PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Ketidakamanan​—Penyakit Seluas Dunia
    Sedarlah!—1998 | 8 Oktober
    • Ketidakamanan​—Penyakit Seluas Dunia

      APAKAH Anda kadang-kadang merasa bahwa kehidupan dan gaya hidup Anda rentan dan tidak pasti? Anda tidak sendirian. Jutaan orang merasa seperti itu. Tanpa memandang bangsa, agama, atau sosial, ketidakamanan menyebar seperti penyakit, menjangkiti orang-orang dari Moskwa hingga Manhattan.

      Apabila kehidupan kita tidak aman, maka kita, menurut sebuah kamus, sedang ”dihantui oleh ketakutan dan kekhawatiran”. Kekhawatiran adalah beban emosi yang menimbulkan stres, yang merusak kesehatan kita. Namun, mengapa kita merasa khawatir dan tidak aman?

      Kekhawatiran di Eropa

      Di Uni Eropa (UE), 1 dari 6 orang hidup di bawah garis kemiskinan, 18 juta orang menganggur, dan tak terhitung banyaknya orang lain dicekam rasa takut kehilangan pekerjaan. Di beberapa negeri UE, para orang-tua ngeri karena anak-anak mereka terancam oleh ulah para pedofilia. Di salah satu negara UE, 2 dari 3 orang khawatir akan ancaman kejahatan. Penduduk UE lainnya semakin resah karena vandalisme, terorisme, dan polusi.

      Kehidupan dan mata pencaharian terancam bukan hanya karena penyimpangan sosial semacam itu, namun juga karena bencana alam. Misalnya, pada tahun 1997 dan 1998, hujan yang sangat deras, aliran lumpur, dan badai tornado menghancurkan sebagian Amerika Serikat. Pada tahun 1997, banjir melanda Eropa Tengah ketika Sungai Oder dan Sungai Neisse meluap. Menurut jurnal mingguan Polandia, Polityka, lahan pertanian yang luas terendam banjir, juga 86 kota besar dan kecil serta sekitar 900 desa. Kira-kira 50.000 keluarga kehilangan hasil panen mereka, dan hampir 50 orang tewas. Aliran lumpur pada awal tahun 1998 juga menewaskan banyak orang di Italia bagian selatan.

      Masalah Keamanan Pribadi

      Tetapi, tidakkah kita merasa yakin bahwa kehidupan lebih aman dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu? Bukankah dengan berakhirnya Perang Dingin berarti berkurangnya kekuatan bersenjata? Ya, keamanan nasional mungkin meningkat. Akan tetapi, keamanan pribadi dipengaruhi oleh apa yang terjadi di rumah dan di jalanan. Jika kita kehilangan pekerjaan atau merasa waswas jangan-jangan seorang perampok atau pedofilia sedang mengintai di luar, maka tidak soal seberapa banyak senjata yang dimusnahkan, kita tetap merasa khawatir dan tidak aman.

      Bagaimana beberapa orang menghadapi kehidupan yang tidak menentu? Terlebih penting lagi, apakah ada cara untuk membuat kehidupan setiap orang​—termasuk Anda​—aman setiap waktu? Pokok-pokok ini akan dibahas dalam dua artikel berikut.

      [Keterangan Gambar di hlm. 3]

      FOTO PBB 186705/J. Isaac

      [Keterangan Gambar di hlm. 3]

      Foto FAO/B. Imevbore

  • Mengupayakan Kehidupan yang Aman
    Sedarlah!—1998 | 8 Oktober
    • Mengupayakan Kehidupan yang Aman

      KEAMANAN mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Bagi orang tertentu, keamanan berarti memiliki pekerjaan; bagi orang lain, itu bisa berarti kekayaan; dan bagi yang lain lagi, keamanan berarti lingkungan yang bebas dari kejahatan. Apakah keamanan memiliki arti lain bagi Anda?

      Apa pun pandangan Anda, Anda pasti mengambil langkah-langkah untuk berupaya membuat kehidupan seaman yang Anda inginkan. Perhatikan apa yang dilakukan orang-orang di Eropa untuk mencapai keamanan pribadi hingga taraf tertentu.

      Pendidikan Tinggi

      Menurut Jacques Santer, presiden Komisi Eropa, 20 persen kaum muda di Uni Eropa menganggur. Oleh karena itu, untuk kelompok usia tersebut, jalan keluarnya banyak bergantung pada satu pertanyaan: Bagaimana caranya saya dapat memperoleh pekerjaan yang membuat kehidupan saya aman? Banyak orang percaya bahwa tujuan ini dapat dengan mudah dicapai melalui pendidikan tinggi, yang sebagaimana dikomentari oleh The Sunday Times dari London, memberikan kepada para siswa ”manfaat yang sangat besar sewaktu mencari pekerjaan”.

      Di Jerman, misalnya, ”hasrat untuk mengenyam pendidikan dan meraih gelar sarjana lebih besar daripada sebelumnya”, demikian Nassauische Neue Presse melaporkan. Hasrat ini tetap ada meskipun fakta memperlihatkan bahwa di negeri itu rata-rata biaya hidup mahasiswa selama masa kuliah adalah sekitar 55.000 dolar AS.

      Kaum muda yang menganggap serius pendidikan dan yang mendambakan pekerjaan yang terjamin memang patut dipuji. Dan, seseorang yang memiliki keahlian serta kecakapan sering kali merasakan manfaatnya sewaktu mencari pekerjaan. Tetapi, apakah pendidikan tinggi selalu menjanjikan pekerjaan yang membuat Anda merasa aman? Seorang mahasiswi berkata, ”Sejak semula, saya tahu bahwa pendidikan saya tidak akan menuntun kepada aktivitas profesional yang sangat bergengsi dan tidak akan menawarkan keamanan.” Kasus mahasiswi itu bukan kasus yang langka. Dalam satu tahun terakhir, jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur di Jerman mencapai angka tertinggi.

      Di Prancis, menurut sebuah surat kabar, kaum muda melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena ijazah SMU kurang bernilai jika dilihat dari jumlah pengangguran remaja lulusan SMU. Akan tetapi, banyak mahasiswa perguruan tinggi sadar bahwa pada akhir masa kuliah mereka, mereka ”tidak akan menjadi kaya hanya karena telah mengantongi gelar sarjana”. The Independent melaporkan bahwa di Inggris ”kehidupan akademis menimbulkan tekanan yang berat atas para mahasiswa”. Dilaporkan bahwa, bukannya membantu mahasiswa mengatasi ketidakamanan dalam kehidupan, kehidupan di perguruan tinggi kadang-kadang bahkan menimbulkan problem-problem seperti depresi, kekhawatiran, dan rendahnya harga diri.

      Sering kali, mempelajari keahlian tertentu atau mendapatkan semacam pelatihan praktis untuk menghasilkan produk tertentu memungkinkan seseorang lebih mudah memperoleh pekerjaan yang terjamin dibandingkan dengan mengantongi ijazah perguruan tinggi.

      Apakah Memiliki 10.000 Jenis Harta Dapat Menjamin?

      Banyak orang percaya bahwa rahasia kehidupan yang aman adalah kekayaan. Alasan ini tampaknya masuk akal, karena memiliki cukup uang di bank merupakan jalan keluar di masa-masa sulit. Alkitab menjelaskan bahwa ”uang adalah untuk perlindungan”. (Pengkhotbah 7:12, NW) Akan tetapi, apakah meningkatnya kekayaan selalu berarti meningkat pula keamanan pribadi?

      Tidak selalu begitu. Perhatikan bagaimana kekayaan telah meningkat dalam 50 tahun terakhir. Pada akhir Perang Dunia II, populasi Jerman pada umumnya nyaris tidak punya apa-apa. Sekarang menurut sebuah surat kabar Jerman, rata-rata orang Jerman memiliki 10.000 jenis barang. Jika ramalan ekonomi benar, generasi-generasi berikutnya akan memiliki bahkan lebih banyak dari itu. Namun, apakah penimbunan kekayaan ini membuat kehidupan lebih aman? Tidak. Sebuah survei di Jerman menyingkapkan bahwa 2 dari antara 3 orang menganggap kehidupan kurang aman dibandingkan dengan 20 atau 30 tahun yang lalu. Maka, peningkatan kekayaan yang besar tidak membuat orang merasa lebih aman.

      Hal ini masuk akal karena sebagaimana disebutkan di awal artikel, perasaan tidak aman merupakan beban emosi. Dan, beban emosi tidak dapat sepenuhnya disingkirkan dengan kekayaan materi. Memang, kekayaan mengentaskan seseorang dari kemiskinan dan membantu di masa-masa sukar. Tetapi, di bawah keadaan tertentu, memiliki banyak uang bebannya sama seperti memiliki sedikit.

      Oleh karena itu, sikap yang seimbang terhadap harta materi akan membantu kita mengingat bahwa meskipun kekayaan dapat menjadi suatu berkat, itu bukanlah faktor kunci untuk memiliki kehidupan yang aman. Sewaktu berada di bumi, Yesus Kristus menganjurkan para pengikutnya dengan berkata, ”Bahkan jika seseorang berkelimpahan, kehidupannya bukan hasil dari perkara-perkara yang ia miliki.” (Lukas 12:15) Agar dapat merasa benar-benar aman dalam kehidupan, seseorang butuh lebih daripada sekadar kekayaan materi.

      Bagi orang-orang yang berusia lanjut, harta penting artinya bukan semata-mata karena nilai materinya tetapi karena itu menyimpan kenangan. Hal yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang lanjut usia itu bukannya harta tetapi risiko menjadi korban kejahatan.

      Waspadalah!

      ”Kejahatan . . . telah menjadi problem yang berkembang di seluruh dunia dalam 30 tahun terakhir,” demikian pernyataan dalam buku kecil berjudul Practical Ways to Crack Crime, yang diterbitkan di Inggris. Polisi bekerja sekuat tenaga. Bagaimana beberapa orang mengatasinya?

      Keamanan pribadi dimulai di rumah. Misalnya, di Swiss, ada seorang arsitek yang khusus mendesain rumah antipencuri yang diperlengkapi dengan gembok pengaman, pintu-pintu yang kuat, dan jendela berterali. Para pemilik rumah-rumah seperti itu tampaknya menanggapi secara harfiah peribahasa yang terkenal: ”Rumahku istanaku”. Menurut majalah berita Focus, rumah-rumah ini mahal harganya, namun permintaannya sangat besar.

      Untuk meningkatkan keamanan pribadi baik di dalam maupun di luar rumah, warga dari beberapa komunitas memiliki siskamling yang terorganisasi di lingkungan mereka. Penghuni beberapa kawasan permukiman di pinggiran kota bahkan bertindak lebih jauh, membayar perusahaan keamanan untuk melakukan patroli di wilayah mereka selama jam-jam tertentu. Banyak orang merasa lebih baik tidak berada sendirian pada malam hari di jalan-jalan kota yang sepi. Dan, orang-tua, yang secara naluri khawatir akan kesejahteraan anak-anak mereka, dapat melakukan tindakan pencegahan ekstra untuk melindungi mereka. Perhatikan saran-saran yang terdapat di kotak pada halaman ini.

      Namun, tidak semua orang mampu membeli rumah antipencuri. Lagi pula, siskamling dan patroli keamanan boleh jadi tidak mengurangi kejahatan secara keseluruhan; mereka hanya mengalihkan kejahatan ke wilayah yang tidak terlindung. Dengan demikian, kejahatan masih menjadi ancaman utama bagi keamanan pribadi. Agar kehidupan kita aman, lebih banyak yang diperlukan daripada upaya terpadu untuk mengalahkan kejahatan.

      Obati Penyakitnya​—Bukan Hanya Gejalanya

      Setiap orang memiliki keinginan yang wajar untuk hidup aman, dan alangkah baiknya apabila kita menempuh langkah-langkah yang masuk akal dan praktis untuk mencapai tujuan ini. Tetapi kejahatan, pengangguran, dan semua hal lain yang membuat kehidupan kita tidak aman hanyalah gejala-gejala dari suatu kondisi yang mempengaruhi seluruh umat manusia. Agar dapat memulihkan kondisi ini, penting untuk menyerang, bukan hanya gejala-gejala, tetapi penyebab utama.

      Apa yang menjadi akar ketidakamanan dalam kehidupan kita? Bagaimana kita dapat melenyapkannya dan dengan demikian menyingkirkan ketidakamanan untuk hidup selama-lamanya? Ini akan dibahas dalam artikel berikut.

      [Kotak di hlm. 6]

      Cara Melindungi Anak Kecil

      Mengingat banyaknya penyerangan, penculikan, dan pembunuhan anak-anak, banyak orang-tua merasa perlu mengajar anak-anak mereka melakukan hal-hal berikut:

      1. Mengatakan tidak​—dengan sangat tegas—kepada siapa pun yang berupaya memaksa mereka melakukan sesuatu yang mereka anggap buruk.

      2. Tidak memperbolehkan siapa pun menyentuh bagian-bagian tubuh yang pribadi​—termasuk oleh dokter atau perawat​—kecuali bila ditemani oleh orang-tua.

      3. Segera lari, berteriak, menjerit, atau minta bantuan orang dewasa terdekat sewaktu dalam bahaya.

      4. Memberi tahu orang-tua tentang insiden atau percakapan apa pun yang membuat sang anak gelisah karenanya.

      5. Tidak menyimpan rahasia terhadap orang-tua.

      Pokok terakhir, orang-tua sebaiknya berhati-hati sewaktu memilih pengasuh bagi anak mereka.

      [Gambar di hlm. 5]

      Agar kehidupan kita aman, kita membutuhkan lebih daripada sekadar pendidikan, kekayaan, atau upaya terpadu untuk mengalahkan kejahatan

  • Kehidupan yang Aman Selama-lamanya
    Sedarlah!—1998 | 8 Oktober
    • Kehidupan yang Aman Selama-lamanya

      JIKA suhu tubuh Anda tinggi, kemungkinan besar Anda akan mengambil sebutir tablet untuk menghilangkan sakit kepala dan barangkali sekantong es untuk menurunkan suhu tubuh. Tetapi, meskipun tablet dan kantong es mengurangi gejala-gejalanya, keduanya tidak dapat menghilangkan penyebab demam Anda. Dan, jika problem kesehatan Anda serius, Anda butuh perawatan seorang dokter yang berpengalaman.

      Umat manusia menderita demam yang membandel berupa ketidakamanan. Adalah tindakan yang tepat bila kita mengambil langkah jangka pendek untuk mengurangi gejala-gejalanya yang tidak menyenangkan, tetapi penyembuhan hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang dapat melakukan diagnosis yang mendalam terhadap keadaan kita. Dan, tak seorang pun yang lebih mengenal umat manusia selain Pencipta kita, Allah Yehuwa. Ia tahu bahwa kehidupan tidak aman karena problem-problem yang ditimpakan ke atas kita.

      Awal yang Aman Lenyap Sudah

      Firman Allah menjelaskan bahwa Yehuwa menciptakan pasangan manusia pertama sempurna dan menempatkan mereka dalam lingkungan yang aman. Mereka bebas dari kekhawatiran. Maksud-tujuan Allah adalah agar manusia hidup selama-lamanya di firdaus, dalam keadaan yang benar-benar aman. Lingkungan pertama umat manusia termasuk ”berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya”. Amati bahwa kebutuhan fisik mereka diperhatikan; demikian pula kebutuhan emosi mereka, karena lingkungan itu digambarkan sebagai ”yang menarik”. Tidak diragukan, ini berarti bahwa pasangan yang pertama ditempatkan di lingkungan yang menjamin kehidupan yang stabil dan bebas dari kesulitan.​—Kejadian 2:9.

      Adam dan Hawa menolak pemerintahan berdaulat dari Allah yang pengasih, akibatnya mulai ada perasaan ragu-ragu, takut, malu, bersalah, dan tidak aman dalam kehidupan mereka. Setelah menolak Allah, Adam mengakui bahwa ia ”menjadi takut”. Manusia pertama menutupi tubuh mereka dan bersembunyi dari Pencipta mereka yang pengasih, yang dengan-Nya mereka telah menikmati hubungan yang akrab dan menguntungkan sampai hari itu.​—Kejadian 3:1-5, 8-10.

      Maksud-tujuan Yehuwa yang semula belum berubah. Alkitab menyatakan bahwa Pencipta kita adalah Allah yang pengasih, yang akan segera memungkinkan umat manusia yang taat untuk memulihkan bumi menjadi firdaus dan hidup dengan aman selama-lamanya. Melalui nabi Yesaya janji itu diberikan, ”Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; . . . bergiranglah dan bersorak-sorak untuk selama-lamanya.” (Yesaya 65:17, 18) Mengenai langit baru dan bumi baru ini, rasul Petrus berkata, ”Di dalamnya keadilbenaran akan tinggal.”​—2 Petrus 3:13.

      Bagaimana ini akan dicapai? Melalui sebuah pemerintahan yang ditetapkan oleh Yehuwa. Ini adalah Kerajaan yang Yesus Kristus beri tahukan kepada para pengikutnya untuk didoakan, ”Bapak kami di surga, biarlah namamu disucikan. Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi.”—Matius 6:9, 10.

      Kerajaan Allah akan menggantikan pemerintahan manusia dan dengan pengasih melaksanakan maksud-tujuan Allah di seluas dunia. (Daniel 2:44) Perasaan ragu-ragu, takut, malu, bersalah, dan ketidakamanan yang telah menimpa umat manusia sejak zaman Adam akan lenyap. Menurut Alkitab, Kerajaan itu sudah dekat. Bahkan sekarang, dalam dunia yang serba tidak pasti, keamanan hingga taraf tertentu tersedia bagi orang-orang yang mendambakan Kerajaan Allah.

      Prioritaskan Perkara Rohani

      Daud adalah hamba Allah yang tahu benar apa artinya rasa takut dan menderita. Namun, Daud menulis, sebagaimana dicatat di Mazmur 4:9, ”Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” Yehuwa memberi Daud perasaan aman, meskipun Daud kadang-kadang diliputi problem. Dapatkah kita mempelajari sesuatu dari hal ini? Bagaimana kita dapat memperoleh keamanan hingga taraf tertentu bahkan dalam dunia yang tidak aman ini?

      Pikirkan kisah di buku Kejadian tentang Adam dan Hawa. Kapan mereka mulai kehilangan perasaan aman? Pada saat mereka memutuskan hubungan pribadi mereka dengan Sang Pencipta dan menolak hidup selaras dengan maksud-tujuan-Nya bagi umat manusia. Oleh karena itu, jika kita membalikkan proses ini dengan cara membina hubungan pribadi yang akrab dengan Yehuwa dan berupaya hidup selaras dengan kehendak-Nya, bahkan sekarang, kita dapat menikmati kehidupan yang jauh lebih aman dibandingkan dengan apa pun juga.

      Berupaya mengenal Yehuwa dengan mempelajari Alkitab membantu kita memahami arti kehidupan. Hanya dengan cara itu kita dapat mengerti siapa kita dan mengapa kita ada di sini. Kehidupan yang aman adalah mungkin jika kita mengasihi Allah, mengetahui maksud-tujuan-Nya bagi umat manusia, dan memahami posisi kita. Seorang pria bernama Paul mengetahui hal ini beberapa tahun yang lalu.

      Paul lahir dan dibesarkan di salah satu pulau di lepas pantai Jerman. Karena kejadian yang dialami orang-tuanya dalam Perang Dunia II, keluarganya tidak berminat pada agama. Paul berkata tentang dirinya sebagai seorang pemuda, ”Saya tidak percaya akan apa pun dan tidak merespek siapa pun. Saya terbiasa melampiaskan penderitaan saya dengan minum alkohol, minum-minum sampai mabuk dua atau tiga kali seminggu. Tidak ada keamanan dalam kehidupan saya.”

      Kemudian, Paul mengadakan pembahasan dengan seorang Saksi-Saksi Yehuwa. Paul banyak membantah, namun satu hal yang dikatakan sang Saksi membuatnya berpikir. ”Tak ada satu benda pun yang tidak memiliki asal mula.” Dengan kata lain, segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita pada dasarnya memiliki Pencipta.

      ”Saya terus memikirkan hal itu, dan mau tidak mau saya setuju.” Maka, Paul belajar Alkitab bersama Saksi-Saksi Yehuwa dan mulai mengenal Yehuwa. Ia mengakui, ”Selain orang-tua saya, Yehuwa adalah pribadi pertama dalam kehidupan saya yang pernah melakukan sesuatu bagi saya.” Paul dibaptis sebagai seorang Saksi pada tahun 1977 , ia berkata, ”Sekarang saya tahu apa sebenarnya tujuan hidup itu. Saya menikmati kehidupan yang selaras dengan kehendak Yehuwa. Saya merasa aman, karena tidak satu pun yang terjadi dalam kehidupan saya atau keluarga saya yang tidak dapat diperbaiki Yehuwa di masa depan.”

      Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman ini? Paul mengatasi ketidakamanan yang ia alami—beban emosi—dengan berkonsentrasi bukan pada kekayaan materi melainkan pada perkara rohani. Ia mengembangkan hubungan yang akrab dengan Sang Pencipta. Jutaan Saksi-Saksi Yehuwa menikmati hubungan semacam itu. Hal ini memberi mereka kekuatan batin yang membantu mereka bersikap rela berkorban sewaktu berurusan dengan orang-orang lain. Dengan mengunjungi orang-orang di rumah mereka, Saksi-Saksi Yehuwa menggunakan waktu mereka untuk membantu orang-orang membuat kehidupan mereka lebih aman dengan berkonsentrasi pada perkara rohani. Tetapi, Saksi-Saksi melakukan lebih daripada sekadar mengabar.

      ”Panggillah Allahmu, Yehuwa”

      Pada bulan Juli 1997 ketika Sungai Oder membanjiri wilayah yang luas di Eropa bagian utara, Saksi-Saksi Yehuwa di Jerman mendengar kabar tentang keadaan menyedihkan yang dialami orang-orang di negara tetangga, Polandia. Apa yang dapat mereka lakukan? Saksi-Saksi secara pribadi di Berlin dan sekitarnya memperlihatkan kemurahan hati yang luar biasa dengan menyumbangkan lebih dari 116.000 dolar AS secara sukarela hanya dalam waktu beberapa hari.

      Saksi-Saksi yang berpengalaman dalam pekerjaan konstruksi menempuh perjalanan enam jam lewat darat—dengan biaya sendiri—dari Berlin ke wilayah sekitar Wrocław, Polandia. Di sebuah kota kecil, banyak rumah rusak berat. Rumah milik sebuah keluarga Saksi tergenang air setinggi 6 meter. Padahal, putri mereka merencanakan untuk menikah pada bulan berikutnya dan menempati rumah tersebut bersama suaminya. Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki rumah itu dan membantu keluarga tersebut, yang kehilangan hampir segala sesuatu?

      Begitu banjir surut, seorang tetangga dengan nada mengejek berkata, ”Panggilah Allahmu, Yehuwa, siapa tahu Ia akan menolongmu.” Alangkah tercengangnya si tetangga ketika pada keesokan harinya beberapa kendaraan bermotor dari Jerman singgah di rumah keluarga Saksi itu! Sekelompok orang asing turun dari kendaraan dan mulai memperbaiki rumah tersebut. ”Siapakah mereka? Siapa yang membayar bahan bangunannya?” tanya si tetangga. Keluarga Saksi tersebut menjelaskan bahwa orang-orang ini adalah saudara-saudara rohani mereka dan bahwa para pengunjung inilah yang membayar bahan bangunannya. Penghuni kota kecil itu mengamati dengan takjub seraya rumah tersebut direnovasi. Secara kebetulan, acara pernikahan berlangsung pada hari yang direncanakan.

      Keluarga ini merasa bahwa menjadi bagian dari persaudaraan internasional Saksi-Saksi Yehuwa mendatangkan bukan hanya manfaat rohani melainkan juga keamanan hingga taraf tertentu dalam dunia yang serba tidak aman. Bukan hanya mereka yang mengalami hal ini. Di seluruh wilayah yang dilanda bencana, rumah-rumah serta Balai-Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa diperbaiki. Dan, tetangga-tetangga yang bukan Saksi pun tidak dilupakan. Banyak perbaikan juga dilakukan pada rumah-rumah mereka, hal ini sangat dihargai.

      Kebenaran, Ketenangan, dan Keamanan

      Bila demam tinggi akhirnya surut dan kesehatan normal pulih, kita pasti sangat berterima kasih kepada dokter yang menolong kita! Sewaktu demam ketidakamanan yang melanda umat manusia disingkirkan selama-lamanya—melalui Kerajaan Allah—kita pasti sangat berterima kasih kepada Pencipta kita! Ya, Ia adalah Pribadi yang menjanjikan bagi kita kehidupan dalam ’kebenaran, ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya’. Sungguh suatu prospek yang menakjubkan!—Yesaya 32:17.

      [Blurb di hlm. 10]

      Kita dapat melepaskan beban emosi dengan berkonsentrasi bukan pada kekayaan materi, melainkan pada perkara rohani

      [Gambar di hlm. 8, 9]

      Allah menjanjikan suatu dunia baru tempat semua orang akan hidup aman selama-lamanya

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan