PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g92 Januari hlm. 20-21
  • Menikah atau Kumpul Kebo—Yang Mana?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Menikah atau Kumpul Kebo—Yang Mana?
  • Sedarlah!—1992
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Kumpul Kebo—Apakah Ada Keuntungannya?
  • Pernikahan—Cara yang Lebih Baik
  • ”Baiklah Mereka Kawin”
  • Bolehkah Hidup Bersama sebelum Menikah?
    Sedarlah!—2009
  • Mempersiapkan Perkawinan yang Sukses
    Rahasia Kebahagiaan Keluarga
  • Apa Kami Perlu Tinggal Bersama Sebelum Menikah?
    Bantuan untuk Keluarga
  • Apa Kata Alkitab tentang Perkawinan?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
Lihat Lebih Banyak
Sedarlah!—1992
g92 Januari hlm. 20-21

Pandangan Alkitab

Menikah atau Kumpul Kebo—Yang Mana?

”KAPAN kita akan kawin?” Sedikitnya 35 tahun yang lalu, pertanyaan ini telah dipertimbangkan oleh pasangan-pasangan yang saling mencintai dan telah bertunangan. Namun, dewasa ini ada kecenderungan besar bahwa pertanyaan demikian akan diajukan oleh dua orang yang telah kumpul kebo. Zaman telah berubah dan demikian pula dengan sikap terhadap perkawinan. Tindakan mana yang lebih baik: Menikah atau tinggal bersama dengan seseorang yang Anda sukai?

Suatu penyelidikan menunjukkan bahwa di Brasil, Perancis, Swedia, Amerika Serikat, dan di banyak negara lain, kumpul kebo tanpa pernikahan merupakan mode. Mungkin ini sejalan dengan sikap moral modern, namun ini bukanlah hal baru. Yang baru adalah sikap terhadap praktik demikian. Apa yang pernah dianggap sebagai hidup dalam dosa kini dimaafkan dan disetujui oleh banyak orang sebagai hal yang benar-benar pantas.

Kumpul Kebo—Apakah Ada Keuntungannya?

Beberapa orang memberi alasan bahwa pengaturan hidup bersama masuk akal, karena ini memungkinkan pasangan tersebut saling mengenal dengan baik sebelum memasuki ikatan perkawinan yang lebih permanen. Keuntungan lain yang diajukan oleh beberapa orang: Ini memungkinkan pasangan tersebut mengurangi pengeluaran dengan menanggung bersama ongkos sewa; ini membuat mereka hidup mandiri dari orang tua mereka; ini menyediakan persahabatan yang dibutuhkan, termasuk hubungan seksual. Pasangan-pasangan tidak menikah yang berusia lebih tua mengatakan bahwa dengan kumpul kebo mereka tidak kehilangan tunjangan keamanan sosial dari pemerintah.

Namun demikian, ada satu sanggahan yang kuat terhadap kumpul kebo tanpa perkawinan yaitu: Pihak mana pun dapat mengakhiri pengaturan ini kapan saja hanya dengan meninggalkan pihak lainnya. Kenyataannya harian Perancis Le Monde melaporkan bahwa di Swedia dan Norwegia, separuh dari hubungan kumpul kebo tidak bertahan sampai dua tahun, dan dari 60 sampai 80 persen berakhir dalam kurang dari lima tahun.

Pernikahan—Cara yang Lebih Baik

Mereka yang menganjurkan pengaturan hidup bersama mungkin menganggap akta perkawinan hanya sebagai ”selembar kertas”, sesuatu yang tidak memiliki nilai praktis. Sikap ini juga dipertunjukkan dalam opera sabun dan film-film di TV, dan juga dalam kehidupan pribadi orang-orang terkenal. Karena itu, mari kita sekarang mempertimbangkan nilai yang sesungguhnya dari ”selembar kertas” itu.

Ketika Anda memasuki suatu kemitraan bisnis atau membeli sebidang tanah atau memberi pinjaman uang kepada seseorang, mengapa Anda membuat pernyataan-pernyataan dan bahkan disahkan oleh notaris? Suatu alasan adalah suatu perjanjian telah dibuat oleh kedua pihak, demi keuntungan keduanya maka syarat-syarat tersebut dibuat secara tertulis. Misalnya, jika satu pihak meninggal, menghilang, atau sekadar lupa, syarat-syarat tersebut masih mengikat secara sah. Halnya sama dalam pernikahan. Dalam hal kematian salah seorang teman hidup atau kematian kedua-duanya, hukum di kebanyakan negara membuat ketetapan bagi anggota-anggota keluarga yang ditinggalkan. Dalam pengaturan hidup bersama, ini biasanya kurang diperhatikan. Perjanjian inilah yang membuat perbedaan antara kumpul kebo dengan pernikahan. Akta perkawinan merupakan suatu pengingat bagi pasangan tersebut terhadap perjanjian untuk mencintai, menghormati, dan menghargai satu sama lain dan terhadap implikasi-implikasi legal dari sumpah perkawinan.

Seorang wanita yang telah menikah mengatakan hal ini, ”Mungkin saya kolot, namun perjanjian pernikahan ini membuat saya lebih aman.” Ia mengulang apa yang Allah katakan ketika Ia menyatukan pasangan manusia pertama dalam perkawinan, ”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”a (Kejadian 2:24) Suatu kesatuan yang unik! Jadi, ”satu daging” hanya mungkin terjadi dalam hubungan yang lengkap, eksklusif, sah, abadi—selain itu tidak ada.

Namun, beberapa orang menyanggah bahwa mereka mengenal pasangan-pasangan yang kumpul kebo tanpa pernikahan namun mempunyai hubungan yang erat.

”Baiklah Mereka Kawin”

Alkitab memberikan alasan terbaik bagi banyak pasangan untuk tidak kumpul kebo tanpa menikah. Ibrani 13:4 mengatakan, ”Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.” Alkitab, dengan jelas dan sederhana, mengatakan bahwa hidup bersama di luar pernikahan termasuk percabulan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ”percabulan”? Sebuah kamus melukiskan ini sebagai ”hubungan seksual manusia selain antara seorang pria dan istrinya”. Agar kita memiliki hati nurani yang baik, nasihat Alkitab ini harus kita turuti, ”Allah menghendaki supaya kamu menjauhi percabulan.”—1 Tesalonika 4:3.

Namun bagaimana bila ada yang sulit menahan dorongan seksual mereka? Rasul Paulus mengatakan, ”Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin, sebab lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” Dan sekali lagi, ”Tetapi jikalau seseorang menyangka bahwa ia tidak berlaku wajar terhadap kemurniannya sebagai lajang, . . . baiklah mereka kawin.” (1 Korintus 7:9, 36, NW) Perhatikan bahwa Paulus tidak mengatakan, ’lakukan apa yang mereka inginkan dan hiduplah bersama’ tetapi, ”baiklah mereka kawin”.

Pernikahan tidak boleh dipandang hanya sebagai suatu cara untuk memuaskan keinginan seksual. Pasangan-pasangan harus mengenal satu sama lain sebelum mereka nikah. Namun bagaimana Anda dapat melakukan itu jika tidak hidup bersama? Berpacaran dengan cara terhormat memberikan banyak kesempatan untuk hal demikian. Anda harus menentukan apa yang Anda harapkan dari perkawinan dan dari teman hidup Anda. Apa kebutuhan fisik, emosi, dan rohani Anda? Apakah pribadi yang Anda anggap mungkin menjadi teman hidup dapat membantu Anda memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut?—Matius 5:3.

Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, Anda pasti setuju bahwa dari kedua jalan—kumpul kebo atau menikah—yang disebut belakangan lebih baik. Pasangan-pasangan yang hidup bersama dalam pernikahan melakukannya tanpa rasa bersalah atau takut, dan mereka menerima respek dari teman-teman dan sanak saudara. Anak-anak mereka tidak akan menanggung luka emosi karena telah dilahirkan di luar ikatan perkawinan. Dan yang terpenting, pasangan-pasangan demikian menyenangkan Allah dengan memperlihatkan respek terhadap pengaturan perkawinan-Nya.

[Catatan Kaki]

a Kata Ibrani da·vaqʹ (”melekat”) ”mengandung arti berdampingan dengan seseorang dalam kasih sayang dan kesetiaan”. (Theological Wordbook of the Old Testament) Dalam bahasa Yunani, arti katanya sama dengan ”menempel”, ”menyemen”, ”menyatukan dengan kuat”.

[Gambar di hlm. 20]

Perkawinan pada abad ke-16

[Keterangan]

Peasant Wedding, oleh Pieter Bruegel the Elder, abad ke-16

Seizin the Kunsthistorisches Museum, Vienna

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan