-
Allah Tidak Membedakan OrangMenara Pengawal—1988 (Seri 48) | Menara Pengawal—1988 (Seri 48)
-
-
Allah Tidak Membedakan Orang
”Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”—KISAH 10:34, 35.
1. Di Atena purba, pernyataan penting apa yang Paulus buat berkenaan ras?
”ALLAH yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia . . . Dari satu orang [”nenek moyang,” Phillips] saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi.” (Kisah 17:24-26) Siapa yang mengucapkan kata-kata tersebut? Rasul Kristen Paulus, dalam khotbahnya yang terkenal di Bukit Mars, atau Areopagus, di Atena, Yunani.
2. Apa yang membantu membuat hidup ini meriah, dan menarik, dan oleh apa seorang Jepang yang berkunjung ke Afrika Selatan terkesan?
2 Pernyataan Paulus boleh jadi membuat kita berpikir tentang keanekaragaman yang mengagumkan yang terdapat dalam ciptaan Allah Yehuwa menciptakan manusia, binatang, burung-burung, serangga, dan tanaman dari begitu banyak jenis yang berbeda. Betapa membosankan hidup ini jika hal-hal itu semua sama! Keanekaragamannya membantu membuat hidup ini meriah dan menarik. Misalnya, seorang Jepang yang berkunjung ke Afrika Selatan dan menghadiri kebaktian Saksi-Saksi Yehuwa, terkesan oleh banyak macam suku dan warna kulit yang ia lihat di sana. Ia menyatakan betapa berbeda halnya di Jepang, yang bagian terbesar dari penduduknya mempunyai ciri-ciri ras yang sama.
3. Bagaimana pandangan beberapa orang terhadap warna kulit yang berbeda, yang menimbulkan apa?
3 Tetapi berbagai macam warna kulit di antara suku-suku bangsa sering kali menimbulkan problem-problem yang serius. Banyak yang menganggap orang dari warna kulit yang berbeda lebih rendah derajatnya. Ini menimbulkan permusuhan, bahkan kebencian dan malapetaka prasangka ras. Apakah Pencipta kita mengharapkan ini terjadi? Apakah beberapa suku bangsa lebih unggul dalam pandanganNya? Apakah Yehuwa membedakan orang?
Pencipta Kita—Membedakan Orang?
4-6. (a) Apa yang dikatakan Raja Yosafat tentang sikap memihak? (b) Bagaimana Musa dan juga Paulus meneguhkan pernyataan Yosafat? (c) Pertanyaan-pertanyaan apa yang mungkin diajukan beberapa orang?
4 Kita dapat memahami sudut pandangan Pencipta kita terhadap seluruh umat manusia dengan meninjau kembali peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Raja Yosafat, yang memerintah Yehuda dari tahun 936 sampai 911 S.M., membuat banyak perbaikan dan mengatur agar sistem pengadilan yang didasarkan atas hukum ilahi berfungsi dengan benar. Ia memberikan nasihat yang baik ini kepada para hakim: ”Pertimbangkanlah apa yang kamu buat, karena bukanlah untuk manusia kamu memutuskan hukum, melainkan untuk [Yehuwa] . . . Bertindaklah dengan seksama, karena berlaku curang, memihak . . . tidak ada pada [Yehuwa], Allah kita.”—2 Tawarikh 19:6, 7.
5 Ratusan tahun sebelumnya, nabi Musa mengatakan kepada suku-suku Israel: ’Yehuwa, Allahmu tidak memandang bulu.’ (Ulangan 10:17) Dan dalam suratnya kepada orang Roma, Paulus menasihati: ”Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, . . . Sebab Allah tidak memandang bulu.”—Roma 2:9-11.
6 Namun ada yang mungkin bertanya: ’Bagaimana dengan orang Israel? Bukankah mereka umat pilihan Allah? Tidakkah Ia pilih kasih terhadap mereka? Bukankah Musa mengatakan kepada seluruh Israel: ”Engkaulah yang dipilih oleh [Yehuwa], Allahmu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk menjadi umat kesayanganNya”?’—Ulangan 7:6.
7. (a) Apa akibatnya ketika orang-orang Yahudi menolak Mesias? (b) Dewasa ini, siapa dapat menikmati berkat-berkat yang menakjubkan dari Allah, dan bagaimana?
7 Tidak, Allah tidak pilih kasih dengan menggunakan orang Israel untuk suatu tujuan istimewa. Ketika memilih suatu umat yang akan menjadi perantara untuk menerbitkan Mesias, Yehuwa memilih keturunan dari datuk-datuk Ibrani yang setia. Namun ketika orang-orang Yahudi menolak Mesias, Yesus Kristus, dan membuatnya dihukum mati, mereka kehilangan perkenan Allah. Tetapi, dewasa ini, orang-orang dari ras atau bangsa manapun yang mempraktekkan iman dalam Yesus dapat menikmati berkat-berkat yang menakjubkan dan mempunyai harapan untuk hidup kekal. (Yohanes 3:16; 17:3) Tentu, ini membuktikan bahwa di pihak Allah tidak ada sikap pilih kasih. Selain itu, Yehuwa memerintahkan orang Israel untuk ’menunjukkan kasih kepada orang asing’ dan ’jangan menindas dia,’ tidak soal ras atau kebangsaannya. (Ulangan 10:19; Imamat 19:33, 34) Maka sesungguhnya, Bapa kita yang pengasih di surga tidak membedakan orang.
8. (a) Apa yang membuktikan bahwa Yehuwa tidak pilih kasih terhadap Israel? (b) Bagaimana Yehuwa menggunakan Israel?
8 Memang orang Israel menikmati hak-hak istimewa khusus. Namun mereka juga mempunyai tanggung jawab yang berat. Mereka mempunyai kewajiban untuk mentaati hukum-hukum Yehuwa, dan mereka yang gagal mentaatinya akan mendapat kutukan. (Ulangan 27:26) Sebenarnya, orang Israel harus dihukum berulang kali karena tidak mentaati Taurat Allah. Jadi, Yehuwa tidak memperlakukan mereka dengan pilih kasih. Sebaliknya, Ia menggunakan mereka sebagai pola nubuat dan menyediakan contoh peringatan. Untunglah, melalui Israel Allah menerbitkan sang Penebus, Yesus Kristus, demi berkat seluruh umat manusia.—Galatia 3:14; bandingkan Kejadian 22:15-18.
Apakah Yesus Membedakan Orang?
9. (a) Bagaimana Yehuwa dan Yesus sama? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul mengenai Yesus?
9 Karena Yehuwa tidak membedakan orang, apakah Yesus mungkin memandang bulu? Nah, pertimbangkan hal ini: Yesus pernah mengatakan: ”Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” (Yohanes 5:30) Persatuan yang sempurna terdapat di antara Yehuwa dan PutraNya yang kekasih, dan Yesus melakukan kehendak Bapanya dalam segala hal. Sebenarnya, mereka begitu serupa dalam pandangan dan tujuan sehingga Yesus dapat mengatakan: ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” (Yohanes 14:9) Selama lebih dari 33 tahun, Yesus mempunyai pengalaman hidup sebagai manusia di bumi, dan Alkitab menyingkapkan bagaimana ia memperlakukan sesama manusianya. Bagaimana sikapnya terhadap suku-suku bangsa lain? Apakah ia berprasangka atau memandang bulu? Apakah Yesus seorang yang membenci suku bangsa lain?
10. (a) Bagaimana Yesus menjawab permohonan seorang wanita Punisia yang minta bantuan? (b) Dengan tidak langsung menyebut orang Kafir sebagai ”anjing-anjing kecil,” apakah Yesus memperlihatkan prasangka? (c) Bagaimana wanita itu mengatasi keberatan tersebut, dan dengan hasil apa?
10 Yesus menghabiskan sebagian besar dari kehidupannya di bumi bersama orang Yahudi. Namun pada suatu hari ia didekati seorang wanita Punisia, seorang Kafir, yang memohon agar ia menyembuhkan putrinya. Sebagai jawaban Yesus mengatakan: ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi wanita itu memohon: ”Tuhan, tolonglah aku.” Mendengar itu, ia menambahkan: ”Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing [”anjing-anjing kecil,” NW].” Bagi orang Yahudi, anjing adalah binatang yang najis. Jadi dengan tidak langsung menyebut orang Kafir sebagai ”anjing-anjing kecil,” apakah Yesus memperlihatkan prasangka? Tidak, karena ia baru saja mengatakan tugas khususnya dari Allah untuk memelihara ’domba-domba yang hilang dari Israel.’ Selain itu, dengan menyamakan orang bukan Yahudi dengan ”anjing-anjing kecil,” bukan anjing-anjing yang buas, Yesus memperhalus perbandingan itu. Tentu, apa yang ia katakan menguji wanita tersebut. Dengan rendah hati, walaupun dengan tekad bulat untuk mengatasi penolakan ini, ia dengan bijaksana menjawab: ”Benar Tuhan, namun anjing [”anjing-anjing kecil,” NW] itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Karena terkesan oleh iman wanita itu, Yesus segera menyembuhkan putrinya.—Matius 15:22-28.
11. Seperti digambarkan oleh peristiwa yang menyangkut Yesus, bagaimana sikap orang Yahudi dan orang Samaria terhadap satu sama lain?
11 Pertimbangkan pula, perjumpaan Yesus dengan beberapa orang Samaria. Ada permusuhan yang berurat berakar antara orang Yahudi dan orang Samaria. Pada suatu ketika Yesus mengutus orang untuk membuat persiapan baginya di sebuah desa tertentu di Samaria. Tetapi orang Samaria ”tidak mau menerima Dia, karena perjalananNya menuju Yerusalem.” Hal ini membuat marah Yakobus dan Yohanes sampai mereka ingin menyuruh api turun dari langit dan membinasakan mereka. Tetapi Yesus menegur kedua murid tersebut, dan mereka semua pergi ke desa yang lain.—Lukas 9:51-56.
12. Mengapa seorang wanita Samaria merasa heran dengan permohonan Yesus?
12 Apakah Yesus juga mempunyai perasaan yang bermusuhan yang ada antara orang Yahudi dan orang Samaria? Nah, perhatikan apa yang terjadi pada kesempatan lain. Yesus dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea dan harus melewati Samaria. Karena lelah dalam perjalanan, Yesus duduk di dekat sumur Yakub untuk beristirahat sedangkan murid-muridnya pergi ke kota Sikhar untuk membeli makanan. Sementara itu, seorang wanita Samaria datang mengambil air. Nah, Yesus sendiri pada suatu kesempatan lain pernah menggolongkan orang Samaria sebagai ”orang asing” atau ”dari bangsa lain.” (Lukas 17:16-18, Kingdom Interlinear Translation of the Greek Scriptures) Namun ia mengatakan kepadanya: ”Berilah Aku minum.” Karena orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria, wanita yang merasa heran itu menjawab: ”Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?”—Yohanes 4:1-9.
13. (a) Bagaimana Yesus menjawab keberatan wanita Samaria itu, dan bagaimana reaksi wanita itu? (b) Apa hasil akhirnya?
13 Tetapi Yesus mengabaikan keberatan wanita itu. Sebaliknya, ia menggunakan kesempatan untuk memberi kesaksian kepadanya, bahkan mengaku bahwa ia adalah sang Mesias! (Yohanes 4:10-26) Wanita yang merasa heran itu meninggalkan tempayan airnya di sumur, lari kembali ke kota dan mulai menceritakan kepada orang-orang lain apa yang telah terjadi. Meskipun ia hidup imoral, ia memperlihatkan minat dalam soal-soal rohani dengan mengatakan: ”Mungkinkah Dia Kristus itu?” Apa hasil akhirnya? Banyak dari orang-orang setempat menaruh iman dalam Yesus karena kesaksian baik yang telah diberikan wanita itu. (Yohanes 4:27-42) Menarik sekali, dalam bukunya A Biblical Perspective on the Race Problem (Perspektif Alkitab mengenai Problem Ras), ahli teologia Kongregasional Thomas O. Figart memberi komentar berikut: ”Jika Tuhan kita menganggap cukup penting untuk menggantikan tradisi ras yang salah dengan sikap yang murah hati, maka kita harus memperhatikan agar kita tidak ditelan oleh sungai rasisme dewasa ini.”
14. Bukti apa tentang sikap tidak memandang bulu dari Yehuwa nyata selama pelayanan dari Filipus sang penginjil?
14 Karena Allah Yehuwa tidak memandang bulu, orang dari berbagai bangsa dapat menjadi proselit Yahudi. Pertimbangkan pula apa yang terjadi 19 abad yang lalu di jalan sepanjang padang gurun antara Yerusalem dan Gaza. Seorang pria kulit hitam yang berdinas pada ratu Etiopia sedang duduk dalam keretanya sambil membaca nubuat Yesaya. Pembesar ini seorang proselit yang disunat, karena ia ”pergi ke Yerusalem untuk beribadah.” Malaikat Yehuwa muncul di hadapan penginjil Yahudi Filipus dan mengatakan kepadanya: ”Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu.” Apakah Filipus mengatakan: ”Tidak! Dia seorang dari bangsa lain”? Sama sekali tidak! Filipus senang menyambut undangan orang Etiopia itu untuk naik ke kereta, duduk bersamanya, dan menjelaskan nubuat Yesaya mengenai Yesus Kristus! Ketika mereka mendekati suatu tempat yang ada airnya, orang Etiopia itu bertanya: ”Apakah halangannya, jika aku dibaptis?” Karena tidak ada penghalang untuk itu, Filipus dengan senang membaptis orang Etiopia tersebut, dan Yehuwa menerima pria yang berbahagia itu sebagai pengikut yang terurap dari PutraNya yang tidak membedakan orang, Yesus Kristus. (Kisah 8:26-39) Namun bukti selanjutnya mengenai sikap tidak memandang bulu ilahi tidak lama kemudian nyata.
Perubahan yang Besar
15. Perubahan apa yang terjadi setelah kematian Yesus, dan bagaimana Paulus menjelaskan ini?
15 Kematian Kristus tidak menyingkirkan prasangka ras di dunia. Tetapi melalui kematian sebagai korban tersebut, Allah mengubah hubungan dari orang Yahudi murid-murid Yesus terhadap para pengikutnya yang adalah orang Kafir. Rasul Paulus menunjukkan hal ini ketika ia menulis kepada orang Kristen Kafir di Efesus dan mengatakan: ”Ingatlah, bahwa dahulu kamu—sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, . . . bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ’jauh’, sudah menjadi ’dekat’ oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua belah pihak dan telah merubuhkan tembok pemisah.” ”Tembok” atau lambang pemisahan adalah penyelenggaraan perjanjian Taurat yang berlaku sebagai pemisah antara orang Yahudi dan orang Kafir. Ini disingkirkan atas dasar kematian Kristus sehingga melalui dia orang Yahudi maupun orang Kafir dapat ”dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”—Efesus 2:11-18.
16. (a) Mengapa Petrus diberi kunci-kunci Kerajaan? (b) Berapa kunci yang ada, dan apa hasil dari penggunaannya?
16 Selanjutnya, rasul Petrus diberi ”kunci-kunci kerajaan surga” sehingga orang-orang dari bangsa manapun dapat belajar tentang maksud-tujuan Allah, ”dilahirkan kembali” dari roh kudus, dan menjadi waris rohani bersama Kristus. (Matius 16:19, NW; Yohanes 3:1-8) Petrus menggunakan tiga kunci simbolis. Yang pertama untuk orang Yahudi, yang kedua untuk orang Samaria, dan yang ketiga untuk orang Kafir. (Kisah 2:14-42; 8:14-17; 10:24-28, 42-48) Jadi Yehuwa, Allah yang tidak membedakan orang, membuka hak istimewa bagi orang yang terpilih dari segala bangsa untuk menjadi saudara rohani Yesus dan sesama waris dari Kerajaan.—Roma 8:16, 17; 1 Petrus 2:9, 10.
17. (a) Penglihatan yang ganjil apa yang diberikan kepada Petrus dan mengapa? (b) Ke rumah siapa Petrus diantar, dan siapa yang menanti dia di sana? (c) Tentang hal apa Petrus mengingatkan orang Kafir tersebut, namun apa yang dengan jelas Allah ajarkan kepadanya?
17 Ketika mempersiapkan Petrus untuk menggunakan kunci ketiga—bagi orang Kafir—ia diberi penglihatan yang ganjil tentang binatang-binatang yang najis dan diberitahu: ”Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!” Maksudnya ialah: ”Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” (Kisah 10:9-16) Petrus sangat bingung mengenai makna penglihatan itu. Namun tidak lama kemudian tiga pria datang untuk membawanya ke rumah Kornelius, seorang perwira tentara Roma yang ditempatkan di Kaesarea. Karena kota itu adalah pos utama dari pasukan Roma di Yudea, wajar jika Kornelius tinggal di tempat ini. Kornelius menunggu Petrus di kota pusat orang Kafir itu, bersama sanak keluarga dan teman-teman akrabnya. Rasul itu mengingatkan mereka: ”Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke rumah mereka. Tetapi Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir. Itulah sebabnya aku tidak berkeberatan ketika aku dipanggil, lalu datang ke mari.”—Kisah 10:17-29.
18. (a) Pengumuman penting apa yang Petrus katakan kepada Kornelius dan tamu-tamunya? (b) Setelah Petrus memberi kesaksian tentang Yesus, peristiwa dramatis apa yang terjadi? (c) Langkah apa yang kemudian diambil sehubungan dengan orang-orang Kafir yang percaya itu?
18 Setelah Kornelius menjelaskan bagaimana Allah mengatur segala sesuatu, Petrus mengatakan: ”Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.” (Kisah 10:30-35) Kemudian, ketika rasul itu selanjutnya memberi kesaksian mengenai Yesus Kristus, sesuatu yang dramatis terjadi! ”Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.” Rekan-rekan Yahudi dari Petrus ”tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.” Petrus berkata: ”Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” Siapa yang dapat merasa keberatan, karena roh kudus dari Allah di surga yang tidak pandang bulu telah dicurahkan ke atas orang Kafir yang percaya itu? Maka, Petrus memerintahkan agar mereka ”dibaptis dalam nama Yesus Kristus.”—Kisah 10:36-48.
”Dari Segala Bangsa”
19. Permusuhan antar ras apa yang meningkat, dan sejauh mana?
19 Kita sekarang berada pada ”hari-hari yang terakhir,” dan ”masa yang sukar” merupakan kenyataan hidup. Antara lain, orang mencintai diri sendiri, membanggakan diri, sombong, tidak mempunyai kasih, tidak mau berdamai, tidak mempunyai pengendalian diri, garang, keras kepala, dan angkuh. (2 Timotius 3:1-5) Dalam lingkungan sosial sedemikian, tidak mengherankan bahwa rasa permusuhan dan konflik antar ras meningkat di seluruh dunia. Di banyak negeri, orang-orang dari berbagai ras atau warna kulit menganggap hina atau bahkan membenci satu sama lain. Ini mengakibatkan perkelahian dan bahkan kekejaman yang mengerikan di beberapa negeri. Bahkan dalam masyarakat yang disebut sudah terpelajar, banyak orang sulit mengatasi prasangka ras. Dan ”penyakit” ini tampaknya menyebar ke daerah-daerah yang tidak kita harapkan hal seperti itu terjadi, seperti misalnya di kepulauan-kepulauan yang kedamaiannya pernah hampir bagaikan dalam puisi.
20. (a) Penglihatan terilham apa yang Yohanes lihat? (b) Sejauh mana penglihatan nubuat ini sedang digenapi? (c) Kesulitan apa yang masih harus sepenuhnya diatasi oleh beberapa orang, dan ke mana mereka harus mencari penyelesaian?
20 Namun, meskipun kurang keserasian antar ras di berbagai bagian dari dunia, Yehuwa, Allah yang tidak memandang bulu, menubuatkan tentang akan dibawanya orang-orang yang berhati jujur dari segala ras dan bangsa ke dalam persatuan internasional yang menakjubkan. Melalui ilham ilahi rasul Yohanes melihat ”orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba,” memuji Yehuwa. (Wahyu 7:9) Nubuat ini sudah dalam proses digenapi. Dewasa ini, lebih dari 3.300.000 saksi Yehuwa di 210 negeri, dari segala bangsa dan ras, menikmati persatuan dan keserasian antar ras. Namun mereka masih tidak sempurna, bahkan ada di antara mereka yang sulit untuk sepenuhnya mengatasi prasangka ras, walaupun mereka mungkin tidak menyadari hal ini. Bagaimana problem ini dapat diatasi? Kita akan membahas soal ini dalam artikel berikut, yang didasarkan pada nasihat yang berguna dari Firman terilham dari Yehuwa, Allah yang tidak membedakan orang.
-
-
Layani Yehuwa dengan Seia SekataMenara Pengawal—1988 (Seri 48) | Menara Pengawal—1988 (Seri 48)
-
-
Layani Yehuwa dengan Seia Sekata
”Kemudian Aku akan memberikan kepada bangsa-bangsa bahasa yang murni, sehingga mereka semua menyerukan nama Yehuwa, untuk melayani Dia dengan seia-sekata.”—ZEFANYA 3:9, American Standard Version.
1, 2. (a) Yehuwa sekarang sedang menggenapi nubuat apa? (b) Nubuat ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa?
ALLAH YEHUWA sedang melakukan sesuatu dewasa ini yang tidak pernah dapat dicapai oleh manusia belaka. Kira-kira 3.000 bahasa dipakai dalam dunia yang terpecah-belah ini, namun Allah sekarang menggenapi nubuat ini: ”Aku akan memberikan kepada bangsa-bangsa bahasa yang lain yaitu bahasa yang murni, agar mereka semua menyerukan nama Yehuwa, untuk melayani Dia bahu-membahu.”—Zefanya 3:9, NW.
2 Apa gerangan ”bahasa yang murni” ini? Siapa yang berbicara dalam bahasa itu? Dan apa artinya ’melayani Allah bahu-membahu’?
Mereka Berbicara dalam ”Bahasa yang Murni”
3. Apa gerangan ”bahasa yang murni” itu, dan mengapa mereka yang berbicara dengan bahasa itu?
3 Pada hari Pentakosta tahun 33 M., roh suci Allah dicurahkan ke atas murid-murid Yesus Kristus, sehingga mereka mendapat kuasa untuk berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak pernah mereka pelajari. Ini memungkinkan mereka untuk menceritakan kepada orang-orang dari banyak bahasa ”tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” Dengan demikian Yehuwa mulai mempersatukan orang-orang dari segala latar belakang suku bangsa. (Kisah 2:1-21, 37-42) Ketika orang Kafir yang percaya belakangan menjadi pengikut Yesus, hamba-hamba Allah benar-benar suatu umat yang terdiri dari banyak bahasa, banyak ras. Namun mereka tidak pernah dipecah-belah oleh batas-batas duniawi, karena mereka semua berbicara dalam ”bahasa yang murni.” Ini adalah bahasa kebenaran Alkitab yang sama yang dinubuatkan di Zefanya 3:9 (NW). (Efesus 4:25) Mereka yang berbicara dalam ”bahasa yang murni” tidak terpecah-belah tetapi ”seia sekata,” ”erat bersatu dan sehati sepikir.”—1 Korintus 1:10.
4. Bagaimana Zefanya 3:9 menunjuk kepada kerja sama antar banyak bahasa dan banyak ras, dan dimana hal tersebut didapati dewasa ini?
4 Tujuan dari ”bahasa yang murni” ialah agar orang-orang dari segala bangsa dan ras dapat melayani Yehuwa ”bahu-membahu,” secara aksara, ’dengan satu bahu.’ Mereka akan melayani Allah dengan ”sepakat” (The New English Bible); ”dengan seia-sekata” (The New American Bible); atau ”dengan kata sepakat yang bulat dan satu bahu yang terpadu.” (The Amplified Bible) Terjemahan lain berbunyi: ”Kemudian aku akan membersihkan bibir semua bangsa, sehingga mereka semua dapat menyerukan nama Yehuwa dan bekerja sama dalam dinasNya.” (Byington) Kerja sama antar banyak bahasa dan banyak ras sedemikian dalam dinas Allah terdapat hanya di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa.
5. Saksi-Saksi Yehuwa dapat menggunakan bahasa manusia apapun untuk hal apa?
5 Karena semua Saksi-Saksi Yehuwa berbicara dalam ”bahasa yang murni” dari kebenaran Alkitab, mereka dapat menggunakan bahasa manusia apapun dengan cara yang paling mulia—memuji Allah dan memberitakan kabar baik dari Kerajaan. (Markus 13:10; Titus 2:7, 8; Ibrani 13:15) Alangkah bagusnya bahwa ”bahasa yang murni” memungkinkan orang dari semua rumpun bangsa untuk melayani Yehuwa dengan seia-sekata!
6. Bagaimana Yehuwa memandang orang-orang, namun apa yang akan membantu jika sikap memandang bulu masih ada dalam hati seorang Kristen?
6 Ketika Petrus memberi kesaksian kepada Kornelius dan orang Kafir lain, ia mengatakan: ”Aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya.” (Kisah 10:34, 35) Menurut terjemahan-terjemahan lain, Yehuwa ”bukan Pribadi yang menghormati pribadi-pribadi,” ”tidak mengadakan diskriminasi di antara bangsa-bangsa,” dan ”tidak memperlihatkan pilih kasih.” (The Emphatic Diaglott; Phillips; New International Version) Sebagai hamba Yehuwa, kita harus memandang orang-orang dari segala rumpun bangsa seperti Dia. Namun bagaimana jika masih ada sikap berat sebelah dalam hati seorang Kristen? Maka akan berguna untuk memperhatikan bagaimana Allah kita yang tidak membedakan orang berurusan dengan hamba-hambaNya dari segala bangsa, suku, umat, dan bahasa.—Lihat juga Awake! tanggal 8 Nopember 1984, halaman 3-11.
Mereka Diinginkan
7. Berkenaan hubungan dengan Allah, bagaimana seorang Kristen tidak berbeda dari orang Kristen dari bangsa atau ras lain?
7 Jika saudara seorang saksi yang terbaptis dari Yehuwa, kemungkinan besar pada suatu waktu saudara ”berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji” yang sedang terjadi dalam sistem yang jahat ini. (Yehezkiel 9:4) Saudara ’sudah mati karena dosa-dosa,’ namun Allah dengan belas kasihan menarik saudara kepadaNya melalui Yesus Kristus. (Efesus 2:1-5; Yohanes 6:44) Dalam hal ini, saudara tidak berbeda dari orang-orang lain yang sekarang adalah saudara-saudara seiman. Mereka juga merasa sedih menyaksikan kejahatan, ’mati karena dosa-dosa mereka,’ dan telah menerima belas kasihan Allah melalui Yesus Kristus. Dan tidak soal ras atau kebangsaan kita, hanya karena imanlah kita masing-masing sekarang dapat berdiri di hadapan Allah Yehuwa sebagai saksiNya.—Roma 11:20.
8. Bagaimana Hagai 2:8 sekarang sedang digenapi?
8 Firman nubuat dari Hagai 2:8 membantu kita menyadari bagaimana seharusnya kita memandang saudara-saudara seiman dari berbagai bangsa. Di ayat itu Yehuwa menyatakan: ”Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah [”hal-hal yang diinginkan,” NW] kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan.” Ditinggikannya agama yang murni seperti telah dinubuatkan ini terjadi di bait Allah yang sejati, kawasan ibadatNya. (Yohanes 4:23, 24) Namun apa gerangan ”hal-hal yang diinginkan kepunyaan segala bangsa”? Ini adalah ribuan pencinta kebenaran yang dengan baik menyambut pekerjaan pengabaran Kerajaan. Dari segala bangsa dan ras, mereka mengalir ke ’gunung rumah [Yehuwa],’ dengan menjadi saksiNya yang terbaptis dan bagian dari ”kumpulan besar” internasional. (Yesaya 2:2-4; Wahyu 7:9) Mereka yang memuji Yehuwa sebagai bagian dari organisasiNya di bumi adalah orang yang bersih, bermoral, saleh—benar-benar diinginkan. Maka tentu setiap orang Kristen sejati seharusnya ingin memperlihatkan kasih persaudaraan kepada semua orang yang diinginkan ini yang diperkenan oleh Bapa dari kita semua yang ada di surga.
Kepribadian Mereka Baru
9. Bahkan jika kita di masa lampau tidak mempunyai pandangan yang baik tentang orang asing, mengapa keadaan sekarang seharusnya berbeda setelah kita menjadi Kristen?
9 Saudara-saudari rohani kita di seluruh bumi juga diinginkan karena mereka mentaati nasihat untuk ’menanggalkan kepribadian yang lama serta kelakuannya dan mengenakan kepribadian yang baru.’ ”Melalui pengetahuan yang saksama [hal itu] diperbarui menurut gambar Pribadi yang menciptakannya, di mana tidak ada orang Yunani atau Yahudi, orang bersunat atau tak bersunat, orang asing, orang Skit, budak, orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.” (Kolose 3:9-11, NW) Jika seseorang dulunya tidak mempunyai pandangan yang baik tentang seorang Yahudi, seorang Yunani, atau orang-orang lain yang asing baginya, sekarang halnya harus berbeda setelah ia menjadi Kristen. Tidak soal ras, kebangsaan, atau kebudayaan, mereka yang memiliki ”kepribadian yang baru” memupuk dan memperlihatkan buah dari roh kudus Allah—kasih, sukacita, perdamaian, panjang sabar, kemurahan, kebaikan, iman, kelemahlembutan, dan pengendalian diri. (Galatia 5:22, 23) Hal ini membuat mereka dikasihi oleh sesama penyembah Yehuwa.
10. Jika kita tergoda untuk memberikan pernyataan yang tidak baik tanpa kecuali tentang saudara-saudari seiman dari ras atau bangsa manapun, bagaimana Titus 1:5-12 dapat membantu kita?
10 Tidak seperti hamba Yehuwa, ada orang-orang duniawi yang memberikan pernyataan yang merendahkan orang dari latar belakang kebangsaan yang lain. Ya, mengenai bangsanya sendiri, seorang nabi dari Kreta pernah mengatakan: ”Orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas”! Rasul Paulus diingatkan kepada kata-kata tersebut ketika ia merasa perlu untuk membungkamkan guru-guru palsu di kalangan orang Kristen di Pulau Kreta. Tetapi Paulus tentu tidak mengatakan: ’Semua orang Kristen di Kreta adalah pembohong dan suka merugikan, malas, dan gelojoh.’ (Titus 1:5-12) Tidak, karena orang Kristen tidak mengatakan hal-hal yang menghina orang lain. Selain itu, mayoritas orang Kristen di Kreta tersebut telah mengenakan ”kepribadian yang baru,” dan ada yang memenuhi syarat secara rohani untuk diangkat sebagai penatua. Ini patut dipikirkan dengan serius jika kita sewaktu-waktu tergoda untuk memberikan pernyataan yang tidak baik tanpa kecuali tentang saudara-saudari rohani kita dari ras atau kebangsaan tertentu.
Menganggap Orang Lain Lebih Tinggi
11. Jika ada sikap pandang bulu dalam hati seorang Kristen, apa yang dapat ia lakukan?
11 Sebaliknya, jika seorang Kristen berat sebelah terhadap suatu ras atau bangsa, kemungkinan hal ini akan nyata dari kata-kata atau perbuatan. Akibatnya, ini dapat menimbulkan perasaan sakit hati, terutama di sidang yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai latar belakang berbagai suku bangsa. Tentu, tidak ada orang Kristen yang ingin menciptakan ketegangan sedemikian di kalangan umat Allah yang bersatu-padu. (Mazmur 133:1-3) Jadi jika ada sikap pandang bulu dalam hati seorang Kristen, sebaiknya ia berdoa: ”Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.”—Mazmur 139:23, 24.
12. Mengapa kita tidak boleh membanggakan diri sendiri atau orang lain dari latar belakang suku kita sendiri?
12 Ada baiknya untuk mempunyai pandangan yang realistis bahwa kita semua adalah manusia yang tidak sempurna yang sama sekali tidak mungkin berdiri di hadapan Allah kalau bukan karena korban Yesus Kristus. (1 Yohanes 1:8–2:2) Maka, apa yang membuat kita berbeda dari orang lain? Karena kita tidak memiliki apapun yang tidak kita terima, mengapa kita harus membanggakan diri atau orang lain dari latar belakang suku kita sendiri?—Bandingkan 1 Korintus 4:6, 7.
13. Bagaimana kita dapat menyumbang kepada persatuan dari sidang, dan apa yang dapat dipelajari dari Filipi 2:1-11?
13 Kita dapat menyumbang kepada persatuan sidang jika kita mengakui dan memperlihatkan penghargaan terhadap sifat-sifat baik yang dimiliki orang lain. Rasul Yahudi Paulus memberi kita semua bahan pemikiran ketika ia mengatakan kepada orang Kafir di Filipi: ”Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.” Yesus Kristus memberikan teladan sehubungan dengan sikap yang benar yang harus kita perlihatkan terhadap sesama kita dari ras atau bangsa manapun. Walaupun ia makhluk roh yang berkuasa, ia ”menjadi sama dengan manusia” dan merendahkan dirinya sampai mati di tiang siksaan demi kepentingan orang-orang yang berdosa dari semua ras dan bangsa. (Filipi 2:1-11) Maka, sebagai pengikut Yesus, tidakkah kita harus pengasih, rendah hati, dan mempunyai belas kasihan, sambil mengakui bahwa orang lain lebih tinggi dari kita?
Dengarkan dan Amati
14. Bagaimana kita dapat dibantu untuk menganggap orang lain lebih tinggi dari kita?
14 Kita dapat dibantu untuk menganggap orang lain lebih tinggi dari kita jika kita benar-benar mendengarkan bila mereka berbicara dan dengan saksama mengamati tingkah laku mereka. Misalnya, kita mungkin secara jujur harus mengakui pada diri sendiri bahwa sesama penatua—mungkin dari ras lain—lebih unggul dari kita dalam kecakapan memberi nasihat yang jitu dalam Sekolah Pelayanan Teokratis. Kita dapat melihat bahwa kerohaniannya, tidak perlu selalu gaya atau cara ia berbicara, yang memungkinkan dia untuk mendapatkan hasil baik dalam membantu saudara-saudara seiman menjadi pemberita Kerajaan yang mahir. Dan jelas bahwa Yehuwa memberkati usaha-usahanya.
15. Apa yang mungkin akan kita perhatikan bila kita mendengarkan pernyataan dari sesama penyembah?
15 Bila kita bercakap-cakap dengan saudara-saudari kita atau mendengarkan komentar mereka di perhimpunan, kita dapat melihat bahwa, ada di antara mereka yang mempunyai pengertian yang lebih baik mengenai kebenaran tertentu dari Alkitab daripada kita. Kita mungkin melihat bahwa kasih persaudaraan mereka tampak lebih kuat, mereka kelihatan mempunyai lebih banyak iman, atau mereka memberikan bukti akan kepercayaan yang lebih besar kepada Yehuwa. Jadi tidak soal apakah mereka dari latar belakang suku bangsa yang sama dengan kita atau tidak, mereka menggerakkan kita kepada kasih dan perbuatan-perbuatan baik, membantu menguatkan iman kita, dan mendorong kita untuk percaya dengan lebih penuh kepada Bapa surgawi kita. (Amsal 3:5, 6; Ibrani 10:24, 25, 39) Yehuwa jelas telah mendekat kepada mereka, dan demikian seharusnya kita.—Bandingkan Yakobus 4:8.
Diberkati dan Dikuatkan
16, 17. Berikan contoh-contoh yang memperlihatkan bahwa Yehuwa tidak berat sebelah dalam memberkati hamba-hambaNya dari bangsa atau ras manapun.
16 Yehuwa tidak pilih kasih dalam memberkati hamba-hambaNya dari bangsa atau ras manapun. Sebagai contoh, pertimbangkan negeri Brasilia. Bukan dari para utusan injil asing melainkan dari bibir delapan pelaut Brasilia, orang-orang di Brasilia pertama kali mendengar berita Kerajaan kira-kira pada tahun 1920. Berkat Allah nyata, karena pada tahun dinas 1987, ada puncak 216.216 pemberita Kerajaan di negeri itu yang jumlah penduduknya 141.302.000—perbandingan satu penyiar untuk 654 orang.
17 Pikirkan contoh lain dari berkat ilahi. Pada bulan April 1923 dua saksi Yehuwa kulit hitam dari Pulau Trinidad di Karibea diutus untuk mengabarkan berita Kerajaan di Afrika Barat. Demikianlah Saudara dan Saudari W. R. Brown melayani selama bertahun-tahun di sana, dan ia akhirnya dikenal sebagai ”Alkitab Brown.” Mereka ”menanam” dan ”Allah yang memberi pertumbuhan” seraya orang-orang lain juga bekerja di daerah yang sangat luas itu. (1 Korintus 3:5-9) Dewasa ini, ada lebih dari 32.600 pemberita Kerajaan di Ghana dan lebih dari 133.800 di Nigeria saja.
18, 19. Berikan contoh-contoh bagaimana Allah kita yang tidak membedakan orang menguatkan hamba-hambaNya dari semua ras dan bangsa.
18 Yehuwa tidak hanya memberkati hamba-hambaNya dari segala bangsa dan ras tetapi juga menguatkan mereka. Sebagai contoh, pertimbangkan pengalaman dua saksi Yehuwa Jepang. Pada tanggal 21 Juni 1939, Katsuo Miura dan istrinya ditangkap secara tidak adil, dipenjarakan, dan dipisahkan dari putra mereka yang berumur lima tahun, yang harus diurus oleh neneknya. Saudari Miura dibebaskan setelah delapan bulan, tetapi Saudara Miura dipenjarakan selama lebih dari dua tahun sebelum diajukan ke pengadilan. Ia menderita perlakuan yang buruk, didapati bersalah, dan mendapat hukuman lima tahun. Di penjara di Hiroshima, Allah menguatkan dia melalui Alkitab, yang merupakan hiburan dan kekuatan yang tak ada habisnya. Melalui apa yang tampaknya suatu mujizat, Saudara Miura selamat ketika pada tanggal 6 Agustus 1945 ledakan bom atom menghancurkan penjaranya. Dua bulan kemudian, ia dapat berkumpul kembali dengan istri dan putranya di Jepang sebelah utara.
19 Selama Perang Dunia II, Saksi-Saksi Yehuwa mengalami pengejaran yang hebat di banyak negeri. Sebagai contoh, Robert A. Winkler salah seorang saudara bangsa Jerman yang menderita di kamp konsentrasi Nazi di Jerman dan Negeri Belanda. Karena tidak mau mengkhianati sesama Saksinya, ia dipukul dengan begitu kejam sehingga ia tidak dapat dikenali lagi. Namun ia menulis: ”Pikiran mengenai janji-janji Yehuwa untuk membantu seseorang dalam segala macam kesulitan memberi saya penghiburan dan kekuatan untuk tekun menahan ini semua. . . . Hari Sabtu saya dipukuli oleh Gestapo, dan pada hari Senin berikutnya saya akan diinterogasi lagi oleh mereka. Apa yang akan terjadi sekarang dan apa yang harus saya lakukan? Saya berpaling kepada Yehuwa dalam doa, percaya kepada janji-janjiNya. Saya tahu ini berarti menggunakan strategi perang teokratis demi kepentingan pekerjaan Kerajaan dan perlindungan saudara-saudara Kristen saya. Benar-benar suatu ujian yang besar bagi saya untuk bertekun dan pada hari ketujuh belas saya benar-benar lelah sekali, namun saya bersyukur kepada Yehuwa bahwa dengan kekuatanNya saya dapat bertekun menahan ujian ini dan memelihara integritas saya.”—Mazmur 18:36; 55:23; 94:18.
Bersyukur untuk Persaudaraan Kita
20. Bagaimana respek kita terhadap rekan-rekan seiman dari segala ras dan bangsa dapat ditingkatkan?
20 Tidak diragukan lagi, Yehuwa memberkati dan menguatkan saksi-saksiNya dari segala bangsa dan ras. Ia tidak membedakan orang, dan sebagai hambaNya yang berbakti, kita tidak mempunyai dalih atau alasan untuk memperlihatkan sikap pandang bulu. Selain itu, respek kita terhadap saudara-saudari kita dari setiap ras dan bangsa akan bertambah jika kita memikirkan hal-hal yang membuat mereka lebih unggul dari kita. Mereka juga menerapkan hikmat surgawi, yang tidak membuat perbedaan yang berat sebelah tetapi menghasilkan buah yang baik sekali. (Yakobus 3:13-18) Ya, dan kebaikan, kemurahan, kasih, dan sifat-sifat saleh lain dari mereka memberi kepada kita contoh-contoh yang baik.
21. Apa hendaknya tekad kita?
21 Maka, betapa bersyukur kita seharusnya untuk persaudaraan kita yang terdiri dari banyak ras, banyak bangsa! Dengan bantuan dan berkat Bapa surgawi kita, marilah kita ”melayani Dia dengan bahu membahu” dalam kasih persaudaraan dan dengan saling menghormati. Ya, kita hendaknya betul-betul ingin dan bertekad bulat untuk melayani Yehuwa dengan seia-sekata.
-