-
Kenallah Yehuwa dan Layanilah DiaHidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
-
-
BAGIAN 2
Kenallah Yehuwa dan Layanilah Dia
Apa yang terdapat dalam buku-buku ke-12 nabi yang membuat kita ingin lebih mengenal Yehuwa? Mengapa berita yang Yehuwa sampaikan melalui nabi-nabi itu sangat berguna sekarang ini? Seraya Saudara mempelajari Pasal 4 sampai 7 buku ini, Saudara akan memperoleh berbagai petunjuk tentang bagaimana Saudara hendaknya menyembah Allah dan menerapkan standar-standar-Nya. Misalnya, bagaimana Allah ingin Saudara mempertunjukkan keadilan dalam berbagai tindakan Saudara? Ya, ke-12 buku nubuat ini dapat memperbaiki kehidupan Saudara sekarang.
-
-
Yehuwa—Allah Penubuat dan PenggenapHidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
-
-
PASAL EMPAT
Yehuwa—Allah Penubuat dan Penggenap
1, 2. (a) Mengapa beberapa orang merasa bahwa tidak ada yang sanggup mengendalikan situasi? (b) Bagaimana ke-12 nabi menggambarkan kepribadian Yehuwa?
BANYAK orang merasa bahwa kehidupan mereka semakin tak terkendali. Dan, dari berita yang mereka baca, mereka menyimpulkan bahwa seluruh umat manusia pun semakin tenggelam dalam keputusasaan. Upaya untuk mengatasi berbagai problem dunia tampaknya hanya memperkeruh situasi yang tanpa harapan. Patut diperhatikan, beberapa dari ke-12 nabi yang kita bahas menghadapi kekhawatiran serupa, dan mereka memberikan berita pengharapan yang bermanfaat bagi kita dan berguna untuk menghibur orang lain.—Mikha 3:1-3; Habakuk 1:1-4.
2 Pokok utama yang akan Saudara temukan dalam buku-buku nubuat ini ialah bahwa Yehuwa, Pribadi Yang Berdaulat di alam semesta, memiliki kesanggupan untuk sepenuhnya mengendalikan urusan manusia dan sangat berminat pada kesejahteraan kita. Bahkan, kita masing-masing dapat mengatakan, ”Ia berminat pada kesejahteraan saya.” Ke-12 nabi melukiskan gambaran yang menarik tentang ”Yehuwa yang berbala tentara”. Allah dapat ”menyentuh negeri, sehingga itu mencair”, namun Ia meyakinkan umat-Nya, ”Ia yang menjamah kamu berarti menjamah bola mataku.” (Zakharia 2:8; Amos 4:13; 9:5) Tidakkah hati Saudara dihangatkan ketika membaca ayat-ayat yang menggambarkan bagaimana Allah digerakkan oleh kasih dalam segala tindakan-Nya dan bagaimana Ia mempertunjukkan belas kasihan dan pengampunan? (Hosea 6:1-3; Yoel 2:12-14) Memang, tulisan para nabi ini tidak mengupas setiap aspek kepribadian Allah, yang hanya dapat diketahui dari seluruh 66 buku dalam Alkitab. Tetapi, ke-12 buku ini bagaikan jendela untuk melihat dengan jelas cara Allah bertindak dan kepribadian-Nya yang menarik hati.
3. Bagaimana ke-12 nabi membuat jelas bahwa Yehuwa adalah Allah yang memiliki maksud-tujuan?
3 Tulisan ke-12 nabi ini dapat mempertebal keyakinan kita akan keterandalan Yehuwa sebagai Penubuat masa depan dan Penggenap maksud-tujuan-Nya. Tulisan mereka meneguhkan bahwa Ia akhirnya akan mewujudkan firdaus di bumi di bawah pemerintahan Allah. (Mikha 4:1-4) Beberapa dari para nabi ini menggambarkan cara Yehuwa mempersiapkan jalan untuk kedatangan Mesias dan tebusan yang akan membebaskan manusia dari dosa dan kematian. (Maleakhi 3:1; 4:5) Mengapa kita perlu mengetahui ini semua?
PENGUASA PENGASIH YANG SANGGUP MEMEGANG KENDALI PENUH
4, 5. (a) Kebenaran mendasar apa tentang Allah yang ditandaskan oleh ke-12 nabi? (b) Bagaimana kemahakuasaan Yehuwa mempengaruhi Saudara?
4 Ingatlah tantangan yang dilontarkan terhadap Allah sehubungan dengan hak-Nya untuk memerintah, seperti yang dibahas di pasal sebelumnya. Pemberontakan melawan wewenang Yehuwa—dan kecurigaan akan motif-motif-Nya—membuat sejumlah makhluk di surga tidak menaati Allah dan mengacau di bumi. Jadi, jelaslah bahwa respek serta ketundukan kepada kedaulatan Yehuwa penting untuk ketertiban alam semesta dan perdamaian manusia. Maka, Yehuwa dengan bijaksana bertekad untuk membenarkan kedaulatan-Nya. Mari kita tinjau bagaimana ke-12 buku nubuat ini dapat membantu kita memahami hal ini dengan lebih jelas.
5 Sebagai utusan Yehuwa, para nabi menandaskan kedudukan Allah yang tinggi. Misalnya, untuk mengagungkan nama serta kedaulatan Allah Yang Mahakuasa, Amos menggunakan sebutan ”Tuan Yang Berdaulat” sebanyak 21 kali. Hal ini memperlihatkan bahwa Allah yang benar teramat agung dan tidak ada yang luput dari jangkauan-Nya. (Amos 9:2-5; lihat kotak ”Yehuwa Yang Mahakuasa”.) Yehuwa adalah satu-satunya Penguasa yang sah atas alam semesta, keunggulannya tak tertandingi oleh berhala yang tidak bernyawa. (Mikha 1:7; Habakuk 2:18-20; Zefanya 2:11) Kedudukan Yehuwa sebagai Pencipta segala sesuatu dengan sendirinya memberi Dia hak untuk menjalankan kekuasaan tertinggi atas segala sesuatu. (Amos 4:13; 5:8, 9; 9:6) Mengapa hal itu penting bagi Saudara?
6. Bagaimana setiap manusia terlibat dalam penggenapan maksud-tujuan Allah?
6 Jika Saudara pernah mengalami diskriminasi, ketidakadilan, atau prasangka, Saudara bisa merasa terhibur karena tahu bahwa Penguasa yang pengasih memedulikan kita semua. Yehuwa memiliki hubungan yang istimewa dengan satu bangsa pada zaman dahulu, namun ia memberitahukan niat-Nya untuk memberikan berkat kepada orang-orang dari segala bangsa dan bahasa. Ia adalah ”Tuan yang benar atas seluruh bumi”. (Mikha 4:13) Allah berjanji bahwa nama-Nya ”akan besar di antara bangsa-bangsa”. (Maleakhi 1:11) Karena Bapak surgawi kita secara tidak berat sebelah memperkenalkan diri-Nya, orang-orang ”dari segala bahasa bangsa-bangsa” dengan antusias menyambut undangan untuk menjadi penyembah-Nya.—Zakharia 8:23.
7. Mengapa makna nama Yehuwa sangat penting?
7 Pengetahuan tentang sifat-sifat Allah dan apa yang akan Ia lakukan terkait erat dengan nama-Nya. (Mazmur 9:10) Pada zaman Mikha, nama Yehuwa tercoreng karena banyak orang yang menyandang nama-Nya sangat tidak taat. Sang nabi diilhami untuk menandaskan ”keunggulan nama Yehuwa” dan menunjukkan bahwa ”orang yang memiliki hikmat yang praktis akan takut kepada nama [Allah]”. (Mikha 5:4; 6:9) Mengapa? Harapan yang Saudara andalkan untuk memiliki masa depan yang langgeng terkait dengan nama yang dalam maknanya itu, yaitu ”Ia Menyebabkan Menjadi”. Silakan baca Yoel 2:26 dan renungkan tentang alangkah bahagianya Saudara dapat menyandang nama itu dan memberi tahu orang lain tentang satu-satunya Allah yang dapat menjadi apa pun yang Ia inginkan demi manfaat semua ciptaan-Nya. Allah telah terbukti sebagai Pribadi yang memiliki kesanggupan tak terbatas untuk melaksanakan segala sesuatu. Buktinya bisa Saudara dapatkan dari penggenapan banyak nubuat yang dinyatakan oleh ke-12 nabi.
8. Dengan cara apa saja nama Yehuwa telah memotivasi Saudara?
8 Jutaan orang telah mendapat manfaat karena mengetahui bahwa Yehuwa dapat melaksanakan atau menggenapi apa pun yang Ia inginkan. Yoel menunjukkan hal itu melalui kata-kata terkenal yang dikutip oleh para penulis Kristen, ”Setiap orang yang berseru kepada nama Yehuwa akan selamat.” (Yoel 2:32; Kisah 2:21; Roma 10:13) Apakah kita setuju dengan pernyataan Mikha, yakni bahwa ”kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, ya, selama-lamanya”? (Mikha 4:5) Ya, selama masa penganiayaan atau ketika secara pribadi merasa susah hati, kita dapat dengan yakin ”berlindung dalam nama Yehuwa”.—Zefanya 3:9, 12; Nahum 1:7.
9. Seberapa besar kesanggupan Allah untuk mengendalikan para penguasa?
9 Seraya Saudara membaca buku-buku nubuat ini, Saudara dapat meneguhkan keyakinan Saudara bahwa Yehuwa sanggup mengendalikan bahkan para penguasa dan para pengambil keputusan yang kuat. Ia bisa menggerakkan mereka untuk bertindak sesuai dengan kehendak-Nya. (Amsal 21:1) Perhatikanlah Darius Agung dari Persia. Para musuh ibadat sejati meminta bantuannya untuk menghentikan pembangunan kembali bait Yehuwa di Yerusalem. Yang terjadi justru kebalikannya! Sekitar tahun 520 SM, Darius memberlakukan lagi dekret Kores dan mendukung pembangunan yang dikerjakan orang Yahudi. Sewaktu rintangan lain mengadang, Zerubabel, sang gubernur Yahudi, diberi tahu oleh Allah, ”’Bukan dengan pasukan militer, ataupun dengan kekuatan, tetapi dengan rohku,’ kata Yehuwa yang berbala tentara. Siapakah engkau, hai, gunung yang besar? Di hadapan Zerubabel engkau akan menjadi tanah yang datar.” (Zakharia 4:6, 7) Tidak ada yang bisa menghalangi Yehuwa membinasakan sistem fasik ini dan mewujudkan firdaus untuk dinikmati para penyembah-Nya.—Yesaya 65:21-23.
10. Seberapa jauh jangkauan kendali Allah, dan mengapa hal itu patut diperhatikan?
10 Pikirkan juga bahwa Yehuwa bisa mengendalikan kekuatan alam, yang dapat Ia gunakan untuk menghancurkan musuh-Nya jika Ia mau. (Nahum 1:3-6) Ketika menandaskan bahwa Yehuwa dapat melindungi umat-Nya, Zakharia menggunakan bahasa kiasan berikut ini, ”Yehuwa sendiri akan terlihat atas mereka, dan panahnya pasti akan keluar seperti kilat. Tuan Yang Berdaulat Yehuwa akan meniup tanduk, dan ia pasti akan pergi dengan badai selatan.” (Zakharia 9:14) Jadi, apakah sulit bagi Allah untuk membuktikan keunggulan-Nya atas bangsa-bangsa yang tidak saleh pada zaman kita? Sama sekali tidak!—Amos 1:3-5; 2:1-3.
PRIBADI YANG TAK PERNAH INGKAR JANJI
11, 12. (a) Mengapa Niniwe dianggap tidak terkalahkan? (b) Apa yang terjadi atas Niniwe, sesuai dengan firman nubuat Allah?
11 Bayangkan seandainya Saudara hidup pada abad kesembilan SM di daerah yang sekarang adalah Timur Tengah. Kota besar mana yang mungkin pernah Saudara dengar? Tentu saja Niniwe. Niniwe adalah kota yang terkenal di Asiria di sisi timur Sungai Tigris, sekitar 900 kilometer di sebelah timur laut Yerusalem. Saudara mungkin pernah mendengar kabar tentang betapa besarnya kota itu—kelilingnya kira-kira 100 kilometer! Orang yang pernah berkunjung ke Niniwe mengatakan bahwa kemegahannya menyaingi Babilon; ada banyak istana, kuil, jalan yang lebar, taman umum, dan sebuah perpustakaan yang mengagumkan. Selain itu, para ahli strategi militer berbicara tentang tembok-tembok luar dan dalamnya yang kokoh serta tak tertembus.
12 ”Tidak terkalahkan!” Pasti banyak yang berkata begitu tentang Niniwe. Tetapi, beberapa nabi dari bangsa Yehuda yang kecil berkukuh bahwa Yehuwa akan menghancurkan ”kota penumpahan darah” itu. Karena penduduknya menyambut berita Yunus, kota itu untuk sementara terluput dari penghukuman Allah. Tetapi, orang Niniwe kembali ke haluan lama mereka yang fasik. Nahum bernubuat, ”Niniwe . . . , sebilah pedang akan memusnahkanmu . . . Tidak ada kelegaan bagi malapetakamu yang hebat.” (Nahum 3:1, 7, 15, 19; Yunus 3:5-10) Kira-kira pada waktu yang sama, Allah menggunakan Zefanya untuk menubuatkan bahwa Niniwe akan menjadi tempat yang tandus dan telantar. (Zefanya 2:13) Mungkinkah kuasa politis yang tidak terkalahkan pada masa itu digulingkan sebagai penggenapan firman Yehuwa? Pertanyaan ini terjawab sekitar tahun 632 SM ketika orang Babilonia, Skit, dan Media mengepung Niniwe. Tiba-tiba terjadi banjir yang mengikis tembok-temboknya, dan para penyerang bisa menembus pertahanan kota. (Nahum 2:6-8) Kota yang semula perkasa itu dalam waktu singkat menjadi timbunan puing. Sampai hari ini, Niniwe tetap merupakan reruntuhan.a ”Kota yang sangat bersukacita” itu tidak sanggup menghentikan penggenapan firman Allah!—Zefanya 2:15.
13. Apa saja bukti penggenapan nubuat yang dapat Saudara peroleh dalam buku-buku ke-12 nabi?
13 Apa yang menimpa Niniwe baru satu contoh dari banyak nubuat yang digenapi. Lihatlah peta Timur Tengah modern. Dapatkah Saudara menemukan Ammon, Asiria, Babilon, Edom, atau Moab? Tidak! Meskipun bangsa-bangsa itu pernah berjaya, ke-12 nabi menubuatkan keruntuhan mereka. (Amos 2:1-3; Obaja 1, 8; Nahum 3:18; Zefanya 2:8-11; Zakharia 2:7-9) Satu demi satu, bangsa-bangsa itu lenyap. Yehuwa berfirman bahwa mereka akan musnah, dan itulah yang terjadi! Dan, apa yang dinubuatkan para nabi tentang suatu sisa orang Yahudi yang kembali dari penawanan di Babilon itu tergenap—benar-benar menjadi kenyataan!
14. Mengapa Saudara dapat dengan yakin memfokuskan kehidupan Saudara pada janji-janji Yehuwa?
14 Bagaimana bukti tentang kesanggupan Yehuwa untuk menubuatkan masa depan mempengaruhi keyakinan Saudara? Saudara dapat merasa pasti bahwa Yehuwa akan menepati janji-Nya; Ia Allah ”yang tidak dapat berdusta”. (Titus 1:2) Lagi pula, Allah memberitahukan apa yang perlu kita ketahui melalui Firman-Nya. Saudara dapat memfokuskan kehidupan Saudara pada melakukan kehendak Yehuwa dan pada kepastian firman nubuat-Nya. Nubuat dalam ke-12 buku para nabi bukan sekadar contoh tentang ramalan yang tergenap pada masa lalu. Banyak dari nubuat-nubuat itu sekarang sedang digenapi atau akan segera terwujud. Jadi, catatan dalam ke-12 buku ini dapat memperkuat keyakinan Saudara bahwa nubuat-nubuat tentang zaman kita dan masa depan akan digenapi. Perhatikanlah baik-baik.
Niniwe tampaknya tidak terkalahkan, tetapi bagaimana nubuat Yehuwa menjadi kenyataan?
BAPAK YANG PEDULI
15. Sewaktu Saudara berjuang menghadapi problem pribadi, bagaimana pengalaman Mikha dapat membantu?
15 Allah dapat diandalkan bukan hanya dalam soal masa depan bangsa-bangsa atau situasi di seluruh panggung dunia. Yehuwa menubuatkan dan menggenapi hal-hal yang dapat menyentuh kehidupan Saudara secara pribadi. Bagaimana? Nah, Saudara mungkin kadang-kadang berjuang untuk mengatasi problem pribadi. Tentu, yang Saudara butuhkan bukan hanya seseorang yang bisa memahami problem Saudara, melainkan orang yang dapat Saudara percayai untuk membantu Saudara. Pada abad kedelapan SM, Mikha tentu merasa sangat kesepian ketika menghadapi penduduk Yehuda yang angkuh. Dia mungkin merasa bahwa dialah orang setia terakhir di bumi, bahkan keluarganya tidak dapat dia percayai. Di mana-mana dia melihat orang yang haus darah, suka menipu, dan bejat. Meskipun demikian, Mikha merasa tenang karena Allah berjanji untuk memperhatikan hamba-hamba-Nya yang setia tidak soal apa yang mungkin orang lain lakukan. Saudara pun dapat terhibur oleh janji itu, khususnya jika sebagai penyembah Yehuwa, Saudara merasa sendirian atau sebagai kaum minoritas, terkepung oleh orang-orang yang tidak menghormati Allah.—Mikha 7:2-9.
16. Mengapa Saudara dapat yakin bahwa kebejatan serta penindasan tidak luput dari perhatian Allah dan Ia akan menyelamatkan orang adil-benar?
16 Seperti yang sering terjadi dewasa ini, kalangan yang kaya dan berkuasa di Yehuda dan Israel menjadi rakus dan tidak adil. Perbudakan ilegal terjadi akibat beban pajak yang berlebihan dan penyerobotan tanah. Orang miskin tidak dipedulikan, bahkan diperlakukan dengan kejam. (Amos 2:6; 5:11, 12; Mikha 2:1, 2; 3:9-12; Habakuk 1:4) Melalui para utusan-Nya, Allah menyatakan dengan jelas bahwa Ia tidak mentoleransi kebejatan serta penindasan dan akan menghukum para pelaku kesalahan yang tidak bertobat. (Habakuk 2:3, 6-16) Ia bernubuat bahwa Ia akan ”meluruskan perkara-perkara sehubungan dengan bangsa-bangsa perkasa” dan bahwa hamba-hamba-Nya yang diperkenan ”akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar”. (Mikha 4:3, 4) Bayangkan kelegaan yang dihasilkan! Allah telah menubuatkan dan menggenapi banyak hal lain. Tidakkah Saudara yakin bahwa janji itu juga akan digenapi?
17, 18. (a) Mengapa Allah mengulurkan harapan kepada orang-orang? (b) Bagaimana seharusnya kita memandang disiplin dari Yehuwa?
17 Yehuwa menggenapi janji-janji-Nya tidak untuk memamerkan kesanggupan-Nya untuk meramal, seolah-olah untuk membuat manusia terkesan. Tindakan-Nya dimotivasi oleh kasih yang berprinsip, sebab ”Allah adalah kasih”. (1 Yohanes 4:8) Ingatlah kasus Hosea, yang hidup pada abad kedelapan SM. Seperti istri Hosea, Gomer, yang tidak setia kepadanya, orang Israel juga tidak setia kepada Yehuwa. Penyembahan berhala yang mereka lakukan sama seperti perzinaan; ibadat yang murni kepada Yehuwa mereka campur dengan penyembahan Baal. Secara kiasan mereka juga ”melakukan percabulan” dengan Asiria dan Mesir. Bagaimana reaksi Yehuwa? Hosea diminta untuk mencari istrinya yang tidak setia itu dan membawanya pulang. Yehuwa pun mencari umat-Nya, karena kasih. ”Dengan tali manusia aku terus menarik mereka, dengan tali kasih, . . . dengan lembut aku membawa makanan kepada setiap orang.” (Hosea 2:5; 11:4) Jika mereka menanggapinya dengan pertobatan yang tulus, mereka bisa memperoleh pengampunan Allah, sehingga hubungan mereka dengan Dia dapat dipulihkan. (Hosea 1:3, 4; 2:16, 23; 6:1-3; 14:4) Tidakkah Saudara terharu memperhatikan kasih sayang Yehuwa? Renungkanlah, ’Jika di masa lalu Yehuwa memperlihatkan kasih sayang demikian, bukankah saya dapat yakin akan kasih-Nya, kasih sayang-Nya yang lembut, tak berubah, dan tak pernah sirna?’—Hosea 11:8.
18 Ke-12 buku nubuat ini juga dapat membantu Saudara melihat bahwa kasih Allah mencakup koreksi. Yehuwa meyakinkan umat-Nya yang bersalah bahwa Ia ’tidak akan memusnahkan mereka sepenuhnya’. (Amos 9:8) Bilamana diperlukan, Allah tidak menahan hukuman, tetapi tentu kita merasa lega karena hukuman-Nya itu hanya sementara! Maleakhi 1:6 menyamakan Yehuwa dengan bapak yang pengasih. Saudara tahu bahwa seorang bapak akan mendisiplin anak-anaknya yang ia sayangi untuk mengoreksi mereka. (Nahum 1:3; Ibrani 12:6) Namun, karena kasih, Bapak surgawi kita lambat marah, dan Maleakhi 3:10, 16 menegaskan bahwa Ia akan memberikan pahala yang limpah kepada hamba-hamba-Nya.
19. Pemeriksaan diri apa yang patut kita lakukan?
19 Maleakhi mengawali bukunya dengan jaminan ini, ”’Aku mengasihi kamu sekalian,’ kata Yehuwa.” (Maleakhi 1:2) Sambil memikirkan jaminan Allah kepada Israel itu, renungkanlah, ’Adakah sesuatu yang saya lakukan yang menghalangi saya menikmati kasih Allah? Segi mana lagi dari kasih Allah yang ingin saya ketahui dan rasakan lebih sepenuhnya?’ Dengan memahami kasih Allah secara lebih mendalam, Saudara dapat semakin yakin akan kasih sayang-Nya yang tak lekang dimakan waktu.
PENGAMPUNAN MEMBUKA JALAN MENUJU KESELAMATAN
20. Bagaimana pengampunan Allah membuka jalan menuju keselamatan?
20 Seraya membaca buku-buku nubuat ini, Saudara akan melihat bahwa adakalanya Yehuwa menubuatkan malapetaka. Mengapa? Sering kali, hal itu dimaksudkan untuk menggugah umat-Nya agar bertobat. Karena itu, Ia membiarkan bangsa asing menghancurkan Samaria pada tahun 740 SM dan Yerusalem pada tahun 607 SM. Apa yang Allah nubuatkan tergenap, tetapi kemudian Ia memperbolehkan orang-orang yang bertobat untuk kembali ke negeri mereka. Ya, buku-buku ini menandaskan bahwa Allah dengan murah hati mengampuni serta memulihkan orang-orang yang berbalik dari dosa lalu datang kepada-Nya. (Habakuk 3:13; Zefanya 2:2, 3) Mikha tergerak untuk berseru, ”Siapakah Allah seperti engkau, pribadi yang mengampuni kesalahan dan mengabaikan pelanggaran dari sisa milik pusakanya? Ia pasti tidak akan bertahan dalam kemarahannya untuk selama-lamanya, sebab ia senang akan kebaikan hati yang penuh kasih.” (Mikha 7:18; Yoel 2:13; Zakharia 1:4) Penggenapan nubuat menegaskan hal tersebut.
21. (a) Apa yang ditunjukkan oleh ke-12 nabi tentang sang Mesias? (b) Nubuat mana tentang Mesias yang paling menarik bagi Saudara?
21 Sehubungan dengan dasar yang sah dan permanen untuk pengampunan yang abadi, Yehuwa menubuatkan kedatangan Mesias, yang akan mengorbankan kehidupan manusianya sebagai ”tebusan yang sepadan” bagi umat manusia yang berdosa. (1 Timotius 2:6) Amos menunjukkan pemulihan yang akan diwujudkan oleh sang Mesias, putra Daud. (Amos 9:11, 12; Kisah 15:15-19) Mikha bahkan menunjukkan tempat kelahiran Yesus, pribadi yang akan muncul untuk memberikan manfaat yang mendatangkan kehidupan bagi semua orang yang beriman akan korban tebusannya. (Mikha 5:2) Dan, Zakharia berbicara tentang ”Tunas”, yaitu Yesus, yang akan ”duduk dan berkuasa di atas takhtanya”. (Zakharia 3:8; 6:12, 13; Lukas 1:32, 33) Iman Saudara tentu akan dikuatkan dengan memeriksa lebih banyak nubuat seperti itu.—Lihat kotak ”Nubuat-Nubuat Utama tentang Mesias”.
22. Bagaimana keyakinan Saudara kepada Yehuwa diperkuat oleh apa yang disingkapkan ke-12 nabi tentang Dia?
22 Seraya Saudara membaca berita dari ke-12 nabi, Saudara akan semakin yakin sehubungan dengan kemenangan akhir di tangan Allah. Yehuwa adalah Pahlawan kita, dan Ia akan menegakkan keadilan yang sejati. Firman Allah akan bertahan. Ia mengingat perjanjian dengan umat-Nya, memperhatikan hamba-hamba-Nya, dan membebaskan mereka dari semua penindas. (Mikha 7:8-10; Zefanya 2:6, 7) Yehuwa belum berubah. (Maleakhi 3:6) Alangkah leganya kita karena tahu bahwa tidak ada kesulitan atau rintangan yang bisa menghalangi Allah mewujudkan maksud-tujuan-Nya! Apabila Ia mengatakan hari penghakiman-Nya akan datang, hari itu pasti datang. Karena itu, teruslah nantikan hari Yehuwa! ”Yehuwa akan menjadi raja atas seluruh bumi. Pada hari itu Yehuwa akan satu, dan namanya satu.” (Zakharia 14:9) Ia telah menubuatkannya; Ia akan menggenapinya.
a Pada bulan November 2002, sebelum perang di Irak, Profesor Dan Cruickshank berkunjung ke daerah itu. Ia memberikan laporan di televisi BBC, ”Di pinggiran kota Mosul terdapat reruntuhan kota Niniwe yang luas, yang—bersama Nimrud . . . digali dengan antusias oleh para arkeolog Inggris sejak tahun 1840-an. . . . Penyelidikan atas kota-kota Asiria ini tak lebih dari penemuan peradaban yang sudah lama hilang—yang hampir dianggap mitos—yang hanya dikenal dari gambaran yang singkat, samar-samar, dan tidak menyenangkan dalam Alkitab.”
-
-
”Carilah Yehuwa” melalui Ibadat yang Ia PerkenanHidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
-
-
PASAL LIMA
”Carilah Yehuwa” melalui Ibadat yang Ia Perkenan
1. Berkat apa saja yang Saudara nikmati sebagai umat Allah?
SUNGGUH besar hak istimewa Saudara karena mengenal Allah penggenap nubuat! Saudara bisa menikmati keadaan seperti yang digambarkan nabi Hosea dalam tulisannya, ”Aku akan menjadikan engkau istriku dalam kesetiaan; dan engkau pasti akan mengenal Yehuwa.” Hosea sedang melukiskan keadaan aman bak firdaus yang akan dinikmati oleh umat Allah sepulangnya mereka dari pembuangan di Babilon. Demikian pula, umat Allah pada zaman modern ini menikmati kemakmuran serta keamanan rohani; keadaan mereka bagaikan suatu firdaus. (Hosea 2:18-20) Kini, Saudara menyandang nama Allah sebagai seorang hamba-Nya yang berbakti—salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa—dan ingin terus menyandangnya.—Yesaya 43:10, 12; Kisah 15:14.
Amos
2, 3. (a) Mengapa Yehuwa belakangan membenci cara ibadat Israel kuno? (b) Mengapa kita harus memperhatikan berita yang disampaikan oleh para nabi?
2 Israel kuno adalah bangsa yang dibaktikan kepada Yehuwa. Dan, kepada mereka Allah memberikan seperangkat ketentuan yang tidak diberikan kepada bangsa lain. (Ulangan 4:33-35) Tetapi, pada akhir abad kesembilan SM, keadaan bangsa Israel telah sangat berubah sehingga Allah menyuruh nabi Amos memberi tahu mereka, ”Aku membenci, aku telah menolak perayaan-perayaanmu . . . Sekalipun kamu sekalian mempersembahkan kepadaku persembahan bakaran yang utuh, bahkan akan persembahan pemberianmu aku tidak merasa senang.” (Amos 5:21, 22) Meskipun dewasa ini Allah tidak berkata begitu kepada umat-Nya secara kolektif, dapatkah Saudara bayangkan bagaimana rasanya jika penilaian demikian dilontarkan sehubungan dengan ibadat Saudara? Adakah hikmah yang secara pribadi dapat kita tarik dari hal ini?
3 Pada akhir abad kesembilan itu, umat Allah mengaku beribadat kepada Allah dengan cara yang Ia perkenan. Tetapi, banyak dari mereka melayani allah-allah kafir, seperti Baal dari Kanaan dan patung-patung anak lembu, atau memberikan persembahan di tempat-tempat tinggi. Mereka membungkuk kepada bala tentara langit dan pada waktu yang sama mengucapkan sumpah kepada Yehuwa. Karena itu, Allah yang benar mengutus para nabi untuk mendesak orang-orang agar kembali kepada-Nya dalam ibadat yang murni. (2 Raja 17:7-17; 21:3; Amos 5:26) Jadi jelas, bukan, bahwa bagi hamba-hamba Allah yang berbakti pun, mungkin ada hal-hal yang perlu diperhatikan—tindakan atau sikap yang harus diperiksa untuk memastikan apakah kita sudah mencerminkan ibadat yang Yehuwa perkenan.
”PENGETAHUAN TENTANG ALLAH”
4. Bagaimana keadaan Israel di bawah pemerintahan Raja Yeroboam II?
4 Mari kita bayangkan situasi ketika kelompok pertama dari ke-12 nabi menjadi juru bicara Allah. Hari Yehuwa dinubuatkan akan menghantam kerajaan Israel sepuluh suku. Tetapi, kelihatannya bangsa itu sedang menikmati kemakmuran. Sebagaimana telah dinubuatkan Yunus, Raja Yeroboam II mengembalikan garis batas Israel dari dekat Damaskus di utara sampai ke Laut Mati. (2 Raja 14:24-27) Meskipun Yeroboam melakukan apa yang buruk, Yehuwa berpanjang sabar, Ia tidak mau menghapuskan Israel dari bawah langit. Allah memberikan waktu kepada orang Israel untuk bertobat, untuk ’mencari Yehuwa, dan tetap hidup’.—Amos 5:6.
5. Apa yang tidak dimiliki orang Israel sehingga mereka ditolak oleh Yehuwa?
5 Orang Israel yang makmur sebenarnya bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk kembali kepada Yehuwa dengan lebih mengenal Dia dan berupaya melakukan apa yang Ia perkenan. Sebaliknya, mereka terlalu percaya diri, merasa bahwa ’malapetaka tidak akan datang mendekat atau menjangkau mereka’. (Amos 9:10) Dapat dikatakan mereka melupakan Yehuwa sebab ”mereka kenyang dan mereka mulai menjadi tinggi hati”. (Hosea 13:6) Kita hendaknya tidak merasa bahwa ini hanyalah sejarah kuno yang tidak ada hubungannya dengan kita. Perhatikanlah alasan mengapa Yehuwa mempunyai kasus hukum dengan orang Israel, ”Karena engkau telah menolak pengetahuan, aku juga akan menolak engkau dari melayaniku sebagai imam.” Mereka berbakti kepada Yehuwa dan dikelilingi oleh para anggota keluarga yang berbakti. Namun, secara pribadi mereka tidak memiliki ’pengetahuan sejati tentang Allah’.—Hosea 4:1, 6.
6. Dalam arti apa orang Israel tidak memiliki pengetahuan tentang Allah?
6 Mereka bukannya tidak pernah mendengar kata-kata Allah, sebab orang tua Israel harus membahasnya dengan anak-anak mereka. Kebanyakan pasti pernah mendengar beberapa kisah Alkitab dari orang tua mereka, dalam percakapan sehari-hari, atau di pertemuan-pertemuan umum. (Keluaran 20:4, 5; Ulangan 6:6-9; 31:11-13) Sebagai contoh, mereka telah mendengar apa yang terjadi ketika Harun membuat patung anak lembu emas sementara Musa berada di atas Gunung Sinai untuk menerima Sepuluh Perintah. (Keluaran 31:18–32:9) Jadi, orang Israel pada zaman para nabi sedikitnya memiliki pengetahuan tentang Hukum dan pernah mendengar kisah-kisah sejarah. Meskipun demikian, pengetahuan mereka bisa dikatakan mati karena tidak menggerakkan mereka untuk menyembah Allah dengan cara yang Ia inginkan.
Bagaimana seseorang dapat mulai melupakan Yehuwa?
7. (a) Bagaimana orang Israel bisa begitu mudah menjadi tidak taat? (b) Bagaimana seorang Kristen dapat mulai ’melupakan Pembuatnya’?
7 Saudara mungkin bertanya, ’Bagaimana mungkin orang Israel bisa begitu mudah terpikat untuk tidak taat?’ Hosea menggambarkan prosesnya: Israel ”melupakan Pembuatnya”. (Hosea 8:14) Bentuk asli kata kerja Ibrani untuk ”melupakan” mengandung arti ”melupakan secara bertahap”. Orang Israel tidak mendadak kehilangan ingatan tentang Yehuwa. Sebaliknya, makin lama mereka makin melupakan pentingnya menyembah Dia dengan cara yang Ia perkenan. Menurut Saudara, apakah seorang Kristen dapat jatuh ke dalam jerat yang sama? Ambillah sebagai contoh, seorang pria yang sungguh-sungguh berupaya memenuhi kebutuhan keluarganya. (1 Timotius 5:8) Untuk itu, ia tentu harus menganggap penting pekerjaan sekulernya. Barangkali sesuatu terjadi, dan ia merasa bahwa ia harus sekali-sekali absen berhimpun untuk bekerja. Seraya waktu berlalu, makin mudah baginya untuk tidak berhimpun, dan ia makin sering absen. Sedikit demi sedikit, hubungannya dengan Allah makin lemah—ia telah mulai ”melupakan Pembuatnya”. Hal serupa mungkin terjadi dengan seorang Kristen yang orang tua atau kerabat lainnya tidak seiman. Ia menghadapi problem: Seberapa banyak waktu yang akan ia sisihkan untuk mereka, dan kapan? (Keluaran 20:12; Matius 10:37) Lalu, seberapa banyak waktu dan perhatian yang akan ia gunakan untuk bepergian, hobi, atau hiburan?
8. Pada zaman Amos, apa artinya memiliki ”gigi yang bersih”?
8 Kita telah mempelajari Firman Allah dan menerapkan pengetahuan kita. Sekalipun demikian, kita masing-masing bisa mempertimbangkan sebuah frasa yang digunakan di buku Amos, ”gigi yang bersih”. Melalui Amos, Allah memperingatkan umat-Nya, ”Aku, aku memberi kamu sekalian gigi yang bersih di semua kotamu dan kekurangan roti di semua tempatmu.” (Amos 4:6) Gigi mereka bersih bukan karena mereka rajin menyikat gigi, melainkan karena tidak ada apa-apa untuk dimakan. Mereka mengalami bala kelaparan. Selain itu, frasa itu adalah peringatan tentang ”bala kelaparan, bukan akan roti, dan rasa haus, bukan akan air, tetapi untuk mendengar firman Yehuwa”.—Amos 8:11.
Bisakah seorang Kristen kelaparan di tengah-tengah kelimpahan rohani?
9, 10. (a) Bagaimana seorang Kristen bisa sampai kelaparan secara rohani? (b) Mengapa kita perlu mewaspadai bahaya kelaparan rohani?
9 Secara rohani, apa yang Amos gambarkan itu tergenap dalam keadaan Susunan Kristen yang memprihatinkan. Sebagai kontras, ”pintu-pintu air di langit” dibuka bagi umat Allah sedunia. Mereka diberkati dengan makanan rohani yang melimpah. (Maleakhi 3:10; Yesaya 65:13, 14) Namun, seorang Kristen bisa bertanya, ’Sampai sejauh mana saya secara pribadi menikmati makanan rohani tersebut?’ Yang menarik, beberapa peneliti mendapati bahwa binatang percobaan yang mengalami kerusakan pada pusat rasa lapar di otak kehilangan selera sampai-sampai mati kelaparan, walaupun diberi banyak makanan! Dapatkah pusat rasa lapar rohani seorang Kristen terganggu sehingga ia kehilangan selera dan tidak mau makan walaupun ia berada di tengah kelimpahan makanan rohani?
10 Sambil mengingat keadaan Saudara sendiri, pertimbangkan hal ini: Yehuwa menyediakan berlimpah-limpah makanan rohani bagi orang Israel. Mereka memiliki Hukum, yang bisa menguatkan hubungan mereka dengan-Nya; mereka mempunyai program pendidikan untuk menanamkan pengetahuan tentang Allah kepada keturunan mereka; dan ada nabi-nabi yang membantu mereka mengerti kehendak Allah. Meskipun demikian, mereka mulai melupakan Yehuwa. Alkitab mengatakan bahwa pada zaman Hosea, ”mereka kenyang [secara materi] dan mereka mulai menjadi tinggi hati”. (Hosea 13:6; Ulangan 8:11; 31:20) Jika kita tidak mau keadaan materi membuat kita menomorduakan hubungan kita dengan Allah, kita perlu terus menyadari bahaya itu setiap hari.—Zefanya 2:3.
PERHATIKAN HAL-HAL YANG LEBIH BERBOBOT
11, 12. (a) Selama pemerintahan Raja Uzzia, mengapa para nabi harus menganjurkan orang-orang untuk kembali kepada Yehuwa? (b) Apa yang Yoel tandaskan yang perlu dilakukan orang Yehuda dan Israel?
11 Sewaktu Yeroboam II bertakhta di Israel, Uzzia (juga disebut Azaria) memerintah di Yehuda. Uzzia memperluas wilayah kekuasaannya dan mengembangkan kota Yerusalem. Ia ”mempertunjukkan kekuatan yang luar biasa besar” karena ”Allah yang benar terus menolongnya”. Ia ”terus melakukan apa yang benar di mata Yehuwa” dan ”cenderung untuk mencari Allah”. Tetapi, banyak penduduk Yehuda terus membuat asap korban di tempat-tempat tinggi.—2 Tawarikh 26:4-9.
12 Dari hal ini jelaslah bahwa sekalipun penduduk Yehuda dan Israel menyandang nama Allah, ibadat mereka sering kali dicemari hal-hal yang tidak Ia perkenan. Para nabi berupaya membantu mereka membedakan ibadat sejati dan ibadat palsu. ”Kembalilah kepadaku dengan segenap hatimu, dan dengan puasa dan tangisan dan ratapan,” demikian permohonan Allah melalui Yoel. (Yoel 2:12) Perhatikan: Allah ingin umat-Nya datang kepadanya ’dengan segenap hati’. Ya, problemnya menyangkut hati mereka. (Ulangan 6:5) Dapat dikatakan bahwa mereka menjalankan semua rutin ibadat kepada Yehuwa, namun tidak dengan sepenuh hati. Sering sekali melalui para nabi-Nya, Ia menandaskan pentingnya kebaikan hati yang penuh kasih, keadilan, dan kelembutan hati—semua sifat ini berkaitan dengan hati.—Matius 23:23.
13. Apa yang perlu diperhatikan oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan di Babilon?
13 Berikutnya, perhatikanlah apa yang terjadi setelah orang Yahudi kembali ke negeri asal mereka. Walaupun ibadat sejati yang selaras dengan Hukum telah dipulihkan, mereka tidak sepenuhnya mengikuti apa yang benar. Orang Yahudi berpuasa pada hari-hari tertentu untuk memperingati berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pembinasaan Yerusalem. ”Apakah kamu benar-benar berpuasa untukku, ya, aku?” tanya Yehuwa. Kota itu dibinasakan karena Allah menjalankan keadilan, dan hal itu tidak perlu diratapi. Ketimbang mengenang masa lalu dan berpuasa dengan pilu, orang Yahudi seharusnya bergembira, bersukacita pada musim-musim yang baik untuk perayaan karena berkat-berkat ibadat sejati. (Zakharia 7:3-7; 8:16, 19) Dan, mereka perlu memberikan perhatian pada hal-hal lain. Apa misalnya? ”Laksanakan penghakimanmu dengan keadilan yang benar; dan teruslah tunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih dan belas kasihan satu sama lain . . . dan jangan merancang yang buruk dalam hatimu seorang terhadap yang lain.” (Zakharia 7:9, 10) Kita semua bisa memperoleh manfaat dari apa yang diajarkan para nabi itu kepada umat Allah tentang ibadat sepenuh hati.
14. (a) Orang-orang buangan yang kembali harus melakukan apa saja dalam ibadat mereka? (b) Apa yang para nabi katakan untuk menandaskan aspek-aspek yang lebih berbobot dalam ibadat?
14 Apa yang tercakup dalam ibadat sepenuh hati? Nah, apa yang dituntut dari umat Allah sebelum maupun sesudah pembuangan? Yang pasti, standar moral Allah harus ditegakkan. Ada juga tindakan atau kegiatan tertentu yang dituntut dalam Hukum, misalnya berkumpul untuk mendengarkan dan mempelajari kehendak Allah. Tetapi selain itu, Allah menyuruh para nabi-Nya untuk menekankan pentingnya memperkembangkan dan mempertunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih, keadilan, kelembutan hati, belas kasihan, dan kesahajaan. Perhatikan bagaimana Yehuwa menandaskan sifat-sifat ini, ”Aku menyukai kebaikan hati yang penuh kasih, dan bukan korban; dan pengetahuan tentang Allah dan bukan persembahan bakaran yang utuh.” ”Taburlah benihmu dalam keadilbenaran; tuailah sesuai dengan kebaikan hati yang penuh kasih.” (Hosea 6:6; 10:12; 12:6) Mikha berseru, ”Apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan Allahmu?” (Mikha 6:6-8) Dan, nabi Zefanya mendesak umat Allah, ”Carilah Yehuwa, kamu semua yang lembut hati di bumi . . . Carilah keadilbenaran, carilah kelembutan hati.” (Zefanya 2:3) Sikap semacam itu mutlak penting dalam ibadat yang Allah perkenan.
Apakah Saudara berupaya menyampaikan kabar baik kepada segala macam orang?
15. Sesuai dengan desakan para nabi, apa yang harus orang Kristen lakukan dalam ibadat mereka?
15 Apa pengaruh sikap-sikap demikian dalam ibadat kita? Saudara tahu bahwa pemberitaan kabar baik Kerajaan sangat penting. (Matius 24:14; Kisah 1:8) Tetapi, Saudara dapat merenung, ’Apakah saya cenderung menganggap pengabaran di daerah saya sebagai tugas, suatu beban? Atau, apakah saya memandangnya sebagai kesempatan untuk membantu orang-orang yang perlu mendengar tentang berita Alkitab yang menyelamatkan kehidupan? Apakah saya berbelaskasihan kepada mereka?’ Ya, belas kasihan dan kebaikan hati yang penuh kasih seharusnya memotivasi kita untuk memperingatkan orang lain tentang hari Yehuwa. Keadilan dan keadilbenaran juga berperan ketika kita berupaya menyampaikan berita itu kepada segala macam orang.—1 Timotius 2:4.
16, 17. Mengapa kelembutan hati dan kesahajaan penting dalam ibadat Saudara?
16 Sebagai contoh lain, pertimbangkan kewajiban kita untuk menghadiri perhimpunan Kristen, yang Saudara tahu penting. (Ibrani 10:24, 25) Pernahkah terpikir oleh Saudara bahwa kelembutan hati dan kesahajaan tersangkut dalam hal ini? Orang yang lembut akan cukup rendah hati untuk menerima pengajaran lalu menerapkan apa yang dipelajarinya, dengan demikian mempraktekkan keputusan hukum Yehuwa. Orang yang bersahaja, yaitu mengakui keterbatasannya, akan menyadari kebutuhannya untuk mendapat anjuran dan pengetahuan yang disediakan melalui perhimpunan.
17 Dari contoh-contoh tersebut, Saudara dapat melihat bagaimana kita bisa memperoleh manfaat dari apa yang diajarkan oleh para nabi. Namun, bagaimana jika Saudara menyadari perlunya membuat perbaikan dalam satu atau beberapa segi yang disebut di atas? Atau, bagaimana jika Saudara telah melakukan kesalahan yang serius, yang kadang-kadang menghantui pikiran Saudara? Ke-12 nabi memberi Saudara penghiburan dan bantuan.
KEMBALILAH KEPADA YEHUWA
18. (a) Bagi siapa ke-12 nabi khususnya memiliki berita yang menghibur? (b) Bagaimana perasaan Saudara tentang Yehuwa, yang memohon agar umat-Nya kembali kepada-Nya?
18 Sebagaimana telah kita lihat, para nabi yang kita bahas tidak hanya memberitakan kecaman dan hukuman. Mereka memperlihatkan bahwa Yehuwa mendesak umat-Nya untuk kembali kepada-Nya. Renungkanlah perasaan di balik desakan Hosea, ”Mari, hai, kamu sekalian, mari kita kembali kepada Yehuwa, karena ia sendiri telah mencabik-cabik tetapi ia akan menyembuhkan kita. Ia terus memukul, tetapi ia akan membalut kita. . . . Dan kita akan mengenal, kita akan mengejar pengenalan akan Yehuwa.” (Hosea 6:1-3) Memang, demi keadilan-Nya, Allah Yehuwa menghukum Israel lalu Yehuda. Namun, umat-Nya seharusnya memandang hukuman itu sebagai langkah-langkah untuk memulihkan kesehatan rohani mereka. (Ibrani 12:7-13) Jika umat yang menyimpang itu mau kembali, Yehuwa akan ’menyembuhkan mereka’ dan ’membalut mereka’. Bayangkanlah seorang pria yang sedang berlutut untuk membalut luka temannya. Nah, sekarang bayangkan bahwa pria itu Yehuwa. Betapa berbelaskasihannya Allah Yehuwa, membalut orang-orang yang bersedia kembali kepada-Nya! Tidakkah hal itu menggerakkan kita untuk ingin kembali kepada-Nya jika kita berdosa terhadap-Nya?—Yoel 2:13.
19. Apa yang tercakup dalam mengenal Yehuwa?
19 Apa artinya kembali kepada Allah? Hosea mengingatkan kita pentingnya untuk tidak sekadar ”mengenal” Allah tetapi ”mengejar pengenalan akan Yehuwa”. Tentang Hosea 6:3, sebuah karya referensi modern berkata, ”Ada perbedaan mencolok antara tahu tentang Allah dan mengenal Allah. Halnya dapat disamakan dengan perbedaan antara membaca kisah cinta dan jatuh cinta.” Sekadar tahu tentang Yehuwa tidaklah cukup. Ia harus nyata bagi kita, menjadi Sahabat kepercayaan kita yang dapat kita dekati kapan saja. (Yeremia 3:4) Jika Saudara memiliki hubungan seperti itu, Saudara bisa menduga bagaimana perasaan-Nya sewaktu Saudara berbuat sesuatu, dan hal itu akan sangat membantu Saudara dalam mengupayakan ibadat yang Ia perkenan.
20, 21. Bagaimana Raja Yosia menghayati pengetahuan tentang Allah?
20 Raja Yosia memberikan teladan dalam hal mengupayakan ibadat sejati. Perhatikanlah pengalamannya lebih lanjut. Pada waktu Yosia menjadi raja, bangsanya telah rusak karena penyembahan berhala, kekerasan, dan tipu daya yang merajalela selama pemerintahan Manasye dan Amon. (2 Raja 21:1-6, 19-21) Desakan Zefanya untuk ’mencari Yehuwa’ pasti berpengaruh positif pada diri Yosia, sebab ”ia mulai mencari Allah Daud”. Yosia memulai kampanye untuk menyingkirkan penyembahan berhala dari Yehuda, bahkan memperluas kampanye itu sampai ke daerah yang tadinya adalah wilayah kerajaan utara.—Zefanya 1:1, 14-18; 2:1-3; 3:1-4; 2 Tawarikh 34:3-7.
Yosia tidak mencari dalih sewaktu ibadat harus dibersihkan
21 Setelah pembersihan itu, Yosia terus mencari Yehuwa. Ia memerintahkan agar bait diperbaiki. Selama proyek tersebut ditemukanlah ”buku hukum Yehuwa yang diberikan melalui tangan Musa”, yang tampaknya adalah manuskrip Hukum yang asli. Bagaimana reaksi Yosia sewaktu buku itu dibacakan? ”Segera setelah raja mendengar perkataan hukum itu, ia mengoyak pakaiannya.” Ia juga ’mengoyakkan hatinya’ dan segera menerapkan apa yang ia baca. Ia tidak mencoba membenarkan diri, dengan mengatakan bahwa ia sudah berbuat banyak. Ingatkah Saudara apa hasil reformasinya? ”Selama masa hidupnya, [putra-putra Israel] tidak menyimpang dan terus mengikuti Yehuwa, Allah bapak-bapak leluhur mereka.”—2 Tawarikh 34:8, 14, 19, 21, 30-33; Yoel 2:13.
Maukah Saudara membuat perubahan apa pun yang dibutuhkan agar selaras dengan standar Alkitab?
22. Bagaimana caranya kita memperoleh manfaat dari teladan Yosia?
22 Saudara mungkin bertanya, ’Kalau saya jadi Yosia, bagaimana reaksi saya?’ Apakah Saudara, seperti dia, akan mendengarkan perkataan para nabi dan membuat perubahan yang diperlukan dalam tindakan dan cara berpikir Saudara? Meskipun kita tidak hidup pada zaman Zefanya dan Yosia, kita melihat perlunya menyambut berita dan nasihat dari Allah dewasa ini. Jadi, jika di dalam hatinya, seorang Kristen merasa bahwa ia perlu memperbaiki jalan hidup atau cara beribadatnya, perenungan tentang tulisan ke-12 nabi ini bisa menggugahnya untuk bertindak.—Ibrani 2:1.
23. Jika Saudara merasa perlu memperbaiki diri dalam beberapa hal, apa yang dapat Saudara lakukan?
23 Kadang-kadang, Saudara mungkin merasa seperti Yunus sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar, ”Aku telah dihalau dari depan matamu! Bagaimana aku dapat menatap lagi baitmu yang kudus?” (Yunus 2:4) Namun, betapa melegakannya kata-kata Yehuwa bagi kita, manusia tidak sempurna yang cenderung berbuat salah! ”Kembalilah kepadaku, dan aku akan kembali kepadamu.” (Maleakhi 3:7) Jika Saudara menyadari perlunya memperkuat hubungan Saudara dengan Yehuwa, para penatua dalam sidang Saudara akan senang membantu. Ibarat mengemudikan mobil, mula-mula Saudara harus mulai dengan perlahan-lahan, seolah-olah dengan gigi rendah. Setelah melaju, kemajuan akan lebih mudah diperoleh. Yakinlah bahwa Yehuwa akan menyambut dan membantu Saudara, sebab Ia ”murah hati dan berbelaskasihan, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih”. (Yoel 2:12-14) Berita dari para nabi ini sungguh membesarkan hati semua orang yang berupaya beribadat dengan cara yang Allah perkenan.
Ada yang harus ’mencari Yehuwa’ dengan kembali kepada-Nya
-
-
”Biarlah Keadilan Keluar Bergulung-gulung”—Kunci untuk Mengenal AllahHidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
-
-
PASAL ENAM
”Biarlah Keadilan Keluar Bergulung-gulung”—Kunci untuk Mengenal Allah
1. Mengapa Saudara memiliki rasa keadilan?
SEPANJANG sejarah, ada orang-orang yang terkenal sebagai penegak keadilan. Tetapi, pertimbangkan fakta ini: Manusia tertarik pada keadilan karena dibuat menurut gambar Allah. Saudara pun memiliki rasa keadilan dan ingin orang lain memperlakukan Saudara dengan adil karena Saudara dibuat menurut gambar Yehuwa, yang ’menyenangi’ keadilan.—Yeremia 9:24; Kejadian 1:27; Yesaya 40:14.
2, 3. Mengapa kita perlu membahas buku-buku dari ke-12 nabi untuk belajar tentang keadilan Yehuwa?
2 Seraya membaca berbagai buku dalam Alkitab, Saudara dapat semakin memahami keadilan Allah. Namun, terlebih lagi demikian apabila Saudara memeriksa buku-buku dari ke-12 nabi. Keadilan begitu ditonjolkan sampai-sampai suatu edisi buku Hosea, Amos, dan Mikha terbitan sebuah lembaga Alkitab diberi judul Justice Now! (Keadilan Sekarang!) Sebagai contoh, perhatikan desakan Amos, ”Biarlah keadilan keluar bergulung-gulung seperti air, dan keadilbenaran seperti aliran deras yang senantiasa mengalir.” Dan, dari berbagai kewajiban yang harus kita lakukan, perhatikan apa yang Mikha sebutkan di urutan pertama, ”Apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan Allahmu?”—Amos 5:24; Mikha 6:8.
3 Karena itu, untuk lebih mengenal Yehuwa dan akhirnya bisa meniru Dia, kita tentunya perlu memahami serta menghargai keadilan-Nya. Keadilan adalah salah satu aspek kepribadian Yehuwa, jadi kita tidak bisa mengaku mengenal Dia jika kita tidak memahami keadilan-Nya. Sejak dahulu pun, hamba-hamba-Nya tahu bahwa ”Yehuwa adalah pencinta keadilan”.—Mazmur 33:5; 37:28.
Habakuk
4. Jelaskan mengapa tulisan ke-12 nabi bisa memperkuat keyakinan Saudara akan keadilan Allah.
4 Beberapa saat sebelum Yehuwa menghukum Yerusalem, nabi Habakuk bertanya, ”Berapa lama, oh, Yehuwa, aku harus berseru meminta tolong? . . . Hukum menjadi mati rasa, dan keadilan tidak pernah tampil. Karena orang fasik mengepung orang yang adil-benar, karena alasan itu keadilan tampil bengkok.” (Habakuk 1:2, 4) Habakuk yang setia telah mengenal Yehuwa melalui Tulisan-Tulisan Kudus yang sudah ada dan melalui pengalaman pribadinya. Jadi, ia yakin bahwa Allah menjunjung serta menganjurkan keadilan. Tetapi, sang nabi ingin tahu mengapa Yehuwa membiarkan kefasikan. Allah meyakinkan Habakuk bahwa Ia akan berlaku adil terhadap orang-orang yang setia. (Habakuk 2:4) Jika Habakuk dan yang lain bisa yakin, Saudara memiliki alasan yang lebih kuat lagi untuk yakin bahwa Allah akan menjunjung tinggi keadilan. Mengapa? Nah, sekarang Alkitab sudah lengkap, jadi ada lebih banyak catatan tentang tindakan Yehuwa dan pernyataan sifat-sifat-Nya, termasuk keadilan-Nya. Oleh karena itu, Saudara dapat lebih mengenal Yehuwa dan lebih yakin akan keadilan-Nya yang sempurna.
5. Bidang keadilan mana yang khususnya menarik bagi kita?
5 Setiap kali mengutus nabi ke Israel, Yehuwa menandaskan pentingnya berlaku adil. (Yesaya 1:17; 10:1, 2; Yeremia 7:5-7; Yehezkiel 45:9) Dan, jelas sekali Ia menonjolkan hal itu melalui ke-12 nabi. (Amos 5:7, 12; Mikha 3:9; Zakharia 8:16, 17) Siapa pun yang membaca tulisan mereka bisa melihat bahwa mereka menganjurkan orang-orang untuk berlaku adil dalam urusan sehari-hari. Kita dapat menerapkan pelajaran yang kita peroleh dari ke-12 buku ini dengan banyak cara, tetapi mari kita periksa dua bidang. Para nabi menandaskan keadilan dalam kedua bidang tersebut, dan kita akan melihat bagaimana kita bisa mempraktekkannya.
KEADILAN DALAM URUSAN BISNIS DAN KEUANGAN
6, 7. Mengapa kita semua hendaknya memperhatikan keadilan dalam urusan bisnis dan keuangan?
6 Yesus berkata, ”Manusia harus hidup bukan dengan roti saja.” (Lukas 4:4; Ulangan 8:3) Ia tidak menyangkal bahwa kita perlu roti—kita harus makan. Untuk itu, kebanyakan orang harus bekerja atau salah seorang anggota keluarga harus bekerja demi mencari nafkah. Sama halnya dengan hamba-hamba Allah pada zaman dahulu. Ada yang berwiraswasta—bercocok tanam atau membuat barang seperti pakaian, perabot, atau peralatan masak. Yang lain menjadi majikan—mempekerjakan orang untuk memanen ladang atau membuat tepung, minyak zaitun, atau anggur. Yang lain lagi menjadi saudagar—berjual beli barang. Atau, ada juga yang menyediakan jasa—barangkali memperbaiki atap atau memainkan alat-alat musik.—Keluaran 35:35; Ulangan 24:14, 15; 2 Raja 3:15; 22:6; Matius 20:1-8; Lukas 15:25.
7 Bisakah Saudara melihat persamaannya dengan kehidupan Saudara sendiri atau kehidupan sahabat dan kerabat Saudara? Memang, jenis pekerjaan zaman modern mungkin berbeda, tetapi tidakkah Saudara setuju bahwa pandangan Allah tentang keadilan dalam soal-soal itu tetap sama? Dalam berita-Nya melalui ke-12 nabi, Yehuwa memperlihatkan bahwa Ia ingin umat-Nya berlaku adil dalam bidang ini. Seraya kita membahas beberapa contoh, pikirkanlah bagaimana Saudara hendaknya mempraktekkan keadilan ilahi.—Mazmur 25:4, 5.
8, 9. (a) Mengapa tindakan yang dikecam di Maleakhi 3:5 sangat serius? (b) Alkitab menganjurkan pandangan yang seimbang apa tentang hubungan antara pekerja dan majikan?
8 Melalui Maleakhi, Allah menyatakan, ”Aku akan datang kepada kamu sekalian untuk menghakimi, dan aku akan menjadi saksi yang cepat terhadap para tukang sihir, para pezina, orang-orang yang bersumpah palsu, dan orang-orang yang bertindak curang sehubungan dengan upah seorang pekerja upahan, . . . karena mereka tidak takut kepadaku.” (Maleakhi 3:5) Ya, Yehuwa mengutuk orang-orang yang berlaku tidak adil terhadap karyawan, atau pekerja upahan. Seberapa seriuskah hal itu? Nah, Ia menyejajarkan perlakuan tidak adil terhadap pekerja dengan spiritisme, perzinaan, serta dusta. Dan, orang Kristen tahu bahwa Allah akan menghakimi ’orang yang melakukan percabulan, orang yang mempraktekkan spiritisme, dan semua pendusta’.—Penyingkapan 21:8.
9 Apa yang terjadi di tempat kerja bukan sekadar soal prinsip moral manusia; keadilan Yehuwa tersangkut. Ia berfirman bahwa karena kelicikan orang-orang ”yang bertindak curang sehubungan dengan upah seorang pekerja upahan”, Ia akan ’datang kepada orang-orang itu untuk menghakimi’. Memang, Allah tidak mengatakan bahwa seorang majikan harus mengabulkan setiap permintaan karyawan atau sekelompok pekerja. Dari perumpamaan Yesus tentang orang-orang yang diupah untuk bekerja di kebun anggur, Saudara bisa melihat bahwa majikan berhak menentukan besarnya upah dan persyaratan kerja. (Matius 20:1-7, 13-15) Patut diperhatikan, dalam perumpamaan Yesus semua pekerja diupahi satu dinar, ’upah harian’ yang telah disepakati, entah mereka bekerja sehari penuh atau tidak. Dalam perumpamaan itu, kita juga bisa melihat bahwa sang majikan tidak mengeruk keuntungan dengan mengorbankan para pekerja.—Yeremia 22:13.
10. Mengapa kita hendaknya berminat akan caranya memperlakukan para pekerja?
10 Jika Saudara memiliki suatu bisnis dengan banyak karyawan—atau sekalipun Saudara hanya mempekerjakan seseorang untuk melakukan sesuatu—apakah besarnya upah, ketepatan pembayaran, dan apa yang Saudara tuntut dari mereka selaras dengan Maleakhi 3:5? Ada baiknya kita memikirkan hal ini karena masalah perlakuan tidak adil terhadap pekerja upahan dibahas juga dalam Kitab-kitab Yunani Kristen. Mengenai orang-orang yang berlaku tidak adil terhadap para pekerja, Yakobus sang murid bertanya, ”Apakah ia [Yehuwa] tidak menentang kamu?” (Yakobus 5:1, 4, 6) Tidak salah jika kita menyimpulkan: Orang-orang yang tidak adil sehubungan dengan ”upah seorang pekerja upahan” belum mengenal Yehuwa, karena mereka tidak meniru keadilan-Nya.
11, 12. (a) Ketidakadilan apa yang ditonjolkan dalam Hosea 5:10? (b) Bagaimana Saudara dapat menerapkan prinsip di Hosea 5:10?
11 Kini, bacalah mengapa Yehuwa menentang orang-orang terkemuka pada zaman Hosea, ”Pangeran-pangeran Yehuda telah menjadi seperti orang-orang yang memindahkan batas. Ke atas mereka aku akan mencurahkan kemurkaanku seperti air.” (Hosea 5:10) Kesalahan apa yang Hosea kecam? Seorang petani di Yehuda hidup dari hasil tanahnya, yang batas-batasnya ditandai dengan batu atau tiang. ”Memindahkan batas” berarti mempersempit lahan si petani dan mengurangi sumber nafkahnya, yang sama saja dengan merampok dia. Hosea menyamakan para pangeran Yehuda, yang seharusnya menjunjung tinggi keadilan, dengan orang-orang yang memindahkan tanda batas.—Ulangan 19:14; 27:17; Ayub 24:2; Amsal 22:28.
Apakah Saudara dibimbing oleh prinsip keadilan sewaktu bekerja dan berbisnis?
12 Dewasa ini, ada pengusaha real estat yang mungkin tergoda untuk ”memindahkan batas” guna menipu pembeli. Namun, prinsipnya berlaku bagi pedagang, majikan, karyawan, atau klien—siapa saja yang terlibat dalam kontrak atau perjanjian. Seperti yang Saudara ketahui, beberapa orang dalam dunia bisnis enggan membuat perjanjian tertulis, karena berpikir akan lebih mudah nantinya untuk melanggar kesepakatan. Ada juga yang membuat kontrak tertulis tetapi menyertakan perincian yang tidak jelas dengan tujuan menyamarkan artinya demi keuntungan pribadi, sekalipun merugikan pihak lain. Menurut Saudara, apakah orang yang bertindak seperti itu—entah ia pedagang atau pembeli, majikan atau karyawan—benar-benar mengenal Allah keadilan? Yehuwa berkata dalam Firman-Nya, ’Jangan memindahkan batas anak-anak lelaki yatim. Karena Penebus mereka kuat; ia sendiri akan membela perkara mereka denganmu.’—Amsal 23:10, 11; Habakuk 2:9.
13. Menurut Mikha 6:10-12, ketidakadilan apa ada di kalangan umat Allah zaman dahulu?
13 Mikha 6:10-12 memberikan keterangan lebih jauh tentang keadilan, ”Apakah di rumah orang fasik masih ada harta kefasikan, dan takaran efa yang kurang dan yang tercela? Dapatkah aku bersih secara moral dengan timbangan yang fasik dan dengan sekantong batu timbangan yang bersifat menipu? Karena . . . penduduknya berbicara dusta, dan lidah dalam mulut mereka penuh muslihat.” Dewasa ini, kita tidak lagi menggunakan takaran efa atau batu timbangan, tetapi satuan liter atau kilogram. Namun, pesan Mikha jelas. Pedagang atau pengusaha pada zamannya suka menipu; mereka berlaku tidak adil dengan menggunakan timbangan dan ukuran yang tidak sesuai dengan standar. ”Orang fasik”, itulah sebutan Allah bagi orang yang ’mulutnya penuh muslihat’ dan licik dalam urusan bisnisnya.—Ulangan 25:13-16; Amsal 20:10; Amos 8:5.
14. Peringatan Mikha dapat membantu kita menghindari ketidakadilan apa pada zaman modern ini?
14 Apakah kata-kata Mikha tentang timbangan dan ukuran ada pengaruhnya atas cara Saudara menjalankan bisnis atau apa yang Saudara lakukan sebagai pekerja? Ini sesuatu yang patut dipikirkan, sebab ada tak terhitung banyaknya cara menipu pembeli dan klien. Sebagai contoh, kontraktor yang licik mengurangi jumlah pemakaian semen. Atau, seorang perajin mungkin menggunakan bahan yang lebih murah pada bagian-bagian yang tidak akan kelihatan. Ada pedagang yang menjual barang-barang yang ia katakan baru padahal sudah bekas. Dan, Saudara mungkin pernah mendengar trik-trik dagang lainnya untuk menambah keuntungan. Apakah Saudara tergoda untuk mencobanya? Sebuah buku baru tentang cara melindungi privasi menyatakan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa ”percaya sang Pencipta memperhatikan mereka, dan kebanyakan akan lebih memilih mati daripada mencuri”. Buku itu menambahkan, ”Mereka dicari untuk menangani pekerjaan yang menyangkut uang dalam jumlah besar.” Mengapa? Karena orang Kristen sejati tahu bahwa Yehuwa ’meminta mereka untuk menjalankan keadilan’, termasuk dalam urusan bisnis dan keuangan.—Mikha 6:8.
”PEMBESAR DEMI KEADILAN”
15, 16. Bagaimana para pemimpin pada zaman Mikha memperlakukan rakyat?
15 Saudara dapat melihat dari buku-buku ke-12 nabi bahwa pada masa-masa tertentu, keadilan nyaris tidak ada. Kalangan berwenang, yang seharusnya menjadi anutan dalam hal keadilan, justru tidak melakukannya. (Keluaran 18:21; 23:6-8; Ulangan 1:17; 16:18) Mikha memohon, ”Kiranya dengarlah, hai, para kepala Yakub dan hai, para komandan keturunan Israel. Bukankah urusanmu untuk mengetahui keadilan? Kamu pembenci apa yang baik dan pencinta keburukan, yang merobek kulit dari orang-orang serta daging dari tulang-tulangnya.”—Mikha 3:1-3; Yesaya 1:17.
16 Kata-kata itu tentunya mengejutkan orang-orang yang mengenal kehidupan di desa. Seorang gembala adakalanya menggunting bulu domba-domba yang ia urus dan lindungi. (Kejadian 38:12, 13; 1 Samuel 25:4) Tetapi, ”para komandan keturunan Israel”, yang seharusnya ”mengetahui keadilan”, mengeksploitasi umat gembalaan Allah, seolah-olah merobek kulit dan daging domba serta menghancurkan tulang-tulangnya. (Mazmur 95:7) Mikha beralih ke perumpamaan lain tentang kehidupan di desa; ia mengatakan bahwa para pemimpin ’yang menghakimi untuk upah’ sama seperti onak atau pagar tanaman berduri. (Mikha 7:3, 4) Bayangkan bagaimana rasanya melewati tempat yang penuh onak dan pagar tanaman berduri. Kemungkinan besar, Saudara akan tergores-gores, dan pakaian Saudara sobek-sobek. Seperti itulah akibat perbuatan para pemimpin terhadap umat Allah. Bukannya berlaku adil terhadap saudara-saudara mereka, mereka licik dan korup.—Mikha 3:9, 11.
17. Menurut Zefanya 3:3, bagaimana sikap para pemimpin?
17 Zefanya menyebutkan hal serupa, ”Para pembesarnya yang ada di tengah-tengahnya adalah singa-singa yang mengaum. Para hakimnya adalah serigala-serigala malam yang tidak menggerogoti tulang sampai pagi hari.” (Zefanya 3:3) Dapatkah Saudara membayangkan para pemimpin umat Allah yang, seperti singa yang buas dan ganas, mengabaikan keadilbenaran? Atau, para hakim yang, bagaikan serigala yang rakus dan tak kunjung kenyang, melahap segalanya, sehingga keesokan paginya yang tersisa hanyalah tulang belulang? Bagaimana mungkin keadilan bisa dijunjung dalam kondisi seperti itu? Keadilan telah dikoyak-koyak oleh para pemimpin yang memangsa rakyat dan bukannya memperhatikan mereka.
Para pembesar pada zaman Mikha dan Zefanya tidak mengenal Yehuwa
18. Bagaimana para hakim di Israel seharusnya memperlakukan umat Allah?
18 Jelaslah, para pemimpin dari bangsa yang dibaktikan kepada Allah itu tidak mengenal Dia. Jika mereka mengenal Allah, mereka tentu telah menaati Zakharia 8:16, ”Inilah hal-hal yang hendaknya kamu lakukan: Berbicaralah kebenaran seorang kepada yang lain. Laksanakanlah penghakimanmu di gerbang-gerbangmu dengan kebenaran dan keadilan yang penuh damai.” Para tua-tua di Israel berkumpul di gerbang kota dan bertugas menangani berbagai kasus hukum, bukan berdasarkan pemeriksaan sekilas atau perasaan pribadi, melainkan berdasarkan cara berpikir Allah. (Ulangan 22:15) Dan, Yehuwa telah memberikan peringatan tentang sikap berat sebelah, misalnya terhadap orang yang kaya atau terkemuka. (Imamat 19:15; Ulangan 1:16, 17) Para hakim seharusnya berupaya memulihkan perdamaian di antara kedua pihak yang bertikai, memberikan ”keadilan yang penuh damai”.
19, 20. (a) Mengapa para penatua Kristen bisa belajar banyak dari ke-12 nabi? (b) Bagaimana para penatua menunjukkan bahwa mereka mengenal Yehuwa serta keadilan-Nya?
19 Rasul Paulus mengutip sebagian isi Zakharia 8:16 sewaktu menulis surat kepada orang-orang Kristen. (Efesus 4:15, 25) Jadi, kita bisa yakin bahwa peringatan serta nasihat ke-12 nabi tentang keadilan benar-benar cocok untuk diterapkan dalam sidang Kristen dewasa ini. Para tua-tua, atau pengawas, hendaknya menjadi teladan dalam hal mengenal Yehuwa dan mencerminkan keadilan-Nya. Yesaya 32:1 memberikan gambaran yang menghibur bahwa mereka adalah ”pembesar demi keadilan”. Hal-hal praktis apa tentang para penatua yang dapat kita ketahui dari peringatan serta nasihat yang diberikan ke-12 nabi?
20 Para penatua Kristen hendaknya mengingat kebenaran Alkitab dan apa yang ditunjukkannya tentang cara berpikir Yehuwa. Mereka perlu mendasarkan keputusan mereka atas hal-hal tersebut, bukannya menurut pendapat atau perasaan pribadi belaka. Alkitab memperlihatkan bahwa bisa jadi ada kasus-kasus yang sulit, yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk persiapan, yang memerlukan riset pribadi dari Alkitab dan publikasi yang memuat nasihat bagus dari golongan budak yang setia dan bijaksana. (Keluaran 18:26; Matius 24:45) Dengan mengerahkan upaya demikian, para penatua akan lebih cenderung untuk membenci apa yang buruk dan mengasihi apa yang baik dari sudut pandangan Allah. Hal ini akan membantu mereka ’memberikan kepada keadilan tempat di gerbang’ sehingga mereka ’melaksanakan penghakiman dengan keadilan yang benar’.—Amos 5:15; Zakharia 7:9.
21. Mengapa para penatua harus menghindari sikap berat sebelah, tetapi apa yang bisa membuat mereka tergoda untuk melakukan yang sebaliknya?
21 Sekalipun orang yang mengemban tanggung jawab untuk melakukan penghakiman memiliki pengetahuan Alkitab, bisa saja ia memperlihatkan sikap berat sebelah. Maleakhi amat menyayangkan fakta bahwa para imam, yang seharusnya menjadi sumber pengetahuan, ”berlaku berat sebelah dalam hukum”. (Maleakhi 2:7-9) Bagaimana hal itu bisa terjadi? Nah, Mikha mengatakan bahwa beberapa orang kepala ’menghakimi demi suap semata-mata, dan imam-imam mengajar hanya demi upah’. (Mikha 3:11) Bagaimana cara berpikir seorang penatua bisa dipengaruhi dengan cara serupa? Bagaimana seandainya orang yang ia tangani pernah bermurah hati kepadanya, atau bagaimana jika penatua itu melihat adanya prospek untuk menarik keuntungan di kemudian hari? Atau, katakanlah ia menangani orang yang masih berkerabat, karena hubungan darah atau perkawinan. Mana yang akan ia dahulukan, ikatan keluarga atau prinsip-prinsip rohani? Ya, sikap tidak berat sebelah seorang penatua benar-benar diuji sewaktu ia menangani kasus perbuatan salah atau mempertimbangkan apakah seseorang memenuhi persyaratan Alkitab untuk mendapatkan hak istimewa dinas tambahan dalam sidang.—1 Samuel 2:22-25, 33; Kisah 8:18-20; 1 Petrus 5:2.
Dalam segala urusan mereka, para penatua ’memberikan kepada keadilan tempat di gerbang’
22. (a) Tanggung jawab apa yang dimiliki para penatua sehubungan dengan keadilan? (b) Sifat-sifat Allah mana lagi yang hendaknya dicerminkan oleh para penatua sewaktu menangani orang-orang yang bersalah?
22 Jika ada yang melakukan dosa yang serius, para gembala rohani bertindak untuk melindungi sidang dari pengaruh apa pun yang membahayakan dan merusak. (Kisah 20:28-30; Titus 3:10, 11) Tetapi, jika orang yang bersalah itu benar-benar bertobat, para penatua ingin ”memperbaiki kembali orang tersebut dengan roh kelemahlembutan”. (Galatia 6:1) Sebaliknya dari bersikap kasar dan dingin, mereka menerapkan petunjuk ini, ”Laksanakan penghakimanmu dengan keadilan yang benar; dan teruslah tunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih dan belas kasihan satu sama lain.” (Zakharia 7:9) Peraturan-peraturan Yehuwa tentang penanganan kasus hukum di Israel kuno menonjolkan keadilan serta belas kasihan-Nya. Hakim-hakim terlantik cukup memiliki keleluasaan dalam mengambil berbagai keputusan; mereka bisa memperlihatkan belas kasihan, bergantung pada keadaan dan sikap si pelaku kesalahan. Demikian pula, para pengawas Kristen harus berupaya untuk menghakimi ”dengan keadilan yang benar” dan menunjukkan ”kebaikan hati yang penuh kasih dan belas kasihan”, dengan demikian memperlihatkan bahwa mereka telah mengenal Yehuwa.
23, 24. (a) Bagaimana para penatua dapat memajukan ”keadilan yang penuh damai”? (b) Ke-12 nabi telah membantu Saudara memahami hal apa tentang keadilan?
23 Ingatlah Zakharia 8:16, ”Laksanakanlah penghakimanmu di gerbang-gerbangmu dengan kebenaran dan keadilan yang penuh damai.” Apa tujuannya? ”Keadilan yang penuh damai.” Bahkan sewaktu para rasul masih hidup, ada perselisihan atau perbantahan di antara beberapa orang Kristen. Seperti yang Paulus lakukan terhadap Euodia dan Sintikhe, dewasa ini para penatua bisa jadi perlu memberikan bantuan. (Filipi 4:2, 3) Para penatua hendaknya benar-benar berupaya memberikan ”keadilan yang penuh damai”, berupaya memulihkan perdamaian di antara pihak-pihak yang berselisih. Nasihat Alkitab yang mereka berikan dan sikap mereka ketika memberikan nasihat hendaknya memajukan kedamaian dalam sidang dan kedamaian dengan Allah. Dengan demikian, nyatalah bahwa mereka benar-benar mengenal Yehuwa serta keadilan-Nya.
24 Dua bidang yang disebutkan di atas menggambarkan pentingnya menerapkan nasihat tentang keadilan yang dicatat oleh ke-12 nabi dalam kehidupan kita sehari-hari. Betapa besar berkatnya apabila kita dan orang-orang di sekitar kita ’membiarkan keadilan keluar bergulung-gulung’!
-
-
Layanilah Yehuwa menurut Standar-Nya yang TinggiHidup Tanpa Melupakan Hari Yehuwa
-
-
PASAL TUJUH
Layanilah Yehuwa menurut Standar-Nya yang Tinggi
1. Bagaimana anggapan penduduk Yerusalem pada zaman Zefanya mengenai standar Yehuwa?
”YEHUWA tidak akan melakukan yang baik, dan ia tidak akan melakukan yang buruk.” Itulah anggapan penduduk Yerusalem pada zaman Zefanya. Menurut mereka, Yehuwa tidak mengharapkan mereka hidup selaras dengan standar tertentu. Zefanya mengatakan bahwa mereka ”mengental di atas endapan mereka”, yaitu ampas di dasar wadah penyimpanan anggur. Maksudnya, orang-orang itu sudah senang dengan gaya hidup yang nyaman, tidak mau diusik oleh berita apa pun mengenai campur tangan Allah dalam urusan mereka. Namun, Allah memberi tahu orang-orang Yahudi itu bahwa Ia akan ”menggeledah Yerusalem secara teliti dengan pelita” dan ”memperhatikan” orang-orang yang mengabaikan standar-Nya. Ya, Yehuwa memiliki standar, dan Ia peduli akan pandangan umat-Nya terhadap standar itu.—Zefanya 1:12.
2. Di tempat Saudara tinggal, apa pandangan umum tentang standar?
2 Dewasa ini pun banyak orang sangat tidak suka diatur oleh standar. Saudara bisa jadi mendengar mereka mengatakan, ”Lakukan sesukamu!” Ada yang bernalar, ’Kalau saya tidak punya uang dan tidak bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, saya boleh menghalalkan segala cara.’ Mereka tidak memedulikan perasaan Allah atau apa yang Ia kehendaki dari mereka. Bagaimana dengan Saudara? Apakah Saudara suka dengan gagasan bahwa sang Pencipta menetapkan standar bagi Saudara?
3, 4. Mengapa Saudara menghargai adanya standar?
3 Banyak orang yang tidak mau diatur oleh standar Allah ternyata tanpa ragu mau mengikuti standar manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Contohnya adalah standar mutu air minum. Kebanyakan pemerintah menetapkan standar baku mutu air bagi masyarakat. Tetapi, bagaimana jika standarnya terlalu rendah? Hal itu bisa mengakibatkan diare dan penyakit lain, dan anak-anaklah yang khususnya menjadi korban. Namun, dengan standar air minum yang tinggi, Saudara jugalah yang mendapat faedahnya. ”Jika tidak ada standar, dampaknya akan cepat terasa,” kata Organisasi Standarisasi Internasional. ”Kita biasanya tidak menyadari peranan standar dalam meningkatkan kualitas, keamanan, keterandalan, efisiensi, dan kompatibilitas—maupun peranannya dalam menyediakan manfaat-manfaat tersebut dengan biaya yang ekonomis.”
4 Jika Saudara setuju bahwa standar dalam berbagai aspek kehidupan itu berguna, tidakkah masuk akal bahwa Allah memiliki standar yang tinggi bagi umat yang menyandang nama-Nya?—Kisah 15:14.
APAKAH STANDAR ALLAH MASUK AKAL?
5. Bagaimana Yehuwa melalui Amos mempertunjukkan pentingnya memenuhi standar-standar-Nya?
5 Standar penting dalam membangun rumah. Jika ada dinding yang tidak tegak, seluruh bangunan pun akan doyong atau miring. Atau, rumah bisa-bisa tidak layak huni jika ada celah di antara dinding-dindingnya. Itulah inti penglihatan Amos, yang bernubuat pada abad kesembilan SM, tentang kondisi kerajaan Israel sepuluh suku. Ia melihat Yehuwa berdiri pada tembok sambil memegang ”sebuah unting-unting di tangannya”. Allah berfirman, ”Lihat, aku menaruh unting-unting di tengah-tengah umatku, Israel. Aku tidak akan memaafkannya lagi.” (Amos 7:7, 8) Unting-unting adalah pemberat yang tergantung pada seutas tali, gunanya untuk menentukan apakah suatu bidang sudah benar-benar tegak lurus. Amos melihat Yehuwa berdiri pada tembok kiasan yang ”dibuat dengan unting-unting”. Tembok itu tegak lurus. Tetapi, pada zaman Amos, orang Israel sudah tidak lulus dalam uji kelurusan rohani—mereka bagaikan tembok doyong yang harus diruntuhkan agar tidak menimpa orang.
6. (a) Apa salah satu pokok kunci dalam tulisan ke-12 nabi? (b) Apa yang menunjukkan bahwa standar Allah masuk akal?
6 Seraya mempelajari buku-buku dari ke-12 nabi, Saudara akan menemukan pokok yang terus berulang ini: Menyelaraskan diri dengan standar Allah sangat penting. Berita dalam buku-buku itu tidak semuanya berupa kecaman terhadap suatu umat yang tidak mengikuti standar Allah yang tinggi. Kadang-kadang, sewaktu memeriksa umat-Nya, Yehuwa menyatakan bahwa mereka telah memenuhi standar-Nya. Fakta ini menunjukkan bahwa standar Allah masuk akal; manusia yang tidak sempurna seperti kita sanggup memenuhinya. Pertimbangkan sebuah contoh.
7. Bagaimana Zakharia membantu kita mengerti bahwa manusia yang tidak sempurna sanggup memenuhi standar Yehuwa?
7 Setelah orang-orang Yahudi yang pulang dari Babilon membangun fondasi bait, proyek pembangunan kembali bait terhenti. Maka, Allah mengutus para nabi-Nya, Hagai dan Zakharia, untuk menganjurkan orang-orang melanjutkan proyek itu. Dalam sebuah penglihatan melalui Zakharia, Yehuwa menggambarkan bahwa Zerubabel, gubernur Yehuda, memegang ”unting-unting di tangan[nya]” ketika ia memasang batu utama sebagai tanda rampungnya bait. Bait itu dibangun sesuai dengan standar ilahi. (Zakharia 4:10) Tetapi, perhatikanlah perincian menarik ini tentang bait yang telah rampung itu, ”Yang tujuh ini adalah mata Yehuwa. Semuanya menjelajahi seluruh bumi.” Allah melihat Zerubabel memasang batu utama itu pada tempatnya, dan dengan mata-Nya yang jeli, Ia melihat bahwa bait itu lulus uji, memenuhi standar-Nya! Jadi, sekalipun Yehuwa memiliki standar yang tinggi, manusia dapat memenuhinya. Berkat anjuran Hagai serta Zakharia, Zerubabel dan anak buahnya dapat melakukannya. Seperti Zerubabel, Saudara pun dapat memenuhi harapan Allah. Hal itu sungguh membesarkan hati!
MENGAPA KITA MAU MENGIKUTI STANDAR YEHUWA?
8, 9. (a) Mengapa Yehuwa pantas menetapkan standar bagi manusia? (b) Mengapa Allah layak meminta bangsa Israel mematuhi perintah-Nya?
8 Sebagai Pencipta, Allah berhak menetapkan standar bagi manusia dan meminta kita mematuhinya. (Penyingkapan 4:11) Yehuwa tidak perlu menjabarkan segala sesuatunya secara terperinci, karena Ia telah memberi manusia hati nurani sebagai pembimbing yang berharga. (Roma 2:14, 15) Allah memang melarang pasangan manusia pertama makan dari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”, yang melambangkan hak Allah untuk menetapkan standar tentang apa yang baik dan yang jahat. Dan, Saudara pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya. (Kejadian 2:17; 3:1-19) Ketika menyinggung pilihan yang salah yang diambil oleh Adam, Hosea menulis, ”[Orang-orang Israel] sendiri, seperti manusia (”Adam”, Rbi8-E, catatan kaki), telah melangkahi perjanjian.” (Hosea 6:7) Melalui ayat ini Hosea memperlihatkan bahwa dosa orang Israel adalah dosa yang disengaja.
9 Apa dosa mereka? ”Mereka telah melanggar perjanjian [Hukum].” (New International Version) Dengan membebaskan umat-Nya dari Mesir, Allah menjadi pemilik mereka dan jelas berhak menetapkan standar bagi mereka. Orang Israel menerima perjanjian dengan Yehuwa, artinya mereka setuju untuk hidup sesuai dengan standar-standar itu. (Keluaran 24:3; Yesaya 54:5) Sekalipun demikian, banyak dari mereka lalai menjalankan Hukum. Mereka bersalah karena menumpahkan darah, membunuh, dan melakukan percabulan.—Hosea 6:8-10.
10. Bagaimana Allah berupaya membantu orang-orang yang lalai memenuhi standar-Nya?
10 Yehuwa mengutus para nabi, seperti Hosea, untuk membantu umat-Nya yang berbakti. Di akhir buku nubuatnya, Hosea berseru, ”Siapa yang berhikmat, agar dia mengerti hal-hal ini? Bijaksana, agar dia mengetahui semuanya itu? Karena jalan-jalan Yehuwa lurus, dan orang-orang yang adil-benarlah yang akan berjalan di situ; tetapi para pelanggar akan tersandung di situ.” (Hosea 14:9) Di ayat-ayat awal Hosea pasal 14, kita melihat bahwa sang nabi menandaskan perlunya kembali kepada Yehuwa. Orang yang berhikmat akan mengerti bahwa Yehuwa menunjukkan jalan yang lurus bagi umat-Nya. Sebagai hamba Allah yang berbakti, Saudara tentu memiliki hasrat yang tulus untuk tetap lurus hati, berjalan di jalan-jalan Yehuwa.
Mengapa Saudara mengikuti standar yang ditetapkan dan disarankan oleh sang pembuat?
11. Mengapa Saudara tergerak untuk mematuhi perintah-perintah Allah?
11 Hosea 14:9 juga mengarahkan perhatian kita pada manfaat mengikuti haluan yang benar. Kita akan memperoleh berkat dan manfaat jika menyelaraskan diri dengan perintah Allah. Sebagai Pencipta, Ia tahu bagaimana kita dibuat. Semua yang Ia minta dari kita adalah demi kebaikan kita. Mengenai hubungan kita dengan Allah, kita bisa mengumpamakannya seperti mobil dan pabriknya. Sang pembuat tahu bagaimana mobil itu dirancang dan dirakit. Ia tahu bahwa oli mobil harus diganti secara berkala. Apa yang terjadi jika Saudara mengabaikan standar itu, karena mungkin berpikir bahwa mobilnya masih bisa jalan? Mesinnya akan rusak dan berhenti berfungsi jauh lebih cepat daripada jika mobil itu dirawat. Demikian pula halnya manusia. Sang Pencipta telah memberi kita perintah-perintah, dan dengan mematuhinya, kita sendiri yang merasakan manfaatnya. (Yesaya 48:17, 18) Dengan memahami bahwa kita akan mendapat manfaat, kita semakin termotivasi untuk hidup sesuai dengan standar Allah, untuk mematuhi perintah-Nya.—Mazmur 112:1.
12. Bagaimana hubungan kita dengan Allah bisa semakin akrab jika kita berjalan dengan nama-Nya?
12 Manfaat terbesar dari menjalankan perintah Allah adalah hubungan yang semakin akrab dengan Allah. Apabila kita hidup sesuai dengan standar-Nya dan melihat bahwa standar Allah itu masuk akal serta bermanfaat, kita akan semakin menyayangi Pembuat standar itu. Nabi Mikha dengan indah menggambarkan hubungan yang akrab itu, ”Semua suku bangsa, masing-masing akan berjalan dengan nama allahnya; tetapi kami, kami akan berjalan dengan nama Yehuwa, Allah kami, sampai waktu yang tidak tertentu, ya, selama-lamanya.” (Mikha 4:5) Sungguh besar hak istimewa kita untuk berjalan dengan nama Yehuwa, menjunjung reputasi-Nya dan mengakui wewenang-Nya dalam kehidupan kita! Dan, sudah sewajarnya kita ingin mencerminkan sifat-sifat-Nya. Marilah kita masing-masing berupaya mempererat hubungan kita dengan Allah.—Mazmur 9:10.
13. Mengapa takut akan nama Allah bukan hal yang negatif atau buruk?
13 Orang yang hidup sesuai dengan standar Allah dan berjalan dengan nama ilahi disebut sebagai orang yang takut akan nama Allah. Itu bukan hal yang negatif atau buruk. Yehuwa meyakinkan orang-orang seperti itu, ”Ke atas kamu yang takut akan namaku matahari keadilbenaran pasti akan bersinar, dengan kesembuhan pada sayap-sayapnya; dan kamu akan keluar dan mengentak-entakkan kaki di tanah seperti anak lembu yang gemuk.” (Maleakhi 4:2) Dalam penggenapan nubuat itu, ”matahari keadilbenaran” adalah Yesus Kristus. (Penyingkapan 1:16) Kini, ia memancarkan sinar kesembuhan rohani, dan di masa depan, ia akan memancarkan sinar kesembuhan jasmani bagi umat manusia. Sukacita orang-orang yang disembuhkan diumpamakan seperti sukacita anak lembu gemuk yang ”keluar dan mengentak-entakkan kaki di tanah”, senang dan gembira bisa hidup bebas. Bukankah Saudara telah menikmati kebebasan besar seperti itu?—Yohanes 8:32.
14, 15. Manfaat apa saja yang bisa Saudara peroleh dengan berpaut pada standar Yehuwa?
14 Manfaat lain dari berpaut pada standar Allah adalah hubungan yang lebih baik dengan sesama manusia. Habakuk menyerukan lima celaka—atas orang yang tamak akan milik orang lain, yang mengejar keuntungan yang tidak jujur, yang menumpahkan darah, yang bersiasat untuk melakukan pelanggaran seksual, dan yang menyembah berhala. (Habakuk 2:6-19) Fakta bahwa Yehuwa menyerukan celaka-celaka ini jelas memperlihatkan bahwa Ia telah menetapkan standar cara hidup yang hendaknya kita ikuti. Tetapi, perhatikan pokok ini: Empat dari semua kesalahan yang disebutkan berkaitan dengan cara kita memperlakukan sesama manusia. Jika kita memiliki cara pandang Allah, kita tidak akan mencelakai sesama kita. Maka, hubungan kita dengan kebanyakan orang pasti akan menjadi lebih baik.
15 Manfaat ketiga ada kaitannya dengan kebahagiaan keluarga. Dewasa ini, orang sering memandang perceraian sebagai jalan keluar terakhir bagi ketidakharmonisan rumah tangga. Tetapi, melalui nabi Maleakhi, Yehuwa menyatakan, ”Ia membenci perceraian.” (Maleakhi 2:16) Kita akan membahas Maleakhi 2:16 secara lebih terperinci nanti, tetapi sekarang perhatikan bahwa Allah telah dengan bijaksana menetapkan standar untuk diikuti oleh para anggota keluarga; semakin mereka menjalankan standar Allah, semakin damai keluarga mereka. (Efesus 5:28, 33; 6:1-4) Patut diakui, kita semua tidak sempurna, jadi pasti ada problem. Namun, dalam buku Hosea, Pribadi ”yang kepadanya setiap keluarga di surga dan di bumi berutang nama” memberikan contoh praktis yang menunjukkan caranya mengatasi beberapa problem perkawinan yang pelik sekali pun. Hal itu juga akan kita bahas dalam buku ini. (Efesus 3:15) Sekarang, mari kita lihat apa lagi yang tercakup dalam hal menjalankan standar Allah.
”BENCILAH APA YANG BURUK, DAN KASIHILAH APA YANG BAIK”
16. Apa hubungan Amos 5:15 dengan standar Allah?
16 Manusia pertama, Adam, membuat pilihan yang bodoh mengenai standar siapa yang paling baik untuk diikuti berkenaan dengan apa yang baik dan jahat. Apakah pilihan kita akan lebih bijaksana? Amos mengingatkan kita untuk memiliki perasaan yang kuat mengenai hal ini, dengan mendesak, ”Bencilah apa yang buruk, dan kasihilah apa yang baik.” (Amos 5:15) Almarhum William Rainey Harper, mantan dosen bahasa dan sastra Semitik di University of Chicago, mengomentari ayat itu, ”Standar tentang apa yang baik dan buruk, dalam pikiran [Amos], benar-benar sesuai dengan kehendak Yahweh.” Itulah konsep utama yang bisa kita pelajari dari ke-12 nabi. Apakah kita bersedia menerima standar Yehuwa tentang apa yang baik dan buruk? Standar-standar yang tinggi itu disingkapkan kepada kita dalam Alkitab dan dijelaskan oleh orang-orang Kristen yang matang dan berpengalaman yang membentuk golongan ”budak yang setia dan bijaksana”.—Matius 24:45-47.
Bagaimana seseorang dibantu menolak pornografi dengan mengindahkan nasihat dari ke-12 nabi?
17, 18. (a) Mengapa kita harus membenci apa yang buruk? (b) Berikan contoh bagaimana kita bisa mengembangkan kebencian yang hebat terhadap apa yang buruk.
17 Dengan membenci apa yang buruk, kita dibantu untuk menjauhi hal-hal yang tidak menyenangkan Allah. Sebagai contoh, seorang pria mungkin tahu tentang bahaya pornografi di Internet dan berupaya agar tidak melihatnya. Namun, bagaimana perasaan ’manusia batiniahnya’ tentang isi situs-situs Web porno? (Efesus 3:16) Dengan menerapkan desakan Allah di Amos 5:15, akan lebih mudah baginya untuk mengembangkan kebencian terhadap apa yang buruk. Dengan demikian, ia bisa menang dalam perjuangan rohaninya.
18 Pertimbangkan contoh lain. Pernahkah terbayang oleh Saudara untuk membungkuk di hadapan berhala yang digunakan dalam penyembahan seks? Memikirkannya saja sudah membuat Saudara jijik, bukan? Namun, Hosea mengatakan bahwa para leluhur orang Israel melakukan perbuatan amoral di hadapan Baal Peor. (Bilangan 25:1-3; Hosea 9:10) Tampaknya, Hosea menyebutkan peristiwa itu karena penyembahan Baal adalah dosa utama kerajaan Israel sepuluh suku. (2 Raja 17:16-18; Hosea 2:8, 13) Bayangkan saja betapa memuakkannya adegan ini: Orang-orang Israel membungkuk kepada berhala-berhala selama pesta seks liar. Dengan mengetahui bahwa Allah benar-benar mengutuk hal itu, kita masing-masing bisa dibantu untuk melawan jerat yang Setan pasang melalui Internet. Dewasa ini, banyak orang mengidolakan wanita cantik dan pria tampan yang menjadi tokoh-tokoh hiburan populer. Tetapi, betapa berbedanya mereka dengan kita yang telah belajar dari peringatan para nabi tentang penyembahan berhala!
INGATLAH FIRMAN ALLAH SENANTIASA
19. Apa yang dapat Saudara pelajari dari tindakan Yunus di dalam perut seekor ikan besar?
19 Seraya Saudara berupaya menjunjung standar Allah yang tinggi di tengah-tengah berbagai godaan dan kesulitan, kadang-kadang Saudara mungkin merasa tidak sanggup atau tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Jika kekuatan mental atau emosi Saudara tampaknya menipis, bagaimana Saudara dapat berhasil mengatasi situasi yang kritis? (Amsal 24:10) Nah, ada yang dapat kita pelajari dari Yunus, yang kita tahu adalah manusia tidak sempurna dengan berbagai kelemahan. Ingat apa yang ia lakukan di dalam perut seekor ikan besar. Ia berdoa kepada Yehuwa. Perhatikanlah isi doanya.
20. Bagaimana Saudara dapat melengkapi diri untuk melakukan apa yang Yunus lakukan?
20 Sewaktu Yunus berdoa kepada Allah ”dari perut Syeol”, ia menggunakan kata-kata dan frasa yang ia kenal baik, yaitu dari Mazmur. (Yunus 2:2) Ia sedang amat bersusah hati dan memohon belas kasihan Yehuwa, namun kata-kata Daud-lah yang meluncur dari bibir Yunus. Sebagai contoh, bandingkan kata-kata Yunus 2:3, 5 dengan kata-kata Mazmur 69:1, 2.a Jelaslah, Yunus mengenal baik mazmur-mazmur Daud. Kata-kata dan ungkapan dalam mazmur yang terilham itu meluap dari hati Yunus. Firman Allah yang terilham ’ada di bagian dalam’ Yunus. (Mazmur 40:8) Jika Saudara tengah menghadapi situasi yang menguras emosi, bisakah Saudara mengingat ayat-ayat yang cocok? Jika sekarang Saudara mengenal baik Firman Allah, kelak hal itu akan sangat menolong sewaktu Saudara harus membuat keputusan dan mengatasi masalah selaras dengan standar Allah.
MILIKILAH TAKUT YANG SEHAT AKAN ALLAH
21. Apa yang Saudara butuhkan agar dapat berpaut pada standar Allah?
21 Tentu saja, sekadar memiliki perbendaharaan ayat Alkitab tidaklah cukup untuk membuat Saudara berpaut erat pada standar Yehuwa. Nabi Mikha memberikan keterangan tambahan tentang apa yang Saudara butuhkan untuk dapat menerapkan Firman Allah, ”Orang yang memiliki hikmat yang praktis akan takut kepada namamu.” (Mikha 6:9) Untuk memiliki hikmat praktis, yaitu bisa menerapkan apa yang kita ketahui, Saudara harus mengembangkan rasa takut kepada nama Allah.
22, 23. (a) Mengapa Yehuwa mengutus Hagai kepada orang Yahudi pascapembuangan? (b) Mengapa Saudara bisa yakin bahwa Saudara sanggup mengikuti standar Allah?
22 Bagaimana Saudara dapat belajar untuk takut kepada nama Allah? Nah, perhatikan nabi Hagai dari masa pascapembuangan. Dalam bukunya yang sangat pendek, hanya 38 ayat, ia menggunakan nama Yehuwa sebanyak 35 kali! Sewaktu Yehuwa menugasi Hagai untuk bernubuat, pada tahun 520 SM, 16 tahun telah berlalu dan pembangunan bait di Yerusalem masih jauh dari selesai. Umat Allah berkecil hati karena tentangan musuh. (Ezra 4:4, 5) Mereka bernalar bahwa waktu untuk membangun kembali bait belum tiba. Yehuwa mengingatkan mereka, ”Pertimbangkanlah jalan-jalanmu dengan hatimu. . . . Bangunlah rumah itu, agar aku senang dengannya dan aku dimuliakan.”—Hagai 1:2-8.
23 Gubernur Zerubabel, Imam Besar Yosua, dan ”semua orang yang tersisa dari umat itu mendengarkan perkataan Yehuwa, Allah mereka, . . . dan umat itu menjadi takut karena Yehuwa”. Sebagai tanggapan, Allah mengatakan, ”Aku menyertai kamu sekalian.” Alangkah leganya! Dengan bantuan roh Allah, umat itu ”mulai datang dan melakukan pekerjaan di rumah Yehuwa”. (Hagai 1:12-14) Rasa takut yang sehat, yaitu takut tidak menyenangkan Allah, menggerakkan umat yang berkecil hati itu untuk bertindak meski ada tentangan.
24, 25. Dengan contoh-contoh spesifik, gambarkan bagaimana Saudara bisa menerapkan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam pasal ini.
24 Bagaimana dengan Saudara? Jika Saudara tahu standar ilahi mana yang terkait dalam situasi yang Saudara hadapi, apakah Saudara akan mempunyai keberanian yang dibutuhkan untuk lebih takut kepada Yehuwa daripada kepada manusia? Barangkali Saudari masih muda, dan di tempat kerja ada seorang pria tidak seiman. Orangnya baik dan penuh perhatian. Apakah suatu ayat akan terlintas dalam pikiran Saudari, yang mengingatkan Saudari tentang standar Yehuwa dan bahayanya jika Saudari mengabaikannya? Bagaimana dengan Hosea 4:11? ”Percabulan dan anggur dan anggur manis itulah yang menyingkirkan motif baik.” Dengan ayat itu, tidakkah rasa takut Saudari kepada Allah akan menggerakkan Saudari untuk berpaut pada standar-Nya dan menolak jika pria itu mengundang Saudari ke suatu acara sosial? Jika ia mulai menggoda, rasa takut untuk tidak menyenangkan Allah dapat membantu Saudari untuk ”lari”.—Kejadian 39:12; Yeremia 17:9.
Bagaimana takut akan Allah membantu dalam situasi seperti ini?
25 Kini, mari kita kembali ke contoh orang yang berupaya menolak daya tarik pornografi Internet. Apakah ia akan mengingat kata-kata di Mazmur 119:37, yang merupakan suatu bentuk doa? ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna.” Dan, apakah ia akan mengingat kata-kata Yesus dalam Khotbah di Gunung? ”Setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadap dia sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.” (Matius 5:28) Jika seorang Kristen takut akan Yehuwa dan berhasrat untuk hidup sesuai dengan standar-Nya, ia tentunya tergerak untuk menjauhi apa saja yang bisa merusak. Kapan pun Saudara tergoda untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan standar Allah, cobalah memperkembangkan rasa takut yang saleh. Dan, ingatlah apa yang Yehuwa katakan melalui Hagai, ”Aku menyertai kamu.”
26. Apa yang akan kita bahas selanjutnya?
26 Ya, Saudara bisa melayani Yehuwa menurut standar-Nya yang tinggi dan memperoleh manfaat karena melakukannya. Seraya saudara terus memeriksa ke-12 buku nubuat ini, standar Allah—apa yang Ia kehendaki dari kita masing-masing—akan menjadi semakin jelas. Bagian berikut dalam buku ini akan membahas standar yang sangat bagus yang telah Allah tetapkan untuk tiga bidang utama: tingkah laku, cara memperlakukan orang lain, dan kehidupan keluarga.
-