PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Hidup, Kehidupan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • Kehidupan yang tidak fana di bumi. Bagaimana dengan yang lain-lain di antara umat manusia yang tidak menerima kehidupan surgawi? Rasul Yohanes mengutip kata-kata Yesus, ”Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi.” (Yoh 3:16) Dalam perumpamaannya tentang domba dan kambing, orang-orang dari bangsa-bangsa yang dipisahkan sebagai domba di sebelah kanan Yesus masuk ”ke dalam kehidupan abadi”. (Mat 25:46) Paulus berbicara tentang ”putra-putra Allah” dan ”sesama ahli waris bersama Kristus” dan mengatakan bahwa ”dengan penantian yang penuh kerinduan ciptaan sedang menunggu disingkapkannya putra-putra Allah”. Lalu ia mengatakan bahwa ”ciptaan itu sendiri juga akan dimerdekakan dari keadaan sebagai budak kefanaan dan akan mendapat kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”. (Rm 8:14-23) Sewaktu diciptakan sebagai manusia sempurna, Adam adalah ”putra [atau anak] Allah”. (Luk 3:38) Penglihatan yang mengandung nubuat dalam Penyingkapan 21:1-4 menunjuk ke zaman ”langit baru” dan ”bumi baru” dan memberikan janji bahwa pada waktu itu ”kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit”. Karena janji ini tidak diberikan kepada makhluk-makhluk roh, tetapi khusus kepada ”umat manusia”, ada jaminan bahwa masyarakat baru umat manusia di bumi yang bakal hidup di bawah ”langit baru” akan dipulihkan sehingga sehat sepenuhnya dalam pikiran dan tubuh dan memperoleh kehidupan abadi sebagai ”anak-anak Allah” di bumi.

      Dalam perintah Allah kepada Adam, tersirat bahwa jika Adam taat, ia tidak akan mati. (Kej 2:17) Demikian halnya kelak dengan umat manusia yang taat. Apabila kematian sebagai musuh terakhir manusia dilenyapkan, dosa tidak akan bekerja dalam tubuh mereka sehingga tidak lagi mendatangkan kematian. Sampai waktu yang tak tertentu mereka tidak perlu mati. (1Kor 15:26) Kematian akan dilenyapkan pada akhir pemerintahan Kristus, yang menurut buku Penyingkapan akan berlangsung selama 1.000 tahun. Tentang mereka yang menjadi raja dan imam bersama Kristus dikatakan bahwa mereka ”hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama Kristus selama seribu tahun”. ”Orang-orang mati yang lain”, yang tidak hidup kembali ”sampai seribu tahun itu berakhir”, pasti adalah mereka yang masih hidup pada akhir seribu tahun, tetapi sebelum Setan dilepaskan dari jurang yang tidak terduga dalamnya dan mendatangkan ujian yang menentukan ke atas umat manusia. Menjelang akhir seribu tahun itu, orang-orang di bumi sudah akan mencapai kesempurnaan manusiawi, berada dalam keadaan yang sama seperti Adam dan Hawa sebelum mereka berdosa. Saat itu mereka benar-benar memiliki kehidupan yang sempurna. Setelah itu, mereka yang lulus ujian sewaktu Setan dilepaskan untuk waktu yang singkat dari jurang yang tidak terduga dalamnya dapat menikmati kehidupan itu untuk selama-lamanya.—Pny 20:4-10.

  • Hidup, Kehidupan
    Pemahaman Alkitab, Jilid 1
    • Regenerasi. Demi memulihkan kesempurnaan organisme dan prospek kehidupan kekal manusia, Yehuwa menyediakan kebenaran, ”firman kehidupan”. (Yoh 17:17; Flp 2:16) Dengan mengikuti kebenaran, seseorang akan dituntun kepada pengetahuan tentang persediaan Allah, yaitu Yesus Kristus, yang memberikan dirinya ”sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang”. (Mat 20:28) Hanya melalui sarana ini manusia dapat dipulihkan sepenuhnya secara rohani maupun jasmani.—Kis 4:12; 1Kor 1:30; 15:23-26; 2Kor 5:21; lihat TEBUSAN.

      Oleh karena itu, melalui Yesus Kristus kehidupan ini dapat diregenerasi. Ia disebut ”Adam yang terakhir . . . roh yang memberikan kehidupan”. (1Kor 15:45) Dalam nubuat ia disebut sebagai ”Bapak yang Kekal” (Yes 9:6), dan pribadi yang ”mencurahkan jiwanya ke dalam kematian”, yang jiwanya ’ditetapkan sebagai persembahan kesalahan’. Sebagai ”Bapak” seperti itu, ia dapat meregenerasi umat manusia, dengan demikian memberikan kehidupan kepada orang-orang yang memperlihatkan iman akan persembahan jiwanya dan yang taat.—Yes 53:10-12.

      Harapan orang-orang zaman dahulu. Orang-orang yang setia pada zaman dahulu memiliki harapan kehidupan. Rasul Paulus menandaskan fakta ini. Ia menunjuk ke masa lalu kepada keturunan Abraham sebelum Hukum diberikan, dan ia berbicara tentang dirinya sendiri, seorang Ibrani, seolah-olah ia sudah hidup pada masa itu, dalam arti ia berada dalam pinggang bapak-bapak leluhurnya. Ia mengemukakan, ”Aku pernah hidup terpisah dari hukum; tetapi ketika perintah itu tiba, dosa mulai hidup lagi, tetapi aku mati. Dan perintah itu, yang seharusnya membawa kepada kehidupan, aku dapati membawa kepada kematian.” (Rm 7:9, 10; bdk. Ibr 7:9, 10.) Pria-pria seperti Habel, Henokh, Nuh, dan Abraham berharap kepada Allah. Mereka percaya kepada ”benih” yang bakal meremukkan kepala ular, yang akan berarti pembebasan. (Kej 3:15; 22:16-18) Mereka menantikan Kerajaan Allah, ”kota yang mempunyai fondasi yang tetap”. Mereka percaya akan kebangkitan orang mati kepada kehidupan.—Ibr 11:10, 16, 35.

      Sewaktu Hukum diberikan, Yehuwa berfirman, ”Kamu harus menjalankan ketetapanku dan keputusan hukumku, apabila seseorang melakukannya, ia juga akan hidup oleh karenanya.” (Im 18:5) Tidak diragukan, orang-orang Israel yang menerima Hukum itu menyambutnya sebagai sesuatu yang menawarkan harapan kehidupan bagi mereka. Hukum itu ”kudus dan adil-benar” dan orang yang dapat hidup sepenuhnya menurut standar-standarnya, akan ditandai sebagai orang yang adil-benar. (Rm 7:12) Akan tetapi, bukannya memberikan kehidupan, Hukum tersebut malah memperlihatkan bahwa semua orang Israel, dan umat manusia pada umumnya, tidak sempurna dan berdosa. Selain itu, Hukum mendatangkan kutuk kematian kepada orang Yahudi. (Gal 3:19; 1Tim 1:8-10) Sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Paulus, ”ketika perintah itu tiba, dosa mulai hidup lagi, tetapi aku mati”. Oleh karena itu, kehidupan tidak mungkin diperoleh melalui Hukum.

      Sang rasul menyatakan alasannya, ”Jika suatu hukum yang dapat memberikan kehidupan telah diberikan, maka keadilbenaran adalah melalui hukum.” (Gal 3:21) Orang Yahudi tidak saja diperlihatkan sebagai orang berdosa karena mereka adalah keturunan Adam, tetapi mereka juga terkutuk karena melanggar Hukum. Untuk alasan ini, Kristus mati di tiang siksaan, sebagaimana dikatakan Paulus, ”Dengan membeli kita, Kristus melepaskan kita dari kutuk Hukum dengan menjadi orang yang dikutuk menggantikan kita, karena ada tertulis, ’Terkutuklah setiap orang yang digantung pada sebuah tiang’.” (Gal 3:13) Dengan menyingkirkan rintangan ini, yaitu kutuk yang ditimpakan ke atas orang Yahudi karena mereka melanggar Hukum, Yesus Kristus menyingkirkan penghalang kepada kehidupan bagi orang Yahudi, dengan memberi mereka kesempatan untuk memperoleh kehidupan. Jadi, tebusannya dapat memberikan manfaat kepada mereka maupun orang-orang lain.

      Kehidupan abadi, upah dari Allah. Dalam seluruh Alkitab jelas terlihat bahwa hamba-hamba Yehuwa berharap untuk menerima kehidupan abadi dari Allah. Harapan ini menganjurkan mereka untuk tetap setia. Dan ini bukan harapan yang bersifat mementingkan diri. Sang rasul menulis, ”Lagi pula, tanpa iman, orang mustahil menyenangkan dia, karena ia yang menghampiri Allah harus percaya bahwa dia ada dan bahwa dia memberikan upah kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mencari dia.” (Ibr 11:6) Ia memang Allah yang memberikan upah; itulah salah satu di antara sifat-sifat yang membuat Dia layak mendapatkan pengabdian penuh dari ciptaan-Nya.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2026)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan