Hendaklah Setia kepada Allah ”Yang Melihat yang Tersembunyi”
”Berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”—MATIUS 6:6.
1, 2. Bagaimana dapat digambarkan bahwa apa yang nampaknya soal-soal pribadi dapat diketahui umum? (1 Samuel 21:7; 22:9)
BEBERAPA tahun yang lalu salah seorang Saksi Yehuwa menelepon saudara laki-lakinya di Long Island, New York. Karena saudaranya beragama lain, ia menceritakan kepadanya tentang janji Allah untuk menyingkirkan kejahatan dari bumi dan memulihkan keadaan-keadaan seperti firdaus. Ketika percakapan itu berakhir dan saudaranya meletakkan telepon, ia dikejutkan oleh suara yang mengatakan, ”Tunggu sebentar, saya ingin bertanya kepada anda.”
2 Rupanya itu suara operator telepon. Sejak semula ia mendengarkan pembicaraan telepon tersebut, karena waktu itu peralatan telepon memungkinkan dia untuk berbuat demikian, meskipun hal itu tidak sopan dan melanggar kebijaksanaan perusahaan. Saksi itu merasa senang karena kata-katanya telah membangkitkan minat yang besar, dan ia membuat rencana untuk memupuknya, namun ia merasa heran bahwa percakapannya tidak bersifat pribadi. Ya, orang lain kadang-kadang melihat dan mendengar apa yang kita kira adalah rahasia.—Pengkhotbah 10:20.
3. Dalam arti apa kehidupan orang-orang Kristen selalu menjadi tontonan?
3 Hal ini seharusnya tidak menimbulkan problem besar bagi orang-orang Kristen sejati, yang berusaha keras untuk selalu setia kepada Allah. Rasul Paulus mengatakan, ”Kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.” (1 Korintus 4:9) Ia menyinggung suatu kebiasaan di gelanggang gladiator. Sebelum pertunjukan terakhir orang-orang Roma mempertontonkan orang-orang yang akan berkelahi dan mungkin mati, tanpa mengenakan pakaian. Orang-orang Kristen dewasa ini juga menjadi tontonan bagi sanak keluarga, rekan-rekan sekerja, tetangga-tetangga dan teman-teman sekolah yang tidak beriman. Para pengamat bisa mempunyai pendapat yang baik atau buruk tentang Kekristenan berdasarkan apa yang mereka lihat dalam diri kita.—1 Petrus 2:12.
4. Bagaimana seseorang dapat dipengaruhi dengan mengetahui bahwa orang-orang lain mengamatinya?
4 Jika kita tahu bahwa orang lain melihat, kita mungkin cenderung untuk berlaku baik pada kesempatan itu, mempunyai keinginan yang sama seperti Paulus, ”Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela.” (2 Korintus 6:3) Mengetahui bahwa orang lain melihat, mungkin akan menguatkan tekad kita untuk berbuat apa yang benar. Tetapi, bagaimana jika kita menghadapi ujian prinsip-prinsip Kristen pada waktu tidak dilihat orang lain?
Ia Melihat Lebih Dalam dari pada Yang Kelihatan dari Luar
5. Kehidupan para pemimpin Yahudi di hadapan umum dan secara pribadi memperlihatkan pertentangan apa?
5 Banyak pemimpin agama Yahudi di abad pertama berbeda penampilan luarnya dari pada apa yang ada dalam hati mereka. Yesus memperingatkan dalam Khotbah di Bukit, ”Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka.” (Matius 6:1, 2) Para pemimpin agama tersebut seperti cawan-cawan yang bersih di sebelah luarnya tetapi ”sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan”, seperti ”kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran”.—Matius 23:25-28; bandingkan Mazmur 26:4.
6. Yehuwa dapat melihat apa berkenaan kita?
6 Kata-kata tersebut seharusnya membantu kita memahami bahwa Yehuwa tidak hanya berminat pada apa yang mungkin kelihatan oleh orang-orang lain. Yesus menasihati, ”Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:6) Ya, Allah dapat mendengar doa-doa yang kita persembahkan di tempat yang terpencil dari orang-orang lain. Tidak ada sesuatu pun yang tidak dilihat Allah. Ia dapat melihat pembentukan janin seseorang, mungkin membaca unsur-unsur keturunan (gen-gen) yang belakangan akan membentuk sifat-sifat dari pribadi tersebut. (Mazmur 139:15, 16; Kejadian 25:23) Ia bahkan dapat membaca kecenderungan-kecenderungan hati kita yang tersembunyi. (1 Samuel 16:7; 1 Raja 8:39; Yeremia 17:10; Kisah 1:24) Pertimbangkan bagaimana fakta-fakta ini seharusnya mempengaruhi kita.
7. Dalam bidang apa seorang Kristen dapat membuat perbaikan?
7 Untuk menjadi orang-orang Kristen yang sejati kita harus berusaha mengatasi kesalahan-kesalahan yang serius dan dosa, seperti yang dilakukan orang-orang Kristen yang mula-mula. (1 Korintus 6:9-11; Kisah 26:20; 1 Petrus 4:1-4) Namun bagaimana dengan kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak diketahui orang lain? Meskipun kesalahan-kesalahan ini tidak diketahui umum, tidak berarti ini kurang penting. Hal ini dinyatakan oleh kata-kata Daud, ”Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.” (Mazmur 101:5) Meskipun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hanya kepada satu pendengar saja, mengumpat itu tetap salah. Jadi Daud tidak akan menyetujui dosa ’tersembunyi’ ini.
8. Bagaimana kita tahu bahwa kesalahan yang tersembunyi tidak luput dari pengamatan Yehuwa?
8 Orang yang berbuat salah juga tidak boleh membohongi diri sendiri dengan berpikir bahwa kesalahan itu luput dari perhatian Allah ”yang melihat yang tersembunyi”. Sebenarnya, Allah telah membuktikan bahwa Ia ingin agar orang-orang tetap setia sekalipun tindakan-tindakan mereka tidak diketahui umum. Ingatlah kasus Akhan. Orang-orang Israel harus menghancurkan Yerikho dan penduduknya, orang-orang Kanaan yang jahat. Hanya perak, emas dan tembaga dikecualikan, karena ini adalah untuk perbendaharaan kemah suci Allah. (Yosua 6:17-19) Tetapi, Akhan, menyerah kepada godaan dan mengambil sebuah jubah yang mahal, beberapa keping perak dan emas. Ia menyembunyikan ini di bawah kemahnya, mungkin berpikir bahwa seorang pun tidak akan tahu. Tetapi apakah ia memperdayakan Pribadi ”yang melihat yang tersembunyi”? Tidak. Allah bertindak agar dosa Akhan disingkapkan di hadapan umum, membinasakan dia dan keluarganya.—Yosua 7:1, 16-26.
9. Apa yang harus kita lakukan untuk mendapat dan mempertahankan perkenan Allah?
9 Elihu dengan bijaksana menjelaskan tentang Yehuwa, ”Karena mataNya mengawasi jalan manusia, dan Ia melihat segala langkahnya; tidak ada kegelapan ataupun kelam kabut, di mana orang-orang yang melakukan kejahatan dapat bersembunyi.” (Ayub 34:21, 22) Maka, jika kita ingin mendapat dan tetap mempertahankan perkenan Allah Yehuwa, kita harus berusaha untuk hidup selaras dengan prinsip-prinsipNya pada waktu kita tahu bahwa orang-orang lain sedang melihat maupun pada waktu nampaknya perbuatan kita tidak kelihatan. ”MataNya” selalu ”mengawasi jalan manusia”.
10. (a) Paulus memberi teladan baik apa dalam hal tingkah laku yang tersembunyi? (b) Kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi dalam bidang-bidang apa patut kita perhatikan?
10 Seorang Kristen mungkin mengalami ujian yang tidak kelihatan oleh sesama penyembahnya. Hal itu terjadi atas Paulus ketika ia berada di penjara. Orang-orang Yahudi menuduhnya ”menimbulkan kekacauan” dan ”mencoba melanggar kekudusan Bait”. (Kisah 24:1-6) Paulus membuktikan bahwa ia tidak bersalah di hadapan pejabat pengadilan Roma, Feliks, yang menurut ahli-ahli sejarah seorang yang kejam dan imoral. Feliks menahan Paulus dalam penjara ”berharap, bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya”. (Kisah 24:10-21, 26) Meskipun rasul itu tahu nasihat Alkitab agar tidak memberikan atau menerima hadiah untuk mempengaruhi pengadilan, ia bisa saja berdalih bahwa memberikan suap merupakan cara yang bijaksana supaya dapat bebas. Karena uang suap itu dapat dirahasiakan dari orang-orang lain, Paulus tidak perlu kuatir akan menjadi sandungan bagi mereka. (Keluaran 23:8; Mazmur 15:1, 5; Amsal 17:23) Namun Paulus tidak berpikir demikian. Banyak dari umat Yehuwa di jaman modern telah menghadapi ujian-ujian lain, seperti yang menyangkut hukum Allah mengenai darah, merancap/masturbasi, dan penyalahgunaan alkohol. Mari kita membahas bagaimana ujian-ujian sedemikian dapat menimpa saudara atau orang-orang yang saudara kasihi.
Ketaatan Diuji Berkenaan Darah
11. Apa dasar dari sikap orang-orang Kristen terhadap penggunaan darah?
11 Hukum Allah mengenai darah tentu tidak baru atau kurang jelas. Melalui nenek moyang kita semua, Nuh, Yehuwa memerintahkan segenap umat manusia, ”Daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan.” (Kejadian 9:4) Kesucian darah, yang melambangkan kehidupan dari Allah, ditandaskan dalam Hukum Musa. Darah dapat digunakan pada mezbah, tetapi selain itu darah harus ’dicurahkan ke bumi seperti air’. (Imamat 17:11-14; Ulangan 12:23-25) Apakah larangan untuk mempertahankan kehidupan dengan darah terus berlaku setelah Hukum Musa berakhir? Tentu. Dalam apa yang disebut orang sebagai majelis (konsili) Kristen yang pertama, para rasul dan penatua-penatua (yang membentuk badan pimpinan) menyimpulkan bahwa orang-orang Kristen harus ’menjauhkan diri dari berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati lemas [yang masih ada darahnya] dan dari darah’. Menyalahgunakan darah merupakan kesalahan moral yang sama seriusnya seperti hubungan seks gelap.—Kisah 15:20, 21, 28, 29.
12. Orang-orang Kristen yang mula-mula mengambil sikap apa berkenaan darah?
12 Orang-orang Kristen yang mula-mula mentaati hukum Allah mengenai darah. Meskipun ada orang-orang di jaman dulu yang meminum darah dari para gladiator sebagai ”obat” untuk penyakit ayan, orang-orang Kristen yang sejati tidak berbuat demikian. Mereka juga tidak mau makan makanan yang mengandung darah, meskipun menolaknya dapat berarti kematian bagi mereka dan anak-anak mereka. Sejak waktu itu, berbagai ahli teologia dan orang-orang lain mengakui bahwa orang-orang Kristen berada di bawah hukum Allah yang melarang dipertahankannya kehidupan dengan menerima darah.
13. (a) Mengapa saudara kadang-kadang boleh jadi dihadapkan dengan ujian berkenaan darah? (b) Alasan utama apa bagi orang-orang Kristen untuk tidak menerima darah hendaknya kita ingat?
13 Dalam masa-masa belakangan ini transfusi darah telah menjadi sarana kedokteran yang populer. Dengan demikian seorang Kristen bisa saja menghadapi ujian yang menyangkut hal itu. Para dokter, perawat, dan bahkan sanak keluarga mungkin mendesaknya dengan keras untuk menerima darah. Orang-orang yang mengerti tentu, mengetahui bahwa transfusi itu sendiri merupakan risiko besar. Majalah Time (5 November 1984) mengatakan bahwa ”kira-kira 100.000 orang Amerika dijangkiti hepatitis [penyakit hati] tiap tahun karena transfusi darah”, terutama disebabkan oleh ”suatu virus yang misterius yang dapat dikenali hanya dengan proses pembersihan”. Time juga melaporkan tentang lebih dari 6.500 kasus AIDS (acquired immune deficiency syndrome atau sindroma kehilangan kekebalan tubuh), beberapa di antaranya merupakan ”kasus yang ada hubungannya dengan transfusi”. Laporan itu mengatakan, ”Hampir separuh dari korban-korbannya meninggal, meskipun angka kematian yang terakhir mungkin 90% atau lebih tinggi.” Tentu, Saksi-Saksi Yehuwa tidak mendasarkan penolakan mereka pada pendapat bahwa darah itu suatu obat yang tidak baik. Bahkan meskipun dokter-dokter dapat memberikan jaminan bahwa suatu transfusi sama sekali aman, Firman Allah memerintahkan kita untuk ’menjauhkan diri dari darah’.—Kisah 21:25.
14. Ujian ”tersembunyi” apa yang menyangkut darah mungkin akan saudara hadapi?
14 Bayangkan jika saudara diberitahu bahwa saudara sangat membutuhkan transfusi. Hukum Allah mengenai darah akan timbul dalam pikiran saudara, bukan? Dan keputusan saudara untuk mentaati Allah, tidak soal apa akibat seketika dari ini, kemungkinan akan dikuatkan jika ada saudara-saudara Kristen yang hadir. (Bandingkan Daniel 3:13-18.) Tetapi, bagaimana jika di bawah empat mata seorang dokter atau hakim menekan saudara untuk menerima darah, bahkan mengatakan kepada saudara bahwa merekalah yang akan memikul tanggung jawabnya di hadapan Allah?
15. Beberapa dokter dan pejabat mempunyai pandangan salah apa berkenaan sikap kita terhadap darah?
15 Laporan dari berbagai negeri menunjukkan bahwa kadang-kadang para dokter, pejabat rumah sakit dan hakim mempunyai pendapat yang salah bahwa Saksi-Saksi Yehuwa di depan umum menolak transfusi darah tetapi secara pribadi atau dalam hati tidak demikian. Dalam satu kasus seorang hakim dengan sewenang-wenang menyimpulkan ”bahwa inti dari problemnya terletak, bukan dalam keyakinan agama [sang pasien], melainkan dalam penolakannya untuk menandatangani suatu pemberian wewenang sebelumnya yang tertulis untuk transfusi darah. Ia tidak menolak menerima cara pengobatan tersebut—tetapi, ia tidak mau mengusulkan”. Namun, sebaliknya dari menolak dengan lemah untuk ’menandatangani wewenang atas darah’, Saksi-Saksi Yehuwa tercatat sebagai orang-orang yang dengan tegas ingin menandatangani dokumen-dokumen sah yang membebaskan kalangan kedokteran dari tanggung jawab apapun yang ada hubungannya dengan menolak darah.a
16. Jika seseorang di bawah empat mata mendesak saudara untuk menerima darah, apa yang hendaknya jangan saudara lupakan?
16 Dokter-dokter dan hakim-hakim mungkin berusaha mendesak saudara untuk menerima darah karena mereka telah melihat orang-orang dari agama-agama lain menolak salah satu cara pengobatan tetapi kemudian menerimanya secara diam-diam. Ada pejabat-pejabat yang bahkan mengaku mengenal seorang Saksi yang menyetujui transfusi secara diam-diam. Jika hal itu memang benar, itu mungkin terjadi atas seseorang yang baru mengenal Saksi-Saksi Yehuwa. Hamba-hamba Allah yang berbakti mengetahui benar bahwa kompromi sedemikian tidak akan luput dari pengamatanNya. Ingat ketika Daud berdosa sehubungan dengan Batsyeba dan Uria. Yehuwa melihat semua dan mengutus Natan dengan pesan, ”Sebab engkau [Daud] telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.” Seperti dinyatakan Allah, Daud belakangan merasakan akibat-akibat yang menyedihkan dari dosanya yang ”tersembunyi”.—2 Samuel 11:27–12:12; 16:21.
17. (a) Bagaimana menerima transfusi darah secara diam-diam dapat menimbulkan kesulitan bagi orang-orang lain? (b) Jelaskan bagaimana seorang saudari berpendirian teguh dalam soal darah bahkan secara pribadi, dan apa hasilnya?
17 Kasih kepada saudara-saudara Kristen hendaknya juga membantu saudara menolak tekanan untuk secara diam-diam menyetujui pelanggaran hukum Allah mengenai darah. Bagaimana? Ya, jika seorang dokter atau hakim mencoba memaksa saudara untuk menerima darah, bahkan secara diam-diam, saudara hendaknya memikirkan kesulitan tambahan yang diakibatkan hal itu atas Saksi-Saksi lain berikutnya. Perhatikan pengalaman ini:
Saudari Rodriguez dirawat untuk suatu peradangan. Kemudian sakitnya menjadi parah; dokter menentukan diagnosa perdarahan di bagian dalam dan menyarankan agar dia segera masuk rumah sakit. Saudari Rodriguez memberitahu karyawan ruang darurat, ”Tidak soal apa yang terjadi, saya tidak dapat menerima transfusi darah.” Belakangan ia berpegang teguh pada hal ini ketika para perawat menekan dia dengan menyatakan bahwa ada Saksi-Saksi yang menerima darah. Selama berhari-hari saudari ini terus kehilangan darah dan menjadi lemah, akhirnya dipindahkan ke Bagian Perawatan Gawat Darurat [ICU]. Kemudian rumah sakit mengundang seorang hakim dari Mahkamah Agung.
Beberapa bulan kemudian dalam aula rumah sakit, hakim ini berbicara kepada lebih dari 150 dokter tentang pokok ”Bagaimanapun Juga, Kehidupan Siapakah Itu?” Ia, juga, mengatakan bahwa ia bertemu dengan orang-orang yang mula-mula menolak darah tetapi secara diam-diam menyetujuinya setelah seorang hakim dilibatkan. Namun bagaimana dengan Saudari Rodriguez? Dokter ini menceritakan bahwa di bawah empat mata ia telah berusaha meyakinkan saudari ini bahwa dialah yang akan ’memikul tanggung jawabnya’ dengan memberikan transfusi di bawah perintah pengadilan. Apa yang saudari ini lakukan? Hakim itu mengatakan kepada dokter-dokter yang berkumpul bahwa dengan segenap kekuatan yang dapat dikerahkan, Ny. Rodriguez mengatakan kepadanya bahwa ia tidak akan menerima darah dan bahwa hakim itu harus meninggalkan dia dan keluar dari ruangan. Karena itu, hakim menjelaskan, ia tidak mempunyai dasar untuk memerintahkan pemberian darah bertentangan dengan kehendak saudari tersebut.
18. Tekad apa hendaknya kita jelaskan berkenaan soal darah, dan kemungkinan dengan hasil-hasil apa?
18 Ini menandaskan pentingnya membuat jelas sekali bahwa sikap kita terhadap darah tidak dapat dikompromikan. Sang rasul mengambil sikap yang tegas demikian, dengan menyatakan, ”Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah 5:29) Kasus Saudari Rodriguez juga menunjukkan akibat atas orang-orang lain jika seorang Saksi berkompromi. Selama sakit dan lemah jasmani, ia harus menghadapi tekanan tambahan hanya karena seorang lain sebelumnya mungkin secara diam-diam melanggar hukum Allah. Tentu, pelanggaran sedemikian tidaklah tersembunyi bagi ”Hakim segenap bumi”. (Kejadian 18:25) Untunglah, Saudari Rodriguez tidak berkompromi secara diam-diam maupun di depan umum. Dan belakangan, ketika sudah sehat kembali, ia menjelaskan kepada kelompok dokter-dokter yang sama bahwa ia akan terus bertekad untuk setia kepada Allah.
19. Kita harus selalu sadar akan fakta apa?
19 Kita, juga, harus setia tidak soal apakah tindakan kita diketahui umum atau tidak. Yehuwa senang dengan kesetiaan sedemikian dan akan memberi pahala; Ia dengan adil akan membalas perbuatan-perbuatan di depan umum atau secara pribadi—dari orang-orang yang tidak setia kepada standar-standarNya. (Mazmur 51:6; Ayub 34:24) Dengan penuh kasih Ia menyediakan nasihat yang sempurna yang akan membantu kita mengatasi kesalahan-kesalahan yang tersembunyi apapun yang kita pernah lakukan, seperti yang akan dibahas berikut ini.
[Catatan Kaki]
a Banyak rumah sakit [di luar negeri] menggunakan Formulir P-47 PENOLAKAN UNTUK MENERIMA TRANSFUSI DARAH seperti yang dicetak dalam Medical Association Medicolegal Forms with Legal Analysis dari Perkumpulan Dokter-Dokter Amerika.
Bagaimana Saudara Akan Menjawab?
◻ Allah mempunyai kemampuan apa yang seharusnya mempengaruhi tindakan-tindakan kita?
◻ Pengalaman Akhan seharusnya memberikan kita pelajaran penting apa?
◻ Kerugian apa dapat diakibatkan jika seorang Kristen secara diam-diam melanggar hukum Allah mengenai darah?
◻ Saudara hendaknya memutuskan apa berkenaan pandangan Yehuwa mengenai darah?
[Kotak di hlm. 18]
Hukum Allah mengenai Darah Diakui Masih Berlaku
JOSEPH PRIESTLEY (1733-1804) sangat terkenal sebagai ilmuwan yang menemukan oksigen, tetapi ia juga seorang ahli teologia. Ia menulis,
”Larangan untuk makan darah, yang diberikan kepada Nuh, nampaknya wajib ditaati oleh semua keturunannya.” Berkenaan pernyataan bahwa larangan Kristen mengenai darah hanya bersifat sementara, Priestley menambahkan, ”Tidak ada pemberitahuan, atau petunjuk, tentang sifatnya yang sementara, atau pernyataan apapun tentang suatu masa bilamana larangan itu akan berakhir. . . . Jika kita menafsirkan larangan dari rasul-rasul ini dengan mengingat kebiasaan orang-orang Kristen primitif, yang tidak mungkin dapat dianggap tidak memahami betul sifat dan kadarnya, kita hanya dapat menyimpulkan bahwa hal itu dimaksudkan akan bersifat mutlak dan kekal.”
Pada tahun 1646 A Bloody Tenet Confuted, or, Blood Forbidden [Pendirian mengenai Darah Dibantah, atau Darah Dilarang] (ejaan modern) diterbitkan. Di halaman 8 disimpulkan, ”Mari kita mengesampingkan kebiasaan kejam untuk memakan kehidupan binatang-binatang buas, seperti biasa dilakukan di seluruh Inggris, dalam bentuk puding [darah] hitam yang tidak dikuduskan, karena dengan demikian kita akan menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang berbelaskasihan, bukan yang tidak berperikemanusiaan; karena kita tidak ingin didapati sebagai orang-orang yang tidak taat kepada Allah dalam perintah-perintah yang demikian tegas, melainkan sebagai orang-orang yang mentaati kehendakNya, dan pelaku-pelaku dari perkara-perkara yang benar di mataNya, karena kita ingin mendapat perkenan Allah, . . . dan tidak disingkirkan dari orang-orang kita, dan wajah Allah terus menentang kita karena berbuat jahat.”
Gaspard Bartholin adalah seorang profesor anatomi dari abad ke-17 di Universitas Kopenhagen. Ketika menulis tentang ’Penyalahgunaan Darah’, ia menyatakan, ’Orang-orang yang memperkenalkan penggunaan darah manusia untuk pengobatan penyakit dalam, nampaknya menyalahgunakan darah dan melakukan dosa besar. Kanibal-kanibal dikutuk. Mengapa kita tidak membenci orang-orang yang menodai kerongkongan mereka dengan darah manusia? Sama pula dengan menerima darah asing dari pembuluh darah yang dipotong, melalui mulut maupun dengan alat-alat transfusi. Penemu-penemu operasi ini dihantui rasa takut oleh hukum ilahi, yang melarang makan darah.’
Revelation Examined with Candour [Wahyu Dipelajari dengan Jujur] (1745) membahas perintah Allah mengenai darah. Pendapatnya, ”Suatu perintah yang diberikan Allah sendiri kepada Nuh, yang diulangi kepada Musa, dan disahkan oleh rasul-rasul Yesus Kristus; diberikan segera setelah air bah, ketika dunia, seolah-olah, mempunyai permulaan baru; dan satu-satunya perintah yang diberikan kepada pada peristiwa besar itu; diulangi dengan kekhidmatan yang luar biasa, kepada umat tersebut yang Allah pisahkan dari umat manusia lainnya, agar kudus bagi diriNya sendiri; diulangi dengan pernyataan hukuman pembalasan ilahi yang mengerikan, terhadap orang Yahudi maupun orang asing yang berani melanggarnya; dan disahkan oleh dewan yang paling khidmat dan suci yang pernah diadakan di bumi; bertindak di bawah pengaruh langsung dari Roh Allah; yang disampaikan dari rapat suci kepada beberapa gereja dari bangsa-bangsa tetangga, melalui tangan dari pesuruh-pesuruh yang tidak lebih hina dari pada dua uskup, dan dua rasul . . . Apakah ada seseorang, setelah ini, yang berani mencemarkan perintah tersebut? Apakah seseorang dengan akal sehat akan menyatakan bahwa suatu perintah, yang diberikan, diulangi, dan disahkan sedemikian rupa oleh Allah sendiri, tidak berarti dan tidak penting?”
[Gambar di hlm. 19]
Perbuatan satu orang Saksi dapat mempermudah Saksi berikutnya untuk setia kepada Allah