PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Apakah Hantu-Hantu Memang Ada?
    Pertanyaan Alkitab Dijawab
  • Dengan Loyal Tunduk kepada Wewenang yang Ditetapkan Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • Yerusalem Dihancurkan
    Belajarlah dari Cerita-Cerita di Alkitab
  • Mereka Memberontak
    Belajarlah dari Cerita-Cerita di Alkitab
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1

BERONTAK, PEMBERONTAKAN

Ketidaktaatan atau perlawanan dan sikap menantang wewenang yang lebih tinggi. Kesombongan, sifat mementingkan diri, tekanan dari pihak luar, ketidaksetujuan dengan keputusan atasan, dan hasrat untuk keluar dari penjajahan atau penindasan, baik yang benar-benar ada ataupun yang hanya dibayangkan, merupakan sebab-sebab utama pemberontakan.

Sejarah Masa Awal. Pemberontakan terhadap Allah dimulai di alam yang tidak kelihatan. Melalui seekor ular, makhluk roh yang belakangan dikenal sebagai Setan si Iblis berupaya menghasut wanita pertama, Hawa, untuk memberontak terhadap Penciptanya. Pemberontakan dibuatnya menarik, ditampilkan sebagai haluan yang akan menghasilkan pencerahan. Hawa menyerah kepada ambisi yang mementingkan diri untuk ”menjadi seperti Allah”, dalam pengertian dapat menentukan bagi dirinya sendiri apa yang baik dan yang jahat, sebaliknya dari mematuhi keputusan Allah sehubungan dengan hal itu. (Lihat POHON [Sebagai Kiasan].) Karena membayangkan ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya yang kemudian ia anggap sebagai haknya, Hawa memilih untuk melanggar perintah Allah. Belakangan, Adam, suaminya, mengalah kepada tekanan Hawa dan ikut dalam pemberontakan itu. Adam melakukannya bukan karena ia tertipu sehingga berpikir bahwa ular itu mengatakan yang benar, melainkan jelas karena ia secara mementingkan diri lebih memilih untuk tetap bersama istrinya yang berdosa daripada terus mendapatkan perkenan Allah.—Kej 3:1-6; 1Tim 2:14.

Selama berabad-abad setelah itu, tampaknya mayoritas umat manusia tidak mau menundukkan diri kepada Allah. Dari kematian Habel hingga kelahiran Nuh, suatu periode yang panjangnya lebih dari 926 tahun, hanya Henokh yang secara spesifik disebutkan sebagai orang yang berjalan dengan Allah. (Kej 5:22) Pemberontakan juga terus menyebar di alam surgawi. Pada zaman Nuh, para malaikat yang menginginkan kesenangan sensual bertindak tidak taat dengan meninggalkan tempat mereka di surga, menjelma dalam tubuh manusia, mengawini wanita-wanita, dan mempunyai keturunan.—Kej 6:4; 1Ptr 3:19, 20; 2Ptr 2:4, 5; Yud 6.

Hingga zaman Nuh, semangat memberontak telah begitu merajalela di antara umat manusia sehingga Allah Yehuwa menganggap umat manusia patut dibinasakan dengan suatu air bah. Hanya Nuh dan keluarga dekatnya, semuanya berjumlah delapan orang, yang didapati pantas diselamatkan.—Kej 6:5-8; 7:13, 23.

Di Israel. Bertahun-tahun setelah itu, Allah Yehuwa mulai berurusan secara eksklusif dengan bangsa Israel. Namun, sepanjang sejarah Israel terdapat banyak kasus pemberontakan terhadap Yehuwa dan para wakil-Nya, dalam taraf nasional, kelompok, atau individu. Dalam beberapa kasus, orang yang memberontak tidak terus-menerus memberontak. Sebagai contoh, Musa dan Harun setia melayani Allah Yehuwa selama bertahun-tahun. Akan tetapi, pada suatu kesempatan ketika mendapat tekanan dari orang-orang Israel yang berselisih, mereka kehilangan pengendalian diri dan memberontak dengan tidak memberikan kemuliaan kepada Allah atas air yang disediakan secara mukjizat. (Bil 20:12, 24; 27:13, 14) Tetapi bangsa itu secara keseluruhan terus-menerus memberontak sehingga Yehezkiel 44:6 memberikan nama ”Pemberontakan” kepada keturunan Israel, seolah-olah bangsa Israel menjadi personifikasi pemberontakan.

Allah Yehuwa tidak membiarkan pemberontakan demikian lolos dari hukuman. (1Sam 12:15; 15:23; 1Raj 13:21, 22, 26; Mz 5:10; Yes 1:20; 63:10; Yer 4:16-18; Yeh 20:21; Hos 13:16) Menurut hukum-Nya, orang yang terus memberontak terhadap orang tua harus dihukum mati. (Ul 21:18-21) Allah menghukum mati Korah, Datan, Abiram yang sombong dan ambisius, beserta orang-orang yang bergabung dalam pemberontakan mereka terhadap Musa dan Harun, wakil-wakil Allah yang terlantik. Pada waktu orang Israel mempermasalahkan pantas-tidaknya eksekusi tersebut dan memperlihatkan semangat memberontak terhadap Musa dan Harun, 14.700 orang lagi binasa akibat tulah dari Yehuwa. (Bil 16:1-3, 25-50) Yehuwa sering menggunakan bangsa-bangsa lain sebagai alat untuk melaksanakan hukuman atas orang Israel sewaktu mereka mengalah pada tekanan untuk menjadi seperti bangsa-bangsa di sekitar mereka dan memberontak dengan meninggalkan ibadat sejati.—Hak 2:3, 11-16; 3:4, 5; Neh 9:26, 27.

Raja Zedekia memberontak dengan melanggar perjanjian. Pada waktu Raja Nebukhadnezar mengangkat Raja Zedekia dari Yehuda menjadi raja bawahan, ia membuat Zedekia mengadakan perjanjian demi nama Yehuwa. Oleh karena itu, ketika Zedekia memberontak terhadap Nebukhadnezar, ingin merdeka dari penjajahan asing, ia juga memberontak terhadap Yehuwa, karena demi nama-Nya Zedekia telah bersumpah untuk menjadi raja bawahan yang loyal. Oleh sebab pemberontakan ini, Yehuwa menetapkan bahwa Zedekia akan mati sebagai tawanan di Babilon.—2Raj 24:17-20; 2Taw 36:11-21; Yeh 17:12-18.

Di Kalangan Orang Kristen. Orang Kristen pun harus berjuang melawan orang yang suka memberontak. Rasul Paulus menubuatkan adanya kemurtadan, atau pemberontakan, di antara orang-orang yang mengaku Kristen (2Tes 2:3), dan pada zamannya, orang murtad sudah ada. (1Tim 1:19, 20; 2Tim 2:16-19) Yudas, sang murid, menulis tentang orang-orang yang mencaci ”pribadi-pribadi yang mulia” dalam sidang Kristen. Karena orang-orang yang suka memberontak itu sudah pasti akan dibinasakan, Yudas menyebutkan pembinasaan tersebut sebagai sesuatu yang seakan-akan sudah terjadi, dengan mengatakan, ”[Mereka] binasa karena perkataan yang bersifat memberontak sebagaimana halnya Korah!”—Yud 8, 11; lihat MURTAD, KEMURTADAN.

Ketundukan kepada kalangan berwenang pemerintah. Orang-orang yang ingin memperoleh perkenan Allah sebagai pengikut Kristus tidak boleh memberontak, tetapi mereka diperintahkan untuk taat kepada orang-orang yang mengambil pimpinan di dalam sidang (Ibr 13:17) dan kepada kalangan berwenang pemerintah di luar sidang. (Tit 3:1, 2) Pemberontakan terhadap wewenang pemerintahan sekuler sama dengan pemberontakan terhadap Allah, sebab kalangan berwenang ini ada atas izin Allah dan Ia menghendaki orang Kristen tunduk kepada mereka selama tuntutan mereka tidak bertentangan dengan hukum-Nya.—Rm 13:1-7; Kis 5:29.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan