PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Awas! Penipu Sedang Beraksi
    Sedarlah!—1997 | 22 September
    • Awas! Penipu Sedang Beraksi

      BAYANGKAN situasi berikut ini. Badai baru saja berlalu. Angin yang membinasakan telah berhenti dari amukannya yang mengerikan, dan banjir tidak lagi merupakan ancaman. Orang-orang yang selamat keluar dari tempat perlindungan mereka dengan rasa terkejut bercampur takut, sementara dari kejauhan, para pengungsi yang tegang dan ketakutan kembali pulang untuk meninjau situasi setelah badai. Atap rumah lenyap; pohon-pohon tercabut dari akarnya dan tergeletak di interior rumah yang terbuka dan basah oleh hujan. Sambungan-sambungan listrik terputus, sehingga tidak mungkin untuk berkirim kabar atau meminta bantuan lewat telepon. Beberapa rumah yang sebelumnya adalah tempat tinggal bagi keluarga-keluarga yang bahagia sekarang lenyap​—kerusakannya terlalu parah untuk diperbaiki. Lingkungan yang sebelumnya tenang dan damai sekarang hancur berantakan dan sangat menyedihkan.

      Komunitas tersebut mengerahkan diri untuk menghadapi keadaan​—bertekad penuh untuk membangun kembali. Tetangga saling membantu; ada yang bahkan sebelumnya tidak mengenal nama satu sama lain. Para pria berbagi perkakas dan keahlian. Para wanita memasak untuk mereka yang bekerja sementara anak-anak yang lebih tua menjaga yang muda. Dari luar komunitas tersebut, karavan-karavan berisi para pekerja sukarela datang untuk membantu​—pemasang atap, penyingkir pohon, tukang kayu, tukang cat. Akan tetapi, bersama mereka datang juga para penipu, siap untuk memanfaatkan orang-orang yang selamat itu.

      Uang muka yang tinggi diminta sebelum pekerjaan perbaikan dilakukan. Para pemilik rumah yang putus asa menyerahkan uang mereka, namun belakangan mereka mendapati bahwa para pekerja lenyap bersama uang tersebut dan tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi. Para pemasang atap yang memberikan ”jaminan” untuk pekerjaannya, dengan asal-asalan memperbaiki lubang terbuka yang segera bocor dengan hebat saat turun hujan. Dengan alasan menyewa peralatan berat untuk pekerjaan besok, para penyingkir pohon menipu korban hingga ribuan dolar sebagai uang muka. Tetapi mereka tidak pernah muncul lagi.

      Selain kehancuran dan kehilangan tersebut, para pemilik rumah merasa hancur hati karena telah membayar premi yang besar kepada perusahaan asuransi yang buruk atau tipuan yang sekarang menolak mengganti kerusakan yang terjadi atau yang kantornya kosong karena pemiliknya telah kabur. Mereka yang cukup beruntung mendapatkan cek asuransi untuk menutupi kerusakan mendapati bahwa sering kali para kontraktor yang tidak bermoral dan tidak bermutu menyediakan diri untuk melakukan pekerjaan yang tidak sanggup ditangani oleh kontraktor bermutu yang jumlahnya sedikit. Akibatnya, pekerjaan asal-asalan dilakukan, sering kali mengakibatkan kekecewaan berat bagi pemilik rumah yang sudah putus asa.

      Para korban bencana berulang-kali dimanfaatkan. Apa yang semula adalah komunitas yang bergotong royong dan tolong-menolong untuk mengatasi musibah ini, ternyata mulai menjadi sangat mengecewakan.

      Setelah suatu angin ribut, di sebuah komunitas, harga biskuit melambung hingga 4 dolar, dan susu bayi harganya 6 dolar sekaleng. Di satu toko, baterai hanya dapat dibeli bersama TV atau radio. Para pemasok bahan bangunan mengeruk keuntungan besar dengan menjual barang-barang dengan harga yang luar biasa tinggi. Dalam kasus lain, para pemilik rumah mobil yang rumahnya ditarik ke tanah yang lebih tinggi selama banjir mengalami kenaikan ongkos 600 kali lipat. Setelah suatu gempa bumi, seorang wanita berusia 84 tahun yang rumahnya rusak mendapat telepon dari seseorang yang berpura-pura menjadi pegawai pemerintah. Sang wanita berpikir bahwa dokumen-dokumen yang kemudian ia tanda tangani adalah permohonan untuk bantuan dan kupon makanan dari pemerintah. Kenyataannya, dokumen-dokumen itu adalah hipotek seharga 18.000 dolar AS untuk rumahnya guna membiayai pekerjaan perbaikan yang ternyata hanya senilai 5.000 dolar AS.

      Penipuan Telemarketing

      ’Selamat, Nyonya S——! Inilah hari keberuntungan Anda.’ Barangkali ini kata-kata pembukaan dari si penelepon yang tidak disangka-sangka. ’Anda adalah pemenang utama kami untuk . . . ’ Banyak orang telah menerima telepon semacam itu yang menyatakan bahwa mereka ”telah menang”, bahwa hadiah mereka ”terjamin”. ”Hadiah” yang dimenangkan boleh jadi berupa mobil baru, peralatan hiburan rumah, atau barangkali sebuah cincin berlian.

      Pernahkah Anda menerima telepon semacam itu yang menyatakan bahwa Anda akan menjadi penerima suatu hadiah cuma-cuma? Tidakkah hati Anda berdebar-debar? Bukankah Anda merasa hampir tidak percaya atas apa yang Anda dengar? Jika Anda menanggapi telepon semacam itu, apakah Anda pernah mendapatkan hadiah Anda? Atau apakah Anda menjadi korban penipuan telemarketing (pemasaran melalui telepon)? Jika Anda mengalaminya, Anda tidak sendirian. Menurut majalah Consumers’ Research, di Amerika Serikat saja, para agen telemarketing palsu menipu sekitar sepuluh orang setiap menit. Setiap tahun, para penipu yang tidak bermoral menipu 10 hingga 40 miliar dolar AS dari para konsumen, kira-kira 7.500 dolar AS setiap menit.

      ”Setiap tahun di seluruh Kanada,” demikian Reader’s Digest melaporkan, ”sebanyak 150.000 orang menerima telepon dari para agen telemarketing yang memberi tahu mereka bahwa mereka telah ’menang’ atau ’terpilih’ untuk menerima hadiah utama. Dan setiap tahun, ribuan orang Kanada ditipu oleh telepon-telepon ini, sehingga masing-masing menghabiskan rata-rata 2.000 dolar guna mendapatkan hadiah mereka.” Seorang pejabat dari Kepolisian Ontario Tingkat Provinsi menyatakan, ”Penipuan melalui telepon merupakan salah satu penipuan terbesar dalam sejarah Kanada.” Ia menambahkan, ”Kami tahu bahwa itu merugikan penduduk Kanada hingga jutaan dolar setiap tahun.” Angka tersebut hanyalah jumlah pengaduan yang diterima kepolisian. Akan tetapi, karena diperkirakan bahwa hanya 10 persen dari korban yang melaporkan kerugian mereka, adalah tidak mungkin untuk menentukan dampak sepenuhnya dari problem tersebut secara akurat.

      ”Kami memberi tahu orang-orang bahwa mereka telah menang sehingga mereka tidak berpikir dengan jernih,” demikian pengakuan seorang perayu ulung. Ia menambahkan, ”Kemudian kami mendesak mereka untuk mengirimkan uang, dan kami akan terus berupaya hingga mendapat jawaban ya.” Sekali korban dikelabui, namanya akan dijual kepada firma telemarketing lain dan ditempatkan dalam daftar ”mangsa empuk”. Namanya boleh jadi dijual kepada orang lain yang kemudian akan menelepon mereka berulang-kali. ”Sewaktu kami memanfaatkan daftar mangsa empuk,” kata seorang bekas operator telemarketing di Toronto, ”kami mendapati kira-kira 75 persen orang yang membeli pada panggilan pertama. Itu menurun hingga kira-kira 50 persen pada panggilan ketiga. Tetapi sekali mereka dikelabui, beberapa orang terus mengirimkan uang kepada kami; mereka terus mengejar impian mereka untuk mendapatkan banyak uang.”

      Sejauh mana orang-orang yang dikelabui oleh telemarketing tipuan ini menghabiskan uang untuk mengejar impian mereka guna memenangkan hadiah yang menawan? ”Kami harus bekerja sama dengan bank untuk membekukan beberapa aset warga lanjut usia agar jangan sampai harta mereka dikuras habis,” kata seorang detektif polisi. Seorang wanita yang baru menjanda didapati telah mengirimkan 36 pembayaran ke 16 agen telemarketing yang berbeda, seluruhnya lebih dari 85.000 dolar Kanada. Sebagai balasannya, ia menerima ”sejumlah besar perhiasan yang tak berharga”.

      Penipuan yang Rumit bagi yang Terpelajar

      Akan tetapi, orang-orang yang mempraktekkan penipuan ini tidak pilih-pilih korban. Korban mereka berasal dari semua lapisan ekonomi dalam masyarakat. Bahkan orang-orang profesional yang dianggap terpelajar telah ditipu. Rancangan penipuannya boleh jadi sedemikian halusnya sehingga bahkan konsumen yang paling waspada bisa menjadi korban. Penipuan berbiaya lebih tinggi yang mencari sasaran dari pembeli terpelajar boleh jadi diiklankan pada televisi atau dalam bentuk brosur berwarna yang dikirim melalui pos. Tawarannya mungkin berupa investasi yang menjanjikan keuntungan yang tinggi​—investasi dalam studio perfilman, emas dan tambang emas, sumur minyak. Daftarnya tidak terbatas. Akan tetapi, hasilnya sama​—kerugian total.

      ”Taraf penipuan mereka tidak dapat dipercaya,” kata seorang wanita berpendidikan yang menjadi korban. ”Sebagai guru sekolah, saya menyangka bahwa saya adalah orang yang cerdas. . . . Janji-janjinya tidak habis-habisnya.” Ia kehilangan 20.000 dolar AS dalam penipuan oleh sebuah perusahaan perfilman.

      Penipuan telemarketing merupakan problem internasional. Para penyelidik meramalkan bahwa hal tersebut ”akan semakin buruk dalam dekade ini”. Tetapi awas! Ada jenis-jenis penipuan lain, dan beberapa penipu mempunyai sasaran favorit​—para manula.

      [Gambar di hlm. 4]

      Berhati-hatilah terhadap para penipu yang datang setelah badai reda!

      [Gambar di hlm. 5]

      ”Anda mendapat hadiah cuma-cuma!”​—benarkah itu?

  • Mengincar para Manula
    Sedarlah!—1997 | 22 September
    • Mengincar para Manula

      JANGAN tertipu. Para perayu ulung telah mempelajari seluk-beluk aksi penipuannya. Mereka tahu fakta-fakta yang membuat para manula menjadi sasaran yang empuk untuk ditipu. Misalnya, di Amerika Serikat, orang-orang yang berusia di atas 65 tahun hanya sekitar 12 persen dari jumlah penduduk. Namun, gabungan pendapatan pribadi mereka per tahun berjumlah lebih dari 800 miliar dolar AS, sebanding dengan hampir 70 persen kekayaan bersih keluarga AS. Tidak heran, sekitar 30 persen dari semua korban penipuan adalah para manula semacam itu.

      Apa yang membuat para manula ini rentan? ”Mereka cenderung gampang menaruh kepercayaan dan mungkin tidak banyak mengetahui metode investasi yang sekarang berlaku,” demikian majalah Consumers’ Research menjelaskan. Seorang pejabat kepolisian menyatakan keprihatinan bahwa penipuan telemarketing ”khususnya mengincar orang-orang yang kesepian dan rentan​—orang-orang lanjut usia​—yang menjadi bagian terbesar dari korban. Mereka adalah orang-orang yang dibesarkan dalam era sewaktu sekadar jabat tangan sudah cukup kuat untuk meneguhkan kata-kata”. Kutipan dari kata-kata seorang wakil dari Yayasan Purna Bakti Amerika berbunyi, ”Sering kali orang-orang berpendapat bahwa ketamakan menuntun pada kesusahan. Sehubungan dengan para manula, problemnya bukan ketamakan. Mereka takut kehabisan uang sebelum meninggal. Mereka tidak ingin menjadi beban bagi anak-anak. Kemudian mereka takut melaporkan [penipuan tersebut] karena takut anak-anak mereka berpikir bahwa mereka tidak dapat mengurus diri sendiri.”

      Para manula yang menjadi korban penipuan tidak selalu ditipu atau disesatkan. Dalam beberapa kasus, mereka kesepian, barangkali dengan kebutuhan untuk ”membeli” persahabatan. Dalam suatu komunitas, beberapa janda yang kesepian dibujuk membayar 20.000 dolar AS di muka untuk ”pelajaran dansa seumur hidup”, demikian tulis seorang wartawan surat kabar. ”Beberapa dari mereka sudah terlalu lemah untuk berjalan. Mereka bukannya naif, mereka hanya putus asa.” Sebuah klub dansa menyediakan bagi pelanggan barunya tempat untuk bertemu dan bercengkerama dengan teman-teman yang baru mereka dapatkan, sering kali dalam kelompok usia yang sebaya. Bagi mereka, sangat sulit untuk menolak seorang wiraniaga yang suka menyanjung dan bermulut manis, yang barangkali sekaligus menjadi instruktur dansa mereka.

      Perhatikan para Penipu di Jepang

      Beberapa penipu memanfaatkan para manula yang kesepian dengan cara lain. Di Jepang, para perayu ulung yang tidak bermoral berpura-pura menjadi orang yang penuh perhatian, menggunakan waktu untuk mengobrol dengan para korban mereka dan mendengarkan mereka dengan penuh perhatian. Secara bertahap mereka semakin sering berkunjung, dan setelah mendapatkan kepercayaan penuh dari sasarannya, mereka mempromosikan dagangan tipuan mereka. Contoh yang umum dari rancangan penipuan semacam itu adalah investasi emas palsu yang mengakibatkan sekitar 30.000 orang, termasuk banyak pensiunan, dilaporkan tertipu hingga 200 miliar yen (1,5 miliar dolar AS). ”Tidak Mungkin Mengganti Kerugian Para Korban”, demikian bunyi kepala berita Asahi Evening News dari Jepang.

      Asahi Shimbun dari Tokyo melaporkan kasus berikut: Seorang wiraniaga wanita berusia setengah baya mengunjungi seorang pria lanjut usia, sambil mengatakan, ”Saya lebih peduli akan Anda, Tn. K., lebih daripada pekerjaan saya, karena Anda hidup sendiri.” Ia mendengarkan kisah-kisah yang dituturkan pria tersebut, dan sang pria tertipu oleh pesonanya. Sewaktu ia akan pulang, ia minta izin untuk kembali pada keesokan harinya. ”Dengan senang hati,” jawab pria tersebut.

      Kunjungan secara teratur menyusul; mereka makan malam bersama, dan ia bahkan membawakan makanan untuk Tn. K. ”Saya akan merawatmu hingga ajal,” janjinya. Kemudian muncullah rayuannya, ”Izinkan saya mengurus harta milik Anda demi kepentingan Anda. Perusahaan tempat saya bekerja belum lama ini mengembangkan cara yang sangat menguntungkan untuk mengembangkan harta milik seseorang.” Rancangannya mengharuskan pria tersebut menghipotekkan rumah dan harta miliknya, membeli batangan emas, dan mendepositokannya pada perusahaan sang wiraniaga. Perangkap telah dipasang. Tn. K. menjadi salah seorang korban dari sederetan panjang penipu. Setelah transaksi selesai, sang wanita tidak pernah muncul lagi.

      ”Sewaktu menjadi prajurit,” kata Tn. K., ”kehidupan saya bagai di ujung tanduk. Tetapi yang lebih sulit lagi untuk ditanggung adalah sewaktu harta milik saya ditipu oleh seseorang yang mengincar kelemahan kami, para manula, yang hidup sendirian tanpa sanak keluarga untuk diandalkan. Tampaknya, di dunia dewasa ini, orang-orang sedemikian menginginkan uang, meskipun harus melalui penipuan.”

      Menipu para Manula di Italia

      Buku L’Italia che truffa (Italia yang Menipu) melaporkan sebuah rancangan rumit yang dibuat oleh para penipu Italia untuk melucuti semua simpanan yang berharga dari para manula. Pada tahun 1993, suatu pemerintah yang dipimpin oleh bekas gubernur Bank Italia dibentuk. Tentu saja, tanda tangannya ada pada uang kertas (tentu saja masih berlaku) yang telah diterbitkan sewaktu ia menjabat sebagai gubernur. Setelah memperkenalkan diri mereka kepada para manula, sejumlah penipu, yang mengaku sebagai pejabat Bank Italia dan membawa kartu identitas palsu untuk membuktikannya, mengatakan kepada setiap korban mereka, ”Anda tahu bahwa gubernur Bank Italia telah menjadi presiden dari Kabinet Menteri; oleh karena itu, tanda tangannya yang muncul pada uang kertas tidak lagi berlaku. Kami bertanggung jawab untuk mengumpulkan semua uang kertas lama dari setiap keluarga dan menggantinya dengan uang baru yang ditandatangani oleh penggantinya . . . Ini tanda terimanya. Pergilah ke bank Anda dengan dokumen ini dua hari lagi, dan Anda akan menerima uang sejumlah yang telah Anda berikan kepada kami sekarang.” Melalui rancangan ini, para penipu mengumpulkan 15 juta lira (kira-kira 9.000 dolar AS) dalam sehari!

      Beberapa penipu di Italia menghubungi orang-orang yang tidak waspada, termasuk para manula, di sepanjang jalanan. Mereka meminta agar orang-orang itu ambil bagian dalam suatu survei dan memberikan sehelai kertas untuk ditandatangani, sambil mengatakan bahwa tanda tangan mereka sekadar meneguhkan bahwa mereka ambil bagian dalam survei tersebut. Pada kenyataannya, mereka menandatangani suatu kontrak yang mengharuskan mereka melakukan atau membeli sesuatu.

      Lalu, beberapa waktu kemudian, sang korban menerima sebuah paket pos berisi barang tertentu, barangkali dengan peringatan yang jelas terlihat pada bungkusnya bahwa bila barang tersebut ditolak, ia akan dikenai sanksi. Beberapa orang, teristimewa para manula, menjadi takut, mengira bahwa lebih baik membayar sejumlah uang yang relatif kecil dan menyimpan barang yang tidak berharga itu daripada berurusan dengan meja hijau.

      Seberapa merajalelakah penipuan di Italia? Menurut L’Italia che truffa, jumlah penipuan yang dilaporkan mencapai sekitar 500.000 kasus setiap tahun. Setidaknya, ada tiga kali lipat jumlah penipuan yang tidak dilaporkan. Seorang jurnalis TV mengomentari, ”Jumlah seluruhnya adalah sekitar dua juta perangkap dalam berbagai jenis setiap tahun, atau sekitar lima hingga enam ribu sehari.”

      Sayang sekali, inilah kenyataannya. Tidak ada kelompok usia (atau kelompok ras, kebangsaan, atau etnik, dalam hal ini) yang luput dari perhatian orang-orang yang berniat menipu uang​—dan sering kali simpanan seumur hidup. Awas! Ini dapat menimpa Anda.

      [Kotak/Gambar di hlm. 8]

      Bagaimana Menghindari Penipuan

      TIDAK semua organisasi telemarketing tidak jujur. Misalnya, di Amerika Serikat, ada 140.000 firma yang bergerak dalam bisnis telemarketing pada tahun 1994, menurut Yayasan Purna Bakti Amerika (American Association of Retired Persons, atau AARP). Diperkirakan bahwa 10 persen, atau 14.000, dari antaranya curang. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan sewaktu mendapat tawaran yang kedengarannya terlalu muluk. Berikut ini beberapa tips untuk membantu Anda menghindari tipuan para agen telemarketing.

      ◆ Jika seseorang menelepon dan memberitahukan bahwa Anda telah mendapat hadiah cuma-cuma, barangkali hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah memutuskan telepon itu.

      ◆ Jika seorang agen telemarketing berkeras agar Anda harus membeli produknya hari itu juga, ini biasanya menjadi petunjuk bahwa tawarannya adalah tipuan.

      ◆ Jagalah nomor kartu kredit Anda. Jangan berikan kepada orang asing yang menelepon untuk mengumpulkan dana.

      ◆ Jangan beli apa pun melalui telepon kecuali Anda yang menelepon dan berurusan dengan firma pemesanan melalui pos yang memiliki reputasi.

      Para pemilik rumah perlu berhati-hati terhadap penipuan perbaikan rumah. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagaimana dinyatakan oleh AARP Urusan Konsumen:

      ◆ Jangan sewa seorang yang tidak dikenal sebelum Anda memeriksa referensinya dengan teliti; mintalah nama dan nomor telepon konsumen lain yang telah menggunakan jasa tersebut.

      ◆ Jangan berikan tanda tangan sebelum memeriksanya dengan saksama, dan pastikan Anda memahami dan menyetujui semua syarat dalam kontrak atau perjanjian apa pun.

      ◆ Jangan pernah mengandalkan orang lain untuk menjelaskan suatu perjanjian kepada Anda kecuali ia orang yang Anda kenal dan percayai. Bacalah sendiri ketentuan perjanjian secara terperinci.

      ◆ Jangan pernah membayar di muka untuk suatu perbaikan. Pastikan agar pekerjaan tersebut rampung dan Anda puas sebelum membuat pembayaran akhir.

      Waspadalah. Gunakan akal sehat. Jangan ragu untuk mengatakan bahwa Anda tidak berminat membeli. Dan ingat: Jika suatu penawaran kedengaran terlalu muluk, kemungkinan itu adalah penipuan.

      [Gambar di hlm. 7]

      Para perayu ulung boleh jadi berpura-pura menjadi orang yang penuh perhatian, guna menipu para manula

  • Penipuan dalam Nama Agama
    Sedarlah!—1997 | 22 September
    • Penipuan dalam Nama Agama

      SEANDAINYA Anda merasa terkejut dan sedih oleh penipuan yang disebutkan sejauh ini, Anda tidak sendirian. Tetapi ada penipuan yang bahkan jauh lebih tercela​—penipuan dalam nama agama. Salah satu penipuan yang paling umum berkaitan dengan kepercayaan bahwa jiwa terus hidup setelah kematian dan bahwa orang hidup dapat memperoleh manfaat dari orang mati. Jutaan orang yang tulus di seluruh dunia telah dituntun untuk percaya bahwa dengan membayar sejumlah besar uang, mereka dapat membantu atau menenangkan orang-orang yang dikasihi yang telah meninggal.

      Dewasa ini, di beberapa negeri, terdapat perkembangan baru sehubungan dengan rancangan yang sudah berusia berabad-abad ini. Misalnya, belum lama ini di Jepang, para biksu dan biksuni Buddha yang mengaku memiliki kekuatan spiritual ditangkap dengan tuduhan menipu para umat hingga ratusan juta yen. Mereka yang ditangkap telah mengiklankan jasa penyembuhan dan konsultasi. Para responden termasuk empat ibu rumah tangga yang diberi tahu bahwa mereka sedang dirongrong oleh roh anak-anak mereka yang telah meninggal. ”Kemudian wanita-wanita itu diminta untuk membayar total 10 juta yen [80.000 dolar AS] untuk upacara peringatan kematian,” demikian Mainichi Daily News melaporkan. Seorang wanita berusia 64 tahun menyerahkan lebih dari 6,65 juta yen (sekitar 53.000 dolar AS). Wanita tersebut telah berkonsultasi dengan para biksu itu mengenai kesehatan anaknya. ”Mereka dengan yakin memberi tahu wanita tersebut bahwa ia akan ditimpa kemalangan kecuali jika ia mengadakan upacara khusus untuk memperingati jiwa nenek moyangnya dan untuk mengusir roh-roh,” demikian pernyataan The Daily Yomiuri.

      Pengetahuan yang saksama mengenai Alkitab akan mencegah orang-orang dari penipuan. Alkitab menjelaskan bahwa jiwa itu berkematian. (Yehezkiel 18:4) Orang mati ”sama sekali tidak sadar akan apa pun”, kata Pengkhotbah 9:5 (NW). Jadi orang mati tidak dapat mencelakakan orang hidup. Demikian pula orang hidup tidak dapat memperoleh manfaat dari orang mati.

      Beragam Segi Penipuan Agama

      Karena ketamakan mereka sendiri, beberapa orang menjadi mangsa perayu ulung berkedok agama. Di Australia, sepasang suami-istri yang mengaku memiliki kekuatan supernatural dengan kesanggupan memberkati uang dan membuatnya berkembang, telah mendapat 100.000 dolar Australia dari seorang pria yang ingin agar uangnya bertambah. Pria ini diberi tahu agar menaruh uangnya dalam sebuah kotak dan menyerahkannya kepada mereka untuk ”disucikan”. Pasangan itu membawa kotak tersebut ke kamar sebelah untuk memberkatinya sementara sang pria menunggu. Sewaktu mereka kembali, mereka mengembalikan kotak tersebut sambil memperingatkan agar tidak soal apa pun yang terjadi ia tidak boleh membuka kotak tersebut sebelum tahun 2000. Dan jika ia membukanya? Ia diberi tahu bahwa ”kekuatan gaib itu akan hilang, dan ia akan buta, rambutnya akan rontok, ia akan terkena kanker, dan meninggal karena stroke”. Akan tetapi, setelah dua minggu pria tersebut menjadi curiga dan membuka kotak tersebut. Kejutan! Kotak itu penuh dengan sobekan kertas. Surat kabar yang melaporkan insiden itu mengatakan bahwa ia mempersalahkan dirinya sendiri dan herannya, ”ia mulai menjadi botak”.

      Di Italia, penipuan berkedok agama mengalami kebalikan yang unik: Beberapa imam telah tertipu oleh perayu ulung yang berkedok sebagai orang Katolik yang setia. Para penipu memanfaatkan tradisi Katolik untuk membayar jasa Misa rekuiem bagi orang yang telah meninggal. Bagaimana mereka melakukannya? Majalah Katolik Famiglia Cristiana menjelaskan bahwa para penipu itu menawarkan pembayaran di muka untuk sejumlah Misa rekuiem dengan cek palsu yang dibuat lebih tinggi daripada jumlah yang diminta. Mereka menipu imam yang naif sehingga membayar selisihnya secara tunai. Para penipu mendapat uang tunai, dan sang imam mendapat cek palsu!

      Di Amerika Serikat, para manula sering kali dirongrong oleh kultus agama yang mencari anggota baru guna memenuhi kotak uang mereka dengan sumbangan. ”Di seluruh negeri, kultus-kultus mengikuti aturan dasar penyalahgunaan kepercayaan: Incar orang yang berduit,” demikian tulis majalah Modern Maturity. ”Sebagai imbalannya, mereka menawarkan segala sesuatu, mulai dari kesehatan hingga perubahan politik dan kerajaan surga.” Salah seorang pakar dalam menyadarkan mantan pengikut kultus mengatakan, ”Para manula adalah sarana penunjang kehidupan kultus.”

      Jumlah uang yang terlibat dapat sangat besar. ”Saya mengetahui sejumlah kasus yang orang-orang membuat dirinya miskin,” kata seorang pengacara New York yang telah menangani banyak kasus kultus. ”Saya tahu beraneka ragam kasus semacam itu, dari orang-orang yang dimintai sumbangan sejumlah paling tidak 100.000 dolar AS hingga orang-orang yang hanya memiliki cek Jaminan Sosial untuk diberikan.” Ia menambahkan, ”Keadaannya menghancurkan​—baik bagi pribadi yang tertipu maupun bagi keluarga mereka.”

      Jadi berhati-hatilah! Para penipu sedang beraksi. Penipuan perbaikan rumah, penipuan telemarketing, dan penipuan berkedok agama hanyalah sebagian kecil dari contoh cara mereka beroperasi. Mustahil untuk menjelaskan semua teknik mereka, karena mereka selalu memiliki penipuan baru. Tetapi tidak diragukan bahwa apa yang telah disajikan di sini dapat mengingatkan Anda tentang perlunya kewaspadaan, dan barangkali itulah pertahanan terbaik Anda. (Lihat kotak pada halaman 8, ”Bagaimana Menghindari Penipuan”.) Peringatan sebuah peribahasa kuno dari Alkitab sangat tepat, ”Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya.”​—Amsal 14:15.

      [Gambar di hlm. 10]

      Jutaan orang percaya bahwa dengan membayar uang mereka dapat membantu atau menenangkan orang yang dikasihi yang telah meninggal

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan