PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • Seberapa Teguhkah Kepercayaan Saudara kepada Allah?
    Menara Pengawal—2006 | 1 Januari
    • Seberapa Teguhkah Kepercayaan Saudara kepada Allah?

      ”Teruslah cari dahulu kerajaan.”​—MATIUS 6:33.

      1, 2. Langkah apa yang diambil seorang pemuda sehubungan dengan pekerjaannya, dan mengapa?

      SEORANG pemuda ingin berbuat lebih banyak di sidang. Yang menjadi masalah ialah pekerjaan sekulernya bentrok dengan waktu perhimpunan. Bagaimana ia mengatasi situasi ini? Ia menyederhanakan kehidupannya, mengundurkan diri dari pekerjaan, dan pada waktunya mendapatkan pekerjaan lain yang jadwalnya tidak bentrok dengan kegiatan Kristennya. Sekarang, gajinya jauh lebih kecil daripada sebelumnya, tetapi ia masih dapat menafkahi keluarganya dan bisa lebih banyak mendukung sidang.

      2 Apakah Saudara mengerti mengapa pemuda tersebut mengambil langkah seperti itu? Seandainya Saudara berada dalam situasi yang mirip, apakah Saudara akan bertindak seperti dia? Patut dipujikan, banyak orang Kristen telah melakukannya, dan tindakan mereka menunjukkan keyakinan mereka akan janji Yesus, ”Teruslah cari dahulu kerajaan dan keadilbenarannya, dan semua perkara itu akan ditambahkan kepadamu.” (Matius 6:33) Mereka percaya kepada Yehuwa sebagai sumber keamanan, bukannya kepada dunia sekuler.—Amsal 3:23, 26.

      3. Mengapa beberapa orang bertanya-tanya apakah praktis dewasa ini untuk mendahulukan Kerajaan Allah?

      3 Mengingat sulitnya masa sekarang, beberapa orang mungkin bertanya-tanya apakah pemuda itu membuat keputusan yang bijaksana. Dewasa ini, sebagian besar umat manusia hidup dalam kemiskinan yang paling parah, sedangkan yang lainnya menikmati standar kehidupan yang paling tinggi dalam sejarah. Kebanyakan orang di negeri-negeri miskin tanpa ragu-ragu akan merebut kesempatan untuk membuat kehidupan mereka sedikit lebih nyaman. Di pihak lain, banyak orang di negeri-negeri makmur merasakan tekanan untuk mempertahankan standar kehidupan mereka seraya menghadapi perekonomian yang melemah, pasar pekerjaan yang berubah-ubah, dan para majikan yang semakin banyak tuntutannya. Mengingat adanya tekanan dalam mencari nafkah, beberapa orang mungkin bertanya-tanya, ’Apakah masih praktis untuk mencari dahulu Kerajaan?’ Untuk menjawab pertanyaan ini, pertimbangkan kondisi para pendengar Yesus kala itu.

      ”Berhentilah Khawatir”

      4, 5. Bagaimana Yesus menggambarkan bahwa masuk akal jika umat Allah tidak terlalu mengkhawatirkan urusan sehari-hari?

      4 Yesus sedang berada di Galilea dan berbicara kepada sekumpulan orang yang datang dari berbagai tempat. (Matius 4:25) Kalaupun ada, hanya segelintir dari mereka yang kaya. Kemungkinan, sebagian besar miskin. Namun, Yesus mendesak mereka untuk tidak memprioritaskan upaya memperoleh kekayaan materi, tetapi menimbun sesuatu yang jauh lebih berharga​—harta rohani. (Matius 6:19-21, 24) Ia mengatakan, ”Berhentilah khawatir mengenai jiwamu sehubungan dengan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum, atau mengenai tubuhmu sehubungan dengan apa yang akan kamu pakai. Bukankah jiwa lebih berarti daripada makanan dan tubuh daripada pakaian?”​—Matius 6:25.

      5 Bagi sebagian besar hadirin, kata-kata Yesus mungkin kedengaran tidak praktis. Mereka tahu bahwa jika mereka tidak bekerja keras, keluarga mereka bakal menderita. Namun, Yesus mengingatkan mereka tentang burung-burung yang, sekalipun harus mencari makanan dan pernaungan setiap hari, diperhatikan oleh Yehuwa. Yesus juga menunjuk ke cara Yehuwa mendandani bunga liar, yang keindahannya melebihi Salomo dalam segala kemuliaannya. Jika Yehuwa memedulikan burung dan bunga, bukankah Ia terlebih lagi akan memperhatikan kita? (Matius 6:26-30) Seperti yang Yesus katakan, kehidupan (jiwa) dan tubuh kita jauh lebih penting daripada makanan yang kita beli untuk memelihara kehidupan dan pakaian yang kita peroleh untuk menutupi tubuh. Jika kita mengerahkan seluruh upaya kita hanya untuk mendapatkan makanan dan pakaian, sehingga tidak banyak lagi yang tersisa untuk melayani Yehuwa, kita justru melalaikan tujuan kehidupan itu sendiri.​—Pengkhotbah 12:13.

      Pandangan yang Seimbang

      6. (a) Apa saja tanggung jawab orang Kristen? (b) Kepada siapa orang Kristen percaya sepenuhnya?

      6 Tentu saja, Yesus tidak menganjurkan para pendengarnya untuk berhenti bekerja dan menunggu Allah memenuhi kebutuhan keluarga mereka dengan cara tertentu. Burung pun harus mencari makanan untuk dirinya dan anak-anaknya. Maka, orang Kristen mesti bekerja jika mereka mau makan. Mereka harus mengurus tanggung jawab keluarga. Orang Kristen yang menjadi hamba dan budak harus bekerja dengan rajin bagi majikan mereka. (2 Tesalonika 3:10-12; 1 Timotius 5:8; 1 Petrus 2:18) Rasul Paulus sering bekerja sebagai pembuat kemah untuk menafkahi dirinya. (Kisah 18:1-4; 1 Tesalonika 2:9) Sekalipun demikian, orang-orang Kristen itu tidak menganggap pekerjaan sekuler sebagai sumber keamanan. Mereka percaya kepada Yehuwa. Hasilnya, mereka menikmati kedamaian batin yang tidak dikenal orang lain. Sang pemazmur mengatakan, ”Orang-orang yang percaya kepada Yehuwa adalah seperti Gunung Zion, yang tidak dapat digoyahkan, tetapi tinggal sampai waktu yang tidak tertentu.”​—Mazmur 125:1.

      7. Boleh jadi, apa sudut pandangan orang yang tidak dengan teguh percaya kepada Yehuwa?

      7 Siapa pun yang tidak dengan teguh percaya kepada Yehuwa mungkin punya pendapat yang berbeda. Sebagian besar manusia memandang kekayaan materi sebagai kunci utama untuk keamanan. Oleh karena itu, orang tua menganjurkan anak-anak mereka untuk menghabiskan sebagian besar masa muda mereka dengan mengejar pendidikan yang lebih tinggi, dengan harapan bahwa itu akan mempersiapkan mereka guna mendapatkan karier bergaji besar. Sungguh menyedihkan, beberapa keluarga Kristen telah mendapati bahwa investasi semacam itu sangat merugikan, karena anak-anak mereka telah kehilangan fokus rohani dan malah mengejar tujuan-tujuan yang materialistis.

      8. Bagaimana orang Kristen bisa tetap seimbang?

      8 Oleh karena itu, orang Kristen yang bijaksana sadar bahwa nasihat Yesus masih berlaku dewasa ini sebagaimana halnya pada abad pertama, dan mereka berupaya untuk tetap seimbang. Bahkan jika mereka harus menghabiskan banyak waktu untuk pekerjaan sekuler guna memenuhi tanggung jawab yang berdasarkan Alkitab, yakni mencari nafkah, mereka tidak pernah membiarkan hal itu membutakan mereka terhadap hal-hal rohani yang lebih penting.​—Pengkhotbah 7:12.

      ”Jangan Sekali-kali Khawatir”

      9. Bagaimana Yesus meyakinkan orang-orang yang sepenuhnya percaya kepada Yehuwa?

      9 Dalam Khotbahnya di Gunung, Yesus mendesak para pendengarnya, ”Jangan sekali-kali khawatir dan mengatakan, ’Apa yang akan kami makan?’ atau, ’Apa yang akan kami minum?’ atau, ’Apa yang akan kami kenakan?’ Karena semua ini adalah perkara-perkara yang dikejar bangsa-bangsa dengan penuh semangat. Sebab Bapak surgawimu mengetahui bahwa kamu membutuhkan semua perkara ini.” (Matius 6:31, 32) Benar-benar membesarkan hati! Jika kita sepenuhnya percaya kepada Yehuwa, Ia akan selalu siap mendukung kita. Namun, kata-kata Yesus juga perlu dipikirkan dengan serius. Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa jika kita ”dengan penuh semangat” mengejar hal-hal materi, cara berpikir kita sama dengan cara berpikir ”bangsa-bangsa”, yang bukan orang-orang Kristen sejati.

      10. Ketika seorang pria muda mendatangi Yesus untuk meminta nasihat, bagaimana Yesus menyingkapkan apa yang paling dikasihi pria muda itu?

      10 Sekali peristiwa, seorang pria muda yang sangat kaya bertanya kepada Yesus tentang apa yang mesti ia lakukan untuk memperoleh kehidupan abadi. Yesus mengingatkannya tentang tuntutan Hukum Musa, yang masih berlaku pada waktu itu. Pria muda itu meyakinkan Yesus, ”Aku telah mematuhi semuanya itu; apa lagi yang masih kurang padaku?” Bagi banyak orang, jawaban Yesus mungkin kedengarannya tidak praktis. Ia berkata, ”Jika engkau ingin sempurna, pergi dan juallah harta milikmu dan berikan kepada orang miskin dan engkau akan memperoleh harta di surga, dan mari jadilah pengikutku.” (Matius 19:16-21) Dengan sedih, pria muda tadi pergi, karena tidak bisa membayangkan kalau ia harus kehilangan hartanya. Tidak soal seberapa besar kasihnya kepada Yehuwa, kasih akan hartanya lebih besar lagi.

      11, 12. (a) Apa yang Yesus katakan mengenai kekayaan yang perlu dipikirkan dengan serius? (b) Bagaimana harta dapat menghalangi seseorang melayani Yehuwa?

      11 Setelah peristiwa itu, Yesus mengatakan sesuatu yang tidak diduga-duga, ”Akan sulit bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan surga. . . . Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.” (Matius 19:23, 24) Apakah Yesus memaksudkan bahwa tidak ada orang kaya yang bakal mewarisi Kerajaan? Tidak, karena ia selanjutnya mengatakan, ”Bagi Allah semua perkara mungkin.” (Matius 19:25, 26) Sebenarnya, dengan bantuan Yehuwa beberapa orang kaya pada masa itu menjadi orang Kristen terurap. (1 Timotius 6:17) Meskipun demikian, ada alasan kuat di balik kata-kata Yesus yang mengejutkan itu. Ia sedang memberikan peringatan.

      12 Jika seseorang menjadi terikat pada harta seperti halnya pria muda yang kaya tadi, hartanya dapat menghalangi dia melayani Yehuwa dengan sepenuh hati. Hal ini bisa terjadi atas orang yang sudah kaya maupun orang yang ”bertekad untuk menjadi kaya”. (1 Timotius 6:9, 10) Apabila seseorang terlalu mengandalkan hal-hal materi, ia bisa kurang ’menyadari kebutuhan rohaninya’. (Matius 5:3) Akibatnya, ia mungkin tidak merasa terlalu membutuhkan dukungan Yehuwa. (Ulangan 6:10-12) Bisa jadi, ia mengharapkan perlakuan khusus di sidang. (Yakobus 2:1-4) Dan, ia boleh jadi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menikmati kekayaannya, bukannya melayani Yehuwa.

      Pupuklah Pandangan yang Benar

      13. Pandangan keliru apa yang dimiliki orang Laodikia?

      13 Sekelompok orang yang memiliki pandangan yang keliru tentang harta adalah sidang Laodikia pada abad pertama. Yesus berkata kepada mereka, ”Engkau mengatakan, ’Aku kaya dan telah memperoleh kekayaan dan tidak membutuhkan apa-apa’, namun engkau tidak tahu bahwa engkau sengsara, patut dikasihani, miskin, buta, dan telanjang.” Orang Laodikia berada dalam keadaan rohani yang mengenaskan bukan karena mereka kaya, melainkan karena mereka lebih mempercayai kekayaan daripada Yehuwa. Akibatnya, mereka menjadi suam-suam kuku secara rohani, hampir ’dimuntahkan’ dari mulut Yesus.​—Penyingkapan 3:14-17.

      14. Mengapa orang-orang Kristen Ibrani pantas mendapat pujian dari Paulus?

      14 Sebaliknya, Paulus memuji orang-orang Kristen Ibrani karena sikap mereka selama masa penganiayaan sebelumnya. Ia mengatakan, ”Kamu menyatakan simpati kepada orang-orang yang berada di penjara dan ketika barang-barang milikmu dirampas, kamu menanggungnya dengan sukacita, sebab mengetahui bahwa kamu sendiri mempunyai milik yang lebih baik dan tetap.” (Ibrani 10:34) Orang-orang Kristen itu tidak merasa hancur saat kehilangan harta mereka. Mereka masih bisa bersukacita karena menggenggam harta yang paling berharga, ”milik yang lebih baik dan tetap”. Seperti saudagar dalam perumpamaan Yesus yang mengorbankan segala sesuatu demi sebutir mutiara yang berharga, mereka bertekad untuk tidak melonggarkan genggaman pada harapan Kerajaan, tidak soal apa pun yang harus mereka korbankan. (Matius 13:45, 46) Benar-benar sikap yang bagus!

      15. Bagaimana seorang wanita Kristen di Liberia mendahulukan kepentingan Kerajaan?

      15 Banyak orang dewasa ini memupuk sikap yang sama bagusnya. Misalnya, seorang wanita muda Kristen di Liberia ditawari kesempatan untuk belajar di universitas. Di negeri itu, tawaran demikian dipandang sebagai peluang untuk masa depan yang terjamin. Akan tetapi, ia adalah seorang perintis, penginjil sepenuh waktu, dan telah diundang untuk melayani sebagai perintis istimewa sementara. Ia memilih untuk mencari dahulu Kerajaan dan tetap melayani sepenuh waktu. Ia pergi ke tempat tugasnya dan memulai 21 pelajaran Alkitab dalam tiga bulan saja. Saudari muda ini dan ribuan orang seperti dia mencari dahulu Kerajaan, sekalipun harus mengorbankan keuntungan materi. Bagaimana mereka mempertahankan sikap seperti itu dalam dunia yang materialistis ini? Mereka telah memupuk sejumlah sifat yang bagus. Mari kita kupas beberapa di antaranya.

      16, 17. (a) Mengapa kesahajaan penting jika kita ingin mempercayai Yehuwa? (b) Mengapa kita harus memupuk keyakinan akan janji-janji Allah?

      16 Kesahajaan: Alkitab mengatakan, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu. Jangan menjadi berhikmat di matamu sendiri.” (Amsal 3:5-7) Kadang-kadang, haluan tertentu mungkin tampak praktis dari sudut pandangan sekuler. (Yeremia 17:9) Namun, orang Kristen yang tulus mencari bimbingan Yehuwa. (Mazmur 48:14) ’Dalam segala jalannya’—dalam urusan sidang, pendidikan atau pekerjaan sekuler, rekreasi, atau hal-hal lainnya—ia dengan bersahaja mencari nasihat Yehuwa.—Mazmur 73:24.

      17 Keyakinan akan janji-janji Yehuwa: Paulus mengatakan, ”Ia yang menghampiri Allah harus percaya bahwa dia ada dan bahwa dia memberikan upah kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mencari dia.” (Ibrani 11:6) Jika kita ragu bahwa Yehuwa akan mewujudkan janji-janji-Nya, kelihatannya masuk akal bagi kita untuk ’menggunakan dunia ini sepenuhnya’. (1 Korintus 7:31) Sebaliknya, jika keyakinan kita kuat, kita akan bertekad untuk mencari dahulu Kerajaan. Bagaimana kita dapat memupuk keyakinan yang kuat? Dengan mendekat kepada Yehuwa dalam doa yang terus-menerus serta sepenuh hati dan melalui pelajaran pribadi yang teratur. (Mazmur 1:1-3; Filipi 4:6, 7; Yakobus 4:8) Seperti Raja Daud, kita dapat berdoa, ”Kepadamu aku menaruh kepercayaan, oh, Yehuwa. Aku berkata, ’Engkaulah Allahku.’ Betapa limpahnya kebaikanmu!”—Mazmur 31:14, 19.

      18, 19. (a) Bagaimana kerajinan memperkuat kepercayaan kita kepada Yehuwa? (b) Mengapa seorang Kristen hendaknya rela membuat pengorbanan?

      18 Kerajinan dalam melayani Yehuwa: Paulus mengaitkan keyakinan akan janji-janji Yehuwa dengan kerajinan sewaktu ia menulis, ”Kami ingin agar kamu masing-masing memperlihatkan kerajinan yang sama sehingga memiliki keyakinan penuh akan harapan itu, terus sampai ke akhir.” (Ibrani 6:11) Jika kita sibuk melayani Yehuwa, Ia akan mendukung kita. Setiap kali kita merasakan dukungan itu, kepercayaan kita kepada-Nya bertambah kuat, dan kita menjadi ”kokoh, tidak tergoyahkan”. (1 Korintus 15:58) Iman kita diperbarui, dan harapan kita diteguhkan.—Efesus 3:16-19.

      19 Kerelaan membuat pengorbanan: Paulus mengorbankan karier yang cemerlang agar dapat mengikuti Yesus. Jelaslah, ia membuat pilihan yang benar, sekalipun kehidupannya kadang-kadang sulit secara materi. (1 Korintus 4:11-13) Yehuwa tidak menjanjikan kehidupan yang mewah, dan adakalanya hamba-hamba-Nya menghadapi kesukaran. Kerelaan kita untuk menyederhanakan gaya hidup dan membuat pengorbanan membuktikan keteguhan tekad kita untuk melayani Yehuwa.—1 Timotius 6:6-8.

      20. Mengapa kesabaran sangat penting bagi orang yang mendahulukan kepentingan Kerajaan?

      20 Kesabaran: Sang murid Yakobus mendesak rekan-rekan Kristennya, ”Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah hingga kehadiran Tuan.” (Yakobus 5:7) Di dunia yang serbacepat ini, bersabar itu sulit. Kita ingin segala sesuatu terjadi segera. Tetapi, Paulus mendesak kita untuk meniru orang-orang yang ”melalui iman dan kesabaran mewarisi apa yang dijanjikan”. (Ibrani 6:12) Bersedialah menantikan Yehuwa. Kehidupan abadi dalam bumi firdaus—pastilah itu layak dinantikan!

      21. (a) Apa yang kita pertunjukkan jika kita mendahulukan kepentingan Kerajaan? (b) Apa yang akan dibahas dalam artikel berikut?

      21 Ya, nasihat Yesus untuk mencari dahulu Kerajaan itu praktis. Jika kita melakukannya, kita mempertunjukkan bahwa kita benar-benar percaya kepada Yehuwa dan memilih satu-satunya cara hidup yang aman bagi orang Kristen. Namun, Yesus juga menasihati kita untuk terus ’mencari dahulu . . . keadilbenaran Allah’. Dalam artikel berikut, kita akan melihat mengapa anjuran itu khususnya dibutuhkan dewasa ini.

  • Mencari Keadilbenaran Akan Melindungi Kita
    Menara Pengawal—2006 | 1 Januari
    • Mencari Keadilbenaran Akan Melindungi Kita

      ”Teruslah cari dahulu . . . keadilbenaran [Allah].”​—MATIUS 6:33.

      1, 2. Keputusan apa yang dibuat seorang wanita muda Kristen, dan mengapa ia membuat keputusan tersebut?

      SEORANG wanita muda Kristen di Asia bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor pemerintah. Ia jujur, masuk kantor pagi-pagi dan tidak bermalas-malasan sewaktu bekerja. Namun, karena ia masih dalam masa percobaan, ia dipanggil untuk ditinjau status pekerjaannya. Kepala departemen memberi tahu wanita muda itu bahwa ia akan diangkat sebagai pekerja tetap dan bahkan diberi kedudukan yang lebih tinggi, asalkan ia mau mengadakan hubungan amoral dengan atasannya itu. Wanita ini menolaknya mentah-mentah, sekalipun itu berarti ia akan kehilangan pekerjaannya.

      2 Apakah wanita muda Kristen itu bersikap tidak realistis? Tidak, ia dengan saksama mengikuti kata-kata Yesus, ”Teruslah cari dahulu . . . keadilbenaran [Allah].” (Matius 6:33) Baginya, mengikuti prinsip-prinsip yang adil-benar jauh lebih penting daripada mendapatkan keuntungan dengan melakukan amoralitas seksual.​—1 Korintus 6:18.

      Pentingnya Keadilbenaran

      3. Apa keadilbenaran itu?

      3 ”Keadilbenaran” menyiratkan keterpautan pada standar moral dan kejujuran. Dalam Alkitab, kata Yunani dan Ibraninya mengandung gagasan ”lurus” atau ”kelurusan hati”. Ini bukan menganggap diri adil-benar, menilai diri menurut standar sendiri. (Lukas 16:15) Ini adalah kelurusan hati menurut standar Yehuwa. Ini adalah keadilbenaran Allah.​—Roma 1:17; 3:21.

      4. Mengapa keadilbenaran penting bagi orang Kristen?

      4 Mengapa keadilbenaran penting? Karena Yehuwa, sebagai ’Allah yang adil-benar’, memperkenan umat-Nya sewaktu mereka mempraktekkan keadilbenaran. (Mazmur 4:1; Amsal 2:20-22; Habakuk 1:13) Siapa pun yang berlaku tidak adil-benar tidak dapat menjalin hubungan yang akrab dengan-Nya. (Amsal 15:8) Oleh karena itu, rasul Paulus mendesak Timotius, ”Larilah dari berbagai keinginan yang berkaitan dengan masa muda, tetapi kejarlah keadilbenaran,” serta sifat-sifat penting lainnya. (2 Timotius 2:22) Itulah juga sebabnya Paulus menyertakan ”pelindung dada keadilbenaran” sewaktu ia menyebutkan berbagai bagian dari persenjataan rohani kita.​—Efesus 6:14.

      5. Bagaimana makhluk yang tidak sempurna dapat mencari keadilbenaran?

      5 Tentu saja, tidak seorang manusia pun adil-benar dalam arti sepenuhnya. Semua orang mewarisi ketidaksempurnaan dari Adam, dan semua orang berdosa, tidak adil-benar, sejak lahir. Namun, Yesus mengatakan bahwa kita mesti mencari keadilbenaran. Mengapa hal itu mungkin? Karena Yesus telah menyerahkan kehidupannya yang sempurna sebagai tebusan bagi kita, dan jika kita menjalankan iman akan korban itu, Yehuwa bersedia mengampuni dosa-dosa kita. (Matius 20:28; Yohanes 3:16; Roma 5:8, 9, 12, 18) Atas dasar itu, seraya kita mempelajari standar-standar Yehuwa yang adil-benar dan berupaya sebisa mungkin untuk menjalankannya​—sambil berdoa memohon bantuan untuk mengatasi kelemahan kita—​Yehuwa menerima ibadat kita. (Mazmur 1:6; Roma 7:19-25; Penyingkapan 7:9, 14) Benar-benar menenteramkan hati!

      Adil-benar dalam Dunia yang Tidak Adil-benar

      6. Mengapa dunia ini adalah tempat yang berbahaya bagi orang Kristen masa awal?

      6 Sewaktu murid-murid Yesus menerima amanat untuk menjadi saksi-saksinya ”sampai ke bagian yang paling jauh di bumi”, mereka menghadapi situasi yang sulit. (Kisah 1:8) Seluruh daerah tugas mereka ”berada dalam kuasa si fasik”, Setan. (1 Yohanes 5:19) Dunia ini dijangkiti oleh roh fasik yang ia sebar luaskan, dan orang Kristen tidak luput dari pengaruhnya yang mencemarkan. (Efesus 2:2) Bagi mereka, dunia ini adalah tempat yang berbahaya. Hanya dengan mencari dahulu keadilbenaran Allah mereka dapat bertekun tanpa kehilangan integritas. Kebanyakan dari mereka bertekun, tetapi beberapa orang tersimpangkan dari ”jalan keadilbenaran”.​—Amsal 12:28; 2 Timotius 4:10.

      7. Tanggung jawab apa saja yang diemban orang Kristen sehingga ia harus melawan pengaruh-pengaruh yang merusak?

      7 Apakah dunia lebih aman bagi orang Kristen dewasa ini? Sama sekali tidak! Dunia dewasa ini justru lebih bejat dibanding pada abad pertama. Selain itu, Setan telah dicampakkan ke bumi dan dengan ganas memerangi orang Kristen terurap, yakni ”orang-orang yang masih tersisa dari antara benih [wanita itu], yang menjalankan perintah-perintah Allah dan mempunyai pekerjaan memberikan kesaksian tentang Yesus”. (Penyingkapan 12:12, 17) Setan juga menyerang siapa pun yang mendukung ”benih” itu. Akan tetapi, orang Kristen tidak dapat bersembunyi dari dunia. Sekalipun bukan bagian dari dunia, mereka harus hidup di dalamnya. (Yohanes 17:15, 16) Dan, mereka harus mengabar di dunia demi mencari orang-orang yang memiliki kecenderungan yang benar serta mengajar mereka untuk menjadi murid Kristus. (Matius 24:14; 28:19, 20) Oleh sebab itu, mengingat orang Kristen tidak dapat sepenuhnya menghindari pengaruh yang merusak dalam dunia ini, mereka harus melawannya. Mari kita bahas empat dari pengaruh-pengaruh itu.

      Perangkap Amoralitas

      8. Mengapa orang Israel berpaling untuk menyembah dewa-dewa orang Moab?

      8 Menjelang akhir perjalanan mereka selama 40 tahun di padang belantara, sejumlah besar orang Israel berpaling dari jalan keadilbenaran. Mereka telah menyaksikan banyak tindakan penyelamatan oleh Yehuwa, dan mereka akan segera memasuki Tanah Perjanjian. Namun, pada saat yang kritis itu, mereka berpaling untuk melayani dewa-dewa orang Moab. Mengapa? Mereka menyerah pada ”keinginan daging”. (1 Yohanes 2:16) Catatan Alkitab mengatakan, ”Bangsa itu mulai melakukan hubungan amoral dengan putri-putri Moab.”​—Bilangan 25:1.

      9, 10. Bagaimana situasi dewasa ini memperlihatkan pentingnya selalu mencamkan pengaruh yang merusak dari hasrat daging yang salah?

      9 Peristiwa ini menunjukkan bahwa hasrat daging yang salah dapat merusak orang yang sedang lengah. Kita mesti belajar dari peristiwa ini, terutama karena amoralitas pada umumnya telah dipandang sebagai gaya hidup yang berterima. (1 Korintus 10:6, 8) Sebuah laporan dari Amerika Serikat mengatakan, ”Sampai kira-kira tahun 1970, hidup bersama tanpa menikah dianggap melanggar hukum di semua negara bagian di Amerika. Sekarang, hal itu sudah lazim. Lebih dari separuh jumlah pasangan yang menikah untuk pertama kalinya sudah hidup bersama sebelumnya.” Hal itu dan praktek moral tanpa batasan lainnya tidak hanya dilakukan di satu negeri. Hal-hal seperti itu terdapat di seluruh dunia, dan sungguh menyedihkan, beberapa orang Kristen telah mengikuti tren tersebut​—bahkan kehilangan kedudukan mereka dalam sidang Kristen.​—1 Korintus 5:11.

      10 Selain itu, propaganda yang menggembar-gemborkan amoralitas tampaknya ada di mana-mana. Film dan acara televisi memberi kesan bahwa sama sekali tidak ada salahnya bagi kaum muda untuk mengadakan hubungan seks sebelum menikah. Hubungan homoseksual digambarkan sebagai hal yang normal. Dan, banyak tayangan mempertontonkan adegan seks yang semakin terang-terangan. Gambar-gambar adegan seks yang gamblang juga dapat dengan mudah diperoleh di Internet. Misalnya, seorang kolumnis surat kabar melaporkan bahwa sepulang dari sekolah, putranya yang berusia tujuh tahun dengan bersemangat menceritakan kepadanya bahwa teman sekolahnya menemukan situs Internet yang memperlihatkan wanita-wanita telanjang melakukan adegan seks. Sang ayah terperanjat, tetapi pada kenyataannya, berapa banyak anak yang telah menemukan situs seperti itu dan tidak memberi tahu orang tua mereka? Selain itu, berapa banyak orang tua yang tahu isi video game anak mereka? Banyak game menonjolkan amoralitas yang menjijikkan, selain demonisme serta aksi kekerasan.

      11. Bagaimana keluarga dapat terlindung dari amoralitas dunia ini?

      11 Bagaimana keluarga dapat melawan ”hiburan” yang bobrok semacam itu? Dengan mencari dahulu keadilbenaran Allah dan tidak mau terlibat dalam apa pun yang amoral. (2 Korintus 6:14; Efesus 5:3) Orang tua yang dengan sepatutnya mengawasi kegiatan anak-anak mereka dan menanamkan dalam diri anak-anak mereka kasih akan Yehuwa serta hukum-hukum-Nya yang adil-benar membentengi mereka terhadap pornografi, video game porno, film amoral, dan godaan lain yang tidak adil-benar.​—Ulangan 6:4-9.a

      Bahayanya Tekanan Masyarakat

      12. Problem apa yang muncul pada abad pertama?

      12 Sewaktu Paulus berada di Listra di Asia Kecil, ia secara mukjizat menyembuhkan seorang pria. Catatan Alkitab mengatakan, ”Sewaktu kumpulan orang melihat apa yang Paulus lakukan, mereka berseru dalam bahasa Likaonia, ’Allah-allah telah menjadi seperti manusia dan turun kepada kita!’ Lalu Barnabas mereka sebut Zeus, tetapi Paulus mereka sebut Hermes, karena dialah yang memimpin ketika berbicara.” (Kisah 14:11, 12) Belakangan, kumpulan orang yang sama itu ingin membunuh Paulus dan Barnabas. (Kisah 14:19) Jelaslah, mereka sangat rentan terhadap tekanan masyarakat. Tampaknya, sewaktu beberapa orang dari kawasan itu menjadi Kristen, kecenderungan mereka untuk percaya kepada takhayul masih bercokol. Dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di Kolose, Paulus memperingatkan mereka terhadap ”ibadat kepada malaikat”.​—Kolose 2:18.

      13. Apa beberapa kebiasaan yang mesti dihindari orang Kristen, dan bagaimana ia dapat dikuatkan untuk melakukannya?

      13 Dewasa ini, orang Kristen sejati juga perlu menghindari kebiasaan yang diterima umum yang didasarkan atas gagasan agama palsu dan yang melanggar prinsip-prinsip Kristen. Misalnya, di beberapa negeri, banyak upacara adat seputar kelahiran dan kematian didasarkan atas dusta bahwa mereka memiliki roh yang tetap hidup setelah kematian. (Pengkhotbah 9:5, 10) Di negeri-negeri tertentu, ada kebiasaan mengudung alat kelamin anak perempuan.b Praktek ini kejam, tidak perlu, dan tidak selaras dengan perhatian pengasih yang semestinya diberikan orang tua Kristen kepada anak-anak mereka. (Ulangan 6:6, 7; Efesus 6:4) Bagaimana orang Kristen dapat menampik tekanan masyarakat dan meninggalkan praktek-praktek seperti itu? Dengan sepenuhnya percaya kepada Yehuwa. (Mazmur 31:6) Allah yang adil-benar akan menguatkan dan memelihara orang-orang yang mengatakan kepada-Nya dengan sepenuh hati, ”Engkaulah perlindunganku dan bentengku, Allahku, yang kepadanya aku percaya.”​—Mazmur 91:2; Amsal 29:25.

      Jangan Melupakan Yehuwa

      14. Peringatan apa yang Yehuwa berikan kepada orang Israel tidak lama sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian?

      14 Tak lama sebelum orang Israel memasuki Tanah Perjanjian, Yehuwa memperingatkan agar mereka tidak melupakan Dia. Ia berfirman, ”Perhatikanlah dirimu agar engkau tidak melupakan Yehuwa, Allahmu, dengan tidak menjalankan perintahnya, keputusan hukumnya dan ketetapannya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; jangan sampai, setelah engkau makan dan kenyang, membangun rumah-rumah bagus serta mendiaminya, dan lembu-sapi serta kambing-dombamu bertambah, dan perak serta emasmu bertambah, dan semua milikmu bertambah, engkau menjadi tinggi hati dan melupakan Yehuwa, Allahmu.”​—Ulangan 8:11-14.

      15. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tidak melupakan Yehuwa?

      15 Dapatkah sesuatu yang serupa terjadi dewasa ini? Ya, jika kita keliru menetapkan prioritas. Namun, jika kita mencari dahulu keadilbenaran Allah, ibadat murni akan menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan kita. Seperti yang Paulus anjurkan, kita akan ”membeli semua waktu yang ada” dan memiliki perasaan mendesak dalam pelayanan. (Kolose 4:5; 2 Timotius 4:2) Akan tetapi, kalau bersantai atau bersenang-senang lebih penting bagi kita daripada menghadiri perhimpunan dan berdinas, kita dapat melupakan Yehuwa dalam arti menomorduakan Dia dalam kehidupan kita. Paulus mengatakan bahwa pada hari-hari terakhir, orang-orang akan ”mencintai kesenangan sebaliknya daripada mengasihi Allah”. (2 Timotius 3:4) Orang Kristen yang tulus secara berkala memeriksa diri untuk memastikan bahwa mereka tidak terpengaruh oleh cara berpikir demikian.​—2 Korintus 13:5.

      Waspadai Semangat Ingin Bebas

      16. Semangat yang salah apa yang diperlihatkan oleh Hawa dan oleh beberapa orang pada zaman Paulus?

      16 Di Eden, Setan berhasil memikat Hawa untuk memiliki hasrat ingin bebas yang mementingkan diri. Hawa ingin memutuskan sendiri apa yang benar dan yang salah. (Kejadian 3:1-6) Pada abad pertama, beberapa orang di sidang Korintus memiliki semangat ingin bebas yang serupa. Mereka menganggap diri mereka lebih banyak tahu daripada Paulus, dan dia dengan sinis menyebut mereka rasul-rasul yang sangat hebat.​—2 Korintus 11:3-5; 1 Timotius 6:3-5.

      17. Bagaimana agar kita tidak sampai memperkembangkan semangat ingin bebas?

      17 Dalam dunia dewasa ini, ada banyak orang yang ”keras kepala, besar kepala karena sombong”, dan beberapa orang Kristen telah terpengaruh oleh cara berpikir itu. Ada yang bahkan menjadi penentang kebenaran. (2 Timotius 3:4; Filipi 3:18) Sehubungan dengan ibadat murni, sangat penting agar kita mencari petunjuk Yehuwa dan bekerja sama dengan ”budak yang setia dan bijaksana” serta para penatua di sidang. Itulah caranya kita mencari keadilbenaran, sehingga kita tidak memperkembangkan semangat ingin bebas. (Matius 24:45-47; Mazmur 25:9, 10; Yesaya 30:21) Sidang kaum terurap adalah ”pilar dan penopang kebenaran”, yang telah Yehuwa sediakan untuk melindungi dan membimbing kita. (1 Timotius 3:15) Dengan mengakui peranannya yang sangat penting, kita dibantu untuk ’tidak melakukan apa pun karena menganggap diri penting’ seraya kita dengan rendah hati tunduk kepada kehendak Yehuwa yang adil-benar.​—Filipi 2:2-4; Amsal 3:4-6.

      Jadilah Peniru Yesus

      18. Kita dianjurkan untuk meniru Yesus dalam hal apa?

      18 Alkitab menubuatkan tentang Yesus, ”Engkau mencintai keadilbenaran dan engkau membenci kefasikan.” (Mazmur 45:7; Ibrani 1:9) Benar-benar sikap yang bagus untuk ditiru! (1 Korintus 11:1) Yesus tidak hanya mengetahui standar-standar Yehuwa yang lurus; ia mencintainya. Jadi, sewaktu Setan menggodanya di padang belantara, Yesus tidak ragu-ragu tetapi dengan tegas menolak untuk menyimpang dari ”jalan keadilbenaran”.​—Amsal 8:20; Matius 4:3-11.

      19, 20. Hal baik apa saja yang dihasilkan karena mencari keadilbenaran?

      19 Memang, hasrat-hasrat daging yang tidak adil-benar bisa sangat kuat. (Roma 7:19, 20) Namun, jika kita menganggap keadilbenaran berharga, kita akan dikuatkan untuk melawan kefasikan. (Mazmur 119:165) Sewaktu kita digoda untuk berbuat salah, kasih yang dalam terhadap keadilbenaran akan melindungi kita. (Amsal 4:4-6) Ingatlah, setiap kali kita menyerah pada godaan, kita memberi Setan kemenangan. Betapa jauh lebih baik jika kita melawan dia dan memberikan kemenangan kepada Yehuwa!​—Amsal 27:11; Yakobus 4:7, 8.

      20 Karena mencari keadilbenaran, orang-orang Kristen sejati ”penuh dengan buah yang adil-benar, yakni melalui Yesus Kristus, demi kemuliaan dan pujian bagi Allah”. (Filipi 1:10, 11) Mereka mengenakan ”kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah, dengan keadilbenaran yang sejati dan loyalitas”. (Efesus 4:24) Mereka adalah milik Yehuwa dan hidup untuk melayani Dia, bukan untuk menyenangkan diri mereka sendiri. (Roma 14:8; 1 Petrus 4:2) Itulah yang mengatur pikiran dan tindakan mereka. Mereka benar-benar menyukakan hati Bapak surgawi mereka!​—Amsal 23:24.

      [Catatan Kaki]

      a Saran-saran berharga bagi para orang tua untuk melindungi keluarga dari pengaruh amoral terdapat dalam buku Rahasia Kebahagiaan Keluarga, yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.

      b Pengudungan alat kelamin wanita dulu disebut penyunatan pada wanita.

Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
Log Out
Log In
  • Indonesia
  • Bagikan
  • Pengaturan
  • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
  • Syarat Penggunaan
  • Kebijakan Privasi
  • Pengaturan Privasi
  • JW.ORG
  • Log In
Bagikan