PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • gm psl. 2 hlm. 12-24
  • Pertarungan Hidup Alkitab

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pertarungan Hidup Alkitab
  • Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Hanya Alkitab yang Tetap Bertahan
  • Para Pelindung Firman
  • Salinan yang Bisa Saja Keliru
  • Manusia dan Bahasanya
  • Pelajaran Nomor 6​—Teks Yunani Kristen dari Alkitab
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • Manuskrip Alkitab
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bagaimana Buku Ini Dapat Tetap Bertahan?
    Buku bagi Semua Orang
  • Pelajaran Nomor 5​—Teks Ibrani dari Alkitab
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
Lihat Lebih Banyak
Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
gm psl. 2 hlm. 12-24

Pasal 2

Pertarungan Hidup Alkitab

Ada banyak untaian yang membuktikan bahwa Alkitab betul-betul Firman dari Allah. Setiap untaian itu kuat, tetapi bila semuanya disatukan, ia tidak dapat diputuskan. Di dalam pasal ini dan pasal berikutnya, kita akan membahas satu untaian bukti saja: sejarah Alkitab sebagai sebuah buku. Sebenarnya, benar-benar suatu mukjizat bahwa buku yang luar biasa ini masih tetap ada sampai sekarang. Pertimbangkan sendiri fakta-fakta berikut ini.

1. Sebutkan beberapa rincian mengenai Alkitab.

ALKITAB lebih daripada sebuah buku biasa. Alkitab adalah sebuah khazanah perpustakaan yang terdiri dari 66 buah buku, ada yang singkat dan ada yang cukup panjang, memuat hukum, nubuat, sejarah, puisi, nasihat, dan lebih banyak lagi. Berabad-abad sebelum kelahiran Kristus, 39 buku yang pertama telah ditulis​—kebanyakan dalam bahasa Ibrani—oleh orang-orang Yahudi, atau Israel, yang setia. Bagian ini sering disebut Perjanjian Lama. Dua puluh tujuh buku yang terakhir ditulis dalam bahasa Yunani oleh umat Kristiani dan secara luas dikenal sebagai Perjanjian Baru. Menurut bukti yang terkandung di dalamnya dan tradisi yang paling kuno, ke-66 buku tersebut telah ditulis selama jangka waktu kira-kira 1.600 tahun, mulai saat Mesir menjadi kuasa yang dominan dan selesai ditulis ketika Roma menjadi kuasa dunia.

Hanya Alkitab yang Tetap Bertahan

2. (a) Bagaimana keadaan bangsa Israel pada waktu Alkitab mulai ditulis? (b) Sebutkan beberapa karya tulis lain yang telah dihasilkan orang dalam jangka waktu yang sama.

2 Lebih dari 3.000 tahun yang lalu, ketika Alkitab mulai ditulis, Israel hanya salah satu bangsa yang kecil di antara sekian banyak bangsa di Timur Tengah. Yehuwa adalah Allah mereka, sedangkan bangsa-bangsa di sekitarnya memiliki bermacam-macam dewa dan dewi yang membingungkan. Selama masa itu, Israel bukanlah satu-satunya umat yang menghasilkan kesusasteraan keagamaan. Bangsa-bangsa lain juga menghasilkan karya tulis yang menguraikan agama mereka serta nilai-nilai kebangsaan mereka. Misalnya, legenda daerah Akadia mengenai Gilgames dari Mesopotamia dan epik-epik [syair kepahlawanan] Ras Shamra, yang ditulis dalam bahasa Ugarit (bahasa yang digunakan di daerah yang dewasa ini adalah Suriah sebelah utara), dulu tentu sangat populer. Kumpulan kesusasteraan pada zaman itu juga mencakup berbagai karya seperti The Admonitions of Ipu-wer (Himpunan Petunjuk dari Ipu-wer) dan The Prophecy of Nefer-rohu (Nubuat dari Nefer-rohu) dalam bahasa Mesir, himne-himne [nyanyian pujian] yang ditujukan kepada berbagai ilah di Sumeria, dan karya-karya ramalan di Akadia.​1

3. Apakah yang membuat Alkitab berbeda dari kesusastraan keagamaan lain yang telah dihasilkan di Timur Tengah pada zaman yang sama?

3 Namun, semua karya tulis Timur Tengah ini mengalami nasib yang sama. Semuanya sudah dilupakan, bahkan bahasa-bahasa yang digunakan untuk menulisnya, sudah punah. Baru pada tahun-tahun belakangan ini para arkeolog dan filolog [ahli ilmu tentang kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraan] mengetahui keberadaan karya-karya ini dan menemukan cara membacanya. Sebaliknya, tulisan-tulisan pertama dari Alkitab Ibrani tetap masih ada sampai zaman kita dan masih dibaca secara luas. Adakalanya para sarjana menyatakan bahwa buku-buku Ibrani di dalam Alkitab melalui cara tertentu telah diambil dari karya-karya kesusastraan kuno tadi. Tetapi fakta bahwa begitu banyak dari kesusastraan tersebut telah terlupakan padahal Alkitab Ibrani masih tetap bertahan, menunjukkan bahwa Alkitab adalah buku yang sangat berbeda.

Para Pelindung Firman

4. Apa problem-problem serius yang dihadapi bangsa Israel yang tampaknya membuat orang meragukan kelangsungan hidup Alkitab?

4 Jangan salah sangka, dari sudut pandangan manusia, terpeliharanya Alkitab bukanlah suatu hasil yang telah diperkirakan sebelumnya. Masyarakat yang memproduksinya telah menderita pencobaan yang begitu hebat dan penindasan yang begitu kejam sehingga terpeliharanya buku itu sampai ke zaman kita benar-benar luar biasa. Pada tahun-tahun sebelum Kristus, umat Yahudi yang memproduksi Kitab-Kitab Ibrani (”Perjanjian Lama”) adalah bangsa yang relatif kecil. Mereka hidup menantang bahaya di tengah-tengah negara-negara yang kuat yang satu sama lain saling mendorong untuk mengejar keunggulan. Bangsa Israel harus berjuang mempertahankan eksistensinya melawan sederetan bangsa, seperti orang Filistin, Moab, Amon, dan Edom. Pada suatu waktu ketika umat Ibrani terpecah menjadi dua kerajaan, Kerajaan Asyur yang kejam praktis memunahkan kerajaan utara sedangkan orang Babel menghancurkan kerajaan selatan, dan membawa orang-orangnya ke pembuangan. Hanya sedikit saja yang kembali 70 tahun kemudian.

5, 6. Upaya apa telah membahayakan kelangsungan hidup orang Ibrani sebagai bangsa tersendiri?

5 Bahkan ada beberapa laporan mengenai upaya pemunahan seluruh bangsa Israel. Lama berselang pada zaman Musa, Firaun memerintahkan agar semua bayi laki-laki bangsa ini dibunuh. Andai kata perintahnya dilaksanakan, bangsa Ibrani tentu sudah lama punah. (Keluaran 1:15-22) Bertahun-tahun setelah itu, pada waktu orang Yahudi jatuh ke bawah kekuasaan Persia, musuh-musuh mereka berkomplot agar sebuah undang-undang dikeluarkan untuk membinasakan mereka. (Ester 3:1-15) Gagalnya persekongkolan ini masih dirayakan oleh orang Yahudi pada Hari Raya Purim.

6 Lebih kemudian lagi, pada waktu orang Yahudi ditaklukkan oleh bangsa Suriah, Raja Antiokhus IV berupaya keras agar umat itu menganut Helenisme, memaksa mereka mengikuti adat Yunani dan menyembah dewa-dewa Yunani. Ia juga gagal. Sebaliknya dari punah atau berasimilasi, bangsa Yahudi tetap bertahan sedangkan kebanyakan kelompok bangsa di sekitar mereka, satu per satu menghilang dari panggung dunia. Dan Kitab-Kitab Ibrani dari Alkitab tetap terpelihara bersama mereka.

7, 8. Bagaimanakah kelangsungan hidup Alkitab terancam oleh kesukaran yang dialami umat Kristiani?

7 Umat Kristiani, yang menghasilkan bagian kedua dari Alkitab (”Perjanjian Baru”), juga merupakan kelompok yang tertindas. Pemimpin mereka, Yesus, dibunuh seperti penjahat biasa. Pada masa-masa awal setelah kematiannya, kalangan berwenang Yahudi di Palestina berupaya menindas mereka. Ketika Kekristenan menyebar ke negeri-negeri lain, orang-orang Yahudi mengejar mereka dalam upaya menghalangi pekerjaan utusan injil mereka.—Kisah 5:27, 28; 7:58-60; 11:19-21; 13:45; 14:19; 18:5, 6.

8 Pada zaman Nero, sikap kalangan berwenang Roma yang mula-mula toleran, berubah. Tacitus membual mengenai ”penganiayaan hebat” yang ditimpakan oleh kaisar yang kejam ini ke atas umat Kristiani, dan mulai saat itu, menjadi umat Kristiani merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikenakan hukuman mati.​2 Pada tahun 303 M., Kaisar Diokletian bertindak secara langsung melawan Alkitab.a Dalam upaya untuk melenyapkan agama Kristen, ia memerintahkan agar semua Alkitab Kristen dibakar habis.​3

9. Apa yang kemungkinan akan terjadi andai kata kampanye pemunahan orang Yahudi dan umat Kristiani berhasil?

9 Semua kampanye penindasan dan pemunahan bangsa ini merupakan ancaman yang nyata terhadap terpeliharanya Alkitab. Seandainya orang Yahudi mengalami nasib yang sama seperti orang Filistin dan orang Moab atau seandainya upaya untuk melenyapkan agama Kristen, mula-mula oleh kalangan berwenang Yahudi dan kemudian orang Roma berhasil, siapakah yang akan menulis dan memelihara Alkitab? Untunglah, para pelindung Alkitab—mula-mula orang Yahudi dan kemudian umat Kristiani—tidak disapu bersih, sehingga Alkitab dapat terpelihara. Namun demikian, ada ancaman lain yang serius, jika bukan terhadap terpeliharanya Alkitab, paling sedikit terhadap keasliannya.

Salinan yang Bisa Saja Keliru

10. Cara bagaimanakah Alkitab semula tetap terpelihara?

10 Banyak di antara karya zaman dulu yang kemudian dilupakan orang, diukir di atas batu atau dicetak pada lempengan tanah liat yang tahan lama. Tidak demikian halnya dengan Alkitab. Isinya mula-mula ditulis pada lembaran papirus atau perkamen—bahan yang jauh lebih mudah rapuh. Maka, manuskrip-manuskrip yang telah dibuat oleh para penulis yang semula, sudah lenyap, lama berselang. Kalau begitu, bagaimanakah Alkitab dapat terpelihara dengan baik? Ribuan salinan tangan yang tak terhitung banyaknya telah dibuat dengan susah payah. Cara ini biasa digunakan untuk memperbanyak buku, sebelum munculnya teknik pencetakan.

11. Apakah yang tidak dapat dihindari bila manuskrip disalin dengan tangan?

11 Namun, ada bahaya dalam pembuatan salinan dengan tangan. Sir Frederic Kenyon, arkeolog dan pustakawan terkenal dari British Museum menjelaskan, ”Belum ada otak dan tangan manusia yang sanggup menyalin seluruh karya yang panjang tanpa salah sedikit pun. . . . Sudah pasti ada kekeliruan.”​4 Bila ada kesalahan yang masuk ke dalam suatu manuskrip, kekeliruan tersebut akan terulang lagi pada waktu manuskrip tersebut menjadi dasar untuk salinan selanjutnya. Jika banyak salinan dibuat selama jangka waktu yang panjang, maka akan ada banyak sekali kekeliruan manusiawi.

12, 13. Siapakah yang menerima tanggung jawab untuk memelihara naskah Kitab-Kitab Ibrani?

12 Mengingat sekian ribu salinan Alkitab yang telah dibuat, bagaimana kita tahu bahwa proses reproduksi ini tidak mengubah isinya sehingga tidak dapat dikenali lagi? Marilah kita mengambil Alkitab Ibrani, atau ”Perjanjian Lama”, sebagai contoh. Pada bagian kedua dari abad keenam S.M., ketika orang Yahudi kembali dari pembuangan di Babel, sekelompok sarjana Ibrani yang dikenal sebagai Soferim, ”juru tulis”, menjadi pelindung naskah Alkitab Ibrani, dan mereka mendapat tanggung jawab menyalin Kitab-Kitab tersebut untuk digunakan dalam ibadat secara umum maupun secara pribadi. Mereka adalah pria-pria yang bermotivasi tinggi, profesional, dan pekerjaan mereka bermutu tinggi.

13 Mulai dari abad ketujuh sampai kesepuluh Masehi, kelompok Masoret menjadi ahli waris kaum Soferim. Nama mereka berasal dari kata Ibrani yang berarti ”tradisi”, dan pada dasarnya mereka juga juru-juru tulis yang telah ditugaskan untuk memelihara naskah Ibrani tradisional. Kaum Masoret sangat teliti. Misalnya, mereka harus menggunakan salinan yang telah disahkan dengan sepatutnya sebagai naskah induk, dan mereka tidak diperkenankan menulis sesuatu di luar kepala. Mereka harus memeriksa setiap huruf sebelum ditulis.​5 Profesor Norman K. Gottwald melaporkan, ”Suatu petunjuk mengenai sikap hati-hati dalam menjalankan tugas mereka nyata dari persyaratan golongan rabi bahwa semua manuskrip baru harus dibaca ulang untuk diperiksa dan salinan yang keliru harus segera dibuang.”​6

14. Penemuan apakah yang memungkinkan kita meneguhkan ketelitian penyalinan naskah Alkitab oleh kaum Soferim dan kaum Masoret?

14 Seberapa telitikah penyalinan naskah oleh kaum Soferim dan kaum Masoret? Sebelum tahun 1947 pertanyaan ini sulit dijawab, karena manuskrip Ibrani lengkap tertua yang dapat diperoleh berasal dari abad kesepuluh Masehi. Tetapi pada tahun 1947 beberapa potongan manuskrip yang sangat tua telah ditemukan di dalam gua-gua dekat Laut Mati, termasuk beberapa bagian dari Alkitab Ibrani. Sejumlah potongan berasal dari zaman sebelum Kristus. Para sarjana membandingkan ini dengan manuskrip-manuskrip Ibrani yang ada untuk memastikan seberapa teliti penyalinan naskah tersebut. Apa hasil dari pembandingan ini?

15. (a) Apa hasil pembandingan antara manuskrip Yesaya dalam gulungan Laut Mati dan naskah Masoret? (b) Apakah yang dapat kita simpulkan dari fakta bahwa beberapa manuskrip yang ditemukan di Laut Mati memperlihatkan sejumlah perbedaan naskah? (Lihat catatan kaki.)

15 Salah satu karya tertua yang ditemukan adalah buku Yesaya yang lengkap, dan kemiripan naskahnya dengan Alkitab hasil salinan kaum Masoret yang kita miliki sekarang sangat menakjubkan. Profesor Millar Burrows menulis, ”Banyak dari perbedaan yang terdapat antara gulungan Yesaya dari Santo Markus [yang baru-baru ini ditemukan] dengan naskah hasil salinan kaum Masoret dapat dijelaskan sebagai kesalahan dalam penyalinan. Di luar itu, ada persamaan yang menakjubkan, secara menyeluruh, dengan naskah yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip abad pertengahan. Persamaan demikian dalam manuskrip yang jauh lebih tua memberi bukti yang meyakinkan bahwa naskah tradisional itu secara umum memang teliti.”​7 Burrows menambahkan, ”Benar-benar mengagumkan bahwa setelah melewati jangka waktu kira-kira seribu tahun, naskah tersebut mengalami begitu sedikit perubahan.”b

16, 17. (a) Mengapa kita dapat merasa pasti bahwa naskah Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah benar? (b) Apa yang ditegaskan oleh Sir Frederic Kenyon mengenai naskah Kitab-Kitab Yunani?

16 Sehubungan dengan bagian Alkitab yang ditulis dalam bahasa Yunani oleh umat Kristiani, yang disebut Perjanjian Baru, para penyalinnya lebih dapat dianggap sebagai amatir berbakat bila dibandingkan dengan para Soferim yang profesional dan sangat terlatih. Namun meskipun di bawah ancaman hukuman oleh pihak berwenang, mereka mengerjakan tugas mereka dengan serius. Dan ada dua segi yang menjamin bahwa naskah yang kita miliki sekarang pada dasarnya sama dengan buah tangan para penulis yang mula-mula. Pertama-tama, kita memiliki berbagai manuskrip yang umurnya jauh lebih dekat ke saat penulisannya daripada apa yang dapat diperoleh pada bagian Ibrani dari Alkitab. Malah ada satu fragmen dari Injil Yohanes yang berasal dari awal abad kedua, yaitu kurang dari 50 tahun sejak saat Yohanes mungkin menulis Injilnya. Kedua, jumlah manuskrip yang masih ada sampai sekarang merupakan petunjuk yang sangat kuat akan keabsahan naskahnya.

17 Mengenai segi ini, Sir Frederic Kenyon menegaskan, ”Tidaklah berlebihan untuk menandaskan bahwa pada hakekatnya naskah Alkitab sudah dapat dipastikan keasliannya. Khususnya demikian dengan Perjanjian Baru. Jumlah manuskrip Perjanjian Baru, yaitu dari terjemahannya yang mula-mula, dan kutipan-kutipan darinya dalam tulisan-tulisan Gereja yang paling tua, begitu banyak sehingga secara praktis dapat dipastikan bahwa kata-kata asli dari setiap ayat yang diragukan orang, telah terpelihara dengan baik dalam salah satu dari buku-buku tua ini. Pernyataan serupa tidak dapat diberikan untuk buku tua lain manapun di dunia ini.”​10

Manusia dan Bahasanya

18, 19. Bagaimanakah Alkitab tidak saja terdapat dalam bahasa yang semula digunakan dalam penulisannya?

18 Bahasa-bahasa asli yang digunakan untuk menulis Alkitab, pada hakekatnya, juga merupakan kendala terhadap kelangsungan hidupnya. Ke-39 buku yang pertama kebanyakan ditulis dalam bahasa Ibrani, bahasa bangsa Israel. Namun bahasa Ibrani tidak pernah dikenal orang secara luas. Andai kata Alkitab tetap dalam bahasa ini, pengaruhnya tidak pernah akan dapat melampaui lingkungan bangsa Yahudi dan sedikit orang asing yang dapat membacanya. Namun pada abad ketiga S.M., demi kepentingan orang-orang Ibrani yang tinggal di Alexandria, Mesir, bagian Ibrani dari Alkitab mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani pada waktu itu digunakan secara internasional. Dengan demikian, Alkitab Ibrani mudah didapat oleh orang-orang bukan Yahudi.

19 Ketika tiba saatnya untuk menulis bagian kedua dari Alkitab, bahasa Yunani masih tetap digunakan secara luas sekali, sehingga ke-27 buku terakhir dari Alkitab ditulis dalam bahasa ini. Tetapi tidak semua orang mengerti bahasa Yunani. Maka terjemahan bagian-bagian Alkitab bahasa Ibrani maupun Yunani segera mulai muncul dalam berbagai bahasa sehari-hari pada abad-abad permulaan tersebut, seperti bahasa Siria, Koptik, Armenia, Georgia, Gotik, dan Etiopia. Bahasa resmi Kekaisaran Roma adalah Latin, dan terjemahan ke dalam bahasa ini dibuat dalam jumlah yang demikian besar sehingga suatu ”versi resmi” perlu dibentuk. Versi ini selesai kira-kira pada tahun 405 M. dan dikenal sebagai versi Vulgate (yang berarti ”populer” atau ”umum”).

20, 21. Apakah beberapa kendala terhadap kelangsungan hidup Alkitab, dan mengapa halangan demikian dapat diatasi?

20 Jadi, meskipun ada banyak kendala, Alkitab tetap terpelihara sampai ke abad-abad permulaan Tarikh Masehi. Mereka yang memproduksinya adalah golongan minoritas yang dihina dan dikejar-kejar, hidup dengan susah payah dalam dunia yang memusuhi mereka. Perubahan isi dalam proses penyalinannya memang mudah terjadi, tapi hal ini ternyata tidak terjadi. Di samping itu, bahaya bahwa Alkitab hanya dapat dibaca oleh orang-orang yang menguasai bahasa-bahasa tertentu telah dapat disingkirkan.

21 Mengapa begitu sulit bagi Alkitab untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya? Alkitab sendiri berkata, ”Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” (1 Yohanes 5:19) Karena itu, kita dapat menduga bahwa dunia akan memusuhi kebenaran yang disebarluaskan, dan memang demikianlah kenyataannya. Kalau begitu, mengapa Alkitab dapat mempertahankan keberadaannya padahal banyak karya kesusastraan lain yang tidak menghadapi kesulitan yang sama ternyata dilupakan? Alkitab juga menjawab pertanyaan ini. Katanya: ”Firman Tuhan [”Yehuwa”, NW] tetap untuk selama-lamanya.” (1 Petrus 1:25) Bila Alkitab memang Firman dari Allah, tidak ada kuasa manusia yang dapat melenyapkannya. Dan bahkan sampai abad ke-20, fakta ini masih tetap benar.

22. Perubahan apa telah terjadi pada permulaan abad keempat Masehi?

22 Namun, pada abad keempat Tarikh Masehi, sesuatu terjadi yang berkembang menjadi serangan atas Alkitab dan sangat mempengaruhi jalannya sejarah di Eropa. Sepuluh tahun setelah Diokletian berupaya melenyapkan semua salinan Alkitab, kebijaksanaan pemerintah kerajaan berubah dan ”agama Kristen” disahkan. Dua belas tahun kemudian, tepatnya pada tahun 325 M., seorang kaisar Roma mengetuai Konsili ”Kristen” di Nicea. Mengapa perkembangan yang tampaknya menguntungkan ini ternyata menjadi berbahaya bagi Alkitab? Kita akan melihat jawabannya dalam pasal berikut.

[Catatan Kaki]

a Tidak semua manuskrip yang ditemukan di Laut Mati mempunyai persamaan yang demikian cermat dengan naskah Alkitab yang sekarang masih ada. Beberapa darinya mengandung cukup banyak variasi naskah. Namun tidaklah berarti bahwa variasi demikian telah merusak makna penting naskah itu. Menurut Patrick W. Skehan dari Universitas Katolik Amerika, kebanyakan merupakan ”pengolahan ulang [dari naskah Alkitab] atas dasar logika integralnya sendiri, sehingga bentuknya menjadi lebih luas namun intinya tetap sama . . . Sikap yang mendasar adalah sikap hormat yang mendalam terhadap suatu naskah yang dianggap suci, sikap (menurut hemat kami) bahwa Alkitab dijelaskan oleh Alkitab melalui penyalinan naskah itu sendiri”.​8

b Seorang komentator lain menambahkan, ”Meskipun segala macam keraguan, tetap ada fakta yang kuat bahwa naskah yang ada pada kita sekarang, pada dasarnya hampir merupakan kata-kata sesungguhnya dari para penulisnya, yang beberapa dari antaranya hidup hampir tiga ribu tahun yang lalu, dan sekalipun ada perubahan naskah, kita tidak perlu meragukan keabsahan dari berita yang telah disampaikan oleh Perjanjian Lama kepada kita.”​9

[Kotak di hlm. 19]

Naskah Alkitab yang Benar-Benar Sah

Untuk menghargai betapa teguh keabsahan naskah Alkitab, kita hanya perlu membandingkannya dengan kumpulan kesusastraan lain yang berasal dari zaman dulu: tulisan-tulisan klasik dari Yunani dan Roma. Sebenarnya, kebanyakan dari karya-karya kesusastraan ini dibuat setelah Kitab-Kitab Ibrani selesai ditulis. Tidak pernah ada catatan mengenai upaya pemunahan seluruh bangsa Yunani ataupun Roma, dan karya mereka tidak dipelihara di bawah ancaman pengejaran. Namun, perhatikan komentar Profesor F. F. Bruce:

”Mengenai Gallic War (Peperangan Orang Galia) karya Cæsar (dikarang antara tahun 58 dan 50 S.M.) ada beberapa manuskrip yang masih ada sampai sekarang, namun hanya sembilan atau sepuluh dari antaranya adalah baik, dan yang tertua berasal dari kira-kira 900 tahun setelah zaman Cæsar.

”Dari 142 buah buku mengenai sejarah Roma karangan Livy (59 S.M.-17 M.), hanya 35 buah yang tetap terpelihara; karya ini sampai ke perhatian kita melalui tidak lebih dari dua puluh buah manuskrip saja, dan hanya satu dari antaranya, yaitu yang mengandung fragmen-fragmen dari Buku No. III-VI, berasal dari abad keempat.

”Dari 14 buah buku Histories (Sejarah) karangan Tacitus (kira-kira tahun 100 M.) hanya empat setengah yang masih terpelihara; dari 16 buah buku Annals (Kronologi Tahunan) yang dikarangnya, ada sepuluh yang masih utuh dan dua yang terpelihara sebagian saja. Naskah dari bagian-bagian yang masih ada dari kedua karya sejarah yang besar ini semata-mata bergantung pada dua buah manuskrip, satu yang berasal dari abad kesembilan dan satu lagi dari abad kesebelas. . . .

”Sejarah Thucydides (kira-kira 460-400 S.M.) sampai kepada perhatian kita melalui delapan buah manuskrip, yang tertua berasal dari kira-kira tahun 900 M., dan beberapa potong papirus, yang berasal dari kira-kira permulaan zaman Kristen.

”Halnya sama dengan Sejarah Herodotus (kira-kira 488-428 S.M.). Namun tidak ada sarjana klasik yang bersedia mendengarkan argumen yang meragukan keaslian karya Herodotus atau Thucydides, karena manuskrip tertua dari karya mereka yang masih berguna untuk kita, berasal dari 1.300 tahun setelah aslinya sendiri dibuat.”—The Books and the Parchments, halaman 180.

Bandingkan semua ini dengan fakta bahwa ada ribuan manuskrip dari berbagai bagian Alkitab. Dan manuskrip-manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen berasal dari masa kurang dari 100 tahun setelah penulisan buku-buku aslinya.

[Gambar di hlm. 13]

Umat Ibrani merupakan bangsa kecil yang terus diancam oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Ukiran kuno ini memperlihatkan orang Ibrani ditawan oleh bangsa Asyur

[Gambar di hlm. 14]

Sebelum penemuan pencetakan, Alkitab disalin dengan tangan

[Gambar di hlm. 16]

Di bawah Nero, menjadi umat Kristiani merupakan pelanggaran hukum yang dapat mendatangkan hukuman mati

[Gambar di hlm. 21]

Penelitian atas buku Yesaya dalam gulungan Laut Mati membuktikan bahwa secara praktis ia tidak mengalami perubahan selama jangka waktu 1.000 tahun

[Gambar di hlm. 23]

Kaisar Diokletian gagal melenyapkan Alkitab

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan