PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 1/8 hlm. 14-19
  • Hendaklah Kasih Persaudaraanmu Terus Ada!

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Hendaklah Kasih Persaudaraanmu Terus Ada!
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Memperlihatkan Sikap Seperasaan
  • Memperlihatkan Penghargaan
  • Tindakan Kebaikan Hati yang Penuh Kasih
  • Teruslah Perkuat ”Kasih Persaudaraan”!
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2016
  • Memperoleh Kunci kepada Kasih Sayang Persaudaraan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Ayat Tahunan 2016
    Buku Tahunan Saksi-Saksi Yehuwa 2016
  • ”Teruslah Mengasihi”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 1/8 hlm. 14-19

Hendaklah Kasih Persaudaraanmu Terus Ada!

”Hendaklah kasih persaudaraanmu terus ada.”​—IBRANI 13:1.

1. Apa yang akan saudara lakukan untuk menjaga api tetap menyala pada malam yang dingin, dan yang serupa dengan itu, apa tanggung jawab kita semua?

UDARA di luar sana sangat dingin, dan temperatur merosot tajam. Satu-satunya sumber panas di rumah saudara adalah api yang berpijar di tungku. Kehidupan bergantung pada upaya saudara untuk mempertahankan api terus berkobar. Apakah saudara akan duduk saja sambil memperhatikan seraya nyala api padam dan cahaya merah pada bara mulai memucat menjadi kelabu? Tentu saja tidak. Saudara tanpa kenal lelah akan terus menambah bahan bakar agar api tetap menyala. Dalam arti tertentu, kita masing-masing harus melakukan pekerjaan serupa itu sehubungan dengan ”api” yang jauh lebih penting​—yang seharusnya berkobar di hati kita​—kasih.

2. (a) Mengapa dapat dikatakan bahwa kasih telah mendingin pada hari-hari terakhir ini? (b) Seberapa pentingkah kasih bagi orang-orang Kristen sejati?

2 Kita hidup pada suatu masa ketika, seperti yang dinubuatkan Yesus lama berselang, kasih mendingin di antara orang-orang yang mengaku Kristen di seluas dunia. (Matius 24:12) Yesus memaksudkan jenis kasih yang paling penting, kasih kepada Allah Yehuwa dan kepada Firman-Nya, Alkitab. Jenis-jenis kasih lain juga memudar. Alkitab menubuatkan bahwa pada ”hari-hari terakhir”, banyak yang ”tidak memiliki kasih sayang alami”. (2 Timotius 3:​1-5) Alangkah benarnya hal ini! Keluarga seharusnya menjadi tempat berlabuh yang penuh kasih sayang alami, namun bahkan di sana, kekerasan dan penganiayaan​—kadang-kadang dilakukan dengan sangat brutal​—telah menjadi sangat umum. Namun, meskipun suasana dunia ini dingin, orang-orang Kristen diperintahkan bukan hanya untuk memiliki kasih satu sama lain tetapi juga untuk memiliki kasih yang rela berkorban, mendahulukan orang lain daripada diri sendiri. Kita harus mempertunjukkan kasih ini dengan sangat jelas sehingga tampak oleh semua, menjadi tanda pengenal sidang Kristen yang sejati.​—Yohanes 13:34, 35.

3. Apa gerangan kasih persaudaraan, dan apa artinya menjaga agar kasih persaudaraan terus ada?

3 Rasul Paulus diilhami untuk memerintahkan, ”Hendaklah kasih persaudaraanmu terus ada.” (Ibrani 13:1) Menurut sebuah publikasi ilmiah, kata Yunani yang di sini diterjemahkan ’kasih persaudaraan’ (phi·la·del·phiʹa) ”memaksudkan kasih yang penuh sayang, memperlihatkan kebaikan hati, simpati, dan menawarkan bantuan”. Dan apa yang Paulus maksudkan ketika ia mengatakan bahwa kita hendaknya menjaga agar kasih semacam itu terus ada? ”Itu tidak boleh menjadi dingin,” tulis publikasi yang sama. Maka kasih sayang kepada saudara-saudara kita tidaklah cukup di hati saja; kita harus memperlihatkannya. Selain itu, kita harus membuat kasih ini bertahan, tidak pernah membiarkannya mendingin. Apakah ini tantangan? Ya, namun roh Yehuwa dapat membantu kita untuk memupuk kasih sayang persaudaraan dan mempertahankannya. Marilah kita membahas tiga cara untuk mengobarkan api kasih ini dalam hati kita.

Memperlihatkan Sikap Seperasaan

4. Apa gerangan sikap seperasaan?

4 Jika saudara ingin lebih mengasihi saudara dan saudari Kristen, pertama-tama saudara mungkin perlu menyelami perasaan mereka, berempati terhadap mereka dalam pencobaan dan tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan. Rasul Petrus menyarankan hal ini sewaktu ia menulis, ”Kamu semua bersepakatlah, perlihatkan sikap seperasaan, miliki kasih sayang persaudaraan, beriba hati yang lembut, sederhana dalam pikiran.” (1 Petrus 3:8) Kata Yunani yang digunakan di sini untuk memperlihatkan ”sikap seperasaan” berarti ”menderita bersama”. Berkenaan kata tersebut, seorang pakar bahasa Yunani Alkitab mengatakan, ”Ini menggambarkan keadaan pikiran yang muncul sewaktu kita turut merasakan perasaan orang lain seolah-olah itu adalah perasaan kita sendiri.” Oleh karena itu, empati dibutuhkan. Seorang hamba Yehuwa yang setia dan telah lanjut usia pernah mengatakan, ”Empati adalah kepedihanmu ada di hatiku.”

5. Bagaimana kita mengetahui bahwa Yehuwa memiliki sikap seperasaan?

5 Apakah Yehuwa memiliki sikap seperasaan semacam itu? Tentu saja. Misalnya, kita membaca berkenaan penderitaan umat-Nya Israel, ”Dalam segala kesusahan mereka, itu menyusahkan hatinya.” (Yesaya 63:9, NW) Yehuwa tidak sekadar melihat kesusahan mereka; Ia menyelami perasaan bangsa itu. Seberapa hebat perasaan-Nya diilustrasikan oleh kata-kata Yehuwa sendiri kepada umat-Nya, yang dicatat di Zakharia 2:8 (NW), ”Ia yang menjamah kamu berarti menjamah bola mataku.”a Seorang komentator menulis sehubungan dengan ayat ini, ”Mata adalah salah satu struktur yang paling rumit dan rentan dalam tubuh manusia; dan bola mata​—organ tubuh yang terbuka sebagai sarana masuk cahaya dari langit untuk memfungsikan penglihatan​—adalah bagian yang paling sensitif, serta penting, pada struktur tersebut. Tidak ada istilah lain yang lebih baik untuk menyampaikan gagasan tentang pemeliharaan yang sangat lembut dari Yehuwa bagi objek-objek yang dikasihi-Nya.”

6. Bagaimana Yesus Kristus memperlihatkan sikap seperasaan?

6 Yesus juga selalu memperlihatkan sikap seperasaan yang teramat dalam. Berulang-kali ia ”tergerak oleh rasa kasihan” atas keadaan menyedihkan yang dialami sesama manusia yang sakit atau khawatir. (Markus 1:41; 6:34) Ia menunjukkan bahwa barangsiapa lalai memperlakukan para pengikutnya yang terurap dengan baik hati, ia merasa seolah-olah dirinya sendiri yang diperlakukan seperti itu. (Matius 25:41-46) Dan dewasa ini sebagai ”imam besar” surgawi kita, ia adalah pribadi yang dapat ’bersimpati terhadap kelemahan-kelemahan kita’.​—Ibrani 4:​15.

7. Bagaimana sikap seperasaan membantu kita sewaktu seorang saudara atau saudari menjengkelkan kita?

7 ’Bersimpati terhadap kelemahan-kelemahan kita’​—bukankah ini gagasan yang menghibur? Maka, tentulah kita ingin berbuat demikian satu sama lain. Memang, adalah jauh lebih mudah untuk mencari-cari kelemahan orang lain. (Matius 7:3-5) Namun jika nanti seorang saudara atau saudari membuat saudara jengkel, bagaimana jika saudara mencoba hal berikut ini? Bayangkan diri saudara dalam keadaan orang tersebut, dengan latar belakangnya, kepribadiannya, dengan serangkaian kesalahan pribadi yang harus diatasi. Apakah saudara yakin tidak akan membuat kesalahan yang sama​—atau bahkan lebih buruk? Sebaliknya daripada berharap terlalu banyak dari orang lain, hendaknya kita memperlihatkan sikap seperasaan, yang akan membantu kita bersikap masuk akal seperti Yehuwa, yang ’mengingat bahwa kita ini debu’. (Mazmur 103:14; Yakobus 3:17) Ia mengetahui keterbatasan kita. Ia tidak pernah mengharapkan kita melakukan lebih daripada yang dengan masuk akal dapat kita lakukan. (Bandingkan 1 Raja 19:5-7.) Marilah kita mengulurkan sikap seperasaan demikian kepada orang-orang lain.

8. Bagaimana hendaknya kita bereaksi sewaktu seorang saudara atau saudari mengalami kesukaran?

8 Paulus menulis bahwa sidang dapat disamakan dengan satu tubuh dengan keragaman anggota-anggotanya yang harus bekerja sama dalam persatuan. Ia menambahkan, ”Jika satu anggota menderita, semua anggota lain menderita bersamanya.” (1 Korintus 12:​12-​26) Kita perlu menderita bersama, atau berempati dengan, orang-orang yang mengalami pencobaan yang berat. Para penatua mengambil pimpinan dalam melakukan hal itu. Paulus juga menulis, ”Siapa yang lemah, dan aku tidak lemah? Siapa yang tersandung, dan aku tidak naik pitam?” (2 Korintus 11:29) Para penatua dan pengawas keliling meniru Paulus dalam hal ini. Dalam khotbah-khotbah mereka, dalam pekerjaan penggembalaan mereka, dan bahkan dalam cara penanganan perkara-perkara pengadilan, mereka berupaya memperlihatkan sikap seperasaan. Paulus menyarankan, ”Menangislah bersama orang yang menangis.” (Roma 12:15) Sewaktu para domba merasakan bahwa para gembala benar-benar menyelami perasaan mereka, memahami keterbatasan mereka, dan bersimpati terhadap kesukaran yang mereka hadapi, mereka biasanya lebih bersedia untuk menerima nasihat, pengarahan, dan disiplin. Mereka menghadiri perhimpunan-perhimpunan dengan penuh semangat, merasa yakin bahwa mereka akan mendapat ’kesegaran bagi jiwa mereka’.​—Matius 11:29.

Memperlihatkan Penghargaan

9. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan bahwa Ia menghargai apa yang baik dalam diri kita?

9 Cara kedua untuk mengobarkan kasih persaudaraan adalah melalui penghargaan. Untuk menghargai orang-orang lain, kita harus memusatkan perhatian dan menghargai sifat-sifat baik dan upaya-upaya mereka. Jika kita berbuat demikian, kita meniru Yehuwa sendiri. (Efesus 5:1) Setiap hari Ia mengampuni banyak dosa kecil yang kita lakukan. Ia bahkan mengampuni dosa-dosa serius apabila si pelakunya memperlihatkan pertobatan sejati. Kemudian, begitu Ia mengampuni dosa-dosa kita, Ia tidak terus mengingat-ingatnya. (Yehezkiel 33:​14-​16) Sang pemazmur bertanya, ”Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3) Perhatian Yehuwa terpusat pada perkara-perkara baik yang kita lakukan dalam melayani Dia.​—Ibrani 6:​10.

10. (a) Mengapa berbahaya apabila pasangan suami-istri kehilangan penghargaan akan satu sama lain? (b) Apa yang hendaknya dilakukan seseorang yang kehilangan penghargaan akan teman hidupnya?

10 Sangatlah penting untuk meniru teladan ini di dalam keluarga. Jika orang-tua memperlihatkan bahwa mereka menghargai satu sama lain, mereka menyediakan pola bagi keluarga. Pada era perkawinan seumur jagung seperti sekarang ini, sangatlah mudah untuk kurang menghargai teman hidup dan membesar-besarkan kesalahannya serta menyepelekan sifat-sifat baiknya. Cara berpikir yang negatif demikian mengikis perkawinan, mengubahnya menjadi suatu beban yang tidak mendatangkan sukacita. Jika penghargaan saudara terhadap teman hidup mulai memudar, tanyakan diri saudara, ’Apakah teman hidup saya sama sekali tidak punya sifat baik?’ Pikirkan kembali alasan-alasan saudara jatuh cinta kepadanya dan menikahinya. Apakah semua alasan untuk mengasihi pribadi yang unik ini telah lenyap? Tentunya tidak; maka berupaya keraslah untuk menghargai hal-hal baik dalam diri teman hidup saudara, dan utarakanlah penghargaan saudara dengan kata-kata.​—Amsal 31:28.

11. Agar kasih dalam perkawinan bebas dari kemunafikan, praktek-praktek apa harus dihindari?

11 Penghargaan juga membantu pasangan suami-istri untuk menjaga kasih mereka bebas dari kemunafikan. (Bandingkan 2 Korintus 6:6; 1 Petrus 1:​22.) Kasih demikian, dikobarkan oleh penghargaan yang sepenuh hati, tidak akan memberikan tempat pada kekejaman yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang, tidak ada tempat bagi kata-kata yang menyakitkan hati dan mempermalukan, tidak ada tempat bagi sikap dingin tanpa sepatah pun kata yang ramah atau sopan, dan tentu saja tidak ada tempat bagi kekerasan fisik. (Efesus 5:​28, 29) Suami dan istri yang benar-benar menghargai satu sama lain akan saling menghormati. Mereka berbuat itu bukan hanya sewaktu mereka berada di hadapan umum namun kapan pun mereka dilihat Yehuwa​—dengan kata lain, setiap waktu.​—Amsal 5:​21.

12. Mengapa orang-tua hendaknya menyatakan penghargaan atas hal-hal baik dalam diri anak-anak mereka?

12 Anak-anak juga perlu merasa dihargai. Bukan berarti bahwa orang-tua hendaknya menghujani mereka dengan pujian kosong, melainkan mereka hendaknya memuji sifat-sifat terpuji pada diri anak-anak mereka, serta memuji perbuatan baik yang mereka lakukan dengan tulus. Ingatlah teladan Yehuwa dalam menyatakan perkenannya atas Yesus. (Markus 1:​11) Ingat juga, teladan Yesus sebagai ”majikan” dalam suatu perumpamaan. Ia memuji dua ”budak yang baik dan setia” secara sama rata, meskipun masing-masing budak menerima amanat dalam kadar yang berbeda, dan membuahkan hasil dalam kadar yang berbeda pula. (Matius 25:​20-​23; bandingkan Matius 13:23.) Orang-tua yang bijaksana pun hendaknya mencari cara-cara untuk menyatakan penghargaan atas sifat-sifat, kesanggupan, dan prestasi yang unik dari masing-masing anak. Sementara itu, orang-tua berupaya untuk tidak terlalu mementingkan prestasi anak sampai-sampai sang anak terus-menerus merasa berkewajiban untuk lebih unggul. Mereka tidak ingin anak-anak mereka bertumbuh dengan perasaan kesal atau patah semangat.​—Efesus 6:4; Kolose 3:21.

13. Siapa yang mengambil pimpinan dalam memperlihatkan penghargaan kepada setiap anggota sidang?

13 Dalam sidang Kristen, para penatua dan pengawas keliling mengambil pimpinan dalam memperlihatkan penghargaan kepada setiap anggota kawanan Allah. Posisi mereka sulit, karena mereka juga harus memikul tanggung jawab yang berat untuk mendisiplin dalam keadilbenaran, untuk menyesuaikan kembali orang-orang yang berbuat salah dengan roh kelemahlembutan, dan untuk menawarkan nasihat yang tegas kepada orang-orang yang membutuhkannya. Bagaimana mereka menyeimbangkan tanggung jawab yang berbeda-beda ini?​—Galatia 6:1; 2 Timotius 3:16.

14, 15. (a) Bagaimana Paulus memperlihatkan keseimbangan dalam hal memberikan nasihat yang tegas? (b) Bagaimana para pengawas Kristen menyeimbangkan kebutuhan untuk mengoreksi hal-hal yang salah dengan kebutuhan untuk memberikan pujian? Ilustrasikan.

14 Teladan Paulus sangat membantu. Ia seorang guru, penatua, dan gembala yang menonjol. Ia harus berurusan dengan sidang-sidang yang memiliki problem-problem yang parah, dan tanpa takut ia tidak menahan diri dari memberikan nasihat yang keras sewaktu itu dituntut. (2 Korintus 7:​8-​11) Jika ditinjau, pelayanan Paulus memperlihatkan bahwa ia jarang menggunakan hardikan​—kecuali apabila situasinya membuat dia perlu atau seyogianya bersikap demikian. Dalam hal ini, ia memperlihatkan hikmat ilahi.

15 Jika pelayanan seorang penatua di hadapan sidang diumpamakan seperti suatu partitur musik, maka hardikan dan teguran akan seperti sebuah not yang dimasukkan ke dalam lagu. Not tersebut indah bila berada pada tempatnya. (Lukas 17:3; 2 Timotius 4:2) Bayangkan sebuah lagu yang terdiri dari not itu saja, diulangi berkali-kali. Benar-benar tidak enak untuk didengar. Demikian pula, para penatua berupaya untuk menyempurnakan pengajaran mereka dan mewarnainya dengan variasi. Mereka tidak mengkhususkan pengajarannya hanya untuk mengoreksi problem. Sebaliknya, segenap cara pengajarannya harus positif. Seperti Yesus Kristus, para penatua yang penuh kasih pertama-tama mencari hal yang baik untuk dipuji, bukan kesalahan untuk dikritik. Mereka menghargai kerja keras rekan-rekan Kristen mereka. Mereka merasa yakin bahwa pada umumnya, masing-masing berupaya sebisa-bisanya untuk melayani Yehuwa. Dan para penatua dengan senang hati mengutarakan perasaan tersebut ke dalam kata-kata.​—Bandingkan 2 Tesalonika 3:4.

16. Apa pengaruh sikap Paulus yang penuh penghargaan dan empati atas rekan-rekan Kristennya?

16 Tidak heran, sebagian besar orang Kristen yang Paulus layani merasa bahwa ia menghargai mereka dan memiliki sikap seperasaan terhadap mereka. Bagaimana kita mengetahuinya? Perhatikan bagaimana perasaan mereka terhadap Paulus. Mereka tidak takut kepadanya, meskipun ia memiliki wewenang yang besar. Tidak, ia dikasihi dan mudah didekati. Nah, sewaktu ia meninggalkan suatu daerah, para penatua ’memeluk lehernya dan dengan lembut menciumnya’! (Kisah 20:17, 37) Alangkah bersyukur hendaknya para penatua​—dan kita semua​—bahwa kita memiliki teladan Paulus untuk ditiru! Ya, marilah kita memperlihatkan penghargaan satu sama lain.

Tindakan Kebaikan Hati yang Penuh Kasih

17. Apa saja pengaruh-pengaruh baik yang dihasilkan dari tindakan kebaikan hati di dalam sidang?

17 Salah satu bahan bakar yang paling kuat bagi kasih persaudaraan adalah tindakan kebaikan hati yang sederhana. Seperti yang Yesus katakan, ”lebih banyak kebahagiaan dalam memberi daripada dalam menerima”. (Kisah 20:35) Tidak soal apakah kita memberi secara rohani, materi, atau memberikan waktu dan energi, kita bukan hanya membuat orang-orang lain berbahagia tetapi kita juga membuat diri kita bahagia. Di sidang, kebaikan hati bersifat menular. Satu jenis tindakan akan membangkitkan tindakan-tindakan yang sama. Tidak lama kemudian, kasih sayang persaudaraan tumbuh subur!​—Lukas 6:38.

18. Apa arti kata ”kebaikan hati” yang disebutkan di Mikha 6:8 (NW)?

18 Yehuwa mendesak umat-Nya Israel untuk mempertunjukkan kebaikan hati. Di Mikha 6:8 (NW), kita membaca, ”Telah ia beri tahu kepadamu, hai manusia, apa yang baik. Dan apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan Allahmu?” Apa artinya ”mengasihi kebaikan hati”? Kata Ibrani yang digunakan di sini untuk ”kebaikan hati” (cheʹsedh) juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai ”belas kasihan”. Menurut The Soncino Books of the Bible, kata ini ”memaksudkan sesuatu yang lebih aktif daripada kata bahasa Inggris yang abstrak belas kasihan. Kata ini berarti ’belas kasihan yang diterjemahkan dalam bentuk tindakan’, suatu pertunjukan tindakan pribadi dari kebaikan hati yang penuh kasih, bukan hanya kepada orang-orang miskin dan berkekurangan, melainkan juga kepada seluruh sesama manusianya”. Oleh karena itu, seorang sarjana lain mengatakan bahwa cheʹsedh berarti ”kasih yang diterjemahkan ke dalam tindakan”.

19. (a) Dengan cara-cara apa kita dapat berinisiatif untuk memperlihatkan kebaikan hati kepada orang-orang lain di dalam sidang? (b) Berikan suatu contoh bagaimana kasih persaudaraan telah diperlihatkan kepada saudara.

19 Kasih persaudaraan kita bukan bersifat teori, atau abstrak. Ini adalah kenyataan yang konkret. Oleh karena itu, carilah cara-cara untuk melakukan hal-hal yang baik bagi saudara dan saudari seiman kita. Jadilah seperti Yesus, yang tidak hanya menunggu orang mendekati dia untuk meminta bantuan, melainkan sering kali mengambil inisiatif. (Lukas 7:​12-​16) Pikirkan khususnya orang-orang yang paling membutuhkan. Bukankah seseorang yang lanjut usia atau yang sakit perlu dijenguk atau barangkali perlu dibantu untuk mengurus beberapa keperluan? Apakah seorang ”anak piatu” membutuhkan waktu dan perhatian? Apakah seseorang yang masygul membutuhkan telinga yang mendengarkan atau beberapa kata yang menghibur? Jika kita sanggup, marilah kita menyediakan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan kebaikan hati demikian. (Ayub 29:12; 1 Tesalonika 5:14; Yakobus 1:27) Jangan pernah lupa bahwa dalam sebuah sidang yang penuh dengan orang-orang yang tidak sempurna, ada satu tindakan kebaikan hati yang paling penting, yaitu pengampunan​—dengan lapang hati melupakan kekesalan, bahkan jika terdapat alasan yang sah untuk mengeluh. (Kolose 3:13) Kesediaan untuk mengampuni turut menjaga sidang bebas dari perpecahan, dendam, dan permusuhan yang dapat menjadi selimut basah yang memadamkan api kasih persaudaraan.

20. Bagaimana kita hendaknya terus memeriksa diri kita sendiri?

20 Marilah kita semua bertekad untuk menjaga api kasih yang penting ini tetap berkobar di hati kita. Marilah kita terus memeriksa diri kita sendiri. Apakah kita memperlihatkan sikap seperasaan kepada orang-orang lain? Apakah kita memperlihatkan penghargaan kepada orang-orang lain? Apakah kita melakukan tindakan-tindakan kebaikan hati terhadap orang-orang lain? Selama kita melakukannya, api kasih akan menghangatkan persaudaraan kita tidak soal seberapa dingin menggigit dan tidak berperasaannya dunia ini. Maka, jika demikian, ”hendaklah kasih persaudaraanmu terus ada”​—sekarang dan selama-lamanya!​—Ibrani 13:1.

[Catatan Kaki]

a Beberapa terjemahan menyiratkan bahwa dalam hal ini siapa pun yang menjamah umat Allah sebenarnya menjamah, bukan mata Allah, namun mata orang Israel atau bahkan matanya sendiri. Kesalahan ini dibuat oleh beberapa penulis abad pertengahan yang mengubah ayat ini, sebagai upaya koreksi yang tidak pada tempatnya terhadap ayat-ayat yang mereka anggap tidak santun. Dengan demikian mereka mengaburkan intensitas dari empati pribadi Yehuwa.

Bagaimana Menurut Saudara?

◻ Apa gerangan kasih persaudaraan, dan mengapa kita harus menjaganya agar terus ada?

◻ Bagaimana memiliki sikap seperasaan turut mempertahankan kasih persaudaraan kita?

◻ Apa peranan penghargaan dalam kasih persaudaraan?

◻ Bagaimana tindakan kebaikan hati menyebabkan kasih persaudaraan berkembang subur dalam sidang Kristen?

[Kotak di hlm. 16]

Kasih yang Diterapkan

Beberapa tahun yang lalu, seorang pria yang telah mempelajari Alkitab selama beberapa waktu bersama Saksi-Saksi Yehuwa masih agak skeptis tentang kasih persaudaraan. Ia tahu bahwa Yesus mengatakan, ”Dengan inilah semua akan mengetahui bahwa kamu adalah murid-muridku, jika kamu mempunyai kasih di antara kamu sendiri.” (Yohanes 13:35) Namun ia merasa sulit mempercayai kata-kata ini. Suatu hari, ia melihat penerapan kasih Kristen ini.

Meskipun harus menggunakan kursi roda, pria ini mengadakan perjalanan jauh dari rumah. Di Betlehem, Israel, ia menghadiri sebuah perhimpunan sidang. Di sana, seorang Saksi keturunan Arab berkeras agar seorang turis Saksi lain tinggal bersama keluarganya pada malam itu, dan siswa Alkitab ini termasuk di antara yang diundang. Sebelum pergi tidur, sang siswa meminta izin kepada tuan rumah untuk ke luar ke beranda pada pagi hari untuk melihat matahari terbit. Tuan rumah itu dengan tegas melarangnya. Keesokan harinya saudara keturunan Arab ini menjelaskan alasannya. Melalui seorang juru bahasa, ia mengatakan bahwa jika tetangga-tetangganya tahu bahwa ia menerima tamu-tamu keturunan Yahudi−dan siswa Alkitab ini keturunan Yahudi juga−mereka akan membakar habis rumahnya berikut seluruh keluarganya. Karena bingung, siswa Alkitab ini bertanya kepadanya, ”Kalau begitu, mengapa saudara mengambil risiko ini?” Tanpa seorang penerjemah, saudara keturunan Arab ini menatapnya dan berkata dengan sederhana, ”Yohanes 13:35”.

Siswa Alkitab ini sangat terkesan dengan kenyataan dari kasih persaudaraan. Ia dibaptis tidak lama setelah itu.

[Gambar di hlm. 18]

Sikap Paulus yang suka bergaul dan penuh penghargaan membuatnya mudah didekati

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan