbentuk corong yang telah ditemukan.

Salah satu teori mengenai metode pembangunan menyatakan, ”Batu-batu cadas yang berat kemungkinan diletakkan pada silinder-silinder kayu dan ditarik dengan bantuan tali kulit. Sedangkan untuk menaikkan batu-batu puncaknya, mungkin dibangun lerengan dari pasir dan tanah liat.” Tetapi, tidak seorang pun tahu persis bagaimana ini dilakukan. Mengapa orang mati tidak dikubur saja dengan cara biasa? Kepercayaan apakah yang dimiliki oleh para pembangun itu mengenai kehidupan setelah kematian? Mengapa artifak-artifak ditinggalkan di dalam kuburan-kuburan tersebut? Para peneliti hanya dapat menerka-nerka jawabannya. Karena dolmen-dolmen tersebut dibangun lama berselang, mustahil untuk menjawab dengan tepat berkenaan kapan, oleh siapa, mengapa, dan bagaimana itu dibangun.

Pada waktu yang telah Allah tentukan untuk membangkitkan orang-orang mati, orang-orang yang hidup kembali bisa menjawab beberapa dari pertanyaan ini. (Yohanes 5:28; Kisah 24:15) Pada waktu itu para pembangun dolmen boleh jadi menyingkapkan kapan mereka hidup, siapa mereka, mengapa mereka membangun monumen-monumen yang mengesankan, dan bagaimana mereka melakukannya.

[Gambar di hlm. 25]

Sebuah taula di Minorka, Spanyol

[Gambar di hlm. 25]

Dolmen di dekat Havelte, Negeri Belanda

[Gambar di hlm. 26, 27]

Stonehenge, Inggris

Bawah: Dolmen Besar di dekat Borger, Negeri Belanda

[Gambar di hlm. 26]

Sebuah dolmen yang direkonstruksi di dekat desa Schoonoord, Negeri Belanda, memperlihatkan gundukan tanah dan batu-batu yang tersingkap

[Gambar di hlm. 27]

Makam panjang di Emmen (Schimmeres), Negeri Belanda

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan