PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Penciptaan
    Sedarlah!—2014
  • Binatang
    Sadarlah!—2015
  • Apa yang Dikatakan Catatan Fosil
    Kehidupan—Bagaimana Asal Mulanya? Melalui Evolusi atau Penciptaan?
  • Kisah Sebenarnya tentang Penciptaan
    Sedarlah!—2014
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1

JENIS

Catatan tentang penciptaan yang terdapat dalam pasal pertama buku Kejadian menyingkapkan bahwa Allah Yehuwa menciptakan bentuk-bentuk kehidupan di bumi ”menurut jenisnya”. (Kej 1:11, Rbi8, ctk.) Menjelang akhir hari keenam penciptaan, di bumi ini ada beraneka ’jenis’ dasar makhluk, yang mencakup bentuk-bentuk kehidupan yang sangat pelik. Mereka dikaruniai kemampuan untuk bereproduksi ”menurut jenisnya” dengan cara yang telah ditetapkan dan tertib.—Kej 1:12, 21, 22, 24, 25; 1Kor 14:33.

Tampaknya, yang dimaksud dengan kata ’jenis’ dalam Alkitab adalah kelompok-kelompok bentuk kehidupan yang masing-masing dapat melakukan pembuahan silang dalam batas kelompoknya sendiri. Jika demikian, batas yang memisahkan satu ’jenis’ dengan ’jenis’ lain adalah apabila pembuahan tidak bisa terjadi.

Pada tahun-tahun belakangan ini penggunaan kata ”spesies” (dalam Ing.) menimbulkan kebingungan apabila dibandingkan dengan kata ’jenis’ (kind). Arti dasar ”spesies” ialah ”macam; jenis; varietas”. Tetapi dalam peristilahan biologi, kata ini berlaku untuk kelompok binatang atau tumbuhan mana pun yang dapat saling membuahi dan yang memiliki satu atau lebih karakteristik khas yang sama. Jadi, dalam satu kelompok ’jenis’, yaitu istilah menurut buku Kejadian, bisa saja ada banyak spesies atau varietas (subspesies) seperti itu.

Walaupun menurut catatan Alkitab tentang penciptaan dan berdasarkan hukum-hukum alam yang Allah Yehuwa tanamkan pada ciptaan mungkin saja ada keanekaragaman dalam ’jenis-jenis’ makhluk, tidak ada bukti yang mendukung teori-teori yang menyatakan bahwa ada ’jenis-jenis’ baru yang muncul setelah periode penciptaan. Aturan yang tidak dapat diubah bahwa ’jenis-jenis’ tidak dapat saling membuahi merupakan prinsip biologi yang tidak pernah dapat digugat. Bahkan dengan bantuan teknik modern dan manipulasi genetika di laboratorium, tidak ada ’jenis’ baru yang dihasilkan. Selain itu, penyilangan antara ’jenis-jenis’ makhluk akan mengganggu maksud-tujuan Allah agar ada pemisahan di antara kelompok-kelompok famili dan juga akan merusak individualitas berbagai jenis makhluk dan benda hidup. Jadi, karena ada garis pemisah yang tegas di antara ’jenis-jenis’ makhluk, tiap-tiap kelompok dasar merupakan unit terpisah, terlepas dari ’jenis-jenis’ lainnya.

Sejak sejarah manusia yang paling awal, bukti menunjukkan bahwa anjing masih tetap anjing, kucing tetap kucing, dan dari dahulu sampai sekarang, gajah tetap gajah. Ketidakmampuan menghasilkan keturunan tetap menjadi faktor penentu apa yang dimaksud dengan ’jenis’. Fenomena ini memungkinkan kita menentukan batas semua ’jenis’ yang ada dewasa ini, yaitu melalui tes yang membuktikan mustahilnya pembuahan. Melalui tes pembuahan alami ini kita dapat menyingkapkan hubungan-hubungan utama yang ada dalam kehidupan binatang dan kehidupan tumbuhan. Misalnya, ketidakmampuan menghasilkan keturunan merupakan jurang yang tak terjembatani antara manusia dan binatang. Hasil eksperimen penangkaran memperlihatkan bahwa rupa tidak dapat dijadikan patokan. Manusia dan simpanse bisa saja memiliki penampilan yang kurang lebih serupa, jenis otot serta tulang yang juga mirip; tetapi fakta bahwa manusia sama sekali tidak dapat kawin silang dengan keluarga kera membuktikan bahwa keduanya adalah dua ciptaan yang berbeda dan bukan ’jenis’ makhluk yang sama.

Manusia pernah berharap bahwa hibridisasi dapat menjadi sarana terbaik untuk menghasilkan ’jenis’ baru, tetapi dalam setiap kasus hibridisasi yang diteliti, ternyata dengan mudah dapat diidentifikasi bahwa pasangan-pasangan tersebut selalu berasal dari ’jenis’ yang sama, misalnya dalam penyilangan antara kuda dan keledai, keduanya adalah anggota keluarga kuda. Kecuali dalam kasus yang langka, bagal hasil penyilangan demikian selalu mandul dan tidak dapat meneruskan variasi itu secara alami. Bahkan Charles Darwin, berdasarkan fakta yang ada, terpaksa mengakui, ”Perbedaan antara bentuk-bentuk [kehidupan] spesifik dan fakta bahwa mereka tidak dapat dipadukan oleh mata-mata rantai transisi yang tak terhitung jumlahnya, merupakan masalah yang sangat pelik.” (Origin of Species, 1902, Bagian 2, hlm. 54) Hal ini masih tetap benar.

’Jenis-jenis’ makhluk spesifik mungkin hanya berjumlah ratusan, tetapi ada lebih banyak varietas atau subspesies binatang dan tumbuhan di bumi. Hasil riset zaman modern menunjukkan bahwa ratusan ribu tanaman yang berbeda adalah anggota famili yang sama. Demikian pula, dalam dunia binatang, mungkin ada banyak variasi kucing, tetapi semuanya termasuk dalam satu famili kucing atau ’jenis’ kucing. Halnya sama dengan ternak dan anjing, ada keanekaragaman dalam setiap ’jenis’. Tetapi faktanya tidak berubah, yaitu bahwa tidak soal berapa pun banyaknya subspesies dalam tiap famili, tidak satu pun dari ’jenis-jenis’ ini dapat kawin silang.

Hasil riset geologi memberikan bukti yang jelas bahwa fosil-fosil yang dianggap termasuk di antara spesimen-spesimen yang paling awal dari makhluk tertentu sangat serupa dengan keturunan mereka yang ada sekarang. Lipas atau kecoa yang terdapat di antara serangga fosil yang dianggap paling awal hampir sama dengan yang ada pada zaman modern ini. Sama sekali tidak ada ”jembatan” antara satu ’jenis’ dengan ’jenis’ yang lain. Kuda, pohon ek, elang, gajah, pohon walnut, tanaman pakis, dan sebagainya, semuanya menurunkan ’jenis’ yang sama, tidak berevolusi menjadi ’jenis’ lain. Bukti dari fosil-fosil ini selaras sepenuhnya dengan sejarah penciptaan dalam Alkitab, yang menunjukkan bahwa Yehuwa menciptakan benda-benda hidup di bumi dalam jumlah besar dan ”menurut jenisnya” pada hari-hari terakhir penciptaan.—Kej 1:20-25.

Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa Nuh dapat membawa masuk semua binatang yang perlu ke dalam bahtera untuk diselamatkan melalui Air Bah. Alkitab tidak mengatakan bahwa ia harus menyelamatkan setiap subspesies binatang. Sebaliknya, dikatakan, ”Dari makhluk-makhluk terbang menurut jenisnya dan dari binatang-binatang peliharaan menurut jenisnya, dari segala binatang yang merayap di tanah menurut jenisnya, masing-masing dua ekor harus masuk ke sana bersamamu agar mereka tetap hidup.” (Kej 6:20; 7:14, 15) Allah Yehuwa tahu bahwa yang perlu diselamatkan hanya beberapa binatang yang bisa mewakili ”jenisnya” masing-masing, karena mereka akan berkembang biak dan menghasilkan subspesies atau variasinya setelah Air Bah.—Lihat BAHTERA.

Setelah Air Bah surut, ’jenis-jenis’ dasar yang relatif sedikit jumlahnya ini keluar dari bahtera dan menyebar ke seluruh permukaan bumi, dan akhirnya menghasilkan banyak variasi dari ’jenis’ mereka. Meskipun ada banyak variasi atau subspesies baru yang muncul setelah Air Bah, ’jenis-jenis’ yang masih hidup tetap tidak berubah, selaras dengan firman Allah Yehuwa yang tidak dapat berubah.—Yes 55:8-11.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan