PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w03 15/4 hlm. 5-7
  • Di Mana Saudara Dapat Menemukan Nilai Rohani Sejati?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Di Mana Saudara Dapat Menemukan Nilai Rohani Sejati?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pilihan yang Relevan bagi Kita
  • Mengapa Menerima Nilai-Nilai Ilahi
  • Agama
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • ”Ke Mana Engkau Pergi Aku Akan Pergi”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
  • ”Ke Mana Engkau Pergi Aku Akan Pergi”
    Tirulah Iman Mereka
  • Tirulah Sahabat-Sahabat Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2016
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
w03 15/4 hlm. 5-7

Di Mana Saudara Dapat Menemukan Nilai Rohani Sejati?

”JIKA kamu mengikuti suatu agama hanya karena tradisi keluarga, mengapa tidak memilih saja agama Celt yang dipraktekkan oleh leluhur kita 2.000 tahun yang lalu?” tanya Rodolphe dengan nada ironi. Gagasan itu membangkitkan senyum pemuda lawan bicaranya.

”Hubungan saya dengan Allah sangat penting bagi saya,” komentar Rodolphe. ”Saya sangat menentang gagasan bahwa keyakinan agama harus dipaksakan kepada saya oleh tradisi, hanya karena anggota-anggota keluarga saya yang hidup puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu mempraktekkan agama tertentu.” Rodolphe menimbang hal-hal itu dengan cermat; ia tidak memperlakukan persoalan penting ini sebagai sesuatu yang ia warisi semata.

Meskipun pewarisan agama dari satu generasi ke generasi berikutnya sedang merosot sekarang ini, mayoritas orang masih tetap berpegang pada agama keluarga mereka. Tetapi, apakah selalu benar untuk berpaut pada nilai-nilai agama orang tua? Apa yang Alkitab katakan?

Setelah 40 tahun di gurun, Yosua, penerus Musa, menetapkan suatu pilihan di hadapan bangsa Israel, ”Tetapi jika melayani Yehuwa adalah buruk di matamu, pilihlah pada hari ini siapa yang akan kamu layani, allah-allah yang dahulu dilayani bapak-bapak leluhurmu di seberang Sungai atau allah-allah orang Amori yang tanahnya kamu diami. Tetapi aku dan rumah tanggaku, kami akan melayani Yehuwa.”​—Yosua 24:15.

Salah satu bapak-bapak leluhur yang Yosua maksudkan adalah Terah, ayah Abraham, yang tinggal di Kota Ur, yang pada waktu itu terletak di sebelah timur Sungai Efrat. Alkitab tidak banyak menyingkapkan tentang Terah, selain fakta bahwa ia menyembah allah-allah lain. (Yosua 24:2) Putranya, Abraham, meskipun tidak tahu banyak tentang maksud-tujuan Allah, bersedia meninggalkan kampung halamannya sewaktu Yehuwa memerintahkannya untuk melakukan hal itu. Ya, Abraham memilih agama yang berbeda dengan ayahnya. Karena itu, Abraham menerima berkat-berkat yang Allah janjikan kepadanya, dan ia menjadi pribadi yang diakui oleh banyak agama sebagai ”bapak dari semua orang yang percaya kepada Allah”.​—Roma 4:11, Today’s English Version.

Alkitab juga menceritakan secara positif kisah tentang Rut, leluhur Yesus Kristus. Rut, wanita Moab yang menikah dengan orang Israel, menjadi janda dan diperhadapkan pada suatu pilihan: menetap di negerinya sendiri atau kembali bersama ibu mertuanya ke Israel. Sadar akan nilai paling unggul dari ibadat kepada Yehuwa dibanding ibadat kepada berhala yang dipraktekkan orang tuanya, Rut menyatakan kepada ibu mertuanya, ”Bangsamu akan menjadi bangsaku, dan Allahmu, Allahku.”​—Rut 1:16, 17.

Dalam mengomentari pentingnya kisah ini dalam kanon Alkitab, Dictionnaire de la Bible menjelaskan bahwa kisah ini memperlihatkan ”bagaimana seorang wanita asing, yang lahir di kalangan orang kafir yang bermusuhan dengan dan dibenci oleh Israel, . . . karena kasihnya kepada bangsa dan ibadat kepada Yehuwa, pasti dengan bimbingan ilahi, menjadi leluhur Raja Daud yang kudus”. Rut tidak ragu-ragu memilih agama yang berbeda dengan orang tuanya, dan sebagai hasil keputusan itu, ia menerima berkat Allah.

Kisah awal mula Kekristenan memberikan keterangan lebih jelas tentang alasan mengapa murid-murid Yesus meninggalkan agama leluhur mereka. Dalam sebuah khotbah yang sangat persuasif, rasul Petrus mengajak hadirinnya untuk ’menyelamatkan diri mereka dari generasi yang bengkok ini’ dengan bertobat dari dosa-dosa mereka dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus. (Kisah 2:37-41) Salah satu contoh yang paling mengagumkan ialah Saulus, orang Yahudi penganiaya orang Kristen. Sewaktu berada di jalan menuju Damaskus, ia melihat suatu penglihatan tentang Kristus, dan setelah itu Saulus menjadi orang Kristen dan dikenal sebagai rasul Paulus.​—Kisah 9:1-9.

Mayoritas orang Kristen masa awal tidak memiliki pengalaman spektakuler semacam itu. Namun, semuanya harus meninggalkan Yudaisme ataupun ibadat kepada berbagai allah kafir. Orang-orang yang menerima Kekristenan melakukan hal itu dengan pengetahuan yang penuh akan fakta-faktanya, sering kali setelah berdiskusi panjang lebar mengenai peranan Yesus sebagai Mesias. (Kisah 8:26-40; 13:16-43; 17:22-34) Orang Kristen masa awal itu terinformasi dengan jelas akan perlunya membuat perubahan dalam kehidupan mereka. Undangan diberikan kepada semua orang, Yahudi maupun non-Yahudi, tetapi pesannya tetap sama. Guna menyukakan Allah, penting untuk mengikuti bentuk ibadat yang baru, yaitu Kekristenan.

Pilihan yang Relevan bagi Kita

Pasti dituntut ketabahan pada abad pertama untuk menolak tradisi agama keluarga​—Yudaisme, penyembahan kaisar, ibadat kepada dewa-dewi kafir​—dan bergabung dengan suatu gerakan yang diejek oleh orang Yahudi maupun Romawi. Pilihan ini segera mengakibatkan penindasan yang bengis. Dewasa ini, diperlukan ketabahan serupa untuk tidak ”membiarkan diri terisap dan terperangkap dalam iklim konformitas yang merajalela”, sebagaimana dijelaskan Hippolyte Simon, uskup Clermont-Ferrand, dalam bukunya Vers une France païenne? (Pengafiran Prancis?) Diperlukan ketabahan untuk bergabung dengan gerakan agama minoritas yang kadang-kadang dikritik, Saksi-Saksi Yehuwa.

Paul, pemuda dari Bastia, Corsica, yang dibesarkan dalam agama Katolik, kadang-kadang berkecimpung dalam aktivitas gereja, seperti menjual kue guna mengumpulkan uang bagi organisasi amal Katolik. Karena ingin memiliki pemahaman Alkitab yang lebih baik, ia setuju menerima pembahasan teratur bersama Saksi-Saksi Yehuwa. Pada waktunya, ia sadar bahwa apa yang sedang ia pelajari akan mendatangkan manfaat yang langgeng baginya. Kemudian, Paul sepenuhnya menerima nilai-nilai Alkitab dan menjadi salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Orang tuanya merespek pilihannya, yang tidak mempengaruhi keakraban keluarga mereka.

Amélie tinggal di Prancis bagian selatan. Para anggota keluarganya telah menjadi Saksi-Saksi Yehuwa selama empat generasi. Mengapa ia memilih untuk menerima nilai-nilai agama orang tuanya? ”Kita tidak menjadi salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa karena orang tua atau kakek nenek kita adalah Saksi-Saksi Yehuwa,” komentarnya. ”Tetapi, suatu hari nanti, kita berkata kepada diri sendiri, ’Inilah agama saya karena inilah keyakinan saya.’” Seperti banyak Saksi-Saksi Yehuwa muda lainnya, Amélie tahu bahwa keyakinan agamanya yang kukuh memberi dia tujuan dalam kehidupan dan merupakan sumber kebahagiaan yang langgeng.

Mengapa Menerima Nilai-Nilai Ilahi

Buku Amsal, pasal 6, ayat 20, menganjurkan orang-orang yang ingin menyukakan Allah, ”Hai, putraku, jalankanlah perintah bapakmu, dan jangan meninggalkan hukum ibumu.” Sebaliknya dari menyarankan ketaatan yang buta, nasihat demikian mendesak kaum muda untuk menerima standar-standar yang saleh dengan memperdalam iman mereka dan dengan mengambil pendirian mereka sendiri bagi Allah. Rasul Paulus mengajak rekan-rekannya untuk ”memastikan segala sesuatu”, untuk memeriksa apakah yang telah diajarkan kepada mereka selaras dengan Firman Allah dan kehendak-Nya, serta bertindak selaras dengan itu.​—1 Tesalonika 5:21.

Tidak soal dibesarkan dalam keluarga Kristen atau tidak, lebih dari enam juta Saksi-Saksi Yehuwa, tua maupun muda, telah membuat keputusan semacam itu. Melalui pelajaran Alkitab yang saksama, mereka mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat diandalkan atas pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai tujuan kehidupan dan menerima pemahaman yang jelas tentang kehendak Allah bagi umat manusia. Setelah memperoleh pengetahuan ini, mereka menerima nilai-nilai milik Allah dan melakukan yang terbaik untuk melaksanakan kehendak Allah.

Entah Saudara adalah pembaca setia dari majalah ini entah bukan, cobalah menerima tawaran Saksi-Saksi Yehuwa untuk membantu Saudara memeriksa Alkitab guna menyelidiki nilai-nilai rohaninya. Dengan cara ini, Saudara akan dapat ’mengecap dan melihat bahwa Yehuwa itu baik’ dan memperoleh pengetahuan yang, apabila diterapkan, menuntun kepada kehidupan abadi.​—Mazmur 34:8; Yohanes 17:3.

[Gambar di hlm. 5]

Empat generasi keluarga Saksi-Saksi Yehuwa di Prancis

[Gambar di hlm. 7]

Rut memilih melayani Yehuwa ketimbang allah-allah leluhurnya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan