PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w98 1/12 hlm. 13-18
  • Membela Iman Kita

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Membela Iman Kita
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • ”Biarlah Sikap Masuk Akalmu Diketahui oleh Semua Orang”
  • Kapan Berdiam Diri, Kapan Berbicara
  • Bagaimana dengan Publisitas yang Memfitnah?
  • Membela Kabar Baik secara Hukum
  • Bagaimana Orang-Orang Kristen Menanggapi Celaan di Hadapan Umum
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1995
  • Dibenci karena Iman Mereka
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Saksi-Saksi Yehuwa
    Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab
  • Kenapa Saksi-Saksi Yehuwa Tidak Menanggapi Semua Tuduhan atas Mereka?
    Pertanyaan Umum Mengenai Saksi-Saksi Yehuwa
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
w98 1/12 hlm. 13-18

Membela Iman Kita

”Sucikanlah Kristus sebagai Tuan dalam hatimu, selalu siap membuat pembelaan di hadapan setiap orang yang menuntut dari kamu alasan untuk harapan yang ada padamu.”​—1 PETRUS 3:​15.

1, 2. Mengapa tentangan bukanlah hal yang mengejutkan bagi Saksi-Saksi Yehuwa, namun apa yang mereka inginkan?

DI KEBANYAKAN negeri, Saksi-Saksi Yehuwa pada umumnya dikenal sebagai orang-orang yang jujur dan bermoral baik. Banyak yang memandang mereka sebagai tetangga yang baik, yang tidak pernah membuat onar. Namun, ironisnya, orang-orang Kristen yang cinta damai ini dianiaya secara tidak adil​—pada masa perang maupun masa damai. Tentangan seperti itu bukanlah hal yang mengejutkan bagi mereka. Mereka justru mengantisipasinya. Bagaimanapun, mereka tahu bahwa orang-orang Kristen yang setia pada abad pertama M menjadi ”sasaran kebencian”, maka orang-orang yang kini berupaya menjadi pengikut Kristus yang sejati dewasa ini sepantasnya mengantisipasi perlakuan yang sama, bukan? (Matius 10:22) Selain itu, Alkitab mengatakan, ”Semua orang yang berhasrat untuk hidup dengan pengabdian yang saleh dalam persekutuan dengan Kristus Yesus juga akan dianiaya.”​—2 Timotius 3:​12.

2 Saksi-Saksi Yehuwa tidak mengundang penganiayaan, mereka juga tidak senang mengalami kesukaran​—denda, pemenjaraan, atau perlakuan bengis—yang mungkin diakibatkannya. Yang mereka inginkan adalah ”menempuh kehidupan tenang dan senyap” sehingga mereka dapat memberitakan kabar baik Kerajaan Allah tanpa rintangan. (1 Timotius 2:​1, 2) Mereka menghargai kebebasan beragama yang mereka miliki di kebanyakan negeri untuk terus melaksanakan ibadat mereka, dan mereka melakukan sebisa-bisanya, sesuai dengan hati nurani mereka, untuk ”suka damai dengan semua orang”, termasuk para pejabat pemerintah manusia. (Roma 12:18; 13:​1-7) Namun, mengapa mereka menjadi ”sasaran kebencian”?

3. Sebutkan salah satu alasan mengapa Saksi-Saksi Yehuwa dibenci secara tidak adil.

3 Pada dasarnya, alasan kebencian yang tidak adil terhadap Saksi-Saksi Yehuwa adalah sama dengan alasan penganiayaan orang-orang Kristen pada masa awal. Pertama, Saksi-Saksi Yehuwa bertindak selaras dengan kepercayaan agama mereka, sedemikian rupa sehingga membuat mereka tidak disukai beberapa kalangan. Misalnya, mereka dengan bergairah memberitakan kabar baik Kerajaan Allah, namun orang sering menyalahartikan kegairahan mereka, memandang pengabaran mereka sebagai kegiatan ”mencari umat secara agresif”. (Bandingkan Kisah 4:19, 20.) Saksi-Saksi juga netral dalam politik dan peperangan bangsa-bangsa, dan kadang-kadang, sikap ini dengan keliru ditafsirkan bahwa Saksi-Saksi adalah warga negara yang tidak loyal.​—Mikha 4:3, 4.

4, 5. (a) Bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa dijadikan sasaran tuduhan palsu? (b) Siapa yang sering kali terbukti sebagai penyulut utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa?

4 Kedua, Saksi-Saksi Yehuwa dijadikan sasaran tuduhan palsu​—dusta yang terang-terangan dan pemberitaan yang diputarbalikkan tentang kepercayaan mereka. Akibatnya, di beberapa negeri, mereka diserang dan menjadi bulan-bulanan yang tidak pada tempatnya. Selain itu, karena mereka berupaya mendapatkan pengobatan medis nondarah selaras dengan keinginan untuk menaati perintah Alkitab agar ’menjauhkan diri dari darah’, mereka dengan keliru dijuluki ”pembunuh anak” dan ”sekte bunuh diri”. (Kisah 15:29) Namun, faktanya adalah Saksi-Saksi Yehuwa menjunjung tinggi kehidupan, dan mereka berupaya memperoleh perawatan medis terbaik yang tersedia bagi mereka dan anak-anak mereka. Tuduhan bahwa banyak anak Saksi-Saksi Yehuwa meninggal setiap tahun sebagai akibat menolak transfusi darah sama sekali tidak beralasan. Selain itu, karena kebenaran Alkitab tidak menghasilkan pengaruh yang sama terhadap tiap-tiap anggota keluarga, Saksi-Saksi juga dituduh memecah-belah keluarga. Namun, orang-orang yang kenal baik dengan Saksi-Saksi Yehuwa tahu bahwa mereka menjunjung tinggi kehidupan keluarga dan berupaya mengikuti perintah Alkitab bahwa suami dan istri mengasihi dan merespek satu sama lain dan bahwa anak-anak menaati orang-tua mereka, tidak soal orang-tua mereka seiman atau tidak.​—Efesus 5:21–6:3.

5 Dalam banyak kasus, penyulut utama penganiayaan atas hamba-hamba Yehuwa ternyata adalah para penentang yang religius yang memanfaatkan pengaruh mereka atas kalangan berwenang politik dan media massa untuk berupaya menghambat kegiatan Saksi-Saksi. Bagaimana hendaknya reaksi kita, Saksi-Saksi Yehuwa, dalam menghadapi tentangan demikian​—yang timbul karena kepercayaan kita dan pengamalannya, atau karena tuduhan palsu?

”Biarlah Sikap Masuk Akalmu Diketahui oleh Semua Orang”

6. Mengapa penting untuk memiliki pandangan yang seimbang terhadap orang-orang yang berada di luar sidang Kristen?

6 Pertama-tama, kita perlu memiliki pandangan yang benar​—pandangan Yehuwa​—terhadap orang-orang yang tidak sepaham-agama dengan kita. Jika tidak, kita bisa saja mengundang permusuhan atau celaan dari orang-orang lain, yang seharusnya tidak perlu terjadi. ”Biarlah sikap masuk akalmu diketahui oleh semua orang,” tulis rasul Paulus. (Filipi 4:5) Oleh karena itu, Alkitab menganjurkan kita agar memiliki pandangan yang seimbang terhadap orang-orang di luar sidang Kristen.

7. Apa yang tercakup dalam menjaga diri kita sendiri ”tanpa noda dari dunia”?

7 Pada satu kesempatan, Alkitab dengan sangat jelas memperingatkan kita untuk ”menjaga diri [kita] sendiri tanpa noda dari dunia”. (Yakobus 1:​27; 4:4) Kata ”dunia” di sini, seperti di ayat-ayat lain di dalam Alkitab, merujuk pada masyarakat manusia yang terpisah dari orang-orang Kristen sejati. Kita hidup di tengah-tengah masyarakat manusia ini; kita berjumpa dengan mereka sewaktu bekerja, di sekolah, di lingkungan tempat tinggal. (Yohanes 17:​11, 15; 1 Korintus 5:​9, 10) Namun, kita menjaga diri tanpa noda dari dunia ini dengan menjauhkan diri dari sikap, tutur kata, dan tingkah laku yang bertentangan dengan jalan-jalan Allah yang adil-benar. Juga, adalah penting agar kita menyadari bahayanya pergaulan yang akrab dengan dunia ini, terutama dengan orang-orang yang benar-benar memperlihatkan ketidakpedulian terhadap standar-standar Yehuwa.​—Amsal 13:20.

8. Mengapa nasihat untuk menjaga diri tanpa noda dari dunia tidak memberi kita dasar apa pun untuk memandang rendah orang-orang lain?

8 Namun, nasihat untuk menjaga diri tanpa noda dari dunia ini tidak memberi kita dasar apa pun untuk merendahkan orang-orang yang bukan Saksi-Saksi Yehuwa. (Amsal 8:​13) Ingatlah contoh para pemimpin agama Yahudi yang dibahas dalam artikel sebelumnya. Bentuk agama yang mereka kembangkan tidak mendapat perkenan Yehuwa; hal itu juga tidak menghasilkan hubungan baik dengan orang-orang non-Yahudi. (Matius 21:​43, 45) Karena menganggap diri sendiri adil-benar, pria-pria yang fanatik ini memandang rendah orang-orang Kafir. Kita tidak boleh berpandangan picik seperti itu, tidak boleh memperlakukan orang-orang non-Saksi dengan hina. Seperti rasul Paulus, kita ingin agar semua orang yang mendengar berita kebenaran Alkitab memperoleh perkenan Allah.​—Kisah 26:29; 1 Timotius 2:​3, 4.

9. Pandangan Alkitab yang seimbang seharusnya menghasilkan pengaruh apa sewaktu kita berbicara tentang orang-orang yang tidak seagama dengan kita?

9 Pandangan yang seimbang dan berdasarkan Alkitab hendaknya mempengaruhi cara kita berbicara tentang orang-orang non-Saksi. Paulus menginstruksikan Titus untuk mengingatkan orang-orang Kristen di Pulau Kreta agar ”tidak berbicara secara merugikan tentang siapa pun, tidak suka berkelahi, bersikap masuk akal, mempertunjukkan segala kelemahlembutan terhadap semua orang”. (Titus 3:2) Perhatikan bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berbicara secara merugikan tentang ”siapa pun”​—bahkan tentang orang-orang non-Kristen di Kreta, yang beberapa di antaranya terkenal karena dusta, kegelojohan, dan kemalasan mereka. (Titus 1:​12) Maka, tidak selaras dengan Alkitab jika kita menggunakan istilah-istilah yang merendahkan sewaktu sedang mengacu kepada orang-orang yang tidak seagama dengan kita. Sikap menganggap diri lebih unggul tidak akan menarik orang-orang lain pada ibadat Yehuwa. Sebaliknya, bila kita memandang dan memperlakukan orang-orang lain selaras dengan prinsip-prinsip yang masuk akal dari Firman Yehuwa, kita akan ”menghiasi ajaran” Allah.​—Titus 2:​10.

Kapan Berdiam Diri, Kapan Berbicara

10, 11. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa ia tahu kapan (a) ”waktu untuk berdiam diri”? (b) ”waktu untuk berbicara”?

10 Ada ”waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara,” kata Pengkhotbah 3:7. Maka, di sinilah letak tantangannya: memutuskan kapan mengabaikan para penentang dan kapan berbicara untuk membela iman kita. Kita dapat belajar banyak dari teladan yang diperlihatkan oleh tokoh yang selalu sempurna dalam hal kebijaksanaan​—Yesus. (1 Petrus 2:​21) Ia tahu kapan saatnya ”berdiam diri”. Misalnya, sewaktu imam-imam kepala dan para tua-tua dengan keliru mendakwanya di hadapan Pilatus, Yesus ”tidak memberikan jawaban”. (Matius 27:​11-​14) Ia tidak ingin mengatakan sesuatu yang dapat menghalanginya untuk melaksanakan kehendak Allah baginya. Sebaliknya, ia memilih untuk menjawab melalui tingkah lakunya sendiri. Ia tahu bahwa bahkan kebenaran tidak akan mengubah pikiran dan hati mereka yang sombong. Jadi, ia mengabaikan tuduhan mereka, menolak untuk membuka mulut.​—Yesaya 53:7.

11 Namun, Yesus juga tahu kapan ”waktu untuk berbicara”. Pada saat-saat tertentu, ia bersoal jawab dengan terus terang dan terbuka dalam menghadapi para pengritiknya, menyanggah tuduhan-tuduhan palsu mereka. Misalnya, sewaktu para penulis dan orang-orang Farisi berupaya menjelek-jelekkan dia di hadapan sekumpulan orang dengan tuduhan bahwa ia mengusir hantu-hantu dengan bantuan Beelzebub, Yesus memilih untuk tidak mendiamkan tuduhan tersebut. Dengan logika yang jitu dan ilustrasi yang sangat ampuh, ia mematahkan dusta mereka. (Markus 3:​20-​30; lihat juga Matius 15:​1-​11; 22:​17-​21; Yohanes 18:37) Demikian pula, sewaktu Yesus, setelah ia dikhianati dan ditangkap, diseret ke hadapan Sanhedrin, Imam Besar Kayafas dengan licik menuntut, ”Demi Allah yang hidup aku menaruh engkau di bawah sumpah untuk memberi tahu kami apakah engkau Kristus Putra Allah!” Ini juga ”waktu untuk berbicara”, karena apabila Yesus tetap diam, dapat ditafsirkan sebagai penyangkalan akan keberadaannya sebagai Kristus. Maka, Yesus menjawab, ”Akulah dia.”​—Matius 26:​63, 64; Markus 14:​61, 62.

12. Apa yang terjadi sehingga Paulus dan Barnabas terdorong untuk angkat bicara dengan penuh keberanian di Ikonium?

12 Perhatikan juga teladan Paulus dan Barnabas. Kisah 14:​1, 2 mengatakan, ”Di Ikonium mereka bersama-sama masuk ke dalam sinagoge orang Yahudi dan berbicara sedemikian rupa sehingga sejumlah besar orang Yahudi maupun orang Yunani menjadi orang percaya. Namun orang Yahudi yang tidak percaya menggerakkan dan memberi pengaruh yang salah kepada jiwa orang-orang dari bangsa-bangsa menentang saudara-saudara.” The New English Bible berbunyi, ”Namun, orang-orang Yahudi yang tidak tertobatkan menghasut orang-orang Kafir dan meracuni pikiran mereka untuk menentang orang-orang Kristen.” Masih belum puas menolak berita itu, para penentang Yahudi melancarkan kampanye untuk mencoreng kekristenan, berupaya agar orang-orang Kafir berprasangka terhadap orang-orang Kristen.a Kebencian mereka terhadap kekristenan pastilah sangat besar! (Bandingkan Kisah 10:28.) Saat itu, menurut Paulus dan Barnabas, adalah ”waktu untuk berbicara”, karena mereka khawatir kalau-kalau para murid baru akan hilang semangat karena celaan publik. ”Karena itu mereka [Paulus dan Barnabas] menggunakan waktu yang cukup lama berbicara dengan penuh keberanian dengan wewenang dari Yehuwa”, yang memperlihatkan perkenan-Nya dengan memberi kuasa kepada mereka untuk melakukan tanda-tanda mukjizat. Akibatnya, beberapa memihak ”orang Yahudi tetapi yang lain memihak rasul-rasul”.​—Kisah 14:3, 4.

13. Bila menghadapi celaan, kapan biasanya ”waktu untuk berdiam diri”?

13 Jadi, bagaimana hendaknya tanggapan kita bila kita dicela? Itu bergantung keadaannya. Adakalanya, kita dituntut untuk menerapkan prinsip bahwa ada ”waktu untuk berdiam diri”. Hal ini penting sewaktu menghadapi para penentang yang dengan gigih berupaya menjebak kita dalam perdebatan yang tidak berujung-pangkal. Jangan lupa bahwa ada orang yang sama sekali tidak ingin mengetahui kebenaran. (2 Tesalonika 2:​9-​12) Tidak ada gunanya berupaya bernalar dengan orang-orang yang hatinya berkanjang dengan bangga dalam ketidakpercayaan. Lebih daripada itu, jika kita sibuk mendebat semua orang yang melancarkan tuduhan palsu terhadap kita, kita dapat tersimpangkan dari kegiatan yang jauh lebih penting dan mendatangkan berkat​—yaitu membantu orang-orang yang berhati jujur, yang benar-benar ingin mempelajari kebenaran Alkitab. Jadi, sewaktu berhadapan dengan orang-orang yang selalu melawan, yang bertekad menyebarkan dusta tentang kita, nasihat yang terilham adalah, ”Hindarilah mereka.”​—Roma 16:​17, 18; Matius 7:6.

14. Dengan cara-cara apa kita dapat membela iman kita di hadapan orang-orang lain?

14 Tentu saja, ini tidak berarti bahwa kita tidak membela iman kita. Bagaimanapun, ada pula ”waktu untuk berbicara”. Kita sepatutnya khawatir terhadap orang-orang tulus yang terus-menerus mendengar kritik-kritik yang memfitnah kita. Kita bersedia memberikan keterangan yang jelas tentang keyakinan kita yang sepenuh hati kepada orang-orang lain; bahkan, kita tidak akan melewatkan kesempatan itu. Petrus menulis, ”Sucikanlah Kristus sebagai Tuan dalam hatimu, selalu siap membuat pembelaan di hadapan setiap orang yang menuntut dari kamu alasan untuk harapan yang ada padamu, tetapi melakukannya disertai watak yang lemah lembut dan respek yang dalam.” (1 Petrus 3:​15) Bila para peminat yang tulus meminta bukti tentang kepercayaan yang kita junjung, bila mereka meminta keterangan tentang tuduhan palsu yang dilancarkan oleh para penentang, kita bertanggung jawab untuk membela iman kita, menyediakan jawaban-jawaban Alkitab yang tepat. Selain itu, tingkah laku kita yang baik dapat memberikan kesaksian yang besar. Seraya para pengamat yang berwawasan luas memperhatikan bahwa kita sungguh-sungguh berupaya hidup selaras dengan standar-standar Allah yang adil-benar, mereka dapat segera melihat bahwa tuduhan yang dibuat terhadap kita bersifat palsu.​—1 Petrus 2:​12-​15.

Bagaimana dengan Publisitas yang Memfitnah?

15. Sebutkan salah satu contoh bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa menjadi target keterangan yang menyimpang di media massa.

15 Adakalanya, Saksi-Saksi Yehuwa menjadi target keterangan yang menyimpang dalam media massa. Misalnya, pada tanggal 1 Agustus 1997, sebuah surat kabar Rusia menerbitkan sebuah artikel yang berisi fitnahan yang antara lain menuduh bahwa Saksi-Saksi secara mutlak menuntut agar anggota-anggotanya ’menolak istri, suami, dan orang-tua mereka yang tidak memahami dan tidak menganut agama mereka’. Siapa pun yang kenal betul dengan Saksi-Saksi Yehuwa tahu bahwa tuduhan ini palsu. Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang Kristen harus memperlakukan anggota-anggota keluarga yang tidak seiman dengan kasih dan respek, dan Saksi-Saksi berupaya mengikuti pengarahan itu. (1 Korintus 7:​12-​16; 1 Petrus 3:​1-4) Meskipun demikian, artikel tersebut dicetak, dan banyak pembaca mendapat informasi yang keliru. Bagaimana kita dapat membela iman kita bila kita mendapat tuduhan palsu?

16, 17, dan kotak pada halaman 16. (a) Apa yang pernah dikatakan Menara Pengawal tentang cara menanggapi informasi yang keliru di media massa? (b) Di bawah keadaan-keadaan apa Saksi-Saksi Yehuwa dapat menanggapi laporan yang negatif di media massa?

16 Dalam situasi seperti ini, ada ’waktu untuk berdiam diri dan waktu untuk berbicara’. Menara Pengawal pernah menyatakan sebagai berikut, ”Apakah kita mengabaikan informasi palsu di dalam media massa atau membela kebenaran melalui cara-cara yang tepat bergantung pada keadaan, penyulut kritikan, dan tujuannya.” Dalam beberapa kasus, ada baiknya kita abaikan saja laporan-laporan yang negatif, dengan demikian dusta-dusta tersebut tidak dipublisitaskan lebih jauh.

17 Dalam kasus-kasus lain, itu mungkin adalah ”waktu untuk berbicara”. Seorang jurnalis atau reporter yang bertanggung jawab mungkin diberi informasi keliru tentang Saksi-Saksi Yehuwa dan mungkin senang menerima informasi yang benar tentang kita. (Lihat kotak ”Mengoreksi Pernyataan yang Keliru”). Jika laporan-laporan yang negatif di media membangkitkan prasangka yang menghambat pekerjaan pengabaran kita, wakil-wakil kantor cabang Lembaga Menara Pengawal mungkin akan mengambil inisiatif untuk membela kebenaran melalui jalur-jalur yang cocok.b Misalnya, para penatua yang memenuhi syarat dapat ditugasi untuk menyajikan fakta yang sebenarnya, misalnya melalui sebuah acara TV, dan jika langkah ini tidak ditempuh, Saksi-Saksi Yehuwa dapat dianggap tidak sanggup menyediakan sanggahan. Saksi-Saksi secara perorangan bekerja sama secara bijaksana di bawah pengarahan Lembaga Menara Pengawal dan wakil-wakilnya dalam menangani hal itu.​—Ibrani 13:17.

Membela Kabar Baik secara Hukum

18. (a) Mengapa kita tidak membutuhkan izin pemerintah manusia untuk mengabar? (b) Haluan apa yang kita tempuh bila tidak mendapat izin mengabar?

18 Kita menerima wewenang dari surga untuk memberitakan kabar baik Kerajaan Allah. Yesus, yang menugasi kita untuk melakukan pekerjaan ini, telah diberi ’semua wewenang di surga dan di bumi’. (Matius 28:​18-​20; Filipi 2:​9-​11) Oleh karena itu, kita tidak membutuhkan izin pemerintah manusia untuk mengabar. Meskipun demikian, kita mengakui bahwa kebebasan beragama dapat menunjang penyebarluasan berita Kerajaan. Di negeri-negeri yang memberi kita kebebasan beribadat, kita akan menempuh jalur hukum untuk melindungi kebebasan itu. Bila kita tidak diberi kebebasan seperti itu, kita akan berupaya memperolehnya melalui jalur hukum yang berlaku. Tujuan kita adalah, bukannya untuk reformasi sosial, namun ”membela dan secara hukum meneguhkan kabar baik”.c​—Filipi 1:7.

19. (a) Apa kemungkinan akibatnya jika kita ’membayar kembali perkara-perkara Allah kepada Allah’? (b) Kita bertekad untuk melakukan apa?

19 Sebagai Saksi-Saksi Yehuwa, kita mengakui Yehuwa sebagai Penguasa Universal. Hukum-Nya adalah yang terunggul. Sesuai dengan hati nurani, kita menaati pemerintah manusia, yang berarti ’membayar kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar’. Namun, kita tidak akan membiarkan apa pun menghalangi kita dalam menunaikan tanggung jawab yang jauh lebih penting​—’membayar kembali perkara-perkara Allah kepada Allah’. (Matius 22:21) Kita memahami sepenuhnya bahwa melakukan hal itu akan menjadikan kita ”sasaran kebencian” bangsa-bangsa, namun kita menerimanya sebagai bagian dari biaya menjadi murid. Riwayat hukum Saksi-Saksi Yehuwa pada abad ke-20 merupakan bukti akan tekad kita untuk membela iman kita. Dengan bantuan dan dukungan Yehuwa, kita akan terus ”tanpa henti mengajar dan menyatakan kabar baik”.​—Kisah 5:​42.

[Catatan Kaki]

a Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible menjelaskan bahwa para penentang Yahudi ”menyempatkan diri untuk pergi ke semua [orang Kafir] yang mereka kenal, dan mengatakan apa saja yang tebersit dalam benak mereka atau niat jahat mereka, untuk menanamkan dalam diri orang-orang tersebut bukan saja pendapat yang keji melainkan juga jahat tentang kekristenan”.

b Setelah sebuah artikel yang memfitnah diterbitkan di surat kabar Rusia (yang disebutkan dalam paragraf 15), Saksi-Saksi Yehuwa mengajukan permohonan kepada Dewan Kehakiman Kepresidenan Federasi Rusia untuk Pertikaian Informasi agar tuduhan palsu yang dimuat dalam artikel tersebut ditinjau ulang. Belum lama ini, pengadilan mengeluarkan keputusan berisi teguran keras terhadap surat kabar tersebut karena mencetak artikel yang berisi fitnahan.​—Lihat Sedarlah!, 22 November 1998, halaman 26-7.

c Lihat artikel ”Secara Hukum Melindungi Kabar Baik”, di halaman 19-​22.

Apakah Saudara Ingat?

◻ Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa menjadi ”sasaran kebencian”?

◻ Bagaimana kita hendaknya memandang orang-orang yang tidak seagama dengan kita?

◻ Dalam menghadapi para penentang, bagaimana Yesus memberikan contoh yang seimbang?

◻ Bila dicela, bagaimana kita dapat menerapkan prinsip bahwa ada ’waktu untuk berdiam diri dan waktu untuk berbicara’?

[Kotak di hlm. 16]

Mengoreksi Pernyataan yang Keliru

”Di Yacuiba, Bolivia, sebuah kelompok penginjilan setempat mengatur agar stasiun televisi mempertunjukkan sebuah film yang ternyata diproduksi orang-orang murtad. Menilik pengaruh buruk dari acara itu, para penatua memutuskan untuk mengunjungi kedua stasiun televisi dan menawarkan agar mereka mempertunjukkan video Jehovah’s Witnesses​—The Organization Behind the Name (Saksi-Saksi Yehuwa​—Organisasi yang Mendukung Nama Itu) dan The Bible​—A Book of Fact and Prophecy kepada publik. Setelah melihat video Lembaga, pemilik stasiun radio menjadi marah karena penyajian yang keliru dalam acara yang dibuat orang-orang murtad dan menawarkan untuk membuat pengumuman singkat secara cuma-cuma bagi Saksi-Saksi Yehuwa sehubungan dengan kebaktian distrik mereka yang akan datang. Jumlah hadirin benar-benar luar biasa, dan banyak orang berhati jujur mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tulus sewaktu Saksi-Saksi mengunjungi mereka dalam pelayanan.​—Buku Kegiatan 1997, halaman 61-2.

[Gambar di hlm. 17]

Kadang-kadang, Yesus secara terbuka menyanggah tuduhan palsu para pengritiknya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan