PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w84_No61 hlm. 29-32
  • Apakah Anda Merenungkan atau Hanya Melamun?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Apakah Anda Merenungkan atau Hanya Melamun?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (No. 61)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Menaruh Pikiran Pada ”Jalur yang Benar”
  • Belajar untuk Merenungkan
  • ”Sepanjang Kawal Malam”
  • Bantuan dalam Memecahkan Problem-Problem
  • Suatu Bantuan Untuk Bertekun
  • ”Sepanjang Hari”
  • Renungan yang Bermanfaat
    Sedarlah!—2000
  • Teruslah Renungkan Hal-Hal Rohani
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2015
  • Perenungan
    Sedarlah!—2014
  • Doa dan Perenungan​—Perlu bagi Pelayan yang Bersemangat
    Pelayanan Kerajaan Kita—2010
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1984 (No. 61)
w84_No61 hlm. 29-32

Apakah Anda Merenungkan atau Hanya Melamun?

SERAYA panas yang menyengat di Tanah Negeb berganti menjadi petang yang sejuk, seorang pemuda bernama Ishak meninggalkan kemahnya dan berjalan-jalan ”untuk merenungkan di ladang.” [NW] Alkitab tidak mengatakan apa yang ia pikirkan. Namun, dapat kita pastikan bahwa ini bukan angan-angan yang kosong dan romantis. Pernikahan Ishak yang sudah dekat berarti suatu tanggung jawab yang baru dan berat. Anak yang dihasilkan melalui persatuan ini akan meneruskan garis silsilah yang menuju kepada ”keturunan” atau Mesias yang sudah dijanjikan. Maka tidak mengherankan jika Ishak memerlukan waktu untuk menganalisa hal-hal tersebut. Tetapi, alangkah berdebar-debar hatinya ketika renungannya terganggu oleh kedatangan sebuah kafilah! Karena yang duduk di atas salah seekor untanya adalah Ribka, pengantin wanitanya.—Kejadian 24:62-67; 22:17, 18.

Kejadian ini menonjolkan sesuatu yang penting yang seharusnya menjadi kebiasaan sehari-hari dari setiap orang Kristen: RENUNGAN. Memang kata ”merenungkan” muncul hanya beberapa kali saja di Alkitab. Namun demikian, Firman Allah sering menekankan perlunya untuk berpikir secara mendalam seperti itu. Rasul Paulus menasihatkan: ”Perhatikanlah [”Renungkan,” Authorized Version] semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.”—1 Timotius 4:15.

Menaruh Pikiran Pada ”Jalur yang Benar”

Walaupun jelas bermanfaat, kebanyakan dari kita merasa bahwa renungan itu sukar. Kebanyakan orang mungkin memilih untuk melamun saja—membiarkan pikiran menerawang tanpa usaha atau tujuan, seperti perahu yang hanyut ke hilir. Jika dilakukan pada waktu istirahat hal ini dapat menenangkan. Tetapi jika dilakukan pada waktu perhimpunan Kristen, selama waktu belajar atau bekerja, melamun dapat disamakan seperti mobil yang berhenti tetapi mesinnya hidup—memboroskan bensin tetapi tidak sampai ke mana pun.

Bagaimana saudara dapat menaruh pikiran saudara pada ”jalur yang benar?” Sebelum perhimpunan Kristen, jangan makan terlalu banyak karena dapat membuat kita mengantuk. Mencatat dapat juga membantu konsentrasi yang lebih baik. Tetapi mungkin disiplin mental adalah faktor yang paling penting. Kita dapat berpikir jauh lebih cepat dari pada si pengkhotbah menyampaikan kata-kata. Jadi dari pada membiarkan kata-kata tersebut masuk telinga satu dan keluar telinga yang lain, coba pikirkan apa yang kira-kira akan dikatakan selanjutnya oleh pembicara. Ikutilah jalan pikirannya. Perhatikanlah uraian Alkitab yang ia gunakan. Kemudian, pusatkan perhatian pada pokok-pokok yang diajukan agar hal tersebut dapat disimpan di gudang rohani saudara dan siap untuk digunakan di kemudian hari. Karena seperti kata Yesus: ”Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya . . . Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”—Lukas 6:45.

Mungkin pada waktu saudara membaca, pikiran saudara cenderung untuk ”keluar dari rel” atau melantur. Jika demikian, cobalah waktu-waktu belajar yang lebih singkat, tetapi lakukan lebih sering. Tentu saja, menghargai apa yang kita pelajari penting sekali. Dan jika pikiran saudara menyimpang karena kekurangan penghargaan tersebut, renungkanlah apa yang Bapa surgawi kita katakan di Amsal 4:20-22: ”Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; . . . simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.”

Memperhatikan kata-kata Yehuwa dengan teliti adalah soal hidup atau mati. Dan kata-kata ini harus tertanam dalam hati kita, agar dapat mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang benar. Di sinilah perlunya renungan. Pembacaan Alkitab tanpa renungan adalah seperti hujan sebentar yang berlalu dengan cepat dan kemudian kering—untuk sementara memang menyegarkan, tetapi tidak mendatangkan manfaat yang tahan lama. Renungan adalah seperti hujan yang turun terus-menerus, yang meresap dan mempengaruhi pertumbuhan. Maka, cara bagaimana seseorang dapat belajar merenungkan?

Belajar untuk Merenungkan

Pernahkah saudara meneliti sekuntum bunga liar dan merasa takjub akan bentuknya yang sempurna dan keindahannya, atau melihat bintang-bintang dan mengagumi keagungannya? Nah, ini adalah bentuk-bentuk sederhana dari renungan yang dapat menambah rasa hormat kita terhadap Yehuwa, Pencipta kita, dan membuat kita digairahkan oleh syukur dan penghargaan. (Mazmur 8:4, 5) Jika ada kesempatan sebaiknya kita memusatkan pikiran kepada hal-hal yang sehat seperti itu.

Tetapi, renungan dapat pula dilakukan dalam tingkatan yang lebih dalam. Pernahkah saudara memperhatikan seekor sapi mengunyah rumput, atau disebut juga memamah (”ruminate,” bahasa Inggris). Dalam bahasa Inggris kata ”ruminate” dapat juga berarti merenungkan. Tetapi, seekor sapi tidak dapat memamah dengan perut kosong, demikian pula kita tidak dapat merenungkan dengan pikiran kosong. Maka, belajar Alkitab penting, sebab makin banyak kita belajar, makin banyak buah pikiran rohani yang harus kita ”kunyah.” Dan bahkan jika saudara menggolongkan diri sebagai murid yang kurang pandai, saudara akan mendapati bahwa dengan berusaha keras, sedikit demi sedikit belajar akan menjadi lebih mudah, lebih menyenangkan. Buah pikiran yang baru akan berkaitan dengan yang lama. Buah pikiran yang seolah-olah tidak berhubungan satu sama lain akan mulai tersusun dan berkaitan dengan logis. Dan seperti dikatakan Salomo, ”bagi orang berpengertian, pengetahuan mudah diperoleh.” (Amsal 14:6) Tetapi ini membutuhkan waktu. Dan apabila belajar Firman Allah belum dapat saudara nikmati sekarang ini, sebaiknya saudara mulai memikirkan, atau merenungkan hal tersebut sekarang juga.

Tanyakan pada diri sendiri, ’Mengapa seleraku untuk soal-soal rohani sangat kurang? Apakah saya mungkin terlalu banyak melahap makanan yang tidak bermanfaat untuk mental, seperti novel-novel romantis, TV dan sandiwara picisan dari radio? Apakah saya dengan tidak semestinya membiarkan diri terlibat dalam pergaulan yang melemahkan kerohanian saya?’ Dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan hal ini sekarang, saudara akan dibantu untuk membuat penyesuaian yang diperlukan.

Orang-orang Kristen di abad pertama tidak dapat memperoleh Alkitab semudah kita sekarang. Walaupun demikian mereka dapat menggunakan Firman Allah dengan cakap. (Misalnya, perhatikan kemahiran Stefanus dalam Kisah 7:2-53.) Pastilah, pada waktu mereka mendengarkan pembacaan Alkitab di perhimpunan, dan sewaktu-waktu membacanya sendiri, mereka berusaha sebanyak mungkin menghafalkan apa yang telah dipelajari.

Apakah saudara juga pernah berusaha mengingat paling sedikit ayat-ayat kunci? Hal ini tidak sukar jika saudara bertekad untuk melakukannya. Untuk menguji saudara, periksalah apakah saudara dapat mengingat ayat-ayat Alkitab yang sudah dikenal ini: Matius 24:14, Kejadian 3:15, Wahyu 21:3, 4, Mazmur 83:18, Yohanes 17:3 dan 2 Timotius 3:1-5.

”Sepanjang Kawal Malam”

Penulis Mazmur menunjukkan bahwa paling sedikit ada satu keuntungan dari mempelajari Alkitab: ”Apabila aku ingat kepadaMu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam.” (Mazmur 63:7) Sering kali jika seseorang sulit tidur, ia cenderung untuk melamun. Tetapi, alangkah baiknya jika ia berdoa seperti Daud: ”Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya [Yehuwa].” (Mazmur 19:15) Seorang yang mengetahui ayat-ayat Alkitab di luar kepala dapat lebih mudah bertindak sesuai dengan doa ini.

Juga seseorang boleh jadi bangun di tengah malam dan merasa sangat murung. Tetapi, kita dapat segera disegarkan dan memperoleh manfaat dengan mengulang secara perlahan-lahan dan dengan penghargaan kata-kata terilham dari Alkitab seperti misalnya yang tertulis di Keluaran 34:6: ”[Yehuwa, Yehuwa], Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya.” Atau jika saudara sangat kuatir sehingga tidak dapat tidur, cobalah mengingat kata-kata penghiburan ini: ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”—Filipi 4:6, 7.

Bantuan dalam Memecahkan Problem-Problem

Dewasa ini banyak sekali problem. Misalnya, para orangtua terus-menerus dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang berat. Pendidikan anak-anak, kesehatannya, pakaiannya, kemajuannya di sidang Kristen dan pilihan teman-temannya, hanya beberapa saja dari segi-segi yang harus diperhatikan. Bagaimana seseorang dapat memikirkan ribuan kemungkinan ini dan memilih jalan yang terbaik? Keputusan yang terburu-buru sering menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Maka Alkitab berkata, ”Hati orang benar menimbang jawabannya.”—Amsal 15:28.

Kita harus mempunyai fakta-fakta untuk direnungkan, dan publikasi-publikasi dari Watchtower Society adalah sumber yang kaya. Mempertimbangkan nasihat dari para orangtua Kristen lain yang berpengalaman dan/atau penatua-penatua di sidang dapat juga membantu saudara menaruh perkara-perkara di tempat yang sepatutnya.

Renungan dapat membantu saudara melewati ujian-ujian iman. Misalnya, kadang-kadang ada perubahan dalam pengertian kita mengenai bagian-bagian Alkitab dan nubuat-nubuat tertentu. ”Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari,” demikian kata Alkitab di Amsal 4:18. Tetapi ada orang-orang yang terganggu oleh perbaikan-perbaikan ini. Dari pada mengambil kesimpulan yang tergesa-gesa bahwa ”hamba yang setia” itu keliru, ”orang benar” menyediakan waktu untuk merenungkan dan menyerap kebenaran-kebenaran Alkitab yang baru ini.

Suatu Bantuan Untuk Bertekun

Yesus mengingatkan: ”Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai.” (Wahyu 2:10) Tiba-tiba dijebloskan ke dalam penjara yang kotor, tanpa Alkitab ataupun teman-teman Kristen merupakan pengalaman yang dapat menggoncangkan jiwa.

Beberapa tahun yang lalu, sekelompok Saksi-Saksi muda di Afrika Selatan mengalami penderitaan berbulan-bulan di sel yang terpencil karena pendirian mereka dalam kenetralan Kristen. Untunglah, mereka diperbolehkan memiliki Alkitab, dan salah seorang dari antara mereka mengakui: ”Tanpa Alkitab saya akan ’tenggelam,’ karena sedikit sekali yang saya ingat.” Namun, seorang lain yang berusaha keras membaca Alkitab, tetapi tidak merenungkannya, segera merasa bahwa kerohaniannya menjadi lemah. Karena itu ia mulai lebih banyak merenungkan apa yang ia baca. Lama-kelamaan ia merasa betapa menyegarkan untuk memulai dengan doa kepada Yehuwa, lalu membaca ayat-ayat Alkitab dan merenungkan ’Bagaimana saya dapat menerapkan ini, atau menghindari bahaya ini? Bagaimana hal ini dapat membantu saya mengenal Yehuwa? Ayat-ayat lain mana yang berhubungan dengan hal ini?’ dan seterusnya. Hasilnya? Walaupun keadaannya menyedihkan, dia berkata, ”Ini adalah pengalaman yang paling menguatkan iman dalam hidupku!”

”Sepanjang Hari”

Bila menghadapi percobaan iman, ataupun dalam perjuangan hidup sehari-hari, sikap hamba Yehuwa yang setia hendaknya seperti si penulis mazmur: ”Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mazmur 119:97) Keadaan mungkin tidak mengijinkan untuk merenung ”sepanjang hari.” Namun, Firman Allah harus selalu menjadi perhatian kita.

Ikutilah teladan Yesus Kristus yang mencari kesempatan untuk berdoa dan merenung. (Matius 14:13) Kalau ia merasa perlunya renungan dan menyediakan waktu untuk hal itu, tidakkah kita patut melakukan hal yang sama dewasa ini?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan