PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • ”Tujuh Spesies” dari Negeri yang Baik
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
  • Yobel
    Daftar Istilah
  • Apakah Saudara Akan Belajar Sesuatu dari Musim-Musim?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1990
  • Yehuwa Adalah Raja
    Nubuat Yesaya—Terang bagi Seluruh Umat Manusia I
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

TANI, PERTANIAN

Kegiatan menggarap tanah dan bercocok tanam, serta memelihara ternak. Pertanian berawal di Eden, karena Adam, setelah ia diciptakan Allah, ditempatkan di taman itu ”untuk menggarap dan mengurusnya”. (Kej 2:5, 15) Namun, karena ketidaksetiaan pasangan manusia pertama, Firdaus Eden tidak diperluas; sebaliknya, tanah dikutuk oleh Allah. Orang harus bekerja keras dan memeras keringat untuk mendapatkan makanan dari tanah.—Kej 3:17-19.

Kain, putra sulung Adam dan Hawa, menjadi ”penggarap tanah”; sedangkan Habel, gembala domba. (Kej 4:2-4) Setelah Air Bah, ”Nuh mulai bekerja sebagai petani” dan membuat kebun anggur. (Kej 9:20) Pada periode belakangan, Abraham, Ishak, dan Yakub hidup berpindah-pindah dan menjadi penggembala kawanan ternak, mirip dengan Yabal yang hidup sebelum Air Bah (Kej 4:20), meskipun dalam kasus Ishak dan Yakub ada juga bukti bahwa mereka bercocok tanam, karena gandum secara spesifik disebutkan.—Kej 26:12; 27:37; 30:14; 37:7.

Pertanian Orang Israel. Penggalian oleh para arkeolog memperlihatkan bahwa daerah Palestina adalah salah satu pusat pertanian yang paling awal. Tanah Perjanjian dulunya adalah tanah yang sangat subur. Pada zaman Lot, distrik S. Yordan keadaannya ”seperti taman Yehuwa, seperti tanah Mesir sampai ke Zoar”. (Kej 13:10) Sebelum Eksodus, bangsa Israel telah mengenal baik pertanian sewaktu berada di Mesir, tempat dibudidayakannya gandum, rami, barli, mentimun, semangka, bawang perei, bawang merah, bawang putih, dan hasil bumi yang lain. (Kel 9:25, 26, 31, 32; Bil 11:5; Ul 11:10) Lalu, selama 40 tahun, bangsa itu hidup berpindah-pindah di padang belantara, tetapi relatif bebas dari pergaulan yang merusak dengan bangsa-bangsa kafir.

Ketika memasuki Tanah Perjanjian, bangsa itu menetap untuk bercocok tanam dan memelihara ternak. Ada keuntungan yang pasti dengan memiliki tanah yang sudah digarap. Pada saat itu, mayoritas orang Ibrani yang mengenal baik pertanian di Mesir telah binasa di padang belantara, sehingga hanya ada sedikit, kalaupun ada, petani yang cakap dan memiliki pengalaman praktis untuk mulai bertani di tanah yang baru dan asing bagi mereka. (Bil 14:22-30; Ibr 3:16, 17) Jadi, mereka sangat beruntung karena mewarisi ’rumah-rumah yang penuh dengan semua barang yang bagus, perigi yang telah digali, kebun-kebun anggur dan pohon-pohon zaitun yang telah ditanam dan membuahkan hasil’.—Ul 6:10, 11; 8:6-9.

Setelah pembagian tanah itu menurut wilayah suku-suku, petak-petak lahan dibagikan, tampaknya dengan menggunakan tali pengukur. (Mz 78:55; Yeh 40:3; Am 7:17; Mi 2:4, 5) Setelah ditetapkan, batas-batas tersebut harus diakui dan direspek.—Ul 19:14; 27:17; Ams 22:28; Hos 5:10; bdk. Ayb 24:2.

Pertanian dianggap penting dalam undang-undang yang diberikan kepada Israel. Tanah adalah milik Yehuwa sehingga tidak boleh disalahgunakan. (Im 25:23) Tanah tidak dapat dijual untuk seterusnya, dan dengan perkecualian tanah milik di dalam kota yang bertembok, tanah yang dijual karena kemalangan dan kesulitan ekonomi harus dikembalikan kepada pemilik semula pada tahun Yobel. (Im 25:10, 23-31) Setiap tujuh tahun, ada peristirahatan sabat; pada waktu itu, tanah dibiarkan tidak ditanami dan kesuburannya pulih, sehingga mencapai apa yang sekarang dilakukan dengan rotasi tanaman. (Kel 23:10, 11; Im 25:3-7) Tuntutan itu mungkin tampak riskan dan pasti merupakan ujian terhadap iman bangsa itu akan janji Allah untuk menyediakan panenan yang cukup limpah bagi mereka hingga musim panen tahun berikutnya. Pada waktu yang sama, tuntutan itu memupuk kearifan dan wawasan. Tahun Yobel (setiap tahun ke-50) juga adalah tahun istirahat bagi tanah.—Im 25:11, 12.

Waktu untuk merayakan tiga perayaan tahunan yang diperintahkan kepada Israel bertepatan dengan musim-musim pertanian: Perayaan Kue Tidak Beragi pada waktu panen barli, Pentakosta pada waktu panen gandum, dan Perayaan Pondok pada waktu panen selesai untuk tahun yang akan berlalu. (Kel 23:14-16) Bagi bangsa Israel, musim dan panen adalah faktor penentu tanggal dan waktu, dan lebih umum digunakan untuk tujuan tersebut daripada nama-nama bulan pada kalender. Kehidupan pertanian seperti itu juga melindungi bangsa Israel secara rohani, karena hal itu membuat mereka sangat mandiri dan tidak memerlukan bangsa-bangsa lain untuk memenuhi kebutuhan mereka serta meminimalkan perlunya hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa sekitar.

Meskipun tanah itu seharusnya ”berlimpah dengan susu dan madu” karena berkat Allah atas mereka, ada problem-problem pertanian yang perlu diselesaikan. Asalkan mereka taat, tidak dibutuhkan irigasi berskala besar. (Ul 8:7; 11:9-17) Musim hujan mulai sewaktu hujan awal turun sekitar pertengahan bulan Oktober dan berlanjut hingga hujan akhir, yang berhenti sekitar pertengahan bulan April. (Ul 11:14) Setelah itu biasanya tidak ada hujan, selama lima bulan; panas dan udara kering pada waktu itu dihalau oleh embun tebal yang turun pada malam hari dan menyegarkan tanah serta tumbuhan.—Kej 27:28; Ul 33:28; lihat EMBUN.

Untuk melindungi tanah di daerah lereng, teras-teras tampaknya dibuat dan diberi tembok batu untuk menahan tanah dan mencegah tersapunya lapisan humus yang vital. Penggalian arkeologis memperlihatkan adanya 60 atau lebih teras semacam itu, bertingkat-tingkat, di beberapa lereng bukit. Untuk memastikan keamanan tanaman, pondok atau gubuk atau bahkan menara yang permanen dibangun di kebun anggur dan ladang sehingga seorang penjaga dapat ditempatkan untuk mengawasi daerah di sekitarnya.—Yes 1:8; 5:2; Mat 21:33.

[Gambar di hlm. 978]

Lereng bukit berteras, lazim dalam pertanian bangsa Israel

Raja Uzzia secara khusus disebutkan ”menyukai pertanian [harfiah, tanah]”.—2Taw 26:10.

Meskipun ketidaktaatan di kemudian hari mengakibatkan Allah menarik berkat-Nya sehingga mendatangkan bencana atas pertanian melalui gagal panen, kekeringan, hama belalang, hama jamur, serta problem-problem lain, dan meskipun perusakan hutan serta gagalnya pemeliharaan sistem teras selama berabad-abad telah mengakibatkan tersapunya sejumlah besar humus di sebagian besar Palestina, tanah yang tersisa pada umumnya masih sangat subur hingga sekarang.—Lihat IRIK, MENGIRIK; PANEN; MENABUR, PENABUR; dan topik-topik serupa yang terkait di bawah judulnya masing-masing.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan