-
Bersukacitalah dalam Harapan Kerajaan!Menara Pengawal—1991 | 15 Desember
-
-
Bersukacitalah dalam Harapan Kerajaan!
”Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan.”—ROMA 12:12.
1. Mengapa kita dapat menemukan sukacita dalam persekutuan dengan Yehuwa, dan apa yang Paulus desak untuk dilakukan oleh umat kristiani?
”ALLAH yang maha bahagia.” (1 Timotius 1:11) Betapa baik gambaran ini mengenai Yehuwa! Mengapa? Sebab semua karya-Nya mendatangkan kebahagiaan besar bagi Dia. Karena Yehuwa-lah Sumber segala perkara yang baik dan yang membahagiakan, semua makhluk-Nya yang cerdas dapat menemukan kebahagiaan dalam persekutuan dengan Dia. Cocok sekali rasul Paulus mendesak orang-orang kristiani untuk menghargai hak istimewa penuh sukacita mereka yakni mengenal Allah Yehuwa, untuk bersyukur atas semua karunia-Nya yang menakjubkan berupa karya ciptaan, dan untuk bersukacita karena kebaikan hati yang penuh kasih yang Ia perlihatkan kepada mereka. Paulus menulis, ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”—Filipi 4:4; Mazmur 104:31.
2. Harapan apa membawa sukacita besar, dan yang dianjurkan untuk dilakukan oleh umat kristiani sehubungan dengan harapan?
2 Apakah umat kristiani mengindahkan desakan yang Paulus berikan? Memang demikian! Saudara-saudara rohani Kristus Yesus bersukacita karena harapan mulia yang Allah bukakan bagi mereka. (Roma 8:19-21; Filipi 3:20, 21) Ya, mereka tahu bahwa mereka akan ambil bagian dalam mewujudkan harapan agung ini demi masa depan umat manusia, yang masih hidup maupun yang sudah mati, dengan melayani bersama Kristus dalam pemerintahan Kerajaan surgawinya. Bayangkan betapa bersukacita mereka kelak karena hak istimewa mereka sebagai rekan ahli waris, melayani sebagai para raja dan imam! (Wahyu 20:6) Betapa besar kebahagiaan yang akan mereka nikmati seraya mereka membantu umat manusia mencapai kesempurnaan dan turut membimbing pemulihan Firdaus atas bumi kita! Sesungguhnya, semua hamba Allah memiliki ”[”dasar”, NW] pengharapan akan hidup yang kekal yang sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan oleh Allah yang tidak berdusta”. (Titus 1:2) Mengingat harapan yang agung ini, rasul Paulus memberikan dorongan bagi semua kristiani, ”Bersukacitalah dalam pengharapan.”—Roma 12:12.a
Sukacita Sejati—Suatu Sifat Hati
3, 4. (a) Apa artinya ungkapan ”bersukacita”, dan seberapa sering sepatutnya umat kristiani bersukacita? (b) Apa sukacita sejati itu, dan ia bergantung pada apa?
3 ”Bersukacita” berarti merasakan dan mengungkapkan sukacita; ini tidak mengartikan keadaan yang selalu gembira, atau bersemangat. Kata-kata kerja yang sepadan dengan kata-kata Ibrani maupun Yunani yang digunakan dalam Alkitab untuk ”sukacita”, ”sangat gembira”, dan ”bersukacita” mengungkapkan perasaan batin maupun manifestasi sukacita yang tampak di luar. Umat kristiani dianjurkan untuk ”terus bersukacita”, ”selalu bersukacita”.—2 Korintus 13:11; 1 Tesalonika 5:16.
4 Tetapi bagaimana kita dapat selalu bersukacita? Ini dapat diwujudkan karena sukacita sejati adalah sifat hati, sifat batin yang lebih dalam, suatu sifat rohani. (Ulangan 28:47; Amsal 15:13; 17:22) Sifat ini adalah buah roh Allah, yang dicantumkan oleh Paulus tepat setelah kasih. (Galatia 5:22) Sebagai suatu sifat batin, ia tidak bergantung pada perkara-perkara lahiriah, bahkan tidak bergantung pada saudara-saudara kita. Tetapi ia memang bergantung pada roh Allah. Dan ia timbul dari kepuasan batin yang dalam karena mengetahui bahwa kita memiliki kebenaran, harapan Kerajaan, dan bahwa kita sedang melakukan apa yang menyenangkan Yehuwa. Karena itu, sukacita bukan sekadar ciri kepribadian yang kita bawa sejak lahir; ia adalah sebagian dari ”kepribadian baru”, kumpulan sifat-sifat yang membuat Kristus Yesus berbeda.—Efesus 4:24; Kolose 3:10.
5. Kapan dan bagaimana mungkin sukacita tampak di luar?
5 Walaupun sukacita suatu sifat hati, namun ia dapat diperlihatkan sewaktu-waktu. Apa saja yang merupakan manifestasi sukacita yang tampak di luar, sewaktu-waktu? Bisa saja mulai dari kedamaian air muka sampai benar-benar melompat-lompat karena sukacita. (1 Raja 1:40; Lukas 1:44; Kisah 3:8; 6:15) Maka, apakah ini berarti bahwa orang yang tidak banyak bicara atau yang tidak selalu senyum tidak memiliki sukacita? Bukan! Sukacita sejati tidak diungkapkan dengan terus-menerus mengobrol, tertawa, tersenyum, atau tersenyum lebar. Keadaan-keadaan membuat sukacita menampakkan diri dengan berbagai cara. Bukan sukacita saja yang membuat kita ramah dalam pergaulan di Balai Kerajaan, tetapi kehangatan persaudaraan dan kasih kita.
6. Mengapa umat kristiani selalu dapat bersukacita sekalipun mereka menghadapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan?
6 Segi yang tidak berubah-ubah pada sukacita adalah karena ia selalu ada dalam batin sebagai suatu corak hati dari kepribadian baru kristiani. Inilah sebabnya kita selalu dapat bersukacita. Tentu, kadang-kadang, kita mungkin merasa terganggu oleh sesuatu, atau kita mungkin menghadapi keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan. Tetapi kita masih dapat memiliki sukacita dalam hati. Beberapa orang Kristen yang mula-mula, menjadi budak, dan mempunyai majikan yang sulit disenangkan. Dapatkah orang-orang kristiani seperti itu selalu bersukacita? Ya, karena harapan Kerajaan dan sukacita dalam hati mereka.—Yohanes 15:11; 16:24; 17:13.
7. (a) Apa yang Yesus katakan mengenai sukacita dalam kesusahan? (b) Apa yang membantu kita untuk bertekun dalam kesusahan, dan siapa yang memberikan teladan terbaik dalam hal ini?
7 Tepat setelah rasul Paulus mengatakan, ”Bersukacitalah karena harapan itu”, ia menambahkan, ”Bertekunlah dalam kesusahan.” (Roma 12:12) Yesus juga menyebut tentang sukacita dalam kesusahan pada waktu ia mengatakan di Matius 5:11, 12, ”Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya . . . Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga.” Bersukacita dan melompat karena sukacita di sini tidak harus tampak di luar secara harfiah; ia khususnya adalah kepuasan batin yang dalam yang dialami oleh seseorang karena menyenangkan Yehuwa dan Kristus Yesus apabila tetap teguh di bawah ujian. (Kisah 5:41) Sesungguhnya, sukacitalah yang membantu kita untuk bertekun pada waktu mengalami kesusahan. (1 Tesalonika 1:6) Dalam hal ini, Yesus memberikan teladan paling baik. Alkitab mengatakan kepada kita, ”Karena sukacita yang ditaruh di hadapannya ia bertekun menghadapi tiang siksaan.”—Ibrani 12:2, NW.
Bersukacita karena Harapan Walaupun Menghadapi Problem
8. Problem-problem apa yang mungkin dihadapi oleh orang-orang kristiani, tetapi mengapa problem-problem tidak merampas sukacita seorang kristiani?
8 Menjadi hamba Yehuwa tidak membuat kita bebas dari problem. Mungkin ada problem keluarga, kesulitan ekonomi, kesehatan yang terganggu, atau kematian orang-orang yang dikasihi. Walaupun mungkin menimbulkan dukacita, hal-hal demikian tidak merampas dasar yang ada pada kita untuk bersukacita karena harapan Kerajaan, sukacita batin yang kita miliki dalam hati.—1 Tesalonika 4:13.
9. Problem-problem apa yang dialami oleh Abraham, dan bagaimana kita mengetahui bahwa ia memiliki sukacita dalam hatinya?
9 Misalnya, perhatikanlah Abraham. Kehidupan tidak selalu menyenangkan bagi dia. Ia mengalami problem-problem keluarga. Gundiknya, Hagar, dan Sara, istrinya, tidak serasi satu sama lain. Terjadi percekcokan. (Kejadian 16:4, 5) Ismael mempermainkan Ishak, menganiaya dia. (Kejadian 21:8, 9; Galatia 4:29) Akhirnya, Sara, istri yang dikasihi Abraham meninggal. (Kejadian 23:2) Walaupun adanya problem-problem ini, ia bersukacita atas harapan Benih Kerajaan, Benih Abraham, yang menjadi perantara bagi semua keluarga di bumi untuk memberkati diri mereka sendiri. (Kejadian 22:15-18) Dengan sukacita dalam hatinya, ia bertekun melayani Yehuwa selama seratus tahun setelah meninggalkan kota Ur tempat ia dibesarkan. Karena itu tertulis mengenai dia, ”Ia menantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.” Karena iman Abraham kepada Kerajaan Mesias yang akan datang, maka ketika Yesus sang Majikan telah dilantik Allah menjadi Raja, ia dapat mengatakan, ”Abraham . . . bersukacita bahwa ia akan melihat hariKu dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.”—Ibrani 11:10; Yohanes 8:56.
10, 11. (a) Perjuangan apa yang kita alami sebagai umat kristiani, dan bagaimana kita diselamatkan? (b) Apa yang mengisi ketidakmampuan kita untuk melakukan dengan sempurna perjuangan melawan tubuh kita yang berdosa?
10 Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita juga harus melawan tubuh kita yang tidak sempurna, dan perjuangan untuk melakukan apa yang benar bisa menjadi sangat sulit. Namun, perjuangan kita melawan kelemahan-kelemahan kita tidak mengartikan bahwa harapan tidak ada bagi kita. Paulus merasa sengsara karena konflik ini, dan ia mengatakan, ”Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” (Roma 7:24, 25) Melalui Kristus Yesus dan tebusan yang ia sediakan, kita diselamatkan.—Roma 5:19-21.
11 Korban tebusan Kristus mengisi ketidakmampuan kita untuk melakukan perjuangan itu dengan sempurna. Kita dapat bersukacita karena tebusan ini memungkinkan adanya hati nurani yang bersih serta pengampunan dosa-dosa kita. Di Ibrani 9:14, Paulus menyebut tentang ”darah Kristus” yang memiliki kuasa untuk ”menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia”. Jadi, hati nurani orang-orang Kristen tidak perlu dibebani dengan kutukan serta perasaan bersalah. Ini, disertai dengan harapan yang kita miliki, membentuk tenaga yang kuat untuk menghasilkan kebahagiaan penuh sukacita. (Mazmur 103:8-14; Roma 8:1, 2, 32) Dengan merenungkan harapan kita, semua kita akan didorong untuk melakukan perjuangan dengan berhasil.
Merindukan Harapan Kita
12. Harapan apa dapat direnungkan oleh orang-orang kristiani terurap?
12 Penting bagi kaum sisa yang diurapi dengan roh maupun bagi domba-domba lain untuk merindukan ”pengharapan keselamatan” mereka, mengenakannya sebagai ketopong. (1 Tesalonika 5:8) Orang-orang kristiani terurap dapat merenungkan hak istimewa menakjubkan untuk memperoleh peri tidak berkematian di surga, dapat bertemu dengan Allah Yehuwa, dan menikmati pergaulan pribadi dengan Kristus Yesus yang dimuliakan serta para rasul dan semua yang lain-lain dari ke-144.000 orang yang memelihara ketulusan hati mereka sepanjang abad. Sungguh kekayaan pergaulan yang tak terlukiskan!
13. Bagaimana kaum terurap yang masih berada di bumi merasakan harapan mereka?
13 Bagaimana perasaan beberapa orang dari kaum terurap yang masih berada di bumi mengenai harapan Kerajaan mereka? Ini dapat disimpulkan dalam kata-kata seseorang yang dibaptis pada tahun 1913, ”Harapan kami pasti, dan akan digenapi sepenuhnya sampai kepada pribadi terakhir dari ke-144.000 anggota kawanan kecil melampaui tingkat yang bahkan telah kami bayangkan. Kami kaum sisa yang berada pada tahun 1914, pada waktu kami mengharapkan bahwa semua kami akan pergi ke surga, tidak kehilangan kesadaran akan nilai harapan itu. Tetapi kami sama kuatnya menantikan harapan itu seperti sediakala, dan semakin lama kami menunggunya, semakin besar lagi penghargaan kami atasnya. Itu adalah sesuatu yang patut ditunggu, bahkan bila perlu selama sejuta tahun. Saya menilai harapan kami lebih tinggi daripada sebelumnya, dan saya tidak pernah mau kehilangan penghargaan saya atasnya. Harapan kawanan kecil memberi jaminan bahwa penantian kumpulan besar domba-domba lain, yang tidak ada sama sekali kemungkinannya untuk gagal, akan digenapi melampaui imajinasi kita yang paling cemerlang. Itu sebabnya kita berpegang teguh sampai Allah benar-benar telah membuktikan bahwa Ia setia kepada ’janji-Nya yang sangat berharga dan sangat agung’.”—2 Petrus 1:4; Bilangan 23:19; Roma 5:5.
Bersukacita Kini dalam Harapan Firdaus
14. Harapan apa yang perlu dirindukan oleh kumpulan besar?
14 Pernyataan iman yang berkemenangan demikian memenuhi kumpulan besar domba-domba lain dengan alasan-alasan agung untuk bersukacita. (Wahyu 7:15, 16) Mereka perlu merindukan harapan untuk selamat melampaui Armagedon. Ya, nantikanlah saatnya untuk melihat Kerajaan Allah membenarkan kedaulatan universal Allah Yehuwa dan menyucikan nama-Nya yang mulia dengan mendatangkan kesusahan besar itu, yang akan membersihkan bumi dari orang-orang jahat yang atasnya Iblis telah menjadi allah. Sungguh suatu sukacita untuk terus hidup melampaui kesusahan besar itu!—Daniel 2:44; Wahyu 7:14.
15. (a) Pekerjaan penyembuhan apa yang Yesus lakukan pada waktu ia berada di bumi, dan mengapa? (b) Apa yang akan menjadi kebutuhan kesehatan bagi orang-orang yang selamat melampaui Armagedon, dan mengapa mereka berbeda dari orang-orang yang dibangkitkan?
15 Mengenai kumpulan besar, Wahyu 7:17 mengatakan, ”Anak Domba . . . akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka.” Walaupun nubuat ini tergenap secara rohani sekarang, orang-orang yang selamat melampaui Armagedon akan melihatnya tergenap secara harfiah. Bagaimana? Ya, apa yang Yesus lakukan pada waktu ia berada di bumi? Ia menyembuhkan orang yang buntung, membuat orang yang timpang berjalan, membukakan telinga orang tuli dan mata orang buta, dan ia menyembuhkan penyakit lepra, kelumpuhan, dan ”segala penyakit dan kelemahan”. (Matius 9:35; 15:30, 31) Bukankah itu yang dibutuhkan oleh orang-orang kristiani dewasa ini? Kumpulan besar masih akan membawa cacat-cacat dan kelemahan-kelemahan dunia tua ke dalam dunia baru. Apa yang kita harapkan untuk dilakukan oleh Anak Domba itu atas segala hal ini? Kebutuhan orang-orang yang selamat melampaui Armagedon akan berbeda dengan kebutuhan orang-orang yang akan dibangkitkan. Orang-orang yang dibangkitkan mungkin sekali akan dicipta ulang dengan tubuh yang sehat, utuh dan lengkap, walaupun belum memiliki kesempurnaan manusia. Karena mukjizat kebangkitan, mereka jelas tidak lagi membutuhkan perbaikan atas cacat-cacat yang dulu melalui mukjizat penyembuhan. Di lain pihak, karena pengalaman mereka yang unik melewati Armagedon, banyak dari kumpulan besar akan membutuhkan dan menerima mukjizat perbaikan. Rupanya, niat utama penyembuhan yang Yesus lakukan adalah untuk memberi gambaran sebagai anjuran bagi kumpulan besar harapan penuh sukacita bahwa mereka tidak saja akan selamat tetapi juga akan disembuhkan sesudah itu.
16. (a) Kapan penyembuhan mukjizat bagi orang-orang yang selamat melampaui Armagedon mungkin akan terjadi, dan dengan hasil apa? (b) Karena harapan apa kita akan terus bersukacita selama Milenium?
16 Penyembuhan bersifat mukjizat demikian masuk akal akan terjadi di antara orang-orang yang terus hidup melampaui Armagedon relatif segera setelah Armagedon dan sebelum kebangkitan mulai. (Yesaya 33:24; 35:5, 6; Wahyu 21:4; bandingkan Markus 5:25-29.) Kemudian orang akan membuang kacamata, tongkat, kursi roda, gigi palsu, alat bantu pendengaran, dan sebagainya. Sungguh suatu alasan untuk bersukacita! Betapa sesuai tindakan pemulihan awal demikian yang Yesus akan lakukan dengan peranan orang-orang yang selamat melampaui Armagedon sebagai fondasi bumi baru! Keadaan-keadaan tidak sehat yang melemahkan akan disingkirkan sehingga orang-orang yang selamat ini dapat terus maju dengan penuh semangat, seraya dengan penuh minat mengharapkan kegiatan Milenium yang menakjubkan yang terbentang di hadapan mereka, tanpa dibebani oleh hal-hal yang mungkin telah ditimbulkan oleh dunia tua ini sebagai penyakit bagi mereka. Ya, bahkan setelah Armagedon, kumpulan besar akan terus bersukacita karena harapan menakjubkan untuk mencapai kehidupan manusia yang sempurna pada akhir seribu tahun. Sepanjang Milenium, mereka akan bersukacita karena harapan untuk mencapai tujuan yang bahagia itu.
17. Sukacita-sukacita apa terdapat seraya pekerjaan pemulihan Firdaus berlangsung?
17 Bila itulah harapan saudara, renungkanlah juga sukacita karena ikut memulihkan Firdaus di bumi. (Lukas 23:42, 43) Tidak ada keraguan, orang-orang yang selamat melampaui Armagedon akan ikut membersihkan bumi sehingga menyediakan lokasi-lokasi yang menyenangkan untuk orang-orang mati yang akan dibangkitkan. Upacara pemakaman mungkin akan digantikan dengan upacara penyambutan bagi orang-orang yang diperkenalkan pada waktu kebangkitan, termasuk orang-orang yang kita kasihi yang telah turun ke dalam kematian. Dan pikirkan mengenai pergaulan yang memperkaya bersama pria dan wanita yang setia dari abad-abad yang silam. Dengan siapa khususnya saudara ingin bicara? Habel, Henokh, Nuh, Ayub, Abraham, Sara, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Yosua, Rahab, Debora, Simson, Daud, atau Yohanes Pembaptis? Jika demikian, maka prospek yang amat menyenangkan ini juga sebagian dari harapan saudara. Saudara akan dapat bercakap-cakap dengan mereka, belajar dari mereka, dan bekerja bersama mereka untuk menjadikan seluruh bumi suatu firdaus.
18. Sukacita-sukacita lebih jauh apa dapat kita renungkan?
18 Bayangkan juga, makanan yang sehat, air yang murni, dan udara bersih, dengan bumi yang dipulihkan kepada keseimbangan ekologinya yang sempurna menurut cara yang diciptakan oleh Yehuwa untuknya. Kehidupan pada waktu itu bukan untuk sekadar pasif menikmati kesempurnaan, melainkan suatu partisipasi aktif dan penuh arti dalam kegiatan-kegiatan penuh sukacita. Renungkan suatu masyarakat seluas dunia yang terdiri atas orang-orang yang bebas dari kejahatan, penonjolan diri, iri hati, pertengkaran—suatu persaudaraan dengan buah-buah roh yang dipupuk dan dihasilkan oleh semuanya. Sungguh menggetarkan!—Galatia 5:22, 23.
Harapan yang Membuat Kehidupan Patut Ditempuh
19. (a) Kapan suasana bersukacita yang disebutkan di Roma 12:12 akan dialami? (b) Mengapa hendaknya kita bertekad untuk tidak membiarkan beban-beban kehidupan menggeser harapan kita?
19 Penantian yang diwujudkan bukan lagi harapan, maka suasana bersukacita yang dianjurkan oleh Paulus di Roma 12:12 akan dialami sekarang. (Roma 8:24) Baru memikirkan berkat-berkat di masa depan yang akan didatangkan oleh Kerajaan Allah sudah membuat kita bersukacita karena harapan itu sekarang. Maka bertekadlah untuk tidak membiarkan beban-beban kehidupan dalam dunia yang rusak menggeser harapan saudara yang mulia itu. Jangan menjadi lesu dan menyerah, kehilangan pandangan akan harapan yang ada di depan. (Ibrani 12:3) Dengan meninggalkan haluan Kristen problem-problem saudara tidak akan terpecahkan. Ingat, jika seseorang tidak lagi melayani Allah karena semua beban kehidupan yang ada sekarang, ia masih tetap terikat pada beban-beban itu, tetapi ia kehilangan harapan sehingga kehilangan kemungkinan untuk bersukacita dalam prospek-prospek menakjubkan yang ada di depan.
20. Apa akibat harapan Kerajaan atas orang-orang yang menganutnya, dan mengapa?
20 Umat Yehuwa memiliki alasan yang lengkap untuk menempuh kehidupan yang bahagia. Harapan cerah menggairahkan yang mereka miliki membuat kehidupan patut ditempuh. Dan mereka tidak menyimpan harapan ini bagi mereka sendiri saja. Tidak, mereka dengan penuh minat ingin membagikannya kepada orang lain. (2 Korintus 3:12) Itulah sebabnya mereka yang menganut harapan Kerajaan ini suatu umat yang penuh keyakinan, dan mereka berusaha menganjurkan orang lain dengan menceritakan kabar baik dari Allah. Ini memenuhi kehidupan orang-orang yang menerima berita itu dengan harapan paling menakjubkan yang pernah diberikan kepada umat manusia pada umumnya—harapan Kerajaan yang akan memulihkan Firdaus di bumi. Jika orang tidak menerimanya, kita masih terus bersukacita karena kita memiliki harapan itu. Orang-orang yang tidak mau mendengar, merekalah yang rugi; bukan kita.—2 Korintus 4:3, 4.
21. Apa yang sudah dekat, dan bagaimana hendaknya kita menilai harapan kita?
21 Janji Allah adalah, ”Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” (Wahyu 21:5) Dunia baru dengan semua berkatnya yang mempesonakan dan tak kunjung berakhir sudah dekat. Harapan kita—untuk memperoleh kehidupan di surga atau di bumi firdaus—memang sangat berharga; berpautlah padanya dengan kukuh. Pada hari-hari terakhir yang genting ini, lebih daripada yang sudah-sudah, pandanglah harapan itu bagaikan ”sauh yang kuat dan aman bagi jiwa”. Dengan harapan kita yang dilabuhkan pada Yehuwa, ”gunung batu yang kekal”, kita tentu memiliki alasan yang kuat dan menggembirakan sekarang juga untuk ”bersukacita karena harapan” yang ditaruh di hadapan kita.—Ibrani 6:19; Yesaya 26:4, The Amplified Bible.
[Catatan Kaki]
a Selama tahun 1992, Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia akan mempunyai ayat tahunan yang berbunyi, ”Bersukacitalah dalam pengharapan . . . bertekunlah dalam doa!”—Roma 12:12.
-
-
Tetaplah Dekat dengan YehuwaMenara Pengawal—1991 | 15 Desember
-
-
Tetaplah Dekat dengan Yehuwa
”Bertekunlah dalam doa.”—ROMA 12:12.
1. Apa kehendak Yehuwa sehubungan dengan doa, dan anjuran apa diberikan rasul Paulus mengenai doa?
YEHUWA adalah ”Allah sumber pengharapan” bagi seluruh umat-Nya yang setia. Sebagai ’Pendengar doa’, Ia mendengarkan permohonan mereka untuk bantuan agar dapat mencapai harapan penuh sukacita yang telah Ia tetapkan di hadapan mereka. (Roma 15:13; Mazmur 65:3) Dan di seluruh Firman-Nya, Alkitab, Ia menganjurkan semua hamba-Nya agar datang kepada-Nya kapan saja mereka ingin. Ia selalu bersedia, senang menampung kecemasan mereka yang paling dalam. Sesungguhnya, Ia menganjurkan mereka ”tetaplah berdoa” dan ’berdoa dengan tak putus-putusnya’.a (Roma 12:12; 1 Tesalonika 5:17, NW) Adalah kehendak Yehuwa agar semua kristiani dengan tetap tentu berpaling kepada-Nya dalam doa, mencurahkan hati mereka kepada-Nya dan melakukan hal itu dalam nama Putra-Nya, Kristus Yesus.—Yohanes 14:6, 13, 14.
2, 3. (a) Mengapa Allah menasihatkan agar ”bertekunlah dalam doa”? (b) Jaminan apa yang kita miliki bahwa Allah ingin agar kita berdoa?
2 Mengapa Allah memberikan kepada kita nasihat ini? Karena tekanan dan tanggung jawab dalam kehidupan ini dapat begitu membebani kita sehingga kita bisa saja lupa untuk berdoa. Atau problem-problem dapat meliputi kita dan menyebabkan kita berhenti bersukacita dalam pengharapan dan berhenti berdoa. Untuk alasan ini, kita membutuhkan pengingat-pengingat yang menganjurkan kita untuk berdoa dan mendekat dengan sangat akrab kepada sumber bantuan dan perlindungan, Allah kita Yehuwa.
3 Sang murid Yakobus menulis, ”Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:8) Ya, Allah tidak terlalu agung dan juga tidak terlalu jauh sehingga tidak dapat mendengarkan pernyataan-pernyataan kita kepada-Nya, walaupun keadaan kita sebagai manusia yang tidak sempurna. (Kisah 17:27) Selain itu, Ia tidak bersikap masa bodoh dan tidak peduli. Kata pemazmur, ”Mata [Yehuwa] tertuju kepada orang-orang benar, dan telingaNya kepada teriak mereka minta tolong.”—Mazmur 34:16; 1 Petrus 3:12.
4. Bagaimana perhatian Yehuwa kepada doa dapat digambarkan?
4 Yehuwa mengundang doa. Kita dapat membandingkan hal ini kepada suatu kumpulan orang yang semuanya sedang bercakap-cakap. Saudara berada di sana, sedang mendengarkan percakapan orang-orang lain. Saudara berperan sebagai pengamat. Namun kemudian, seseorang berpaling kepada saudara, menyebutkan nama saudara, dan menujukan kata-katanya kepada saudara. Ini menawan perhatian saudara dalam suatu cara yang khusus. Demikian pula, Allah selalu penuh perhatian kepada umat-Nya, tidak soal mereka berada di mana. (2 Tawarikh 16:9; Amsal 15:3) Jadi Ia mendengarkan kata-kata kita, seolah-olah mengamati, memperhatikan dengan keinginan melindungi dan penuh minat. Namun, pada waktu kita menyebut nama Allah dalam doa, perhatian-Nya ditawan dan Ia sekarang dipusatkan atas diri kita dalam cara yang eksplisit. Melalui kuasa-Nya, Yehuwa bahkan dapat mendeteksi dan memahami permohonan manusia yang tidak diucapkan yang dipersembahkan di dalam lubuk hati yang terdalam. Allah meyakinkan kita bahwa Ia akan mendekatkan diri kepada semua orang yang dengan tulus menyebutkan nama-Nya dan berupaya tetap dekat kepada-Nya.—Mazmur 145:18.
Tanggapan Selaras dengan Maksud-tujuan Allah
5. (a) Apa yang ditunjukkan oleh nasihat ”bertekunlah dalam doa” sehubungan dengan doa kita? (b) Bagaimana Allah menjawab doa-doa?
5 Nasihat agar bertekun dalam doa menunjukkan bahwa kadangkala Yehuwa membiarkan kita terus mendoakan suatu hal untuk sementara waktu sebelum tanggapan-Nya mulai tampak. Kita mungkin bahkan cenderung menjadi lelah berdoa kepada Allah memohon perkenan atau kemurahan-Nya yang pengasih yang tampaknya sangat diperlukan tetapi lama ditunda. Karena itu, Allah Yehuwa mengimbau agar kita tidak menyerah kepada kecenderungan apa pun yang demikian tetapi untuk terus berdoa. Kita hendaknya tidak berhenti memohon kepada-Nya mengenai kecemasan kita, yakin bahwa Ia merespek doa kita dan akan memenuhi kebutuhan kita yang sesungguhnya, bukan sekadar apa yang kita kemukakan. Tidak diragukan Allah Yehuwa mengimbangi permohonan kita selaras dengan maksud-tujuan-Nya. Misalnya, orang-orang lain bisa dipengaruhi oleh apa yang kita minta. Kita dapat membandingkan persoalannya dengan seorang bapak yang anak laki-lakinya meminta sebuah sepeda kepadanya. Sang bapak tahu bahwa bila ia membelikan sebuah sepeda bagi anak laki-lakinya, anak laki-lakinya yang lain pasti akan ingin juga. Karena anak-anak laki-lakinya yang satu mungkin terlalu muda untuk mengendarai sepeda, sang bapak mungkin memutuskan sama sekali tidak membeli sepeda pada suatu waktu tertentu. Dalam cara yang sama, dalam terang maksud-tujuan-Nya dan waktu, Bapak surgawi kita memutuskan apa yang benar-benar paling baik bagi kita dan bagi orang-orang lain.—Mazmur 84:9, 12; bandingkan Habakuk 2:3.
6. Ilustrasi apa yang Yesus berikan sehubungan dengan doa, dan apa yang diperlihatkan oleh ketekunan dalam doa?
6 Patut diperhatikan adalah ilustrasi yang Yesus berikan berkenaan perlunya murid-muridnya ”selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”. Seorang janda karena tidak berhasil mendapat keadilan, bertekun memohon kepada seorang hakim manusia sehingga ia akhirnya menerima keadilan. Yesus menambahkan, ”Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya?” (Lukas 18:1-7) Ketekunan dalam doa memperlihatkan iman kita, sikap bersandar kepada Yehuwa, kerelaan kita untuk tetap dekat kepada-Nya dan menyampaikan permohonan kita, menyerahkan hasilnya dalam tangan-Nya.—Ibrani 11:6.
Teladan-Teladan dari Mereka yang Tetap Dekat kepada Yehuwa
7. Bagaimana kita dapat meniru iman Habel untuk tetap dekat kepada Yehuwa?
7 Alkitab memuat banyak sekali catatan tentang doa-doa yang diucapkan oleh hamba-hamba Allah. Ini ”telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci”. (Roma 15:4) Harapan kita diperteguh dengan mempertimbangkan beberapa teladan dari orang-orang yang tetap dekat kepada Yehuwa. Habel mempersembahkan korban yang diperkenan kepada Allah, dan walaupun tidak dilaporkan adanya doa, tidak diragukan bahwa ia memohon kepada Yehuwa dalam doa agar korbannya diterima. Ibrani 11:4 berkata, ”Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar.” Habel tahu tentang janji Allah di Kejadian 3:15, tetapi dibandingkan dengan apa yang kita ketahui sekarang, ia hanya mengetahui sedikit sekali. Namun, Habel bertindak berdasarkan pengetahuan yang ia miliki. Demikian pula dewasa ini, beberapa di antara orang-orang yang baru berminat dalam kebenaran Allah belum mempunyai banyak pengetahuan, namun mereka berdoa dan memanfaatkan sebaik-baiknya pengetahuan yang sudah mereka miliki, sebagaimana halnya Habel. Ya, mereka bertindak dalam iman.
8. Mengapa kita dapat yakin bahwa Abraham tetap dekat kepada Yehuwa, dan pertanyaan apa harus kita ajukan kepada diri sendiri?
8 Seorang hamba Allah yang setia lainnya adalah Abraham, ”bapa semua orang percaya”. (Roma 4:11) Dewasa ini, lebih daripada pernah sebelumnya, kita membutuhkan iman yang teguh, dan kita perlu berdoa dalam iman, seperti yang dilakukan Abraham. Kejadian 12:8 mengatakan bahwa ia mendirikan mezbah ”bagi [Yehuwa] dan memanggil nama [Yehuwa]”. Abraham mengetahui nama Allah dan menggunakannya dalam doa. Berulang kali ia dengan bertekun dalam doa, memanggil ’nama Yehuwa, Allah yang kekal’. (Kejadian 13:4; 21:33) Abraham memanggil nama Allah dalam iman yang membuatnya menjadi terkenal. (Ibrani 11:17-19) Doa telah membantu Abraham untuk tetap bersukacita dalam harapan Kerajaan. Apakah kita mengikuti teladan Abraham untuk bertekun dalam doa?
9. (a) Mengapa doa-doa Daud sangat bermanfaat bagi umat Allah dewasa ini? (b) Apa yang dapat dihasilkan bila kita berdoa seperti yang dilakukan Daud agar tetap dekat kepada Yehuwa?
9 Daud menonjol sehubungan dengan ketekunan dalam doa, dan mazmur-mazmurnya menggambarkan bagaimana hendaknya doa-doa itu. Misalnya, hamba-hamba Allah layak mendoakan untuk perkara-perkara seperti keselamatan atau pembebasan (3:8, 9; 60:7), bimbingan (25:4, 5), perlindungan (17:8), pengampunan dosa-dosa (25:7, 11, 18), dan suatu hati yang murni (51:12). Ketika Daud merasa sedih, ia berdoa, ”Buatlah jiwa hambaMu bersukacita.” (86:4) Kita juga dapat berdoa meminta hati yang bersukacita, karena mengetahui bahwa Yehuwa ingin agar kita bersukacita dalam harapan kita. Daud tetap dekat kepada Yehuwa dan berdoa, ”Jiwaku melekat kepadaMu, tangan kananMu menopang aku.” (63:9) Apakah kita akan tetap dekat kepada Yehuwa, seperti halnya Daud? Jika demikian, Ia juga akan menopang kita.
10. Pikiran-pikiran salah apa yang pernah dimiliki Asaf, namun apa yang mulai ia sadari?
10 Agar kita dapat tetap dekat kepada Yehuwa, kita perlu menghindari rasa iri terhadap orang-orang jahat karena kehidupan mereka yang tidak peduli dan materialistis. Pemazmur Asaf pernah merasa bahwa tidak ada gunanya melayani Yehuwa, karena orang-orang jahat ”senang selamanya”. Namun, ia mengamati bahwa cara berpikirnya salah dan bahwa orang-orang jahat berada ”di tempat-tempat licin”. Ia menyadari bahwa tidak ada yang lebih baik daripada tetap dekat kepada Yehuwa, dan ia mengutarakan diri kepada Allah dengan cara ini, ”Aku tetap di dekatMu; Engkau memegang tangan kananku. Sebab, sesungguhnya, siapa yang jauh dari padaMu akan binasa. . . . tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan [semesta alam Yehuwa], supaya dapat menceritakan segala pekerjaanNya.” (Mazmur 73:12, 13, 18, 23, 27, 28) Sebaliknya dari merasa iri terhadap kehidupan yang tidak peduli dari orang-orang jahat, orang-orang yang tanpa harapan, marilah kita meniru Asaf dengan tetap dekat kepada Yehuwa.
11. Mengapa Daniel merupakan teladan yang baik untuk tetap dekat kepada Yehuwa, dan bagaimana kita dapat meniru dia?
11 Daniel bertekun dengan teguh dalam doa, bahkan menghadapi bahaya dilempar ke dalam gua singa karena tidak menghiraukan pembatasan resmi berkenaan doa. Namun Yehuwa ”mengutus malaikatNya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu”, membebaskan Daniel. (Daniel 6:7-10, 22, 27) Daniel sangat diberkati karena ia bertekun dalam doa. Apakah kita juga bertekun dalam doa? Khususnya pada waktu menghadapi tentangan atas pengabaran Kerajaan kita?
Yesus, Teladan Kita
12. (a) Pada awal pelayanannya, teladan apa yang Yesus berikan sehubungan dengan doa, dan bagaimana hal ini dapat memberi manfaat bagi orang-orang kristiani? (b) Apa yang diungkapkan oleh contoh doa Yesus mengenai doa?
12 Sejak awal pelayanannya di atas bumi, Yesus memperhatikan doa. Sikapnya dalam doa ketika ia dibaptis memberikan teladan yang baik bagi mereka yang dibaptis dalam air pada zaman modern. (Lukas 3:21, 22) Seseorang dapat berdoa memohon bantuan Allah agar dapat melaksanakan apa yang dilambangkan oleh pembaptisan air. Yesus juga membantu orang-orang lain untuk menghampiri Yehuwa dalam doa. Pada suatu peristiwa ketika Yesus berada di suatu tempat tertentu sedang berdoa, salah seorang muridnya, berkata kepada dia kemudian, ”Tuhan, ajarlah kami berdoa.” Yesus kemudian memberitahukan apa yang umum diketahui sebagai contoh doa, yang urutan pokok-pokoknya memperlihatkan bahwa nama dan maksud-tujuan Allah harus diberi prioritas. (Lukas 11:1-4) Jadi, dalam doa-doa kita, kita perlu memelihara perspektif dan keseimbangan, tidak mengabaikan ”perkara-perkara yang lebih penting”. (Filipi 1:9, 10, NW) Tentu saja, ada waktu-waktu dengan keadaan khusus atau bila suatu problem spesifik perlu disampaikan. Seperti Yesus, orang-orang kristiani dapat berpaling kepada Allah dalam doa untuk mendapatkan kekuatan dalam melaksanakan penugasan-penugasan khusus atau untuk menghadapi cobaan atau bahaya-bahaya tertentu. (Matius 26:36-44) Sesungguhnya, doa-doa pribadi pada dasarnya dapat meliputi setiap segi kehidupan.
13. Bagaimana Yesus memperlihatkan pentingnya doa bagi orang-orang lain?
13 Melalui teladannya yang baik, Yesus memperlihatkan pentingnya berdoa demi kepentingan orang-orang lain. Ia tahu bahwa murid-muridnya akan dibenci dan dianiaya, seperti apa yang ia alami. (Yohanes 15:18-20; 1 Petrus 5:9) Karena itu, ia berdoa kepada Allah agar ”melindungi mereka dari pada yang jahat”. (Yohanes 17:9, 11, 15, 20) Dan karena mengetahui cobaan khusus yang harus dihadapi Petrus, ia memberitahukan kepadanya, ”Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.” (Lukas 22:32) Betapa pentingnya jika kita juga bertekun dalam mendoakan saudara-saudara kita, memikirkan orang-orang lain dan bukan problem-problem kepentingan kita sendiri saja!—Filipi 2:4; Kolose 1:9, 10.
14. Bagaimana kita tahu bahwa Yesus tetap sangat dekat kepada Yehuwa sepanjang pelayanannya di atas bumi, dan bagaimana kita dapat meniru dia?
14 Sepanjang pelayanannya, Yesus bertekun dalam doa, tetap dekat sekali kepada Yehuwa. (Ibrani 5:7-10) Rasul Petrus, di Kisah 2:25-28, mengutip Mazmur 16:8 dan menerapkannya kepada Tuhan Kristus Yesus, ”Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan [Yehuwa, NW], karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.” Kita dapat melakukan hal yang sama. Kita dapat berdoa kepada Allah agar Ia dekat kepada kita dan kita dapat memperlihatkan keyakinan kita dalam Yehuwa dengan terus menaruh Dia secara mental di hadapan mata kita. (Bandingkan Mazmur 110:5; Yesaya 41:10, 13.) Maka kita akan menghindari segala jenis kesulitan, karena Yehuwa akan menopang kita dan kita tidak pernah akan goyah.
15. (a) Sehubungan dengan hal apa kita hendaknya tidak pernah gagal untuk bertekun dalam doa? (b) Peringatan apa diberikan sehubungan dengan perasaan terima kasih kita?
15 Semoga kita tidak pernah gagal menyatakan syukur terima kasih kepada Yehuwa atas semua kebaikan-Nya bagi kita, ya, ”kasih karunia Allah yang melimpah”, yang mencakup karunia berupa Putra-Nya sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa kita. (2 Korintus 9:14, 15; Markus 10:45; Yohanes 3:16; Roma 8:32; 1 Yohanes 4:9, 10) Sesungguhnya, dalam nama Yesus, ’senantiasalah mengucapkan syukur atas segala sesuatu kepada Allah, Bapa kita’. (Efesus 5:19, 20; Kolose 4:2; 1 Tesalonika 5:18) Kita harus berjaga-jaga agar tidak membiarkan berkurangnya rasa terima kasih kita atas apa yang kita miliki karena kita begitu sibuk dengan apa yang tidak kita miliki atau dengan problem-problem pribadi kita.
Serahkan Beban Kita kepada Yehuwa
16. Jika ada beban yang mengganggu kita, apa yang hendaknya kita lakukan?
16 Bertekun dalam doa memperlihatkan dalamnya pengabdian kita. Pada waktu kita memanggil Allah, pengaruhnya atas diri kita baik bahkan sebelum suatu jawaban datang dari-Nya. Apabila suatu beban mencemaskan pikiran kita, kita dapat tetap dekat kepada Yehuwa dengan mengikuti nasihat, ”Serahkanlah kuatirmu kepada [Yehuwa], maka Ia akan memelihara Engkau!” (Mazmur 55:23) Dengan menyerahkan semua beban saudara—kecemasan, kekhawatiran, kekecewaan, rasa takut dan lain sebagainya—kepada Allah, dengan penuh iman kepada-Nya, kita menerima ketenangan hati, ”damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal”.—Filipi 4:4, 7; Mazmur 68:20; Markus 11:24; 1 Petrus 5:7.
17. Bagaimana kita dapat memperoleh damai Allah?
17 Apakah damai Allah ini datang dengan segera? Walaupun kita bisa mendapat kelepasan dengan segera, apa yang Yesus katakan mengenai berdoa dan memohon roh suci juga benar dalam hal ini, ”Teruslah minta, maka akan diberikan kepadamu; teruslah cari, maka kamu akan mendapat; teruslah ketok, maka pintu akan dibukakan bagimu.” (Lukas 11:9-13, NW) Karena roh suci adalah sarana yang kita gunakan untuk menyerahkan kekhawatiran kita, kita perlu bertekun dalam memohonkan damai Allah dan bantuan-Nya sehubungan dengan beban kita. Kita dapat yakin bahwa dengan bertekun dalam doa, kita akan memperoleh kelepasan dan ketenangan hati yang kita dambakan.
18. Apa yang Yehuwa lakukan bagi kita jika kita tidak tahu tepatnya apa yang harus kita doakan dalam suatu situasi tertentu?
18 Namun bagaimana bila kita tidak tahu tepatnya apa yang harus kita doakan? Keluh kesah kita yang terdalam sering kali tetap tidak terucapkan karena kita tidak sepenuhnya mengerti situasi kita, atau kita sama sekali tidak tahu apa yang harus kita nyatakan kepada Yehuwa. Di sinilah roh suci dapat menjadi perantara kita. Paulus menulis, ”Sebab kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, tetapi roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26) Bagaimana? Dalam Firman Allah diilhamkan nubuat-nubuat dan doa-doa yang memuat situasi kita. Ia membuat hal-hal ini seolah-olah menjadi perantara bagi kita. Ia menerima hal ini seolah-olah merupakan apa yang akan kita doakan jika saja kita mengetahui maknanya di dalam keadaan kita, dan selaras dengan itu ia memenuhinya.
Doa dan Harapan Akan Berlanjut
19. Mengapa doa dan harapan akan berlanjut untuk kekal selama-lamanya?
19 Doa kepada Bapak surgawi kita akan berlanjut selama-lamanya, khususnya sehubungan dengan rasa terima kasih akan dunia baru dan semua berkatnya. (Yesaya 65:24; Wahyu 21:5) Kita akan terus bersukacita dalam harapan, karena harapan dalam bentuk tertentu akan tetap ada selama-lamanya. (Bandingkan 1 Korintus 13:13.) Perkara-perkara baru apa yang akan Yehuwa hasilkan pada waktu Ia tidak lagi berada di bawah hari istirahat Sabat yang Ia sendiri berlakukan terhadap bumi, rasanya tidak dapat kita bayangkan. (Kejadian 2:2, 3) Untuk kekal selama-lamanya, Ia akan mempunyai kejutan-kejutan pengasih yang akan Ia adakan bagi umat-Nya, dan masa depan menjanjikan perkara-perkara besar bagi mereka dalam hal melakukan kehendak-Nya.
20. Apa yang hendaknya menjadi tekad kita, dan mengapa?
20 Dengan harapan menggetarkan di hadapan kita, semoga kita semua tetap dekat kepada Yehuwa dengan bertekun dalam doa. Semoga kita tidak pernah berhenti berterima kasih kepada Bapak surgawi kita atas semua berkat yang kita terima. Pada waktu yang ditentukan, penantian kita akan diwujudkan dengan penuh sukacita, bahkan melampaui apa yang dapat kita bayangkan atau antisipasikan, karena Yehuwa dapat ”melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan”. (Efesus 3:20) Maka, mengingat hal ini, marilah kita memberikan semua pujian dan kemuliaan dan terima kasih untuk kekal selama-lamanya kepada Yehuwa Allah kita, ’Pendengar Doa’!
[Catatan Kaki]
a Menurut Webster’s New Dictionary of Synonyms, ”Bertekun hampir selalu menegaskan sifat terpuji; itu menyarankan penolakan untuk merasa kecil hati karena kegagalan, keraguan, atau kesukaran-kesukaran, dan juga pengejaran yang teguh dan tabah mencapai suatu tujuan atau suatu perbuatan.”
-