PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • tr psl. 4 hlm. 27-33
  • Mengapa Kita Menjadi Tua dan Mati

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Kita Menjadi Tua dan Mati
  • Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • AKIBAT-AKIBAT DARI PENDURHAKAAN
  • AKIBATNYA ATAS KETURUNAN
  • Apa Dosa Asal Itu?
    Sedarlah!—2006
  • Musuh Terakhir, Kematian, Akan Ditiadakan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2014
  • Kita Dapat Menarik Pelajaran dari Pasangan Manusia Pertama
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • Mengapa Kita Tua dan Mati?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Umum)—2019
Lihat Lebih Banyak
Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
tr psl. 4 hlm. 27-33

Pasal 4

Mengapa Kita Menjadi Tua dan Mati

1. (a) Apakah yang diingini oleh orang-orang normal dalam soal kesehatan dan kehidupan? (b) Karena penyakit dan kematian terdapat di mana-mana, pertanyaan-pertanyaan apakah timbul berkenaan maksud Allah terhadap manusia?

SETIAP orang yang normal ingin hidup dengan sehat-waras. Kita berdaya upaya untuk meringankan kesakitan dan penderitaan yang ditimbulkan oleh penyakit dan kita ingin sekali menghindarkan kelemahan-kelemahan tubuh yang diakibatkan oleh usia tua. Kita juga menjadi sedih apabila melihat orang-orang yang kita cintai menderita akibat hal-hal ini. Oleh karena keadaan ini, banyak orang bertanya, “Apakah semua ini merupakan maksud Allah semula? Tatkala Allah menciptakan manusia, apakah maksudNya supaya manusia menjadi tua, dan menjadi tuli atau buta? Apakah kehendakNya supaya kulit manusia menjadi keriput seraya ia menjadi semakin tua, jantungnya menjadi berpenyakitan dan anggota-anggota tubuhnya yang lain menjadi lemah? Sesungguhnya, apakah Allah menjadikan manusia untuk mati?”

2. (a) Apakah Allah menciptakan manusia dalam keadaan cacat? (b) Maka, kemungkinan apakah yang diberikan oleh Allah kepada Adam dan Hawa?

2 Tidak, Allah Yehuwa tidak menciptakan manusia untuk masa depan yang penuh derita. Alkitab menuturkan bahwa Yehuwa menyediakan tempat tinggal yang indah di sebuah taman bagi sepasang manusia pertama, dan Ia memberkati mereka. Setelah meninjau karya ciptaanNya, Allah patut menyatakannya “sungguh amat baik.” (Kejadian 1:28, 31) Ini berarti bahwa Adam dan Hawa diciptakan sempurna, tanpa cela pada pikiran maupun tubuh. (Ulangan 32:4; Amsal 10:22) Mereka bisa hidup kekal.

3. Apakah yang dikatakan oleh para sarjana mengenai potensi hidup dari manusia?

3 Sangat menarik, para sarjana modern mengetahui bahwa tubuh manusia terus memperbarui dirinya. Dan menurut mereka, dalam keadaan yang tepat, tubuh manusia bisa hidup selama-lamanya. Pemenang Hadiah Nobel, Dr. Linus Pauling, menjelaskan bahwa jaringan-jaringan tubuh manusia berganti sendiri dan secara teoritis, ini mesti berlangsung terus. Ahli biokimia William Beck juga mengatakan: “Saya tidak melihat alasan mengapa kematian, menurut kodrat alam, tidak dapat dihindari.” Namun, meskipun dibuat untuk hidup kekal, manusia terus menjadi tua dan mati. Mengapa? Alkitab, Firman Allah, memberikan jawaban yang memuaskan.

AKIBAT-AKIBAT DARI PENDURHAKAAN

4. Ujian apakah Allah berikan kepada Adam dan Hawa, guna menandaskan pentingnya ketaatan?

4 Sewaktu Yehuwa menciptakan Adam dan Hawa, mereka menjadi bagian di bumi dari keluarga Allah yang besar, yang sudah meliputi sejumlah besar makhluk-makhluk roh di surga. Allahlah Bapa dari sepasang manusia itu, karena Dialah yang telah memberikan hidup kepada mereka. Namun karunia hidup itu ada syaratnya; artinya, mereka akan terus hidup hanya selama mereka memenuhi syarat berupa ketaatan yang pengasih terhadap Bapa surgawi mereka. Ketaatan kepada hukum perlu bagi kelangsungan perdamaian dan ketertiban, maka mereka harus mengakui Allah sebagai Penguasa Tertinggi. Tahukah mereka akan hal ini? Ya, karena Yehuwa memberikan satu ujian yang menandaskan perlunya ketaatan. Ia berkata kepada Adam: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”—Kejadian 2:16, 17.

5. (a) Apakah ujian terhadap ketaatan Adam dan Hawa mendatangkan kesusahan atas diri mereka? (b) Bagaimana kita tahu bahwa ‘buah yang terlarang’ itu bukan hubungan seks?

5 Ujian ketaatan ini tidak sukar. Mereka tidak dilarang makan makanan yang mereka butuhkan dan tidak diuji sampai di luar batas kemampuan. Tetapi, ketaatan mereka akan mencerminkan penghargaan terhadap hubungan dengan Allah. (1 Yohanes 5:3) Meskipun ada yang beranggapan bahwa ‘buah terlarang’ ini ada sangkut-pautnya dengan hubungan seks antara laki-laki dan perempuan itu, keadaannya tidak demikian. Allah sendiri sudah lebih dulu mengatakan supaya “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi.” (Kejadian 1:28) Ketika Allah memerintahkan mereka supaya jangan makan buah pohon tertentu, ini hanya berarti bahwa Allah memisahkan salah satu dari sekian banyak pohon buah-buahan di Eden dan memerintahkan supaya pasangan manusia itu jangan makan buahnya.

6. (a) Mengapa pohon itu disebut “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”? (b) Dengan memakan buah itu, perbuatan jahat apa dilakukan oleh Adam dan Hawa terhadap Bapa surgawi mereka?

6 Mengapa pohon itu disebut “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”? Karena, sebagai akibat dari perintah Allah, buahnya melambangkan hak Allah untuk menentukan bagi makhluk-makhlukNya apa yang “baik” dan apa yang “jahat” bagi mereka. Jadi, jika sepasang manusia itu mengambil buah ini, berarti mereka melawan Bapa surgawi mereka dan menolak bimbingan ilahiNya serta kehendakNya yang sempurna. Meskipun sederhana, banyak yang terlibat dalam ujian ini. Antara lain, ketergantungan manusia kepada Penciptanya dan pengakuan manusia atas wewenang ilahi. Ingat juga bahwa Yesus Kristus mengenakan kepada manusia yang tidak sempurna aturan bahwa “barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia juga setia dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10) Apalagi bagi makhluk yang sempurna!

7. (a) Apakah yang dikatakan kepada Hawa oleh suatu makhluk yang tidak kelihatan melalui seekor ular mengenai buah pohon itu? (b) Apakah yang kemudian dilakukan oleh Hawa, dan ketika suaminya mengetahui perbuatan itu, apa yang dilakukan oleh suaminya?

7 Mengapa Hawa melanggar hukum Allah dan makan buah itu? Gagasan ini tidak datang dari dirinya melainkan disodorkan oleh suatu makhluk roh yang menggunakan ular sebagai juru bicara. Itulah sebabnya makhluk roh yang dalam Alkitab dinamakan Setan si Iblis, disebut “ular tua.” (Wahyu 12:9) Makhluk yang tak kelihatan dan berbicara melalui ular terang-terangan menyangkal kebenaran perintah Allah yang dituturkan kembali oleh Hawa. Ia mengemukakan bahwa buah itu dapat menjadikan Hawa seperti Allah untuk menentukan sendiri apa yang “baik” dan “jahat.” Hawa mulai memandang betapa sedap buah itu dan mendurhaka kepada Allah dengan memakannya. Adam sebagai suami dan kepala, setelah mengetahui perbuatan istrinya, tidak menentang haluan tersebut, malah mengikutinya.—Kejadian 3:2-6; Yakobus 1:14, 15; 1 Korintus 11:3.

8. (a) Dari perbuatan mereka yang durhaka ini, kesalahan apakah yang nyata telah dilakukan oleh Adam dan Hawa? (b) Mengapa kita tidak boleh melihat berat tidaknya perbuatan Adam dan Hawa menurut pandangan banyak orang terhadap pendurhakaan dan pencurian sekarang?

8 Dari perbuatan durhaka ini, nyatalah bahwa mereka telah berbuat dosa, dan harus menanggung hukum dosa. (1 Yohanes 3:4) Dalam mempertimbangkan benar tidaknya keputusan Allah, kita jangan keliru sehingga menilai berat tidaknya perbuatan Adam dan Hawa menurut pandangan banyak orang di jaman kita. Dewasa ini mendurhaka terhadap orangtua sudah umum, sering kali tidak dihukum. Mencuri juga umum, dan banyak yang berpikir, kalau yang dicuri kecil, tidak apa-apa. Memberontak dan menentang kekuasaan juga sering terjadi dewasa ini. Tetapi tidak berarti bahwa semua perbuatan ini benar! Banyak dari buah busuk yang kita saksikan sekarang, berupa bertambahnya pelanggaran dan kejahatan, disebabkan oleh kelalaian orangtua dan orang-orang lain yang berwenang untuk mengoreksi perbuatan itu sejak semula.—Amsal 13:24; Pengkhotbah 8:11.

9. (a) Mengingat apa yang Adam dan Hawa lakukan, mengapa Allah berkewajiban terhadap diriNya dan keluargaNya di alam semesta untuk menjunjung hukum? (b) Hukuman apa yang diterima oleh pasangan manusia durhaka itu atas dosa mereka?

9 Allah tidak ingin menganjurkan perbuatan jahat dengan melalaikan pelaksanaan hukumNya sendiri. Dengan pendurhakaan mereka, Adam dan Hawa menunjukkan sangat kurangnya kasih mereka kepada Dia yang telah melengkapi mereka secara menakjubkan. Mereka bersalah karena mencuri, yakni mengambil barang yang menurut Pencipta mereka bukan milik mereka. Lebih jahat lagi, mereka bergabung dengan musuh Allah dan, melalui perbuatan mereka, menuduh Allah pendusta. Yehuwa berkewajiban terhadap diriNya dan keluargaNya di alam semesta untuk menjunjung hukum. Maka Ia bertindak. Akibat dosa yang sengaja mereka lakukan, pasangan manusia yang durhaka itu diusir dari Eden untuk mati.—Kejadian 3:22-24.

10. Bagaimana caranya akibat dari dosa dapat dilukiskan dengan sebuah mesin, dan ke manakah Adam dan Hawa dibawa oleh dosa?

10 Akibat dosa atas diri mereka dapat dilukiskan dengan apa yang terjadi pada mesin yang bagus bila tidak digunakan sepatutnya, menurut petunjuk pembuatnya. Mesin ini akan mulai tidak beres dan akhirnya rusak. Demikian pula, karena melawan petunjuk Pencipta mereka, Adam dan Hawa kehilangan kesempurnaan.. Pikiran dan tubuh mereka mulai rusak, dan akhirnya tidak bekerja lagi, atau mati. Itulah akibat pendurhakaan dan hilangnya perkenan Allah atas mereka. (Kejadian 3:16-19) Setelah menghabiskan tenaganya yang kuat dari tubuhnya yang dulu sempurna, Adam mati pada usia 930 tahun. Jadi ia mati pada “hari” simbolik yang Allah telah tetapkan, yang panjangnya seribu tahun.—Kejadian 5:5; 2 Petrus 3:8.

AKIBATNYA ATAS KETURUNAN

11. Bagaimana caranya Alkitab menjelaskan sebabnya kita sekarang menjadi sakit dan mati?

11 Tetapi karena kita sekarang tidak mendurhaka terhadap hukum itu di Eden, mengapa kita juga sakit dan mati? Ini sebabnya: Semua keturunan Adam dilahirkan setelah pendurhakaannya. Jadi keturunannya mewarisi dosa dan kematian dari dia. Semua orang mewarisi ketidaksempurnaan, karena semua berasal dari Adam dan Hawa. Seperti kata buku Ayub dalam Alkitab: “Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!” (Ayub 14:4) Juga di Roma 5:12 Alkitab menjelaskan: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam], dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Sama seperti mesin yang sempurna tidak dapat dihasilkan dari cetakan yang tidak sempurna, demikian juga Adam tidak dapat menghasilkan anak-anak yang sempurna, yang bebas dari dosa, setelah ia menjadi tidak sempurna.—Mazmur 51:7.

12. Bagaimana akibat dosa Adam dan Hawa dibandingkan dengan apa yang terjadi bila orang yang hidupnya imoral melahirkan anak?

12 Akibat dosa Adam dan Hawa atas keturunan mereka dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi bila orang yang mengabaikan hukum Allah dan hidup dengan perangai cabul (imoral) melahirkan anak. Orang-orang ini mungkin dijangkiti penyakit pada alat kelamin mereka yang Allah berikan untuk menurunkan anak. Anak dari orangtua yang “najis” sedemikian, mungkin lahir dalam keadaan fisik atau mental yang rusak karena dosa orangtua. Demikian juga, orangtua kita yang pertama menjadi “najis,” tidak sempurna, menderita sakit, dan akhirnya mati. Mereka dapat meneruskan kepada keturunan mereka hanya apa yang ada pada mereka sendiri: ketidaksempurnaan, dan di kemudian hari penyakit dan kematian. Itulah sebabnya kita semua menjadi tua dan mati, dan begitu mudah membuat kesalahan.

13. Apakah ada perbedaan antara dosa yang disengaja dan dosa yang tidak disengaja? Mengapa begitu?

13 Tetapi, membuat kekeliruan tanpa disengaja karena dosa warisan berbeda dengan kesalahan yang disengaja. (1 Yohanes 5:16) Jika seseorang sungguh bertobat atas kekeliruan yang dibuatnya karena kelemahan yang diwarisinya, ia dapat mengharapkan pengampunan yang berbelas kasihan dari Allah. (Amsal 28:13) Tetapi ia harus berhati-hati supaya jangan, setelah mengetahui yang benar, ia sengaja menempuh haluan yang berlawanan dengan kehendak Allah. Perbuatan sedemikian dapat mengakibatkan hilangnya perkenan Allah serta kehidupan itu sendiri.—Ulangan 30:15-20; Ibrani 10:26, 27.

14. Persediaan apakah yang Allah telah adakan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian?

14 Syukurlah, Yehuwa telah membuat persediaan yang pengasih guna menyelamatkan orang-orang yang bertobat dari akibat buruk dosa warisan dan kematian. Pembebasan yang menakjubkan ini akan datang melalui korban tebusan Yesus Kristus. Perihal persediaan ini Alkitab berkata: “Allah telah mengutus AnakNya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup olehNya.” (1 Yohanes 4:9) Maka, pada waktu yang Allah tetapkan, di bawah pemerintahan Kerajaan dari PutraNya, ketidaksempurnaan manusia sebagai warisan Adam akan berangsur-angsur dilenyapkan, dan manusia tidak lagi merasakan akibat dosa Adam. Ya, bahkan kematian yang kita warisi dari Adam tidak akan berkuasa lagi atas kita! (Wahyu 21:3, 4) Saudara bisa menjadi salah seorang yang akan menikmati berkat-berkat demikian. Cara bagaimana? Dengan menarik faedah dari persediaan Yehuwa dan membuktikan kasih saudara kepadaNya dengan memegang perintah-perintahNya.—Pengkhotbah 12:13.

[Gambar di hlm. 30]

Adam sengaja melanggar hukum Allah yang dinyatakan dengan jelas

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan