PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • ”Pembantaian Alam”
    Sedarlah!—1997 | 8 Januari
    • ”Pembantaian Alam”

      OLEH KORESPONDEN SEDARLAH! DI IRLANDIA

      KETAMAKAN sedang mengancam tempat Anda berpijak. Ketamakan merongrong potensi bumi untuk menyediakan makanan dan perlindungan yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup kita semua. Tidak diragukan, Anda telah menyadari bagaimana ketamakan sedang merusak bumi, tetapi berikut ini terdapat beberapa pengingat.

      Meracuni Planet Ini

      Pada tahun 1962, Rachel Carson, dalam bukunya Silent Spring, memperingatkan tentang peracunan planet ini oleh pestisida dan limbah beracun. The Naked Savage mengatakan, ”Umat manusia mencemari lingkungannya dan mengotori sarangnya sendiri; ini merupakan tanda bahaya akan kepunahan spesies manusia.” Manusia masih dengan tamak meracuni planet ini. ”Dalam upaya meraup keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu sesingkat-singkatnya,” demikian kata World Hunger: Twelve Myths, ”para petani kelas kakap tidak segan-segan memanfaatkan tanah, air, dan bahan-bahan kimia secara berlebihan tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya berupa erosi tanah, berkurangnya air tanah, dan peracunan lingkungan.”

      Sebaliknya daripada melindungi hutan tropis dunia yang tak ternilai​—yang sangat menentukan kelangsungan bumi​—manusia malah sedang menghancurkannya lebih cepat daripada sebelumnya. ”Hutan tropis hidup,” kata para penulis Far From Paradise​—The Story of Man’s Impact on the Environment (1986), ”akan musnah seluruhnya dalam waktu lima puluh tahun jika tidak ada perubahan dalam tingkat eksploitasi yang ada sekarang.”

      Para nelayan yang tidak bermoral menggunakan dinamit dan racun kimia untuk menangkap ikan di sekitar karang koral​—yang dilukiskan sebagai ”persamaan dari hutan tropis di laut” karena berlimpahnya bentuk kehidupan yang mereka naungi. Metode penangkapan ikan yang brutal ini disertai polusi kimia yang ceroboh telah ”dengan parah merusak” banyak koral hidup.​—The Toronto Star.

      ”Kita Menulahi Diri Sendiri”

      Sir Shridath Ramphal, yang adalah presiden Ikatan Konservasi Dunia dari tahun 1991 hingga tahun 1993, menggambarkan kesalahan manajemen sumber daya bumi ini sebagai ”pembantaian alam”. Seberapa parahkah itu? Ketika mengutip sebuah contoh, Ramphal menulis, ”Kebanyakan sungai di India tidak ubahnya seperti selokan terbuka yang mengalirkan limbah mentah dari daerah perkotaan dan pedesaan ke laut.” Apa kesimpulannya? ”Kita menulahi diri sendiri.”

      Ketamakan telah mendominasi sejarah manusia selama berabad-abad, tetapi dewasa ini ancaman terhadap kelangsungan planet ini telah meningkat. Mengapa? Karena sekarang kesanggupan manusia untuk menghancurkan jauh lebih besar. ”Dalam lima puluh tahun terakhir ini saja,” Far From Paradise mengatakan, ”kita telah memiliki sarana berupa zat kimia atau mesin untuk secara efektif menghancurkan bentuk kehidupan lain di planet kita. . . . Homo sapiens [Latin, orang berhikmat], demikianlah manusia dengan sombong menamai dirinya sendiri, memiliki kekuatan yang nyaris absolut dan tidak lagi memperlihatkan pengekangan apa pun.” Belum lama ini, organisasi lingkungan hidup Greenpeace, mengeluarkan dakwaan keras yang mengatakan, ”Manusia Modern telah mengubah Firdaus [bumi] menjadi tong sampah . . . dan sekarang bertingkah seperti anak kecil tak berakal . . . di ambang . . . perusakan oasis kehidupan ini secara efektif.”

      Tetapi ketamakan tidak saja mengancam prospek jangka panjang planet ini. Ketamakan mengancam kebahagiaan dan keamanan Anda dan keluarga Anda dalam waktu dekat. Mengapa? Perhatikan artikel berikut.

  • Ketamakan​—Apa Pengaruhnya bagi Kita?
    Sedarlah!—1997 | 8 Januari
    • Ketamakan​—Apa Pengaruhnya bagi Kita?

      KETAMAKAN menghancurkan kehidupan jutaan orang. Ketamakan menghilangkan sifat kemanusiaan para pelakunya dan mendatangkan penderitaan serta kepedihan atas korban-korbannya. Dalam kehidupan Anda, Anda mungkin merasakan dampak dari ketamakan. Bahkan perbuatan mengutil yang umum terjadi dapat meningkatkan harga barang-barang yang Anda beli. Jika gaji Anda rendah dan harga kebutuhan pokok sehari-hari di luar jangkauan Anda, Anda mungkin adalah korban ketamakan orang lain.

      Yang Lapar dan yang Sekarat

      Kepentingan nasional yang tamak dapat menghambat upaya-upaya pemerintah untuk secara efektif membantu orang miskin. Sejak tahun 1952, Sir John Boyd Orr, ilmuwan dan pakar gizi, mengatakan, ”Pemerintah-pemerintah siap siaga untuk menyatukan manusia dan sumber daya demi suatu perang dunia, tetapi Negara-Negara Adidaya tidak siap untuk bersatu demi menyingkirkan kelaparan dan kemiskinan dari dunia.”​—Food Poverty & Power, oleh Anne Buchanan.

      Tentu saja, tersedia beberapa bentuk bantuan. Tetapi seperti apakah kenyataan hidup mayoritas penduduk bumi yang miskin dan terabaikan? Sebuah laporan baru-baru ini menyatakan bahwa sekalipun terdapat peningkatan produksi pangan di beberapa daerah, ”kelaparan dan kekurangan gizi masih menghantui mayoritas penduduk dunia yang miskin . . . Seperlima [lebih dari satu miliar] penduduk dunia kelaparan setiap hari.” Laporan tersebut melanjutkan, ”Selain itu, 2 miliar orang menderita ’kelaparan tersembunyi’ karena . . . kekurangan [menu makanan] yang dapat mengarah kepada gangguan kesehatan yang serius.” (Developed to Death​—Rethinking Third World Development) Pastilah angka-angka ini pantas dijadikan kepala berita!

      Mereka yang Diperbudak

      Gembong-gembong kejahatan memperkaya diri di atas penderitaan korban-korban mereka dan masyarakat pada umumnya. Obat bius, tindak kekerasan, pelacuran, dan eksploitasi ekonomi memperbudak jutaan orang. Juga, Gordon Thomas mengatakan dalam bukunya Enslaved, ”Menurut Yayasan Antiperbudakan, diperkirakan terdapat 200 juta budak di dunia. Kira-kira 100 juta dari antaranya adalah anak-anak.” Apa penyebab dasarnya? Laporan tersebut menjelaskan, ”Dorongan untuk memperbudak masih merupakan sisi gelap dari kodrat manusia . . . [Perbudakan adalah] produk hawa nafsu, ketamakan, dan cinta akan kekuasaan.”

      Orang-orang yang berkuasa merampas milik orang-orang yang lemah dan tak berdaya serta membunuh banyak dari orang-orang ini. ”Dari antara dua juta orang Indian yang hidup di Brasil sewaktu orang-orang kulit putih pertama kali tiba, kemungkinan yang sekarang masih tersisa hanya dua ratus ribu orang”. (The Naked Savage) Mengapa? Alasan dasarnya adalah ketamakan.

      Kesenjangan yang Meningkat antara yang Kaya dan yang Miskin

      The New York Times melaporkan bahwa James Gustave Speth, administrator dalam Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan bahwa ”kaum elite global yang sedang muncul . . . menimbun kekayaan dan kekuasaan yang besar, sementara lebih dari setengah umat manusia tersingkir”. Kesenjangan yang berbahaya antara yang kaya dan yang miskin ini diperjelas melalui kata-katanya, ”Masih ada lebih dari setengah penduduk planet ini yang pendapatannya kurang dari 2 dolar AS setiap hari​—lebih dari 3 miliar orang.” Ia menambahkan, ”Bagi orang-orang miskin dalam dunia yang terbagi atas dua kelas ini, keadaan seperti ini merupakan lahan berkembangnya keputusasaan, kemarahan, dan frustrasi.”

      Keputusasaan ini diperburuk oleh fakta bahwa banyak orang kaya tampaknya tidak memiliki hati nurani maupun keibaan hati sedikit pun atas penderitaan dari massa yang dilanda kemiskinan dan kelaparan.

      Korban ketamakan ada di mana-mana. Misalnya, lihatlah tatapan bingung di mata para pengungsi yang terperangkap di tengah-tengah perebutan kekuasaan di Bosnia, Rwanda, dan Liberia. Pandanglah kepasrahan di raut wajah mereka yang kelaparan di tengah-tengah dunia yang berkelimpahan. Apa yang mendalangi semua ini? Ketamakan​—dalam berbagai bentuk!

      Bagaimana Anda dapat bertahan hidup sementara dikelilingi oleh para pemangsa yang tamak dalam lingkungan yang bermusuhan ini? Dua artikel berikut akan membahas pertanyaan ini.

  • Bertahan Hidup dalam Suatu Dunia yang Tamak
    Sedarlah!—1997 | 8 Januari
    • Bertahan Hidup dalam Suatu Dunia yang Tamak

      ”BAGAIMANA saya dapat bertahan hidup?” James Scott menghadapi pertanyaan itu sewaktu ia tanpa daya tersesat di Pegunungan Himalaya. Ia benar-benar terancam mati beku atau kelaparan. Ia teringat pernah menyaksikan orang-orang dalam pertandingan karate yang ”perlahan-lahan kehabisan tenaga, setiap serangan menguras semangat mereka, hingga . . . mereka sama sekali tidak sanggup membela diri”. Ia mengatakan, ”Begitulah perasaan saya seraya saya menarik ritsleting kantong tidur dan dengan lemah memakan sedikit salju. Semangat saya remuk dan saya tidak punya semangat hidup. Baru kali ini saya merasa dikalahkan seperti itu.”​—Lost in the Himalayas.

      Dewasa ini, banyak orang yang seolah-olah mengalami apa yang ia alami​—terperangkap dalam suatu dunia yang dikuasai oleh ketamakan. Anda mungkin merasa bahwa secara perlahan-lahan Anda kehabisan tenaga dan dikalahkan. Tidak banyak orang dapat meluputkan diri sepenuhnya dari pengaruh langsung ketamakan. Bergantung di mana Anda tinggal di dunia ini, masalah-masalah yang Anda hadapi akan sangat beraneka ragam​—pengaruh ketamakan atas orang-orang di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan pengaruhnya atas orang-orang di negeri-negeri yang makmur. Meskipun demikian, apa pun kesulitannya, mungkin Anda dapat belajar caranya bertahan hidup secara jasmani, emosi, dan rohani hingga bantuan penyelamatan datang. Bagaimana? Dengan mengikuti saran dasar yang diberikan oleh para pakar ilmu penyelamat.

      Ada dua pokok penting dalam saran mereka. Yang pertama adalah jangan memperburuk situasi yang memang sulit. ”Strategi Anda,” demikian kata The Urban Survival Handbook, ”haruslah menghindari risiko-risiko yang tidak perlu . . . dan memperkecil kerusakan yang ditimbulkan oleh risiko yang tidak terelakkan.” Yang kedua​—dan mungkin yang paling penting​—ada kaitannya dengan sikap. ”Bertahan hidup,” menurut The SAS Survival Handbook, ”bergantung kepada sikap mental di samping ketahanan fisik dan pengetahuan.”

      Lakukan Sebisa-bisanya di Bawah Berbagai Situasi

      ”Di Amerika Serikat terjadi pembunuhan setiap 22 menit, perampokan setiap 47 detik, dan penyerangan serius setiap 28 detik,” demikian laporan Staying Alive​—Your Crime Prevention Guide. Dalam kondisi seperti itu, apa yang dapat Anda lakukan? Setidak-tidaknya, Anda dapat berupaya agar jangan sampai menjadi sasaran yang mencolok atau mangsa empuk. Hendaklah waspada dan bijaksana. Lakukan sebisa-bisanya untuk memperkecil bahayanya.a

      Misalnya, jangan memperburuk situasi Anda dengan bersikap naif. The New York Times melaporkan bahwa 18 persen orang Amerika mengaku telah menjadi korban penipuan​—dikelabui ribuan dolar oleh orang-orang yang tidak bermoral yang memburu para korban yang lemah. Sering kali, para korban adalah orang-orang lanjut usia, misalnya seorang janda berusia 68 tahun yang kehilangan 40.000 dolar AS. Pengalamannya segera menjadi kepala berita, ”Melihat Si Rambut Putih, Mata Para Penipu Menjadi Hijau [hijau adalah warna uang kertas dolar].”

      Tetapi Anda tidak perlu menjadi korban berikutnya yang polos dan tidak berdaya, siap untuk dilucuti. Staying Alive memperingatkan kita, ”Waspadalah terhadap serigala berbulu domba.” Seorang nenek berusia 70 tahun mencamkan saran ini. Ia ditawari asuransi yang menanggung seluruh biaya medis, dengan biaya hanya 10 dolar per bulan. Laporan mengatakan bahwa ”yang perlu dilakukan sang nenek hanyalah membayar uang muka sebesar 2.500 dolar kepada wiraniaga tersebut”. Ia menolak. Setelah menelepon perusahaan asuransi yang bersangkutan, ia tahu bahwa pria tersebut adalah penipu. ”Ketika ia sedang menuangkan teh lagi untuk wiraniaga tersebut, polisi datang dan menciduk wiraniaga gadungan itu.”

      Adalah selaras dengan saran yang diberikan Alkitab apabila Anda berbuat sebisa-bisanya untuk melindungi diri sendiri. ”Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.” (Amsal 14:15; 27:12) Banyak orang menolak Alkitab karena menganggapnya kuno dan tidak praktis. Tetapi saran praktisnya dapat menjaga kelangsungan hidup Anda. Raja Salomo yang bijaksana menulis, ”Perlindungan hikmat [seperti yang kita dapati dalam Alkitab] adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.”​—Pengkhotbah 7:12.

      Banyak pembaca Sedarlah! mendapati betapa benarnya hal ini. Misalnya, beberapa orang memperoleh perlindungan hingga taraf tertentu dengan berteriak sekuat-kuatnya sewaktu diancam pemerkosaan atau tindak kekerasan lain, selaras dengan yang disebutkan dalam Ulangan 22:23, 24. Yang lainnya mengikuti saran Alkitab untuk menjauhi apa pun ”yang mencemari baik tubuh maupun roh”. (2 Korintus 7:1, The Twentieth Century New Testament) Dengan demikian orang-orang ini melindungi diri mereka sendiri dari para penjaja tembakau dan obat bius, yang memperkaya diri dengan mengorbankan kesehatan orang-orang. Banyak pembaca juga menghindari perangkap dari para penginjil TV yang mengeruk uang dan para politisi yang haus kekuasaan. (Lihat kotak, halaman 7.) Bacalah Alkitab. Anda mungkin terpesona melihat betapa banyak bantuan praktis yang diberikannya.

      Jangan Sampai Terjangkiti Ketamakan

      Tentu saja, ada bahaya lain dari ketamakan​—Anda sendiri dapat menjadi tamak. Ini akan merampas dari Anda sifat-sifat moral yang luhur yang membedakan Anda dari binatang. Sewaktu melukiskan dunia perdagangan yang bebas yang di dalamnya para pengusaha berupaya mati-matian untuk meraih segalanya, seorang pengamat yang dikutip pendapatnya mengatakan, ”Keadaannya persis seperti babi-babi yang sedang makan. Tingkat kerakusannya . . . sungguh di luar kendali.” Karena babi-babi tidak serakus itu, pernyataan tersebut merupakan penghinaan besar atas para pengusaha yang oportunis! Tampaknya mereka benar-benar mengabaikan saran yang baik dari Yesus Kristus, ”Teruslah buka matamu dan berjagalah terhadap setiap jenis ketamakan akan milik orang lain.”​—Lukas 12:15.

      Yesus Kristus memberikan nasihat itu karena ia tahu betapa parahnya Anda dapat merusak diri sendiri jika ketamakan mencengkeram Anda. Nafsu akan perkara-perkara materi​—dan tentu saja termasuk nafsu akan kekuasaan dan seks​—dapat menjadi nafsu yang mencengkeram seluruh kehidupan Anda, merampas semua waktu dan kecenderungan yang mungkin Anda miliki untuk mempedulikan orang lain atau nilai-nilai rohani. ”Uang,” demikian kata Anthony Sampson dalam bukunya The Midas Touch, telah ”mengambil alih banyak unsur keagamaan.” Mengapa demikian? Uang telah menjadi suatu allah. Semua hal lain dikorbankan di atas mezbah ketamakan dan keuntungan. Tujuan dasarnya adalah laba. Semakin besar, semakin bagus. Namun, kenyataannya, tidak soal seberapa banyak waktu yang Anda berikan, ketamakan akan perkara-perkara materi tidak akan pernah terpuaskan sepenuhnya. Pengkhotbah 5:9 mengatakan, ”Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya.” Demikian pula, ”siapa mencintai” kekuasaan, harta, atau seks tidak akan pernah puas, tidak soal seberapa banyak yang ia dapatkan.

      Teruslah Berharap untuk Diselamatkan

      Satu kunci penting untuk bertahan hidup adalah memelihara pandangan yang penuh harapan dan positif. Kadang-kadang tidak banyak yang dapat Anda lakukan untuk melarikan diri dari pengaruh orang-orang yang tamak. Misalnya, orang-orang yang kelaparan sering kali tidak dapat berbuat apa-apa untuk luput dari penderitaan mereka. Akan tetapi, jangan menyerah; jangan putus asa. ”Adalah mudah untuk menyerah, ambruk, dan termakan oleh sikap mengasihani diri sendiri” sewaktu dihadapkan kepada lingkungan yang bermusuhan dan berbahaya, kata The SAS Survival Handbook. Jangan menyerah kepada pikiran dan emosi yang negatif. Anda mungkin terkejut akan seberapa jauh Anda dapat bertekun. ”Pria dan wanita telah memperlihatkan bahwa mereka dapat bertahan hidup dalam situasi-situasi yang paling tidak menyenangkan,” demikian kata buku pedoman yang sama. Bagaimana caranya? Buku ini mengatakan, mereka bertahan hidup ”karena tekad mereka untuk melakukannya”. Bertekadlah untuk tidak dikalahkan oleh sistem yang tamak ini.

      James Scott, yang disebutkan sebelumnya, akhirnya diselamatkan dari Himalaya, tempat yang hampir saja menjadi kuburannya. Ia mengatakan bahwa perjuangannya untuk bertahan hidup telah mengajarkan sekurang-kurangnya satu pelajaran yang penting. Apakah itu? ”Tidak ada tantangan dalam kehidupan yang terlalu berat untuk dihadapi,” demikian katanya. Tim Macartney-Snape, pendaki gunung yang berpengalaman yang merasa kagum bahwa James Scott sanggup bertahan cukup lama sehingga dapat ditemukan hidup-hidup, juga menarik sebuah pelajaran. Ia mengatakan, ”Selama masih ada secercah harapan, jangan pernah menyerah.” Jadi, tidak soal bagaimana suramnya keadaan, ini hanya diperburuk jika Anda kehilangan harapan. Jangan pernah melepaskan harapan untuk diselamatkan.

      Namun apakah ada ”secercah harapan”, kesempatan yang realistis untuk diselamatkan dari suatu dunia yang dipenuhi ketamakan? Apakah kita akan pernah terbebas dari orang-orang yang tamak yang sedang menghancurkan planet ini dan merusak kehidupan miliaran orang? Sesungguhnya, terdapat prospek yang pasti untuk diselamatkan. Pertimbangkan jawaban-jawaban Alkitab dalam artikel berikut ini.

      [Catatan Kaki]

      a Lihat artikel ”Violence​—You Can Protect Yourself”, dalam Awake! terbitan 22 April 1989, halaman 7-10.

      [Kotak di hlm. 7]

      Peringatan-Peringatan Alkitab yang Tepat Waktu

      Amsal 20:23 ”Dua macam batu timbangan adalah kekejian bagi TUHAN, dan neraca serong itu tidak baik.”

      Yeremia 5:26, 28 ”Di antara umat-Ku terdapat orang-orang fasik yang memasang jaringnya; seperti penangkap burung mereka memasang perangkapnya, mereka menangkap manusia. Orang gemuk dan gendut. Di samping itu mereka membiarkan berlalu kejahatan-kejahatan, tidak mengindahkan hukum, tidak memenangkan perkara anak yatim, dan tidak membela hak orang miskin.”

      Efesus 4:17-19 ”Karena itu, tentang hal ini aku katakan dan berikan kesaksian dalam Tuan, bahwa kamu tidak lagi terus berjalan sama seperti bangsa-bangsa juga berjalan menurut pikiran mereka yang tidak mendatangkan keuntungan, sementara mereka berada dalam kegelapan secara mental, dan terasing dari kehidupan yang menjadi milik Allah, sebab kurangnya pengetahuan yang ada dalam diri mereka, karena ketidakpekaan hati mereka. Karena telah melampaui semua batas perasaan moral, mereka menyerahkan diri mereka sendiri kepada tingkah laku bebas untuk mengerjakan setiap jenis kenajisan dengan ketamakan.”

      Kolose 3:5 ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang ada di bumi berkenaan percabulan, kenajisan, nafsu seksual, hasrat yang menyakitkan, dan ketamakan akan milik orang lain, yang merupakan penyembahan berhala.”

      2 Timotius 3:1-5 ”Akan tetapi, ketahuilah ini, bahwa pada hari-hari terakhir akan tiba masa kritis yang sulit dihadapi. Karena orang-orang akan menjadi pencinta diri sendiri, pencinta uang, congkak, angkuh, penghujah, tidak taat kepada orang-tua, tidak berterima kasih, tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami, tidak mau bersepakat, pemfitnah, tanpa pengendalian diri, garang, tanpa kasih akan kebaikan, pengkhianat, keras kepala, besar kepala karena sombong, pencinta kesenangan sebaliknya daripada pencinta Allah, mempunyai suatu bentuk pengabdian yang saleh tetapi terbukti mengingkari kuasanya; dan dari mereka berpalinglah.”

      2 Petrus 2:3 ”Dengan ketamakan akan milik orang lain mereka akan memanfaatkan kamu dengan kata-kata yang diputarbalikkan. Tetapi bagi mereka, penghakiman yang dari dahulu kala tidak bergerak lambat, dan kebinasaan mereka tidak berlambat-lambat.”

  • Suatu Dunia Tanpa Ketamakan
    Sedarlah!—1997 | 8 Januari
    • Suatu Dunia Tanpa Ketamakan

      ”JIKA tidak ada revolusi global sehubungan dengan kesadaran manusia, keberadaan kita sebagai manusia tidak akan membaik, dan bencana yang ke arahnya dunia kita menuju . . . tidak akan terelakkan.”​—Václav Havel, presiden Republik Ceko (Cheska).

      Banyak orang mengakui bahwa sistem dunia dewasa ini tidak dapat bertahan. Beberapa orang, seperti Václav Havel, melihat bahwa jalan keluar satu-satunya adalah perubahan global dalam pemikiran dan tindakan manusia. Misalnya, seorang pengamat peristiwa-peristiwa hangat dunia mengatakan, ”Bagi ratusan juta orang yang sangat miskin, prospek sehubungan dengan makanan dan kebutuhan hidup lainnya tidak akan menjadi lebih baik . . . kecuali bangsa-bangsa di dunia bertindak tegas untuk mengubah trend yang ada sekarang ini.”​—Food Poverty & Power.

      Akan tetapi, apakah realistis untuk menggantungkan harapan keselamatan kita kepada suatu jenis perubahan yang mendasar pada perangai manusia? Dapatkah kita dengan yakin mempercayai pemerintah agar ”bertindak tegas untuk mengubah trend yang ada sekarang ini”? Beberapa orang berpikir demikian. Mereka mengatakan, ’Allah memberi kita kehendak bebas, dan bergantung kepada kita untuk membuat perubahan.’ Tetapi fakta sejarah yang menyakitkan membangkitkan pertanyaan-pertanyaan serius sehubungan dengan keinginan dan kesanggupan manusia untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Pandangan ini bukannya pesimistis, namun sebaliknya, realistis. Apakah Anda akan mempercayakan kehidupan Anda ke tangan seorang ahli bedah jika Anda mengetahui bahwa semua pasien sebelumnya telah meninggal di tangannya?

      Masalah Pendidikan?

      ”Masalahnya berkaitan dengan pendidikan,” demikian kata Ted Trainer, dalam Developed to Death​—Rethinking Third World Development. Ia mengatakan bahwa kecuali orang-orang dapat dididik untuk memahami bahwa yang dibutuhkan adalah perubahan yang mendasar, ”kita tidak dapat berharap untuk mencapai suatu transisi ke sistem dunia yang tangguh”. Tidak diragukan terdapat kebutuhan untuk mendidik orang-orang mengenai pentingnya perubahan sikap dan tindakan demi kelangsungan hidup dunia. Sesungguhnya, hal ini penting, dan Alkitab berbicara mengenai program pendidikan demikian. Alkitab mengatakan bahwa bumi akan ”penuh dengan pengenalan akan TUHAN”. Kemudian, tidak seorang pun akan ”berbuat jahat atau yang berlaku busuk” di mana pun di atas bumi.​—Yesaya 11:9.

      Tetapi pendidikan sebanyak apa pun, bahkan program pendidikan Allah, tidak dapat dengan sendirinya menyingkirkan dari bumi orang-orang tamak yang mengakibatkan kerusakan besar dan kebinasaan secara luas. Pendidikan akan menghasilkan perubahan hanya pada diri orang-orang yang ingin berubah, orang-orang yang ingin menyelaraskan diri dengan standar-standar Allah. Menurut Yesus Kristus, hanya ada sedikit orang yang demikian. (Matius 7:13, 14) Jadi janji Alkitab tidak didasarkan atas harapan semu bahwa pada suatu saat seluruh umat manusia akan menyadari seberapa parah masalahnya dan mengubah haluan mereka. Alkitab mengatakan bahwa Allah akan mengambil tindakan langsung untuk menyingkirkan orang-orang tamak dari muka bumi.

      Campur Tangan Allah

      Banyak orang yang menganggap gagasan mengenai tindakan langsung oleh Allah ini sebagai impian atau angan-angan. ”Terobosan intelektual pada abad kedelapan belas memaksa kita untuk membuang anggapan yang menghibur bahwa Allah akan campur tangan untuk memperbaiki tempat tinggal manusia,” demikian kata World Hunger: Twelve Myths. Tetapi haruskah kita menaruh iman kepada argumen intelektual dan filsafat dari orang-orang yang telah kehilangan iman bahwa ”Allah akan campur tangan”? Bukankah jalan keluar mereka suatu angan-angan?

      Adalah lebih berhikmat untuk mendasarkan harapan keselamatan kita pada nubuat-nubuat yang tidak pernah meleset yang ditemukan dalam Alkitab, yang menunjukkan adanya campur tangan di pihak Allah. Janji-janji Allah bukanlah sekadar ”anggapan yang menghibur” untuk dipercayai​—ini adalah satu-satunya harapan keselamatan yang realistis yang kita miliki!

      ”Membinasakan Mereka yang Membinasakan Bumi”

      Apa tepatnya yang Allah janjikan? Antara lain, Ia berjanji untuk menyingkirkan dari bumi orang-orang yang mencemari dan merusak lingkungan. Penyingkapan 11:18 menyatakan bahwa Ia menentukan ”waktu yang ditetapkan” untuk ”membinasakan mereka yang membinasakan bumi”. Apa artinya? Ini berarti akhir bagi semua orang yang dewasa ini menindas orang-orang yang miskin dan lemah. Allah akan ”memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras!”. Ia akan menyingkirkan orang-orang yang tamak dan memungkinkan korban-korban mereka yang tidak bersalah untuk sejahtera. ”Ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong . . . Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan.”​—Mazmur 72:4, 12-14.

      Sungguh besar perubahan yang akan Ia datangkan! Menurut rasul Petrus, perubahan ini akan mencakup semua bidang sehingga ini akan menghasilkan ”langit baru dan bumi baru”. (2 Petrus 3:13) Dalam ”bumi baru” ini, semua orang akan menikmati bagian yang adil dari hasil-hasil bumi. (Mikha 4:4) Bahkan dewasa ini, terdapat makanan yang berlimpah untuk semua orang. Masalahnya adalah pembagian yang tidak merata. ”Diperkirakan bahwa kita sanggup menghasilkan cukup banyak makanan dari lahan bumi yang berpotensi untuk digarap guna memberi makan 38-48 miliar orang,” demikian kata Anne Buchanan, dalam bukunya Food Poverty & Power.

      Kelangsungan planet ini akan terjamin. Sang Pencipta ”menciptakannya bukan supaya kosong, tetapi Ia membentuknya untuk didiami”. (Yesaya 45:18) Tindakan Allah melawan orang-orang tamak akan menyebabkan suatu masa ”kesengsaraan besar” yang singkat. (Matius 24:21) Kemudian orang-orang yang selamat dari kesengsaraan itu akan menikmati suatu bumi firdaus, yang dihuni oleh orang-orang yang benar-benar bebas dari ketamakan. (Mazmur 37:10, 11; 104:5) Keadaannya akan seperti janji Alkitab, ”Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka.”​—Yesaya 25:8.

      Anda pun dapat mengambil manfaat dari tindakan Allah untuk membersihkan bumi dari ketamakan. Jika Anda benar-benar ingin melakukan kehendak Allah, manfaatkanlah semua bantuan yang disediakan untuk membantu Anda bertahan hidup dewasa ini dalam suatu dunia yang tamak. Bertindaklah untuk selamat melewati ”kesengsaraan besar”. Saksi-Saksi Yehuwa siap membantu Anda mempelajari apa yang perlu Anda ketahui. Jangan ragu-ragu untuk menghubungi mereka di Balai Kerajaan setempat atau tulislah ke alamat terdekat yang tercantum di halaman 5.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan