PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w95 15/1 hlm. 15-20
  • Melayani Yehuwa dengan Hati yang Bersukacita

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Melayani Yehuwa dengan Hati yang Bersukacita
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Caranya Melayani dengan ”Hati yang Bersukacita”
  • Jika Kehilangan Sukacita
  • Menanti dengan Bersukacita
  • Bersukacita meskipun Dianiaya
  • ”Layanilah Yehuwa dengan Kegirangan”
  • Bergirang dalam Harapan Saudara
  • Sukacita—Kebahagiaan yang Berasal dari Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
  • Sukacita Yehuwa Adalah Benteng Kita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Melayani Yehuwa dengan Sukacita
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1991
  • ”Orang Benar Akan Bergembira Karena Yehuwa”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2018
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
w95 15/1 hlm. 15-20

Melayani Yehuwa dengan Hati yang Bersukacita

”Segala kutuk itu akan datang ke atasmu . . . karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada [Yehuwa], Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati [”dengan kegirangan dan hati yang bersukacita”, ”NW”].”—ULANGAN 28:45-47.

1. Bukti apa terdapat bahwa mereka yang melayani Allah itu bersukacita, di mana pun mereka melayani Dia?

HAMBA-HAMBA Yehuwa bersukacita, tidak soal mereka sedang melakukan kehendak-Nya di surga atau di bumi. ”Bintang-bintang fajar” yang adalah para malaikat bersorak-sorak penuh sukacita pada waktu bumi dijadikan, dan pasti berlaksa-laksa malaikat di surga ”melaksanakan firman-Nya” dengan bersukacita. (Ayub 38:4-7; Mazmur 103:20) Satu-satunya Putra yang diperanakkan dari Yehuwa adalah ”pekerja ahli” (NW) yang bersukacita di surga dan merasakan kesenangan ketika melakukan kehendak ilahi sebagai manusia Yesus Kristus di bumi. Selain itu, ”demi sukacita yang ditaruh di hadapannya ia bertekun menahan tiang siksaan, mengabaikan keaiban, dan telah duduk di sebelah kanan takhta Allah”.—Amsal 8:30, 31; Ibrani 10:5-10; 12:2.

2. Apa yang menentukan apakah bangsa Israel mengalami berkat atau kutuk?

2 Bangsa Israel mengalami sukacita sewaktu mereka menyenangkan Allah. Tetapi bagaimana jika mereka tidak menaati Dia? Mereka diperingatkan, ”Semua [kutuk] itu akan menjadi tanda dan mujizat di antaramu dan di antara keturunanmu untuk selamanya. Karena engkau tidak mau menjadi hamba kepada [Yehuwa], Allahmu, dengan sukacita dan gembira hati [”dengan kegirangan dan hati yang bersukacita”, NW] walaupun kelimpahan akan segala-galanya, maka dengan menanggung lapar dan haus, dengan telanjang dan kekurangan akan segala-galanya engkau akan menjadi hamba kepada musuh yang akan disuruh [Yehuwa] melawan engkau. Ia akan membebankan kuk besi ke atas tengkukmu, sampai engkau dipunahkan-Nya.” (Ulangan 28:45-48) Berkat dan kutuk membuat jelas siapa yang adalah hamba Yehuwa dan siapa yang bukan. Kutuk demikian juga meneguhkan bahwa prinsip-prinsip dan maksud-tujuan Allah tidak dapat dianggap remeh atau dipandang hina. Karena bangsa Israel menolak untuk mengindahkan peringatan Yehuwa mengenai kehancuran dan pembuangan, Yerusalem menjadi ”kutuk bagi segala bangsa di bumi”. (Yeremia 26:6) Karena itu, marilah kita menaati Allah dan menikmati perkenan-Nya. Sukacita adalah salah satu dari banyak berkat ilahi yang dialami oleh orang-orang yang saleh.

Caranya Melayani dengan ”Hati yang Bersukacita”

3. Apakah jantung atau hati kiasan itu?

3 Bangsa Israel harus melayani Yehuwa ”dengan kegirangan dan hati yang bersukacita”. Demikian pula hamba-hamba Allah zaman modern. Bergirang adalah ”merasa gembira; dipenuhi dengan sukacita”. Meskipun jantung jasmaniah disebutkan dalam Alkitab, jantung tidak secara harfiah berpikir atau bernalar. (Keluaran 28:30) Fungsi utamanya adalah untuk memompa darah yang memelihara sel-sel tubuh. Akan tetapi, dalam hampir seluruh pemunculan kata ini, Alkitab menunjuk kepada jantung atau hati kiasan, yang lebih dari sekadar tempat kedudukan kasih sayang, motivasi, dan kecerdasan. Dikatakan bahwa hati mengartikan ”bagian pusat secara umum, yang ada di dalam, dan mengartikan manusia batiniah yang menyatakan dirinya sendiri dalam semua aktivitasnya yang beragam, dalam hasrat, kasih sayang, emosi, nafsu, tujuannya, pikiran, persepsi, imajinasinya, hikmat, pengetahuan, keterampilannya, kepercayaannya dan penalarannya, ingatannya dan kesadarannya”. (Journal of the Society of Biblical Literature and Exegesis, 1882, halaman 67) Jantung atau hati kiasan kita mencakup perasaan dan emosi kita, termasuk sukacita.—Yohanes 16:22.

4. Apa yang dapat membantu kita melayani Allah Yehuwa dengan hati yang bersukacita?

4 Apa yang dapat membantu kita melayani Yehuwa dengan hati yang bersukacita? Pandangan yang positif dan penuh penghargaan akan berkat-berkat kita dan hak-hak istimewa yang Allah berikan merupakan hal yang berguna. Sebagai contoh, kita dapat dengan bersukacita memikirkan hak istimewa kita dalam memberikan ”dinas suci” kepada Allah yang benar. (Lukas 1:74) Terdapat hak istimewa yang berkaitan berupa menyandang nama Yehuwa sebagai Saksi-Saksi-Nya. (Yesaya 43:10-12) Kepada hal ini kita dapat menambahkan sukacita karena mengetahui bahwa dengan mengikuti Firman Allah, kita menyenangkan Dia. Dan alangkah bersukacitanya untuk memantulkan terang rohani dan dengan demikian membantu banyak orang keluar dari kegelapan!—Matius 5:14-16; bandingkan 1 Petrus 2:9.

5. Apa sumber dari sukacita ilahi?

5 Namun, melayani Yehuwa dengan hati yang bersukacita bukan sekadar soal berpikir positif. Memang bermanfaat untuk memiliki sudut pandangan yang positif. Tetapi sukacita ilahi bukan sesuatu yang kita hasilkan melalui perkembangan karakter. Ini adalah buah dari roh Yehuwa. (Galatia 5:22, 23) Jika kita tidak memiliki sukacita demikian, kita mungkin perlu membuat penyesuaian agar tidak berpikir atau bertindak dengan cara tertentu yang tidak sesuai dengan Alkitab yang dapat memedihkan hati roh Allah. (Efesus 4:30) Akan tetapi, sebagai orang-orang yang mengabdi kepada Yehuwa, janganlah kita takut bahwa kurangnya sukacita yang sepenuh hati pada saat-saat tertentu merupakan bukti tidak adanya perkenan ilahi. Kita tidak sempurna dan dapat mengalami rasa sakit, kesedihan, dan bahkan kadang-kadang depresi, tetapi Yehuwa mengerti diri kita. (Mazmur 103:10-14) Karena itu marilah kita berdoa memohonkan roh kudus-Nya, dengan mengingat bahwa buahnya yaitu sukacita adalah pemberian Allah. Bapa surgawi kita yang pengasih akan menjawab doa-doa demikian dan akan memungkinkan kita untuk melayani Dia dengan hati yang bersukacita.—Lukas 11:13.

Jika Kehilangan Sukacita

6. Jika kita kehilangan sukacita dalam dinas kita kepada Allah, apa yang hendaknya kita lakukan?

6 Jika kita kehilangan sukacita dalam dinas, kita mungkin akhirnya mengendur dalam melayani Yehuwa atau bahkan terbukti tidak setia kepada-Nya. Maka, adalah bijaksana untuk memikirkan motif-motif kita dengan rendah hati dan sungguh-sungguh serta membuat penyesuaian yang perlu. Untuk memiliki sukacita yang Allah berikan, kita harus melayani Yehuwa didorong oleh kasih dan dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita. (Matius 22:37) Kita tidak boleh melayani dengan sikap bersaing, karena Paulus menulis, ”Jika kita hidup dengan roh, hendaklah kita juga terus berjalan tertib dengan roh. Hendaklah kita tidak menganggap diri paling penting, membangkitkan persaingan dengan satu sama lain, dengki terhadap satu sama lain.” (Galatia 5:25, 26) Kita tidak akan memiliki sukacita sejati jika kita melayani karena kita ingin mengungguli orang lain atau mencari pujian.

7. Bagaimana kita dapat mengobarkan kembali hati kita yang bersukacita?

7 Kita akan bersukacita jika kita hidup sesuai dengan pembaktian kita kepada Yehuwa. Ketika kita baru berbakti kepada Allah, kita dengan bergairah mulai mengikuti jalan hidup Kristen. Kita mempelajari Alkitab dan dengan tetap tentu ambil bagian dalam perhimpunan. (Ibrani 10:24, 25) Ambil bagian dalam pelayanan memberi kita sukacita. Namun, bagaimana jika sukacita kita semakin lama semakin berkurang? Mempelajari Alkitab, hadir di perhimpunan, berpartisipasi dalam pelayanan—sesungguhnya, terlibat sepenuhnya dalam setiap aspek kekristenan—seharusnya memberikan kestabilan rohani kepada kehidupan kita dan mengobarkan kembali kasih kita yang mula-mula dan juga hati yang bersukacita yang kita miliki sebelumnya. (Penyingkapan 2:4) Maka kita tidak akan menjadi seperti beberapa orang yang kurang bersukacita dan sering memerlukan bantuan rohani. Para penatua senang untuk membantu, tetapi kita secara pribadi harus memenuhi pembaktian kita kepada Allah. Tidak seorang pun dapat melakukan hal ini bagi kita. Karena itu, hendaklah kita menetapkan tujuan untuk mengikuti rutin Kristen yang normal agar dapat memenuhi pembaktian kita kepada Yehuwa dan mendapatkan sukacita sejati.

8. Mengapa hati nurani yang bersih penting jika kita ingin bersukacita?

8 Jika kita ingin mendapatkan sukacita yang adalah buah roh Allah, kita memerlukan hati nurani yang bersih. Selama Raja Daud mencoba menyembunyikan dosanya, ia merasa sangat susah. Sebenarnya, embun kehidupannya seakan-akan menguap, dan bisa jadi ia jatuh sakit secara fisik. Betapa melegakan ketika ia bertobat dan mengakui kesalahannya! (Mazmur 32:1-5) Kita tidak dapat bersukacita jika kita menyembunyikan dosa serius tertentu. Hal itu mungkin dapat membuat hidup kita menderita. Tentunya itu bukan cara untuk mengalami sukacita. Tetapi pengakuan dan pertobatan mendatangkan kelegaan dan dipulihkannya semangat yang bersukacita.—Amsal 28:13.

Menanti dengan Bersukacita

9, 10. (a) Janji apa yang Abraham terima, namun bagaimana iman dan sukacitanya telah diuji? (b) Bagaimana kita dapat menarik manfaat dari contoh Abraham, Ishak, dan Yakub?

9 Kita bersukacita ketika kita pertama kali mengetahui maksud-tujuan ilahi tetapi untuk tetap bersukacita setelah berada dalam kebenaran selama bertahun-tahun adalah persoalan lain. Ini dapat diilustrasikan dalam hal Abraham yang setia. Setelah ia berupaya mempersembahkan putranya Ishak sesuai perintah Allah, seorang malaikat menyampaikan pesan ini, ”’Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri — demikianlah firman [Yehuwa] —: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu [”benihmu”, NW] sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu [”benihmu”, NW] itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah [”benihmu”, NW] semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.’” (Kejadian 22:15-18) Tidak diragukan, Abraham melimpah dengan sukacita mendengar janji ini.

10 Abraham bisa jadi telah mengharapkan Ishak akan menjadi ’benih’ yang melaluinya berkat-berkat yang dijanjikan akan datang. Tetapi tahun-tahun yang berlalu tanpa sesuatu yang hebat terjadi melalui Ishak bisa jadi telah menguji iman dan sukacita Abraham dan keluarganya. Diteguhkannya janji tersebut oleh Allah kepada Ishak dan belakangan kepada Yakub putranya meyakinkan mereka bahwa kedatangan Benih itu masih akan terjadi di masa yang akan datang, dan hal ini membantu mereka memelihara iman dan sukacita mereka. Akan tetapi, Abraham, Ishak, dan Yakub meninggal tanpa melihat penggenapan janji-janji Allah kepada mereka, namun mereka tidak menjadi hamba-hamba Yehuwa yang tidak bersukacita. (Ibrani 11:13) Kita pun dapat terus melayani Yehuwa dengan iman dan sukacita sementara menantikan penggenapan janji-janji-Nya.

Bersukacita meskipun Dianiaya

11. Mengapa kita dapat bersukacita meskipun dianiaya?

11 Sebagai hamba-hamba Yehuwa, kita dapat melayani Yehuwa dengan hati yang bersukacita, meskipun kita menderita penganiayaan. Yesus menyatakan berbahagia orang-orang yang dianiaya demi dirinya, dan rasul Petrus mengatakan, ”Teruslah bergirang sebab kamu ikut dalam penderitaan Kristus, agar kamu dapat bergirang dan melimpah dengan sukacita juga selama penyingkapan kemuliaannya. Jika kamu dicela karena nama Kristus, kamu berbahagia, karena roh kemuliaan, bahkan roh Allah, ada atasmu.” (1 Petrus 4:13, 14; Matius 5:11, 12) Jika saudara sedang menanggung penganiayaan dan penderitaan demi keadilbenaran, saudara memiliki roh dan perkenan Yehuwa, dan hal itu tentu membangkitkan sukacita.

12. (a) Mengapa kita dapat menghadapi ujian-ujian iman dengan sukacita? (b) Pelajaran dasar apa yang dapat kita tarik dari contoh seorang Lewi yang berada dalam pembuangan?

12 Kita dapat menghadapi ujian-ujian iman dengan sukacita karena Allah adalah Perlindungan kita. Hal ini diperjelas dalam Mazmur 42 dan 43. Karena alasan tertentu, seorang Lewi berada dalam pembuangan. Ia begitu merindukan ibadat di tempat suci Allah sehingga ia merasa seperti rusa betina yang kehausan, yang merindukan air di suatu daerah yang kering dan tandus. Ia ”haus”, atau merindukan, Yehuwa dan hak istimewa beribadat kepada Allah di tempat suci-Nya. (Mazmur 42:2, 3) Pengalaman orang Lewi yang dibuang ini hendaknya menggerakkan kita untuk memperlihatkan rasa syukur atas pergaulan yang kita nikmati dengan umat Yehuwa. Jika situasi demikian seperti pemenjaraan akibat penganiayaan untuk sementara membuat kita terpisah dari mereka, hendaklah kita mengingat-ingat sukacita di masa lalu ketika kita bersama-sama dalam dinas suci dan berdoa memohonkan ketekunan sambil ’berharap kepada Allah’ untuk memulihkan kita kepada kegiatan yang biasa dilakukan bersama penyembah-penyembah-Nya.—Mazmur 42:5, 6, 12; 43:3-5.

”Layanilah Yehuwa dengan Kegirangan”

13. Bagaimana Mazmur 100:1, 2 memperlihatkan bahwa sukacita harus menjadi aspek penting dari dinas kita kepada Allah?

13 Sukacita harus menjadi aspek penting dari dinas kita kepada Allah. Hal ini diperlihatkan dalam melodi pengucapan syukur yang dinyanyikan oleh sang pemazmur, ”Berteriaklah dalam kemenangan kepada Yehuwa, kamu sekalian di bumi. Layanilah Yehuwa dengan kegirangan. Masuklah ke hadapannya dengan seruan sukacita.” (Mazmur 100:1, 2, NW) Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia” dan menginginkan hamba-hamba-Nya mendapatkan sukacita dalam melaksanakan pembaktian mereka kepada-Nya. (1 Timotius 1:11) Orang-orang dari segala bangsa hendaknya sangat bersukacita dalam Yehuwa, dan pernyataan-pernyataan pujian kita hendaknya kuat, seperti ’teriakan kemenangan’ dari bala tentara yang berkemenangan. Karena dinas kepada Allah menyegarkan, hal itu hendaknya disertai kegirangan. Maka, sang pemazmur mendesak orang-orang untuk masuk ke hadapan Allah ”dengan seruan sukacita”.

14, 15. Bagaimana Mazmur 100:3-5 diterapkan kepada umat Yehuwa yang bersukacita dewasa ini?

14 Sang pemazmur menambahkan, ”Ketahuilah [sadari, akui], bahwa [Yehuwa]-lah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.” (Mazmur 100:3) Karena Yehuwa adalah Pencipta kita, Ia memiliki kita seperti seorang gembala memiliki domba-dombanya. Allah dengan sangat baik memperhatikan kita sehingga kita menyanjung Dia dengan penuh rasa syukur. (Mazmur 23) Mengenai Yehuwa, sang pemazmur juga bernyanyi, ”Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab [Yehuwa] itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.”—Mazmur 100:4, 5.

15 Dewasa ini, orang-orang yang bersukacita dari segala bangsa sedang memasuki pelataran dari tempat suci Yehuwa untuk memberikan ucapan syukur dan pujian. Kita dengan bersukacita memberkati nama Allah dengan selalu membicarakan yang baik tentang Yehuwa, dan sifat-sifat-Nya yang agung menggerakkan kita untuk memuji Dia. Ia sepenuhnya baik, dan kebaikan hati-Nya yang penuh kasih atau perhatian yang simpatik bagi hamba-hamba-Nya dapat selalu dijadikan tempat bersandar, karena hal tersebut berlangsung selama-lamanya. Selama ”turun-temurun”, Yehuwa setia dalam memperlihatkan kasih kepada mereka yang melakukan kehendak-Nya. (Roma 8:38, 39) Maka, tentu kita memiliki alasan yang baik untuk ’melayani Yehuwa dengan kegirangan’.

Bergirang dalam Harapan Saudara

16. Dalam harapan dan prospek apa orang-orang Kristen dapat bergirang?

16 Paulus menulis, ”Bergiranglah dalam harapan.” (Roma 12:12) Para pengikut yang terurap dari Yesus Kristus bergirang dalam harapan mulia berupa kehidupan yang tidak berkematian di surga yang telah Allah sediakan bagi mereka melalui Putra-Nya. (Roma 8:16, 17; Filipi 3:20, 21) Orang-orang Kristen dengan harapan kehidupan kekal di Firdaus di bumi juga memiliki dasar untuk bergirang. (Lukas 23:43) Semua hamba Yehuwa yang setia memiliki alasan untuk bergirang dalam harapan Kerajaan, karena mereka akan menjadi bagian dari pemerintahan surgawi tersebut atau hidup dalam wilayahnya di bumi. Benar-benar berkat yang membawa sukacita!—Matius 6:9, 10; Roma 8:18-21.

17, 18. (a) Apa yang dinubuatkan di Yesaya 25:6-8? (b) Bagaimana nubuat dari Yesaya ini telah digenapi sekarang, dan bagaimana penggenapannya di masa depan?

17 Yesaya juga menubuatkan masa depan yang penuh sukacita bagi umat manusia yang taat. Ia menulis, ”[Yehuwa] semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan di atas gunung ini [Yehuwa] akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan [Yehuwa] akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab [Yehuwa] telah mengatakannya.”—Yesaya 25:6-8.

18 Pesta rohani yang kita nikmati dewasa ini sebagai penyembah-penyembah Yehuwa sungguh-sungguh perjamuan yang penuh sukacita. Sebenarnya, sukacita kita berlimpah seraya kita melayani Allah dengan bergairah sambil menantikan perjamuan dari perkara-perkara baik secara harfiah yang telah Ia janjikan di dunia baru. (2 Petrus 3:13) Berdasarkan korban Yesus, Yehuwa akan menyingkirkan ”tudung” yang menyelubungi umat manusia karena dosa Adam. Benar-benar suatu sukacita untuk melihat dosa dan kematian disingkirkan! Benar-benar suatu kegembiraan untuk menyambut kembali orang-orang yang kita kasihi yang dibangkitkan, menyaksikan air mata dihapuskan, dan hidup di bumi firdaus, tempat umat Yehuwa tidak akan mendapat celaan melainkan telah memberi Allah suatu jawaban bagi si pengejek besar, Setan si Iblis!—Amsal 27:11.

19. Bagaimana hendaknya reaksi kita terhadap prospek yang telah Yehuwa bentangkan di hadapan kita sebagai Saksi-Saksi-Nya?

19 Tidakkah hal ini memenuhi saudara dengan sukacita dan rasa syukur untuk mengetahui apa yang akan Yehuwa lakukan bagi hamba-hamba-Nya? Sungguh, prospek-prospek yang agung demikian menyumbang kepada sukacita kita! Lagi pula, harapan kita yang penuh berkat membuat kita memandang kepada Allah kita yang berbahagia, pengasih dan murah hati dengan perasaan-perasaan seperti ini, ”Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah [Yehuwa] yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!” (Yesaya 25:9) Dengan harapan menakjubkan yang tertanam kuat dalam pikiran ini, marilah kita dengan bergairah mengerahkan segala upaya untuk melayani Yehuwa dengan hati yang bersukacita.

Bagaimana Saudara Akan Menjawab?

◻ Bagaimana kita dapat melayani Yehuwa dengan ”hati yang bersukacita”?

◻ Apa yang dapat kita lakukan jika kita kehilangan sukacita dalam dinas kita kepada Allah?

◻ Mengapa umat Yehuwa dapat memiliki sukacita meskipun dianiaya?

◻ Alasan-alasan apa yang kita miliki untuk bergirang dalam harapan kita?

[Gambar di hlm. 17]

Ambil bagian dalam semua corak dari kehidupan Kristen akan menambah sukacita kita

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan