PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • yp psl. 25 hlm. 198-204
  • Masturbasi—Seberapa Seriuskah Ini?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Masturbasi—Seberapa Seriuskah Ini?
  • Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mengapa Remaja-Remaja Mudah Jatuh?
  • ‘Bahan Bakar Mental’
  • “Obat Penenang”
  • Apa yang Dikatakan Alkitab?
  • Membangkitkan “Hawa Nafsu”
  • Mencemarkan secara Mental dan Emosi
  • Pandangan yang Seimbang terhadap Perasaan Bersalah
  • Masturbasi dan Homoseks
    Masa Remaja—Manfaatkanlah Sebaik-baiknya
  • Bagaimana Aku Dapat Menaklukkan Kebiasaan Masturbasi?
    Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 1
  • Saudara Bisa Menang Melawan Masturbasi
    ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
  • Bagaimana Aku Dapat Menaklukkan Kebiasaan Ini?
    Sedarlah!—2006
Lihat Lebih Banyak
Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis
yp psl. 25 hlm. 198-204

Pasal 25

Masturbasi—Seberapa Seriuskah Ini?

“Saya bertanya dalam hati apakah masturbasi salah dalam pandangan Allah. Apakah itu akan mempengaruhi kesehatan fisik dan/atau mental saya di masa depan dan jika saya mungkin menikah kelak?”—Melissa, yang berumur 15 tahun.

PIKIRAN semacam itu mengganggu banyak remaja. Alasannya? Masturbasi dilakukan di mana-mana. Menurut laporan, kira-kira 97 persen dari anak laki-laki dan lebih dari 90 persen dari anak-anak perempuan telah melakukan masturbasi menjelang umur 21 tahun. Selanjutnya, praktik ini telah disalahkan sebagai penyebab dari segala macam penyakit—dari kutil dan kelopak mata yang merah sampai ke penyakit ayan dan penyakit mental.

Para peneliti medis abad ke-20 tidak lagi mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang menakutkan tersebut. Sesungguhnya, dokter-dokter dewasa ini percaya bahwa tidak ada penyakit fisik yang disebabkan oleh masturbasi. Para peneliti, William Masters dan Virginia Johnson menambahkan bahwa “tidak ada bukti medis yang pasti bahwa masturbasi, tidak soal betapa sering, akan mengarah kepada penyakit mental.” Meskipun demikian, ada dampak buruk lain! Dan banyak remaja Kristen sepatutnya prihatin terhadap kebiasaan ini. “Pada waktu saya menyerah kepada [masturbasi], saya merasa seolah-olah saya mengecewakan Allah Yehuwa,” tulis seorang remaja. “Kadang-kadang saya mengalami depresi yang hebat.”

Tepatnya apa masturbasi itu? Betapa seriuskah itu, dan mengapa begitu banyak remaja merasa ini suatu kebiasaan yang sulit dihilangkan?

Mengapa Remaja-Remaja Mudah Jatuh?

Masturbasi adalah perbuatan merangsang diri sendiri dengan sengaja untuk menghasilkan rangsangan seksual. Pada masa berkembangnya keremajaan, keinginan seks menjadi kuat. Hormon-hormon yang kuat dikeluarkan oleh tubuh, yang mempengaruhi organ-organ reproduksi. Maka seorang remaja mulai menyadari bahwa organ-organ ini dapat menghasilkan perasaan atau sensasi yang menyenangkan. Dan kadang-kadang seorang remaja bisa terangsang secara seksual bahkan tanpa memikirkan seks.

Sebagai contoh, ketegangan yang timbul karena berbagai macam kekhawatiran, perasaan takut, atau frustrasi dapat mempengaruhi sistem syaraf yang peka dari seorang anak laki-laki dan menimbulkan rangsangan seksual. Menimbunnya air mani juga dapat mengakibatkan ia bangun tidur dalam keadaan terangsang secara seksual. Atau hal itu dapat menyebabkan keluarnya air mani pada malam hari, yang biasanya disertai dengan mimpi yang erotis. Demikian pula, ada gadis-gadis muda yang mungkin merasa terangsang secara tidak sengaja. Banyak wanita mempunyai keinginan seks yang lebih tinggi tepat sebelum atau setelah masa haid mereka.

Jadi jika anda mengalami rangsangan semacam itu, tidak ada yang salah dengan anda. Ini adalah tanggapan yang normal dari tubuh yang masih muda. Sensasi semacam itu, meskipun sangat hebat, tidak sama dengan masturbasi, karena hal itu sebagian besar tidak disengaja. Dan seraya anda bertambah dewasa, kuatnya sensasi baru tersebut akan mereda.

Tetapi, karena perasaan ingin tahu dan karena sensasi ini hal yang baru, ada remaja-remaja yang dengan sengaja memanipulasi, atau bermain-main dengan organ seks mereka.

‘Bahan Bakar Mental’

Alkitab menggambarkan tentang seorang pria muda yang bertemu dengan seorang perempuan sundal. Perempuan itu menciumnya dan berkata: “Marilah kita . . . bersama-sama menikmati asmara.” Kemudian apa yang terjadi? “Maka tiba-tiba orang muda itu mengikuti dia seperti lembu yang dibawa ke pejagalan.” (Amsal 7:7-22) Jelas, nafsu pemuda ini dibangkitkan bukan hanya karena hormon-hormonnya sedang bekerja tetapi karena apa yang ia lihat dan dengar.

Demikian pula, seorang pria muda mengakui: ‘Akar dari seluruh problem saya dengan masturbasi terletak pada apa yang saya masukkan ke dalam pikiran. Saya akan menonton acara-acara TV yang berisi imoralitas dan kadang-kadang menonton acara-acara pada cable TV yang berisi adegan-adegan telanjang. Adegan-adegan semacam itu begitu mengejutkan sehingga tetap tinggal dalam pikiran. Hal itu akan muncul lagi dalam pikiran saya, menjadi bahan bakar mental yang diperlukan untuk melakukan masturbasi.’

Ya, sering kali apa yang dibaca, ditonton, atau didengarkan, maupun apa yang dibicarakan atau direnungkan, akan menggerakkan perbuatan masturbasi. Seperti diakui seorang wanita berumur 25 tahun: “Saya tampaknya benar-benar tidak dapat menghentikan kebiasaan itu. Tetapi, saya biasa membaca novel-novel roman, dan hal ini menambah problem itu.”

“Obat Penenang”

Pengalaman wanita muda ini menyingkapkan apa yang tiada sangsi lagi merupakan alasan terbesar mengapa kebiasaan itu bisa begitu sulit dibuang. Ia melanjutkan: “Biasanya saya bermasturbasi untuk menghilangkan tekanan, ketegangan, atau kekhawatiran. Kesenangan singkat itu adalah bagaikan minuman keras yang diminum seorang pecandu alkohol untuk menenangkan syarafnya.”

Para peneliti, Suzanne dan Irving Sarnoff menulis: “Bagi beberapa orang masturbasi bisa menjadi kebiasaan yang mereka lakukan sebagai pelipur lara kapan saja mereka ditolak atau merasa khawatir terhadap sesuatu. Tetapi, orang lain akan melakukan ini hanya sewaktu-waktu, pada waktu mereka mengalami tekanan emosi yang paling berat.” Nyata bahwa orang lain juga melakukan kebiasaan itu bila terganggu, tertekan, kesepian, atau mendapat banyak tekanan; ini menjadi “obat penenang” untuk menghilangkan kesulitan mereka.

Apa yang Dikatakan Alkitab?

Seorang remaja bertanya: “Apakah masturbasi suatu dosa yang tidak dapat diampuni?” Masturbasi tidak disebutkan sama sekali dalam Alkitab.a Kebiasaan ini umum di dunia yang berbahasa Yunani pada zaman Alkitab, dan beberapa kata Yunani digunakan untuk menggambarkan kebiasaan ini. Namun tidak satu pun dari kata-kata tersebut digunakan dalam Alkitab.

Karena masturbasi tidak secara langsung dikutuk dalam Alkitab, apakah berarti perbuatan itu tidak merugikan? Sama sekali tidak! Walaupun tidak digolongkan dalam dosa-dosa besar seperti percabulan, masturbasi pasti suatu kebiasaan yang tidak bersih. (Efesus 4:19) Jadi prinsip-prinsip dalam Firman Allah menunjukkan bahwa anda akan mendapat “faedah” dengan secara tegas menolak kebiasaan yang najis ini.—Yesaya 48:17.

Membangkitkan “Hawa Nafsu”

“Karena itu matikanlah dalam dirimu,” Alkitab melanjutkan, “segala sesuatu yang . . . [bersifat] hawa nafsu.” (Kolose 3:5) “Hawa nafsu” tidak memaksudkan perasaan seksual yang normal tetapi nafsu yang tidak terkendali. Jadi “hawa nafsu” semacam itu dapat membuat seseorang memuaskan diri dalam perbuatan-perbuatan bejat, yang digambarkan oleh Paulus dalam Roma 1:26, 27.

Tetapi bukankah masturbasi akan ‘mematikan’ keinginan tersebut? Tidak, sebaliknya, seperti diakui seorang remaja: “Pada waktu anda bermasturbasi, anda secara mental terus memikirkan keinginan yang salah, dan hal itu hanya akan memperbesar nafsu anda untuk hal tersebut.” Sering kali khayalan yang imoral digunakan untuk memperbesar kenikmatan seksual. (Matius 5:27, 28) Karena itu, dalam keadaan yang memungkinkan, seseorang dapat mudah jatuh kepada imoralitas. Ini terjadi atas seorang remaja, yang mengakui: “Pada suatu waktu, saya merasa bahwa masturbasi dapat menyingkirkan frustrasi tanpa terlibat dengan seorang gadis. Namun saya memperkembangkan keinginan yang terlalu kuat untuk berbuat demikian.” Ia melakukan percabulan. Tidak heran bahwa penelitian secara nasional menyingkapkan bahwa mayoritas remaja yang bermasturbasi juga melakukan percabulan. Jumlah mereka 50 persen lebih banyak dari mereka yang masih perawan!

Mencemarkan secara Mental dan Emosi

Masturbasi juga menanamkan sikap-sikap tertentu yang merusak mental. (Bandingkan 2 Korintus 11:3.) Pada waktu bermasturbasi, seseorang asyik dalam perasaan tubuhnya sendiri—perhatian secara total terpusat pada diri sendiri. Seks menjadi sesuatu yang terpisah dari kasih dan menjadi sekedar refleks yang melepaskan ketegangan. Namun Allah bermaksud agar keinginan seks dipuaskan dalam persetubuhan—pernyataan cinta antara seorang pria dan istrinya.—Amsal 5:15-19.

Seorang yang biasa melakukan masturbasi mungkin juga cenderung memandang lawan jenisnya sebagai obyek seks belaka—alat untuk memuaskan nafsu seksual. Sikap salah yang diajarkan oleh masturbasi dengan demikian mencemari “semangat” seseorang atau kecenderungan mental utamanya. Dalam beberapa hal, problem-problem yang ditimbulkan oleh masturbasi tetap ada bahkan setelah perkawinan! Untuk alasan yang baik, Firman Allah menganjurkan: “Saudara-saudaraku yang kekasih, . . . marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani.”—2 Korintus 7:1.

Pandangan yang Seimbang terhadap Perasaan Bersalah

Banyak remaja, meskipun pada umumnya berhasil mengatasi kebiasaan buruk ini, kadang-kadang menyerah kepada hal itu. Untunglah, Allah sangat berbelas kasihan. “Sebab Engkau, ya [Yehuwa], baik dan suka mengampuni,” kata pemazmur. (Mazmur 86:5) Bila seorang Kristen menyerah kepada masturbasi, hatinya sering mengutuk dirinya sendiri. Namun, Alkitab menyatakan bahwa “Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.” (1 Yohanes 3:20) Allah tidak hanya melihat dosa-dosa kita. Besarnya pengetahuan-Nya memungkinkan Dia untuk dengan simpati mendengarkan permohonan ampun kita yang sungguh-sungguh. Seperti ditulis oleh seorang wanita muda: “Saya merasa bersalah sampai suatu tingkat tertentu, namun dengan mengetahui bahwa Yehuwa benar-benar Allah yang pengasih dan bahwa Ia dapat membaca hati saya dan mengetahui semua upaya dan niat saya, saya tidak merasa terlalu sedih pada waktu saya sewaktu-waktu gagal.” Jika anda melawan keinginan untuk masturbasi, kemungkinan besar anda tidak akan melakukan dosa yang serius berupa percabulan.

Terbitan The Watchtower tanggal 1 September 1959, menyatakan: “Kita [mungkin] tersandung dan berkali-kali jatuh dalam suatu kebiasaan buruk yang telah tertanam dengan lebih dalam pada pola hidup kita sebelumnya daripada yang kita sadari. . . . Jangan putus asa. Jangan menyimpulkan bahwa saudara telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Setan justru inginkan agar saudara berpikir demikian. Kenyataan bahwa saudara merasa sedih dan kesal terhadap diri sendiri merupakan bukti bahwa saudara masih belum tersesat terlalu jauh. Jangan bosan untuk dengan rendah hati dan sungguh-sungguh berpaling kepada Allah, memohonkan pengampunan dan pentahiran serta bantuan-Nya. Hampiri Dia seperti seorang anak menghampiri ayahnya bila dalam kesulitan, tidak soal betapa sering untuk kelemahan yang sama, dan Yehuwa dengan murah hati akan memberi saudara bantuan karena kasih kemurahan-Nya dan, jika saudara sungguh-sungguh, Ia akan memberi saudara perwujudan dari hati nurani yang bersih.”

Bagaimana “hati nurani yang bersih” itu dapat diperoleh?

[Catatan Kaki]

a Allah mengeksekusi Onan karena ‘menumpahkan maninya ke tanah.’ (Klinkert) Tetapi, ini bukan masturbasi melainkan sanggama terputus. Dan juga, Onan dieksekusi karena bersifat mementingkan diri dengan tidak mau melaksanakan perkawinan ipar untuk meneruskan garis keturunan kakaknya yang telah meninggal. (Kejadian 38:1-10) Bagaimana dengan “tumpahan mani” yang disebutkan dalam Imamat 15:16-18? Ini jelas tidak memaksudkan masturbasi, melainkan keluarnya mani pada malam hari maupun pada waktu hubungan seks dalam perkawinan.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi

◻ Apa gerangan masturbasi itu, dan apa beberapa pendapat populer yang salah mengenai hal itu?

◻ Mengapa remaja-remaja sering merasakan keinginan seks yang sangat kuat? Apakah menurut anda ini salah?

◻ Hal-hal apa dapat mengobarkan keinginan untuk masturbasi?

◻ Apakah masturbasi merugikan seorang remaja?

◻ Menurut anda, dosa yang seberapa seriuskah masturbasi itu? Bagaimana pandangan Yehuwa terhadap seorang remaja yang berjuang melawan hal itu, walaupun mungkin mendapat kesulitan mengatasinya?

[Blurb di hlm. 200]

Beberapa merasakan desakan untuk masturbasi pada waktu mendapat tekanan atau merasa tegang, kesepian, atau depresi

[Blurb di hlm. 202]

‘Akar dari seluruh problem saya dengan masturbasi terletak pada apa yang saya masukkan ke dalam pikiran’

[Blurb di hlm. 204]

“Pada waktu saya menyerah kepada [masturbasi], saya merasa seolah-olah saya mengecewakan Allah Yehuwa”

[Gambar di hlm. 198]

Walaupun masturbasi dapat menimbulkan perasaan bersalah yang kuat, doa yang sungguh-sungguh memohonkan pengampunan Allah dan upaya yang keras untuk menolak kebiasaan itu dapat memberi seseorang hati nurani yang baik

[Gambar di hlm. 203]

Film, buku, dan acara TV yang erotik sering merupakan ‘bahan bakar mental’ untuk masturbasi

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan