Mengidentifikasi Roh Suci
TAHUKAH saudara bahwa roh suci mempengaruhi kehidupan kita masing-masing? Selain itu, apakah saudara menyadari bahwa roh tersebut dapat membuat perbaikan yang sangat besar dalam kehidupan saudara? Ini mungkin mengherankan saudara. Saudara mungkin bahkan bertanya, ’Siapa atau apa gerangan roh suci itu?’
Jika saudara menjadi anggota salah satu gereja Susunan Kristen, saudara mungkin pernah mendengar pendeta membaptis bayi ”dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. (Matius 28:19) Ketika diminta untuk mengidentifikasi roh suci, kebanyakan pendeta dengan cepat menjawab, ’Roh suci adalah pribadi ketiga dari Tritunggal, dalam segala hal setara dengan Allah Bapa dan Tuhan Kristus Yesus.’
Akan tetapi, pandangan ini tidak dianut selama beberapa abad pertama dari penanggalan Masehi kita. Sebagai gambaran, Pada tahun 381 M.—kira-kira tiga abad setelah kematian para rasul Kristus Yesus—Gregory dari Nazianzus menulis, ”Ada yang beranggapan bahwa [roh suci] adalah suatu tenaga (energeia), beberapa mengira itu suatu makhluk, yang lain mengatakan dia adalah Allah, orang lain lagi tidak dapat menentukan yang mana dari antara semua ini.”
Dewasa ini, kebanyakan gereja dalam Susunan Kristen menerima pandangan Tritunggal mengenai roh suci. Akan tetapi, apakah demikian yang Alkitab katakan? Atau apakah itu hanya pendapat berdasarkan tradisi? Sebenarnya, cara Alkitab berbicara tentang roh suci tidak pernah sama dengan cara ia berbicara tentang Allah atau tentang Yesus. Misalnya, dalam Alkitab, roh suci tidak mempunyai nama pribadi.
Apakah itu hanya suatu rincian yang tidak berarti? Tidak, dalam Alkitab nama itu penting. Allah menekankan pentingnya nama pribadi-Nya ketika Ia berkata, ”Aku ini [Yehuwa], itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain atau kemasyhuranKu kepada patung.” (Yesaya 42:8) Pentingnya nama Kristus Yesus ditandaskan sebelum kelahirannya pada waktu seorang malaikat berkata kepada Maria, ”Hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Lukas 1:31) Jika nama Bapa dan nama Anak demikian penting, mengapa roh suci tidak mempunyai nama pribadi? Pasti, rincian ini saja seharusnya membuat orang berpikir apakah roh suci benar-benar setara dengan Bapa dan Putra.
Alkitab dan Roh Suci
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, atau ”Perjanjian Lama”, terdapat acuan kepada ”rohMu yang kudus” dan ”RohKu [Allah]”. (Mazmur 51:13; Yoel 2:28, 29) Kita membaca bahwa roh suci dapat memenuhi seseorang, hinggap ke atasnya, dan menguasainya. (Keluaran 31:3; Hakim 3:10; 6:34) Sebagian dari roh suci Allah dapat diambil dari seseorang dan diberikan kepada orang lain. (Bilangan 11:17, 25) Roh suci dapat bekerja atas diri seseorang, memungkinkan dia melakukan perbuatan-perbuatan adimanusiawi.—Hakim 14:6; 1 Samuel 10:6.
Secara masuk akal apa yang dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan demikian? Sudah jelas bahwa roh suci bukanlah suatu pribadi. Bagaimana sebagian pribadi dari satu individu dapat diambil dan diberikan kepada yang lain? Selain itu, tidak ada bukti bahwa ketika Yesus berada di bumi, orang-orang Yahudi yang beriman memandang roh suci sebagai pribadi yang setara dengan Bapa. Mereka tentu tidak menyembah roh suci. Sebaliknya, ibadat mereka diarahkan semata-mata kepada Yehuwa, Pribadi yang Yesus sendiri sebut ”BapaKu” dan ”AllahKu”.—Yohanes 20:17.
Seperti apa yang disebut Perjanjian Lama, bagian Alkitab yang disebut Kitab-Kitab Yunani Kristen, atau ”Perjanjian Baru”, mengatakan bahwa roh suci dapat ’memenuhi’ seseorang atau ”ada di atas”-nya. (Kisah 2:4; Lukas 2:25-27) Roh suci ’diberikan’, ”dicurahkan ke atas”, ”dibagi-bagikan”. (Lukas 11:13; Kisah 10:45; Ibrani 2:4) Pada hari Pentakosta tahun 33 M., murid-murid menerima ”sebagian dari” roh Allah. (Kisah 2:17, NW) Alkitab juga mengatakan tentang pembaptisan dengan roh suci dan pengurapan dengan itu.—Matius 3:11; Kisah 1:5; 10:38.
Pernyataan Alkitab demikian membuktikan bahwa roh suci bukan suatu pribadi. Kesimpulan ini dipertegas bila kita melihat bahwa roh suci disebutkan bersama dengan hal-hal impersonal lain. Misalnya, Alkitab menyatakan bahwa Stefanus ”penuh iman dan Roh Kudus”. (Kisah 6:5) Kemudian rasul Paulus memujikan dirinya sebagai rohaniwan Allah ”dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik”.—2 Korintus 6:4-6.
Memang, kadang-kadang Alkitab mempersonifikasikan roh suci. Misalnya, Yesaya mengatakan bahwa pemberontak-pemberontak tertentu ’membuat Roh Kudus Allah sedih’. (Yesaya 63:10) Paulus mengatakan roh dapat ’berduka’. (Efesus 4:30) Sejumlah ayat mengatakan bahwa roh suci mengajar, membimbing, berbicara, dan memberikan kesaksian. (Yohanes 14:26; 16:13, 14; 1 Yohanes 5:7, 8) Akan tetapi, Alkitab juga mempersonifikasikan benda-benda mati lain, seperti hikmat, kematian, dan dosa. (Amsal 1:20; Roma 5:17, 21) Ini sebenarnya merupakan cara yang hidup yang kadang-kadang digunakan Alkitab untuk menyatakan hal-hal tertentu.
Dewasa ini, kita menggambarkan Alkitab dengan cara yang serupa bila kita mengatakan bahwa Alkitab mengatakan sesuatu atau mengajarkan suatu doktrin. Dengan menggunakan ungkapan-ungkapan demikian, kita tidak memaksudkan bahwa Alkitab adalah suatu pribadi, bukan? Alkitab juga tidak memaksudkan bahwa roh suci adalah suatu pribadi bila ungkapan-ungkapan perbandingan digunakan.
Maka, apa gerangan roh suci? Ini bukan suatu pribadi. Sebaliknya, ini adalah tenaga aktif Allah sendiri, yang Ia gunakan untuk melaksanakan kehendak-Nya. (Kejadian 1:2) Akan tetapi, bagaimana kehidupan kita dipengaruhi oleh roh suci? Selain itu, bagaimana kita dapat secara pribadi mengambil lebih banyak manfaat dari aktivitasnya?