PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w92 1/12 hlm. 26-29
  • Bukan Penjaja Firman Allah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Bukan Penjaja Firman Allah
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Agama di bawah Pemeriksaan Ketat
  • Pemberita-Pemberita Keliling pada Abad Pertama
  • Bagaimana Biaya Ditutup?
  • Prinsip-Prinsip yang Paulus Terapkan
  • Tidak Bergantung pada Keramahan
  • Peniru-Peniru Abad ke-20
  • Bagaimana Beberapa Menyumbang kepada Pekerjaan Pengabaran Kerajaan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1994
  • Pemberi ”Setiap Pemberian yang Baik”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • ”Dari Mana Uangnya Diperoleh?”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Sukacita dari ”Hak Istimewa Memberi”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2011
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1992
w92 1/12 hlm. 26-29

Bukan Penjaja Firman Allah

”KAMI menjual pelayanan demi uang.” Demikianlah kata-kata dari seorang mantan ”rohaniwan doa melalui telepon” yang diwawancarai dalam suatu laporan penyelidikan mengenai para penginjil di televisi Amerika di akhir tahun 1991.

Program ini memusatkan perhatian pada tiga pelayanan penginjilan televisi di Amerika Serikat. Hal itu menyingkapkan bahwa masyarakat telah dirampok puluhan juta dolar setiap tahun hanya oleh ketiga pelayanan ini. Sebuah ”pelayanan” dilukiskan sebagai ”pabrik sumbangan yang berkembang pesat”. Semua terlibat dalam sejumlah besar penipuan. Apakah hal ini mengejutkan saudara?

Agama di bawah Pemeriksaan Ketat

Bukan hanya penginjilan di televisi namun bahkan agama-agama yang ortodoks maupun yang moderat sedang diamati dengan teliti oleh pemerintah, agen-agen penyelidikan swasta, dan masyarakat pada umumnya. Dalam beberapa kasus, portfolio saham milik gereja, kepentingan-kepentingan politik yang dibiayai agama, dan kehidupan mewah dari pendeta-pendeta yang dibayar mahal telah menimbulkan tanda tanya akan kepantasannya.

Bagaimana sejumlah pemimpin agama memenuhi gambaran yang luhur dari pelayanan Kristen yang diulas rasul Paulus hampir 2.000 tahun yang lalu? Ia menulis, ”Kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapanNya.” (2 Korintus 2:17) Siapakah yang cocok dengan gambaran tersebut dewasa ini?

Untuk membantu Saudara menimbang masalahnya, mari kita amati lebih dekat bagaimana pelayanan Kristen Paulus dan rekan-rekannya dibiayai. Dalam hal apa pelayanan ini berbeda dari orang-orang lain di zamannya?

Pemberita-Pemberita Keliling pada Abad Pertama

Sebagai seorang pemberita keliling, Paulus tidak sendirian. Pada masa itu, banyak orang mengembara untuk memperkenalkan pandangan mereka akan agama dan filsafat. Penulis Alkitab, Lukas, berbicara tentang ’oknum-oknum dari orang-orang Yahudi yang mengembara yang melakukan praktik mengusir hantu-hantu.’ (Kisah 19:13) Ketika Kristus Yesus mengutuk kaum Farisi, ia menambahkan, ”Kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu.” (Matius 23:15) Yesus sendiri adalah seorang rohaniwan keliling. Ia melatih para rasul dan pengikut-pengikutnya untuk meniru dia dengan mengabar bukan hanya di Yudea dan Samaria tetapi ”sampai ke ujung bumi”.—Kisah 1:8.

Dalam pelayanan, para pengikut Yesus berjumpa dengan pengkhotbah-pengkhotbah non-Yahudi. Di Atena, Paulus berdebat dengan filsuf-filsuf Epikuros dan Stoa. (Kisah 17:18) Di seluruh Kekaisaran Roma, kaum Cynic mempraktikkan kesanggupan membujuk dengan pernyataan-pernyataan yang bombastis. Para penyembah Isis dan Serapis meluaskan pengaruh mereka atas kaum wanita dan budak-budak dengan janji-janji persamaan agama dan sosial dengan orang-orang merdeka. Pemujaan-pemujaan kesuburan dari Timur menjadi asal mula sejumlah agama misterius dari dunia Yunani-Roma. Janji penebusan dosa dan hasrat untuk turut mengetahui rahasia-rahasia ilahi telah menarik orang-orang untuk menjadi pengikut ilah-ilah palsu seperti Demetrius, Dionisus, dan Cybele.

Bagaimana Biaya Ditutup?

Akan tetapi, perjalanan membutuhkan biaya. Selain pengangkutan, bea cukai, dan biaya-biaya pelayaran, para musafir ini membutuhkan makanan, penginapan, kayu api, pakaian, dan perawatan kesehatan. Para pengabar, guru, filsuf, dan penganut kebatinan memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan lima cara utama. Mereka (1) mengajar dengan meminta upah; (2) melakukan pekerjaan rumah tangga dan berdagang; (3) menerima keramahan dan sumbangan sukarela; (4) menggantungkan diri pada orang-orang ternama yang kaya, sering kali sebagai penasihat ahli; dan (5) mengemis. Guna mempersiapkan diri menghadapi penolakan, Diogenes seorang rahib Cynic yang terkenal bahkan meminta sedekah kepada patung-patung yang tak bernyawa.

Paulus mengenal pengkhotbah-pengkhotbah tertentu yang mengaku sebagai rohaniwan Kristen namun, seperti sejumlah filsuf Yunani, bersahabat dengan orang-orang kaya dan menjarah dari orang-orang miskin. Ia mengecam sidang Korintus, katanya, ”Kamu bersikap toleran dengan . . . siapa pun yang melahap apa yang kamu miliki, siapa pun yang merampas apa yang kamu milki.” (2 Korintus 11:20, NW) Kristus Yesus tidak pernah merampas apa pun, dan demikian pula Paulus dan rekan-rekan sekerjanya. Tetapi para penginjil Korintus yang tamak adalah ”rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang”, dan pelayan-pelayan Setan.—2 Korintus 11:13-15.

Instruksi Yesus kepada murid-muridnya tidak termasuk mengajar untuk dibayar. ”Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah dengan cuma-cuma,” nasihatnya. (Matius 10:8) Walaupun mengemis merupakan hal yang umum, hal tersebut dipandang hina pada masa itu. Dalam salah satu ilustrasinya, Yesus melukiskan seorang bendahara yang mengatakan, ’Aku malu untuk mengemis.’ (Lukas 16:3) Oleh karena itu, tidak pernah dalam kisah-kisah Alkitab kita temukan pengikut-pengikut Yesus yang setia meminta-minta uang atau barang. Mereka menjalankan prinsip, ”Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”—2 Tesalonika 3:10.

Yesus menganjurkan murid-muridnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan dua cara. Pertama, seperti yang Paulus katakan, mereka dapat ”hidup dari pemberitaan injil”. Bagaimana? Dengan menerima keramahan yang diberikan dengan tulus. (1 Korintus 9:14; Lukas 10:7) Kedua, mereka dapat memenuhi kebutuhan materi bagi diri sendiri.—Lukas 22:36.

Prinsip-Prinsip yang Paulus Terapkan

Bagaimana Paulus menerapkan prinsip-prinsip yang telah disebutkan tadi? Nah, sehubungan perjalanan utusan injil yang kedua dari rasul Paulus, Lukas menulis, ”Kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.” Seluruh perjalanan, makanan, dan penginapan yang dibutuhkan mereka penuhi secara pribadi.—Kisah 16:11, 12.

Akhirnya, seorang wanita bernama Lydia menerima ”apa yang dikatakan Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya, ’Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya.” (Kisah 16:13-15) Boleh jadi setidaknya sebagian karena keramahan Lydia, Paulus dapat menulis kepada rekan-rekan seimannya di Filipi, ”Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini.”—Filipi 1:3-5.

Lukas mencatat beberapa contoh dari orang-orang yang menyambut pekerja-pekerja keliling Kristen ini. (Kisah 16:33, 34; 17:7; 21:7, 8, 16; 28:2, 7, 10, 14) Dalam suratnya yang terilham, Paulus mengakui dan mengucapkan terima kasih atas keramahan dan pemberian-pemberian yang telah diterimanya. (Roma 16:23; 2 Korintus 11:9; Galatia 4:13, 14; Filipi 4:15-18) Meskipun demikian, ia dan rekan-rekannya tidak memberi kesan bahwa mereka harus menerima pemberian ataupun tunjangan keuangan. Saksi-Saksi Yehuwa dapat mengatakan bahwa sikap yang baik ini masih terlihat di antara para pengawas keliling mereka.

Tidak Bergantung pada Keramahan

Paulus tidak bergantung pada keramahan. Ia telah mempelajari suatu usaha yang membutuhkan kerja keras dan memakan waktu lama namun berpenghasilan rendah. Ketika sang rasul tiba di Korintus sebagai seorang utusan injil, ”ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila . . . dengan Priskila, isterinya. . . . Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.”—Kisah 18:1-3.

Belakangan, di Efesus, Paulus masih bekerja keras. (Bandingkan Kisah 20:34; 1 Korintus 4:11, 12.) Ia mungkin memiliki keterampilan khusus dalam bekerja dengan cilicium, bahan tenda yang kasar dari bulu kambing yang berasal dari kampung halamannya. Dapat kita bayangkan Paulus duduk di sebuah kursi, membungkuk di atas meja kerjanya, memotong dan menjahit sampai larut malam. Karena suasana toko kemungkinan tidak bising, ini memudahkan untuk berbicara sambil bekerja keras, Paulus mungkin mempunyai kesempatan untuk memberi kesaksian kepada pemilik toko, para karyawannya, para budak, para pelanggan, dan teman-temannya.—Bandingkan 1 Tesalonika 2:9.

Paulus sang utusan injil tidak mau mengkomersialkan pelayanannya atau memberi kesan dengan cara apa pun bahwa ia menggunakan Firman Allah untuk mencari keuntungan secara keuangan. Ia mengatakan kepada orang-orang Tesalonika, ”Kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.”—2 Tesalonika 3:7-9.

Peniru-Peniru Abad ke-20

Sampai sekarang, Saksi-Saksi Yehuwa mengikuti teladan Paulus. Para penatua dan pelayan sidang tidak menerima gaji atau tunjangan dari sidang yang mereka layani. Sebaliknya, mereka mencari nafkah bagi keluarga mereka seperti orang lain, sebagian besar dari mereka menjadi karyawan. Para rohaniwan perintis sepenuh waktu juga mencari nafkah bagi diri sendiri, banyak yang bekerja sekadarnya hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar. Setiap tahun, beberapa Saksi mengadakan perjalanan dengan biaya sendiri untuk mengabar di daerah-daerah yang jauh yang jarang dicapai dengan kabar baik. Bila keluarga-keluarga setempat mengundang mereka untuk ikut makan atau menginap, mereka menghargai hal ini namun tidak menyalahgunakan keramahan tersebut.

Seluruh pengabaran dan pengajaran yang dilakukan Saksi-Saksi Yehuwa bersifat sukarela, dan mereka tidak pernah menetapkan tarif untuk pelayanan mereka. Akan tetapi, sumbangan sekadarnya bagi pekerjaan pengabaran seluas dunia diterima dan diteruskan ke Lembaga Menara Pengawal untuk kepentingan itu. (Matius 24:14) Pelayanan dari para Saksi tidak bersifat komersial dalam segi apa pun. Seperti Paulus, mereka masing-masing dapat dengan jujur mengatakan, ”Aku memberitakan Injil Allah kepada kamu dengan cuma-cuma.” (2 Korintus 11:7) Saksi-Saksi Yehuwa tidak ”mencari keuntungan dari firman Allah” atau bukan penjaja Firman Allah.

[Kotak di hlm. 27]

BAGAIMANA BEBERAPA MENYUMBANG KEPADA PEKERJAAN PENGABARAN KERAJAAN

◻ SUMBANGAN UNTUK PEKERJAAN SELUAS DUNIA: Banyak orang menyisihkan atau menganggarkan suatu jumlah yang mereka tempatkan dalam kotak sumbangan yang berlabel, ”Sumbangan untuk Pekerjaan Seluas Dunia dari Lembaga—Matius 24:14”. Tiap bulan, sidang-sidang menyetor uang ini kepada kantor pusat di Brooklyn, New York, atau ke kantor cabang yang terdekat.

◻ PEMBERIAN-PEMBERIAN: Sumbangan sukarela dalam bentuk uang dapat dikirim langsung ke Watch Tower Bible and Tract Society di Pennsylvania, 25 Columbia Heights, Brooklyn, New York 11201, atau ke kantor cabang Lembaga terdekat. Perhiasan atau barang berharga lain dapat pula disumbangkan. Sepucuk surat singkat yang menyatakan bahwa itu adalah pemberian yang ikhlas harus disertakan dengan sumbangan-sumbangan tersebut.

◻ PENGATURAN SUMBANGAN BERSYARAT: Uang dapat diberikan kepada Lembaga Menara Pengawal untuk disimpan dalam perwalian hingga kematian sang penyumbang, dengan ketetapan bahwa seandainya ada kebutuhan pribadi, hal itu akan dikembalikan.

◻ ASURANSI: Lembaga Menara Pengawal dapat ditaruh sebagai ahli waris dari suatu polis asuransi atau dalam suatu surat pensiun. Lembaga harus diberi tahu mengenai pengaturan demikian.

◻ REKENING BANK: Rekening bank, sertifikat deposito, atau rekening pensiun seseorang dapat dipercayakan [kepada Lembaga] atau dibuat agar pada saat wafat, dibayarkan kepada Lembaga Menara Pengawal, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari bank setempat. Lembaga harus diberi tahu mengenai pengaturan demikian.

◻ SAHAM-SAHAM DAN SURAT-SURAT OBLIGASI: Saham-saham dan surat-surat obligasi dapat disumbangkan kepada Lembaga Menara Pengawal sebagai pemberian yang ikhlas ataupun di bawah suatu pengaturan yang hasilnya terus dibayarkan kepada sang penyumbang.

◻ PERUMAHAN: Rumah yang dapat dijual boleh disumbangkan kepada Lembaga Menara Pengawal dengan membuatnya sebagai pemberian yang ikhlas atau dengan mencadangkan untuk kediaman sang penyumbang, yang dapat terus mendiaminya selama masa hidupnya. Seseorang harus menghubungi Lembaga sebelum menyusun akte rumah apa pun untuk Lembaga.

◻ WARISAN DAN PERWALIAN: Harta tidak bergerak atau uang boleh diwariskan kepada Watch Tower Bible and Tract Society di Pennsylvania melalui pelaksanaan yang sah atas suatu surat waris, atau Lembaga boleh ditaruh sebagai ahli waris dari suatu perjanjian perwalian. Suatu perwalian yang menunjang suatu organisasi agama mungkin memberikan keringanan pajak tertentu. Sebuah salinan dari surat waris atau perjanjian perwalian harus dikirimkan kepada Lembaga.

Untuk informasi lebih jauh berkenaan masalah ini, tulislah kepada Kantor Bendahara, Watch Tower Bible and Tract Society, 25 Columbia Heights, Brooklyn, New York 11201, atau kantor cabang Lembaga setempat.

[Kotak di hlm. 29]

IA INGIN MEMBANTU

TIFFANY yang berusia 11 tahun adalah seorang siswi sekolah di Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat. Baru-baru ini, Saksi yang masih muda dari Yehuwa ini membuat sebuah esai bertema ”Pendidikan di Amerika”. Alhasil, orang-tuanya yang Saksi menerima surat ini dari kepala sekolah:

”Selama pekan Pendidikan Amerika, satu esai terbaik dari tiap tingkat dibacakan melalui interkom. Saya sangat menikmati saat menggunakan esai Tiffany pagi ini. Ia sungguh seorang gadis muda yang mengagumkan. Ia berwibawa, percaya diri, berbakat, dan sangat ramah. Jarang saya melihat seorang anak kelas enam dengan begitu banyak sifat demikian. Tiffany adalah suatu aset bagi sekolah kami.”

Tiffany memenangkan hadiah pertama dalam lomba menulis esai. Kemudian, ia menulis kepada Lembaga Menara Pengawal dan mengatakan, ”Kemungkinan saya memenangkan perlombaan hanya karena publikasi Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis . . . saya menggunakan pasal mengenai pendidikan. . . . Terima kasih banyak karena menerbitkan buku yang sangat berguna dan memberi ilham ini. Atas keberhasilan esai saya, saya memenangkan tujuh dolar. Saya menyumbangkan ke-7 dolar ini dan 13 dolar lagi, sehingga berjumlah 20 dolar kepada pekerjaan pengabaran seluas dunia. . . . Jika saya besar nanti, saya pun berharap untuk bekerja sukarela dalam dinas Betel.”

[Gambar di hlm. 26]

Sekali waktu, Paulus mencari nafkah dengan membuat tenda

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan