PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2 “Ruang Mahakudus”
  • Ruang Mahakudus

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Ruang Mahakudus
  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Tempat Kudus
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • ”Rumah Doa bagi Semua Bangsa”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Ruang Mahakudus
    Daftar Istilah
  • Pendamaian, Hari
    Pemahaman Alkitab, Jilid 2
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2 “Ruang Mahakudus”

RUANG MAHAKUDUS

Ruang yang paling dalam di tabernakel dan, belakangan, di bait; juga disebut Ruang Yang Kudus Atas Segala Yang Kudus. (Kel 26:33, Rbi8, ctk.; 1Raj 6:16) Ruang di tabernakel ini tampaknya berbentuk kubus, sebab ketiga sisinya masing-masing berukuran sepuluh hasta (4,5 m); ukuran Ruang Mahakudus di bait yang dibangun oleh Salomo dua kali lebih besar daripada yang ada di tabernakel, sehingga volume ruangan itu delapan kali lebih besar.—Kel 26:15, 16, 18, 22, 23; 1Raj 6:16, 17, 20; 2Taw 3:8.

Imam besar masuk ke dalam Ruang Mahakudus hanya pada Hari Pendamaian tahunan; tidak seorang pun boleh melewati tirai yang tergantung di antara ruang ini dan Tempat Kudus. (Im 16:2) Di Ruang Mahakudus imam besar dikelilingi oleh gambar-gambar kerub yang disulam dengan benang berwarna-warni pada bagian dalam kain penutup tabernakel dan pada tirai. (Kel 26:1, 31, 33) Dalam bait Salomo, tembok dan langit-langitnya terbuat dari kayu aras berlapis emas, dan tembok-temboknya dihiasi ukiran kerub, gambar pohon palem, hiasan berbentuk labu, dan bunga.—1Raj 6:16-18, 29; 2Taw 3:7, 8.

Menurut Alkitab, pada Hari Pendamaian imam besar memasuki Ruang Mahakudus tiga kali: Pertama kali sambil membawa pedupaan emas yang penuh dengan dupa wangi, yang dibakar dengan bara dari mezbah; kedua kali, membawa darah lembu jantan, persembahan dosa untuk suku imam; dan akhirnya, membawa darah kambing, persembahan dosa untuk umat Israel. (Im 16:11-15; Ibr 9:6, 7, 25) Ia memercikkan darah binatang di tanah di depan tabut perjanjian emas; di atas tutup tabut itu terdapat kerub-kerub emas dan awan yang melambangkan kehadiran Yehuwa. (Kel 25:17-22; Im 16:2, 14, 15) Awan itu kelihatannya bersinar seperti cahaya yang cemerlang, dan merupakan satu-satunya penerang untuk ruang di tabernakel ini, yang tidak ada kaki pelitanya.

Ketika tabernakel ada di padang belantara, di atas Ruang Mahakudus terdapat awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari, yang terlihat dari seluruh perkemahan Israel.—Kel 13:22; 40:38; Bil 9:15; bdk. Mz 80:1.

Tidak Ada Tabut di Bait-Bait yang Belakangan. Kapan dan bagaimana tabut perjanjian itu lenyap tidak diketahui. Rupanya orang Babilonia tidak mengambilnya sewaktu mereka menjarah dan menghancurkan bait pada tahun 607 SM, sebab Tabut tidak disebutkan di antara barang-barang bait yang dibawa pergi. (2Raj 25:13-17; Ezr 1:7-11) Di bait kedua, yang dibangun oleh Zerubabel, dan di bait Herodes yang desainnya lebih rumit, tidak ada Tabut di Ruang Mahakudus. Pada waktu Yesus mati, Allah menyatakan kemarahan-Nya dengan menyebabkan tirai yang tebal dan berat yang memisahkan Ruang Mahakudus dari Tempat Kudus terkoyak menjadi dua dari atas sampai bawah. Imam-imam yang melaksanakan tugas mereka di Tempat Kudus pada waktu itu dapat melihat ke dalam Ruang Mahakudus dan fakta bahwa ruangan itu tidak berisi Tabut, yang menggambarkan kehadiran Allah bersama mereka, tentu meninggalkan kesan yang dalam atas diri mereka. Tindakan Allah ini dengan jelas membuktikan bahwa korban-korban pendamaian yang dipersembahkan oleh imam besar Yahudi sekarang tidak ada lagi nilainya dan dinas keimaman Lewi tidak dibutuhkan lagi.—Mat 27:51; 23:38; Ibr 9:1-15.

Sebagai Lambang. Ruang Mahakudus di kemah pertemuan, atau tabernakel, berisi tabut perjanjian; di atas tutup Tabut itu terdapat dua kerub emas yang menggambarkan takhta Allah. Karena itu, Ruang Mahakudus digunakan secara kiasan untuk menggambarkan tempat kediaman Allah Yehuwa, yaitu surga. Surat yang terilham kepada orang Ibrani memberi kita penjelasan tentang hal ini, dengan membandingkan masuknya imam besar Israel ke dalam Ruang Mahakudus setahun sekali, pada Hari Pendamaian, dengan masuknya Imam Besar agung Yesus Kristus ke dalam apa yang dilambangkan oleh Ruang Mahakudus, sekali untuk selamanya sambil membawa korbannya bagi dosa. Dijelaskan, ”Mengenai ruang kedua [Ruang Mahakudus], imam besar saja yang masuk ke dalamnya sekali setahun, namun bukannya tanpa darah, yang ia persembahkan bagi dirinya dan bagi dosa bangsa itu yang dilakukan karena ketidaktahuan. . . . Kemah ini adalah suatu gambaran untuk waktu yang ditetapkan yang sekarang telah tiba . . . Akan tetapi, ketika Kristus datang sebagai imam besar dari hal-hal baik yang telah terjadi, melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna yang tidak dibuat dengan tangan, yaitu yang bukan dari ciptaan ini, ia masuk, bukan dengan darah kambing dan darah lembu jantan muda, tetapi dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya ke dalam tempat kudus, dan memperoleh pembebasan abadi bagi kita. Karena itu, gambaran simbolis dari perkara-perkara yang ada di surga perlu ditahirkan dengan cara ini [darah korban-korban binatang dipercikkan di atasnya], tetapi perkara-perkara surgawi itu sendiri, dengan korban-korban yang lebih baik daripada korban-korban demikian. Karena Kristus tidak masuk ke suatu tempat kudus yang dibuat dengan tangan, yang adalah tiruan dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga itu sendiri, untuk menghadap pribadi Allah bagi kita.”—Ibr 9:7-12, 23, 24.

Maka Yesus Kristus sebagai Imam Besar agung seperti Melkhizedek menggenapi apa yang hanya dapat dilakukan secara simbolis oleh imam besar Israel keturunan Harun sewaktu masuk ke dalam Ruang Mahakudus di bumi. (Ibr 9:24) Saudara-saudara rohani Kristus, sesama ahli waris bersamanya, dikuatkan oleh kata-kata dalam surat yang sama kepada orang Ibrani, bahwa ”kita yang telah melarikan diri ke tempat perlindungan dapat memperoleh anjuran yang kuat untuk berpegang pada harapan yang ditaruh di hadapan kita. Harapan ini, yang adalah pasti dan juga teguh, kita miliki sebagai jangkar bagi jiwa, dan itu telah masuk ke sebelah dalam tirai, ke mana seorang pelopor telah masuk demi kepentingan kita, yaitu Yesus, yang telah menjadi imam besar seperti Melkhizedek untuk selamanya”.—Ibr 6:18-20.

Sekali lagi, Paulus menganjurkan orang-orang Kristen itu agar merasa bebas dan yakin sepenuhnya untuk menghampiri Allah dan berpegang teguh pada harapan mereka tanpa tergoyahkan, melalui kata-kata selanjutnya ini, ”Maka saudara-saudara, mengingat bahwa oleh karena darah Yesus kita mempunyai keberanian untuk memasuki jalan yang menuju ke tempat kudus, yang ia resmikan sebagai jalan yang baru dan hidup bagi kita melalui tirai, yaitu tubuhnya, dan karena kita memiliki imam agung atas rumah Allah, biarlah kita mendekat dengan hati yang benar, dengan keyakinan penuh berupa iman, sebab hati kita telah dipercik sehingga bersih dari hati nurani yang fasik dan tubuh kita dimandikan dengan air bersih. Biarlah kita berpegang erat pada pernyataan tentang harapan kita di hadapan umum tanpa goyah, karena ia yang berjanji adalah setia.”—Ibr 10:19-23.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan