PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Siapakah Yesus Kristus?
    Sedarlah!—1998 | 8 Desember
    • Siapakah Yesus Kristus?

      Pada waktu-waktu seperti ini setiap tahun, natal dirayakan di banyak negeri di seputar dunia. Ratusan juta orang percaya bahwa Yesus Kristus lahir pada tanggal 25 Desember sekitar 2.000 tahun yang lalu. Dalam lukisan dan pahatan, Yesus digambarkan sebagai bayi dalam palungan dalam berbagai pose. Tetapi, tentu saja, ia menjadi dewasa dan hidup di bumi selama 33 1/2 tahun.

      PERNAHKAH Anda bertanya-tanya, seperti apa penampilan fisik Yesus setelah dewasa? Apa warna kulitnya? Apakah ia kekar dan tampan, atau lemah fisik dan berpenampilan loyo, sebagaimana digambarkan oleh berbagai seniman selama berabad-abad? Apakah wajahnya bercambang atau tidak? Apakah rambutnya panjang?

      Selain itu, apakah Yesus memancarkan kesucian, dengan semacam cahaya berbentuk halo yang melingkar di kepalanya sebagaimana digambarkan oleh beberapa seniman? Atau, apakah kenyataannya tidak demikian​—yaitu ia tidak memiliki ciri-ciri yang mencolok semacam itu, tetapi dapat membaur di tengah kerumunan orang?

      Selama berabad-abad, para sejarawan dan seniman sekuler mengajukan berbagai pendapat yang bertolak belakang tentang rupa Yesus. Tambahan pula, laporan saksi mata tentang dia yang dicatat oleh para penulis Alkitab yang hidup pada abad pertama dan yang pernah bersama-sama dengan dia, memberikan petunjuk-petunjuk yang dapat diandalkan.

      Akan tetapi, berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang jauh lebih penting daripada pertanyaan tentang rupa Yesus: Siapakah sesungguhnya Yesus Kristus itu? Apa peranannya dalam maksud-tujuan Allah? Apakah ia telah menjalankan perannya? Siapakah dia sekarang dan di manakah ia berada? Apakah ia memiliki kedudukan yang begitu penting sehingga bisa mempengaruhi semua manusia, bahkan orang-orang yang telah mati?

      Pertama, marilah kita memeriksa bukti tentang penampilan Yesus. Bagaimana rupanya?

  • Seperti Apakah Rupa Yesus?
    Sedarlah!—1998 | 8 Desember
    • Seperti Apakah Rupa Yesus?

      BUKTI sejarah duniawi tentang rupa Yesus sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini turut menyebabkan perbedaan-perbedaan utama dalam berbagai karya seni yang menampilkan sosok Yesus.

      Dua faktor adalah kebudayaan negara tersebut dan masa ketika karya seni itu dibuat. Selain itu, agama yang dianut para seniman dan orang-orang yang menugasi mereka, turut mempengaruhi cara mereka menggambarkan Yesus.

      Selama berabad-abad, para seniman terkenal seperti Michelangelo, Rembrandt, dan Rubens, memberikan perhatian yang berlebih-lebihan pada penampilan fisik Yesus. Karya mereka yang sering kali dibumbui hal-hal yang bersifat lambang dan mistik, besar sekali pengaruhnya terhadap pandangan umum tentang rupa Yesus. Akan tetapi, apa sebenarnya dasar interpretasi mereka?

      Apa yang Dikatakan oleh Sejarah Duniawi

      Karya-karya seni yang dibuat sebelum zaman Kaisar Konstantin dari Roma, yang hidup sekitar tahun 280 hingga 337 M, sering menggambarkan Yesus sebagai ”Gembala yang Baik” yang masih belia dengan rambut keriting, panjang maupun pendek. Tetapi, tentang ini, buku Art Through the Ages berkata, ”Gagasan tentang Gembala yang Baik sebenarnya berasal dari budaya [kafir] Yunani Kuno hingga kesenian Mesir, tetapi kemudian menjadi simbol pelindung setia bagi kawanan Kristen.”

      Belakangan, pengaruh kafir ini menjadi semakin nyata. ”Yesus,” tambah buku itu, ”dapat dengan mudah disejajarkan dengan dewa-dewa yang termasyhur dari dunia Mediterania, terutama Helios (Apollo), dewa matahari [yang halo-nya belakangan dipakaikan pada Yesus dan kemudian pada ”para santo”], atau wajah ketimurannya yang dibuat bergaya Roma, Sol Invictus (Matahari yang Tak Tertaklukkan).” Di sebuah mausoleum [makam megah] yang ditemukan di bawah gereja Santo Petrus di Roma, Yesus malah digambarkan sebagai Apollo ”yang sedang mengendarai kereta-matahari yang ditarik oleh kuda-kuda melintasi angkasa”.

      Akan tetapi, Yesus dalam rupa yang lebih belia ini tidak bertahan lama. Adolphe Didron, dalam bukunya Christian Iconography, menyatakan apa yang terjadi, ”Rupa Kristus yang tadinya masih belia, menjadi semakin tua dari abad ke abad . . . sejalan dengan usia kekristenan.”

      Sebuah naskah dari abad ke-13 yang diakui sebagai surat yang ditulis seseorang bernama Publius Lentulus kepada Senat Roma memberikan deskripsi tentang penampilan fisik Yesus, dengan mengatakan bahwa ia ”berambut lurus berwarna cokelat muda hingga sebatas kuping, tetapi dari kuping ke bawah, rambutnya keriting, lebih gelap warnanya, serta lebih berkilau, panjangnya sampai ke pundak; rambutnya dibelah tengah . . . , cambangnya lebat sewarna dengan rambut, tidak panjang, tetapi agak menekuk di bagian dagu; . . . matanya abu-abu . . . dan jernih.” Gambaran yang tidak autentik ini belakangan mempengaruhi banyak seniman. ”Setiap masa,” kata New Catholic Encyclopedia, ”menghadirkan sosok Kristus sesuai selera.”

      Selain bergantung pada masa pembuatannya, sosok Kristus juga bergantung pada ras dan agama. Karya seni berbau agama yang berasal dari ladang misionaris di Afrika, Amerika, dan Asia menggambarkan Kristus berambut panjang model Barat; tetapi kadang-kadang ”ciri-ciri penduduk asli” ditambahkan pada rupa Kristus, demikian pernyataan ensiklopedi tersebut.

      Kelompok Protestan juga memiliki seniman sendiri, dan mereka ini menginterpretasikan rupa Kristus menurut cara mereka sendiri. F. M. Godfrey, dalam bukunya Christ and the Apostles​—The Changing Forms of Religious Imagery, menyatakan, ”Kristus yang tragis karya Rembrandt berasal dari semangat Protestan, yang penuh kesengsaraan, menakutkan, kepayahan, . . . gambaran sosok yang berpenampilan tertutup, jiwa Protestan yang penuh penyangkalan diri.” Hal ini tercermin, katanya, pada ”tubuh-Nya yang kurus, penyangkalan diri, ’kerendahan hati, sesuatu yang menimbulkan rasa kasihan dan berkesan khidmat’ yang dengan karyanya itu [Rembrandt] menciptakan suatu epik Kristen”.

      Akan tetapi, sebagaimana akan kita lihat sekarang, gambaran Kristus sebagai pribadi yang loyo, yang dilingkari halo di kepala, tidak jantan, tampak sendu, berambut panjang, yang sering muncul dalam karya seni susunan Kristen, tidaklah akurat. Kenyataannya, gambaran ini jauh berbeda dari gambaran Yesus dalam Alkitab.

      Alkitab dan Rupa Yesus

      Sebagai ”Anak Domba Allah”, Yesus tidak memiliki cacat, jadi ia pasti seorang pria yang tampan. (Yohanes 1:29; Ibrani 7:26) Dan, ia pasti tidak memiliki rupa permanen yang sendu sebagaimana digambarkan dalam karya seni populer. Memang, ia mengalami banyak peristiwa yang menyusahkan hati dalam kehidupannya, tetapi secara umum, ia dengan sempurna mencerminkan Bapaknya, ”Allah yang bahagia”.​—1 Timotius 1:11; Lukas 10:21; Ibrani 1:3.

      Apakah Yesus berambut panjang? Hanya orang Nazir yang tidak diperbolehkan memotong rambut mereka atau meminum anggur, sedangkan Yesus bukan orang Nazir. Jadi, rambutnya pasti dipangkas rapi seperti pria Yahudi lainnya. (Bilangan 6:2-7) Ia juga menikmati anggur secara bersahaja ketika berada bersama orang-orang lain, dan ini semakin meneguhkan pandangan bahwa ia bukan pemurung. (Lukas 7:34) Malah, ia membuat anggur secara mukjizat pada pesta pernikahan di Kana, Galilea. (Yohanes 2:1-11) Dan, ia pasti berjanggut, terbukti dari sebuah nubuat tentang penderitaannya.​—Yesaya 50:6.

      Bagaimana dengan warna kulit dan raut wajah Yesus? Bisa jadi berciri Semitis. Kemungkinan ia mewarisi ciri-ciri ini dari ibunya, Maria, yang adalah orang Yahudi. Nenek moyangnya adalah orang Yahudi, dalam garis keturunan Ibrani. Jadi, kemungkinan Yesus memiliki warna kulit dan raut wajah orang Yahudi pada umumnya.

      Rupanya, bahkan di antara rasul-rasulnya, Yesus secara fisik tidak terlalu menonjol, karena Yudas, sewaktu hendak mengkhianati Yesus kepada musuh-musuhnya, harus mencium Yesus sebagai tanda. Jadi, Yesus tidak mencolok di tengah orang banyak. Dan, memang demikian, karena buktinya setidak-tidaknya pada satu kesempatan, ia mengadakan perjalanan dari Galilea ke Yerusalem tanpa dikenali.​—Markus 14:44; Yohanes 7:10, 11.

      Namun, beberapa orang menyimpulkan, bahwa Yesus pasti loyo. Mengapa mereka mengatakan hal ini? Salah satu alasannya, ia butuh bantuan untuk memikul tiang siksaannya. Selain itu, di antara tiga pria yang dipantek, ia yang lebih dahulu mati.​—Lukas 23:26; Yohanes 19:17, 32, 33.

      Yesus Tidak Loyo

      Bertentangan dengan tradisi, Alkitab tidak menggambarkan Yesus sebagai orang yang loyo atau tidak jantan. Sebaliknya, dikatakan bahwa sebagai seorang remaja ia ”terus bertambah dalam hikmat dan dalam pertumbuhan fisik serta diperkenan oleh Allah dan manusia”. (Lukas 2:52) Selama hampir 30 tahun ia bekerja sebagai tukang kayu. Mata pencaharian ini tentu bukan untuk orang yang berperawakan lemah atau loyo, terutama pada masa itu, ketika belum ada mesin-mesin modern yang menghemat tenaga manusia. (Markus 6:3) Selain itu, Yesus mengusir ternak, domba, dan para penukar uang dari bait serta menjungkirbalikkan meja-meja para penukar uang. (Yohanes 2:14, 15) Ini juga memberi kesan pribadi yang jantan, dan kuat secara fisik.

      Selama tiga setengah tahun terakhir dari kehidupannya di bumi, Yesus berjalan kaki ratusan kilometer untuk mengabar. Namun, murid-muridnya tidak pernah memberi kesan bahwa ia ’beristirahat sedikit’. Justru, Yesus-lah yang berkata kepada mereka, yang beberapa di antaranya semula nelayan yang kuat, ”Datanglah, kamu sendiri, secara pribadi ke dalam tempat yang sunyi dan beristirahatlah sedikit.”​—Markus 6:31.

      Ya, ”seluruh kisah penginjilan”, kata Cyclopædia M’Clintock dan Strong, ”menunjukkan bahwa [Yesus memiliki] badan yang bugar dan prima”. Jadi, mengapa ia meminta bantuan untuk memikul tiang siksaannya, dan mengapa ia lebih dahulu mati dibandingkan dengan kedua pria yang dipantek bersamanya?

      Salah satu faktor kunci adalah penderitaan yang luar biasa. Seraya waktu eksekusinya mendekat, Yesus berkata, ”Sesungguhnya, aku harus dibaptis dengan suatu pembaptisan, dan betapa menderitanya aku sampai itu selesai!” (Lukas 12:50) Penderitaan ini berkembang menjadi ”penderitaan yang dalam” pada malam terakhirnya, ”Memasuki penderitaan yang dalam ia terus berdoa lebih bersungguh-sungguh; dan keringatnya menjadi seperti tetes-tetes darah yang jatuh ke tanah.” (Lukas 22:44) Yesus tahu bahwa prospek manusia untuk hidup kekal bergantung pada integritasnya sampai mati. Sungguh suatu beban yang berat untuk dipikul! (Matius 20:18, 19, 28) Ia juga tahu bahwa ia akan dieksekusi sebagai seorang penjahat yang ’terkutuk’ oleh umat Allah sendiri. Itulah sebabnya, ia khawatir kalau-kalau hal ini akan mendatangkan celaan bagi Bapaknya.​—Galatia 3:13; Mazmur 40:7, 8; Kisah 8:32.

      Setelah pengkhianatan terhadapnya, ia mengalami kekejaman beruntun. Dalam sebuah persidangan pura-pura yang diadakan setelah tengah malam, para pejabat tertinggi di negeri itu mengejeknya, meludahinya, dan meninjunya. Untuk memberi kesan bahwa persidangan sebelumnya sah, persidangan lain diadakan keesokan paginya. Di persidangan ini, Yesus diinterogasi oleh Pilatus; kemudian oleh Herodes, yang bersama para tentaranya, mengolok-olok dia; kemudian oleh Pilatus lagi. Akhirnya, Pilatus menyuruh agar ia disesah. Dan, ini bukan cambukan biasa. Tentang praktek penyesahan oleh orang Roma, The Journal of the American Medical Association berkata,

      ”Alat yang biasa digunakan adalah cambuk pendek . . . dengan beberapa tali kulit yang berbeda panjangnya yang beberapa di antaranya dijalin, diberi bola-bola besi kecil atau potongan-potongan tulang domba yang tajam secara berselang-seling. . . . Sewaktu serdadu-serdadu Roma berkali-kali mencambuk punggung korban dengan kekuatan penuh, bola-bola besi akan menyebabkan luka memar yang dalam, dan tali-tali kulit serta tulang-tulang domba akan menyayat kulit serta jaringan di bawah kulit. Kemudian, seraya pencambukan terus berlangsung, luka goresan akan menyobek urat-urat pada kerangka tulang dan menghasilkan serpihan daging yang berdarah.”

      Jelaslah, jauh sebelum ia merasa kepayahan karena beratnya tiang yang ia pikul, daya tahan Yesus pasti sudah sangat merosot. Bahkan, The Journal of the American Medical Association menyatakan, ”Penganiayaan secara fisik dan mental yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Roma, juga kurangnya makanan, air, dan istirahat, turut menyebabkan keadaannya secara umum loyo. Oleh karena itu, bahkan sebelum ia benar-benar disalib, kondisi fisik Yesus setidak-tidaknya parah dan kemungkinan kritis.”

      Apakah Rupa Yesus Penting?

      Jika dilihat dari gambaran tertulis Lentulus yang keliru dan tidak sahih, hasil karya seniman hebat yang terkenal maupun jendela-jendela modern berkaca patri, susunan Kristen tampaknya terpukau oleh hal-hal yang memikat mata. ”Kuasa penggugah yang luar biasa dari sosok Yesus Kristus perlu dilestarikan,” kata uskup agung Turin, penjaga Jubah Turin yang kontroversial.

      Namun, Firman Allah dengan sengaja menghapus perincian ”penggugah” tentang rupa Yesus. Mengapa? Kemungkinan besar, hal itu akan menyimpangkan perhatian dari perkara yang berarti kehidupan abadi—pengetahuan Alkitab. (Yohanes 17:3) Yesus sendiri—model kita yang utama—”tidak memandang”, atau tidak menganggap penting, ”penampilan luar orang”. (Matius 22:16; bandingkan Galatia 2:6.) Menekankan penampilan fisik Yesus sekalipun hal itu tidak disebutkan sama sekali dalam Injil-Injil terilham adalah sama saja dengan menentang makna Injil. Sebenarnya, Yesus sebagaimana akan kita lihat dalam artikel berikut, bahkan tidak lagi berada dalam wujud manusia.a

      [Catatan Kaki]

      a Tentu saja, sewaktu mengadakan pengajaran Alkitab, tidak ada salahnya menggunakan gambar-gambar termasuk gambar Yesus. Gambar-gambar ini sering muncul dalam publikasi Lembaga Menara Pengawal. Akan tetapi, tidak dimaksudkan untuk menimbulkan kesan mistik, memukau pemerhati, atau menganjurkan konsep, simbol, atau pemujaan yang tidak berdasarkan Alkitab.

      [Gambar di hlm. 7]

      Kristus yang loyo dan pucat yang digambarkan oleh para seniman dalam susunan Kristen bertentangan dengan gambaran Yesus berdasarkan catatan Alkitab

      [Keterangan]

      Yesus Mengabar di Laut Galilea oleh Gustave Doré

  • Inilah Yesus Sekarang
    Sedarlah!—1998 | 8 Desember
    • Inilah Yesus Sekarang

      MESKIPUN rupa Yesus masih menimbulkan rasa penasaran, adalah jauh lebih penting untuk mencari tahu siapa dia sekarang dan di mana dia berada. Apa peranannya dalam maksud-tujuan Allah bagi keluarga manusia?

      Sejarah duniawi tidak dapat memberi kita jawabannya. Jawaban hanya dapat ditemukan dalam dokumen yang disusun oleh Allah demi manfaat para pencari kebenaran. Dokumen itu adalah Alkitab, atau Kitab Suci, buku yang paling luas distribusinya sepanjang sejarah dunia.

      Alkitab bukan hanya salah satu dari sekian banyak buku yang disusun manusia. Meskipun manusia digunakan oleh Allah sebagai juru tulis-Nya, Allah-lah pengarang sesungguhnya, ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menegur, untuk meluruskan perkara-perkara, untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, agar manusia Allah dapat menjadi cakap sepenuhnya, diperlengkapi secara menyeluruh untuk setiap pekerjaan yang baik.”​—2 Timotius 3:16, 17.

      Rasul Paulus benar-benar mengetahui buku macam apa Alkitab itu, karena ia menulis, ”Pada waktu kamu menerima firman Allah, yang kamu dengar dari kami, kamu menerimanya, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi, sebagaimana itu sesungguhnya, sebagai perkataan Allah.​—1 Tesalonika 2:13.

      Allah adalah Pencipta yang Mahadahsyat dari alam semesta yang memiliki miliaran galaksi dan miliaran bintang dalam setiap galaksi. Kekuatan-Nya pasti begitu dahsyat sehingga Ia sanggup menciptakan semuanya itu! Tentu, Sang Mahakuasa, pribadi yang membuat alam semesta yang luar biasa, pasti sanggup mengarang sebuah buku yang bisa menjadi pedoman yang dapat diandalkan bagi siapa pun yang mencari kebenaran.

      Apa yang Alkitab Katakan

      Firman Allah mengungkapkan benar-tidaknya teori dan spekulasi yang tidak habis-habisnya tentang Yesus. Perhatikan beberapa perincian yang diberikan Alkitab tentang dia:

      • Yesus adalah ciptaan pertama dan langsung oleh Allah di surga berabad-abad yang lalu, sebelum malaikat dan alam semesta. Itulah sebabnya ia disebut ’Putra Allah satu-satunya’. Semua ciptaan lain dibuat melalui sang Putra, ”pekerja ahli” Allah, sebelum ia menjadi manusia.​—Yohanes 3:16; 6:38; 8:58; Amsal 8:30, NW; Kolose 1:16.

      • Kira-kira 2.000 tahun yang lalu, Allah memindahkan kehidupan Yesus ke dalam rahim seorang perawan Yahudi, untuk dilahirkan sebagai manusia. Bahkan sekarang, melalui proses inseminasi buatan, manusia dapat melakukan hal yang dalam beberapa segi menyerupai cara itu.​—Matius 1:18; Yohanes 1:14.

      • Yesus, jauh melebihi orang yang baik. Sebagai seorang dewasa, ia mencerminkan dengan sempurna kepribadian Bapak surgawinya, Allah Yehuwa, yang pengasih, beriba hati, dan adil-benar.​—Yohanes 14:9, 10; Ibrani 1:3; 1 Yohanes 4:7-11, 20, 21.

      • Sebagai wakil Allah di bumi, Yesus memperhatikan kebutuhan orang-orang yang miskin dan tertindas, namun tidak bersikap pilih kasih terhadap orang kaya. Dengan dukungan roh kudus Allah yang penuh kuasa, Yesus secara mukjizat menyembuhkan orang sakit dan bahkan membangkitkan orang mati. Dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa itu, ia menunjukkan dalam skala kecil apa yang akan dilakukannya di seluas dunia setelah ia bangkit dari kematian dan memiliki kehidupan surgawi serta menjadi Raja dari Kerajaan surgawi Allah.​—Matius 11:4-6; Lukas 7:11-17; Yohanes 11:5-45.

      • Kerajaan surgawi Allah itulah yang Yesus ajarkan kepada para pengikutnya untuk didoakan dan diletakkan pada tempat pertama dalam kehidupan mereka. Pada waktu Kerajaan itu berdiri sepenuhnya, ”kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan [yang ada sekarang] dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya”. Kemudian, Kerajaan itu akan menjadi satu-satunya pemerintahan di bumi; satu-satunya harapan bagi manusia yang menderita.—Daniel 2:44; Matius 6:9, 10.

      • Allah adalah bapak Yesus, dan Yesus setia kepada Allah. Jadi, sewaktu ia dibunuh, ia adalah manusia sempurna. Ia dengan rela menyerahkan kehidupannya yang sempurna kepada Allah sebagai korban tebusan untuk menggantikan apa yang dihilangkan Adam sewaktu memberontak melawan Allah. Dengan berbuat demikian, Yesus membuka jalan kepada kehidupan kekal bagi semua orang yang mempraktekkan iman kepadanya.—Yohanes 3:16; Roma 3:23, 24; 1 Yohanes 2:2.

      • Sebagai Raja surgawi Allah yang terlantik, Yesus akan melaksanakan maksud-tujuan Allah untuk menyingkirkan kejahatan dari muka bumi dan mengangkat manusia yang setia kepada kesempurnaan pikiran dan tubuh. Kemudian, manusia akan hidup damai dan bahagia di bumi firdaus, dengan perumahan yang baik dan makanan yang melimpah bagi semua. Lenyaplah sudah penyakit, dukacita, dan kematian untuk selama-lamanya. Bahkan orang-orang mati akan dibangkitkan dan memiliki kesempatan untuk hidup selama-lamanya di bumi.—Kejadian 1:26-28; 2:8; Mazmur 37:10, 11, 29; Amsal 2:21, 22; Yesaya 25:6; 65:21-23; Lukas 23:43; Kisah 24:15; Penyingkapan (Wahyu) 21:3, 4.

      Jadi, Alkitab dengan jelas memberi tahu kita bahwa Yesus adalah tokoh utama dalam maksud-tujuan Allah untuk mewujudkan dunia baru yang adil-benar di atas bumi ini. Karena peranannya yang penting, Yesus dapat dengan tepat berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan. Tidak seorang pun datang kepada Bapak kecuali melalui aku.”—Yohanes 14:6; 2 Petrus 3:13.

      Penguasa yang Beriba Hati

      Orang-orang yang rendah hati ingin agar Yesus menjadi penguasa mereka dalam dunia baru, dan Yesus pasti akan menjadi penguasa yang berbeda dan menyenangkan! Salah satu cara ia menunjukkan hal ini adalah dengan pekerjaan penyembuhan yang luar biasa yang ia lakukan sewaktu di bumi. (Matius 15:30, 31) Akan tetapi, perhatikan pula penguasa macam apa ia nantinya.

      Pertama-tama, pikirkan riwayat hidup para penguasa dunia ini. Sejarah memperlihatkan bahwa selama berabad-abad, mereka sering berlaku kejam dan tak berperasaan, menggiring rakyat mereka ke dalam peperangan, kekejaman, inkwisisi, dan pembantaian yang tak terhitung jumlahnya. Pada abad ke-20 ini saja, lebih dari 100 juta orang telah dibantai dalam peperangan.

      Bandingkan sikap dan riwayat hidup para pemimpin dunia ini dengan sikap dan catatan Yesus dalam berurusan dengan orang-orang miskin, tertindas, dan tak berdaya, ”Ketika melihat kumpulan orang itu ia merasa kasihan terhadap mereka, karena mereka terus dikuliti dan dibuang seperti domba-domba tanpa gembala.” Maka, berkatalah ia kepada mereka, ”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan mempunyai tanggungan berat, dan aku akan menyegarkan kamu. Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah dariku, karena aku berwatak lemah lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu. Karena kuk aku menyenangkan dan tanggunganku ringan.”—Matius 9:36; 11:28-30.

      Betapa beriba hatinya Yesus terhadap orang-orang! Dalam hal ini, ia meniru Bapak surgawinya. Yesus adalah personifikasi kasih, dan ia mengajar murid-muridnya untuk memiliki kasih yang sejati dan berprinsip, satu sama lain. Oleh karena itu, mereka tidak akan membiarkan ras, kebangsaan, keadaan ekonomi, agama yang sebelumnya mereka anut, atau apa pun juga mengganggu persatuan internasional mereka. (Yohanes 13:34, 35; Kisah 10:34, 35) Ya, Yesus sangat mengasihi orang-orang sehingga ia memberikan kehidupannya kepada mereka. (Efesus 5:25) Ia adalah tipe penguasa yang dibutuhkan dan akan didapatkan oleh dunia ini.

      Yesus Kini Raja yang ’Elok’

      Firman Allah yang bersifat nubuat, membantu kita memahami bahwa Yesus sekarang adalah Raja surgawi yang berkuasa. Tentang dia, sang pemazmur menubuatkan, ”Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, . . . Dalam semarakmu itu majulah demi kebenaran, perikemanusiaan dan keadilan! . . . Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan.”—Mazmur 45:3, 5, 8.

      Sebagai Raja surgawi yang dilantik Allah, Yesus ditugasi untuk bertindak menyatakan kasihnya akan keadilbenaran serta kebenciannya akan kejahatan. Jadi, ia digambarkan dalam Alkitab sebagai seorang penakluk yang tak berkematian, ”Raja atas raja-raja”, yang akan segera mengeksekusi semua musuh Allah. Selain itu, ia akan memulihkan kondisi bumi menjadi seperti firdaus dan mengangkat keadaan umat manusia yang telah ditebus kepada kesempurnaan.—Penyingkapan 19:11-16.

      Peran Yesus yang baru tidak lagi sebagai ’Mesias yang menderita’ yang dicela, dipukul dan dibunuh sebagai penentang. Sebaliknya, perannya yang baru adalah sebagai ”Allah yang perkasa”, penguasa bumi. (Yesaya 9:5) Ini bukan berita yang menyenangkan bagi kebanyakan penguasa manusia, karena ”kerajaan” mereka akan segera dihancurkan hingga lenyap, sebagaimana dinubuatkan oleh Daniel 2:44. Dengan menggunakan Kristus sebagai eksekutor-Nya, Allah ”meremukkan raja-raja pada hari murka-Nya, Ia menghukum bangsa-bangsa”.—Mazmur 110:5, 6.

      Yesaya menubuatkan bahwa dalam melakukan hal ini, Kristus akan ”membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia”. Mengapa? ”Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka [oleh orang kepercayaan mereka] akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”—Yesaya 52:15.

      ”Menuai Puting Beliung”

      Yesaya sedang menubuatkan tentang kelalaian para pemimpin agama dalam menjalankan tugas. Misalnya, mereka tidak mengajarkan kebenaran Alkitab tetapi mengajari kawanan mereka doktrin-doktrin yang tidak berdasarkan Alkitab tentang siksaan kekal dalam neraka yang bernyala-nyala, tritunggal berupa tiga allah menjadi satu, dan jiwa yang tidak berkematian—semuanya berasal dari kekafiran. Dan, para pemimpin agama telah mendukung semua peperangan negara-negara mereka, bahkan jika itu berarti harus membunuh orang-orang yang seagama dengan mereka. Hal ini secara langsung melanggar perintah-perintah Allah.—1 Yohanes 2:3, 4; 3:10-12; 4:8, 20, 21.

      Selain itu, para pemimpin agama menyodorkan kepada kawanan mereka hal-hal yang menyenangkan mata tetapi sia-sia di mata Allah, seperti patung-patung agama, jubah keimaman, katedral yang mahal, dan lukisan-lukisan yang diilhami konsep-konsep kafir termasuk penggunaan halo dari dewa matahari. Hal ini mereka lakukan meskipun Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya, ”Menjauhlah, menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena kepada yang najis! . . . , hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah TUHAN!”—Yesaya 52:11; 2 Korintus 6:14-18.

      Orang-orang yang mengaku mewakili Allah namun melanggar perintah-perintah-Nya dan mengajari orang-orang lain untuk melakukan hal yang sama, akan menuai apa yang mereka tabur. Mereka akan diganjar dan akan merasakan akibatnya bila sistem segala perkara ini dibinasakan. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Hosea, ”mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung”.—Hosea 8:7, lihat juga Penyingkapan 17:1-3, 15, 16.

      Orang Berhati Jujur Belajar Kebenaran

      Penyalahgambaran tentang Allah dan Yesus yang dilakukan para pemimpin agama tidak akan menghalangi orang-orang berhati jujur untuk mempelajari kebenaran tentang Yesus. Sebagaimana yang terjadi di abad pertama, karena seperti yang ditulis oleh Paul Barnett dalam karyanya The Two Faces of Jesus, ”Kristus bukan seorang penerjun payung yang tiba-tiba jatuh dari langit, muncul tiba-tiba dalam sejarah, tanpa diberitakan.” Ya, pada waktu itu, nubuat Alkitab dengan akurat ’mengumumkan’ sang Mesias, memberikan kepada murid-muridnya yang loyal kepastian akan kedatangannya. Dewasa ini, ada jauh lebih banyak bukti yang mengumandangkan fakta bahwa Yesus telah diberi kuasa oleh Allah untuk memerintah sebagai ’Raja surgawi yang mulia atas raja-raja’.—Matius 24:3-13; 2 Timotius 3:1-5, 13.

      Sesungguhnya, ”kabar baik kerajaan [mengenai Allah dan Kristus sebagai penguasa] ini akan diberitakan di seluruh bumi yang berpenduduk untuk suatu kesaksian kepada semua bangsa; dan kemudian akhir itu akan datang”. (Matius 24:14) Pekerjaan ini dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, yang jumlahnya lebih dari lima juta di seluruh dunia. Jadi, orang-orang yang ingin mengenal Yesus yang sejati, sesungguhnya dapat berbuat demikian. (Yohanes 10:14; 1 Yohanes 5:20) Dan, mengenal maupun menaati dia, penting agar selamat melewati ”kesengsaraan besar” yang tidak lama lagi akan melanda bumi.—Penyingkapan 7:9-14; Yohanes 17:3; 2 Tesalonika 1:6-10.

      Untuk alasan itu, Saksi-Saksi Yehuwa akan dengan senang hati membantu Anda memeriksa gambaran Alkitab yang menarik tentang Putra Allah.

      [Gambar di hlm. 9]

      Kristus dalam kuasa Kerajaan akan melenyapkan kejahatan

      [Gambar di hlm. 10]

      Di bawah pemerintahan Kristus yang pengasih, bumi ini akan menjadi firdaus

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan