-
Kerajaan AllahPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Masyarakat pada awal pasca-Air Bah dan problem-problemnya. Setelah Air Bah, penyelenggaraan patriarkat tampaknya menjadi struktur dasar masyarakat, yang menghasilkan stabilitas dan ketertiban hingga taraf tertentu. Umat manusia harus ’memenuhi bumi’, yang tidak hanya mengharuskan mereka beranak cucu tetapi juga terus memperluas wilayah tempat tinggal manusia ke seluruh bola bumi. (Kej 9:1, 7) Masuk akal bahwa faktor-faktor itu sendiri akan mengurangi masalah sosial apa pun karena masalah-masalah umumnya akan terbatas dalam ruang lingkup keluarga saja sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya gesekan yang sering kali berkembang dalam lingkungan yang padat penduduknya. Namun, proyek di Babel yang tidak sah menuntut tindakan yang bertolak belakang, yaitu mengkonsentrasikan massa, agar manusia tidak ”terpencar ke seluruh permukaan bumi”. (Kej 11:1-4; lihat BAHASA.) Lagi pula, Nimrod telah meninggalkan pengaturan patriarkat dan mendirikan ”kerajaan” (Ibr., mam·la·khahʹ) yang pertama. Sebagai orang Kus melalui garis keturunan Ham, ia telah melanggar batas wilayah keturunan Sem, tanah Assyur (Asiria), dan membangun kota-kota di sana sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya.—Kej 10:8-12.
-
-
Kerajaan AllahPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Memang, individu-individu yang berpaling kepada Allah Yehuwa sebagai Kepala mereka tidak bebas dari masalah dan perselisihan pribadi. Namun, mereka dibantu untuk mengatasi masalah-masalah itu atau bertekun menghadapinya dengan cara yang selaras dengan standar-standar Allah yang adil-benar, tanpa menjadi bejat. Mereka diberi perlindungan dan kekuatan ilahi. (Kej 13:5-11; 14:18-24; 19:15-24; 21:9-13, 22-33) Oleh karena itu, setelah menunjukkan bahwa ’keputusan hukum Yehuwa berlaku di seluruh bumi’, sang pemazmur mengatakan tentang Abraham, Ishak, dan Yakub, ”Jumlah mereka masih sedikit, ya, sangat sedikit, dan sebagai penduduk asing di [Kanaan]. Dan mereka terus mengembara dari bangsa ke bangsa, dari satu kerajaan ke suku bangsa lainnya. [Yehuwa] tidak membiarkan seorang manusia pun mencurangi mereka, tetapi demi kepentingan mereka, ia menegur raja-raja, dengan berfirman, ’Jangan menjamah orang-orang yang kuurapi, dan kepada nabi-nabiku jangan melakukan yang jahat.’” (Mz 105:7-15; bdk. Kej 12:10-20; 20:1-18; 31:22-24, 36-55.)
-