PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Pelajaran Nomor 2​—Waktu dan Alkitab
    “Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”
  • Tahukah Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa (Edisi Pelajaran)—2022
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

TAHUN

Kata Ibrani yang utama untuk ”tahun”, sya·nahʹ, berasal dari kata dasar yang artinya ”mengulangi; melakukan lagi” dan, seperti padanan kata Yunaninya, e·ni·au·tosʹ, mengandung gagasan tentang sebuah siklus waktu. Di bumi, kembalinya musim-musim dengan jelas menunjukkan bahwa periode satu tahun sudah berlalu; selanjutnya musim-musim diatur oleh peredaran bumi mengelilingi matahari. Karena itu, sang Pencipta menyediakan sarana untuk mengukur waktu dalam satuan tahun dengan menempatkan bumi pada orbitnya, dengan poros bumi dalam kedudukan miring terhadap bidang datar peredarannya mengelilingi matahari. Selain itu, fase-fase bulan yang teratur memudahkan pembagian tahun menjadi periode-periode yang lebih pendek. Fakta-fakta tersebut sudah disebutkan pada bagian awal catatan Alkitab.—Kej 1:14-16; 8:22.

Sejak semula, manusia memanfaatkan penunjuk-penunjuk waktu yang disediakan Allah ini untuk mengukur waktu dalam satuan tahun yang dibagi lagi menjadi bulan-bulan. (Kej 5:1-32) Kebanyakan bangsa zaman dahulu menggunakan tahun yang terdiri atas 12 bulan kamariah. Tahun kamariah yang biasa terdiri atas 354 hari dan panjang bulan-bulannya 29 atau 30 hari, bergantung pada saat munculnya setiap bulan baru. Karena itu, tahun kamariah kira-kira 11 1⁄4 hari lebih pendek daripada tahun syamsiah sesungguhnya yang panjangnya 365 1⁄4 hari (365 hari 5 jam 48 menit dan 46 detik).

Pada Zaman Nuh. Catatan pertama mengenai cara manusia menghitung panjang tahun pada zaman dahulu berasal dari zaman Nuh. Tampaknya Nuh membagi satu tahun menjadi 12 bulan yang masing-masing lamanya 30 hari. Di Kejadian 7:11, 24 dan 8:3-5, ”catatan harian” yang dibuat Nuh memperlihatkan bahwa 150 hari sama dengan lima bulan. Dalam catatan tersebut bulan kedua, ketujuh, dan kesepuluh dalam tahun Air Bah itu disebutkan secara langsung. Kemudian, setelah hari pertama bulan kesepuluh, berlangsunglah periode 40 hari, serta dua periode yang masing-masing lamanya 7 hari, atau totalnya 54 hari. (Kej 8:5-12) Selain itu, ada waktu yang tidak diketahui lamanya antara saat burung gagak dilepaskan dan saat burung merpati dilepaskan untuk pertama kalinya. (Kej 8:6-8) Demikian pula, ada petunjuk tentang periode lain yang tidak diketahui panjangnya setelah dilepaskannya merpati untuk ketiga dan terakhir kalinya sebagaimana disebutkan di Kejadian 8:12. Di ayat berikutnya, kita membaca tentang hari pertama bulan pertama pada tahun selanjutnya. (Kej 8:13) Metode apa yang digunakan Nuh atau orang-orang sebelum dia untuk menyesuaikan bulan-bulan 30 hari dengan tahun syamsiah tidak disingkapkan.

Mesir dan Babilon. Di Mesir kuno, satu tahun terdiri atas 12 bulan yang masing-masing lamanya 30 hari, dan lima hari ditambahkan setiap tahun agar tahun itu sesuai dengan tahun syamsiah. Di pihak lain, orang Babilonia berpegang pada tahun kamariah tetapi menambahkan bulan ke-13, yang disebut Weadar, pada tahun-tahun tertentu agar musim-musim tetap jatuh pada bulan-bulan yang sama seperti yang biasanya. Tahun demikian disebut tahun lunisolar (tahun syamsiah dengan bulan-bulan kamariah) dan tampaknya kadang-kadang lebih pendek dan kadang-kadang lebih panjang daripada tahun syamsiah sesungguhnya, bergantung apakah tahun kamariah itu mempunyai 12 atau 13 bulan.

Siklus Metonis. Akhirnya, dikembangkanlah sistem penambahan bulan sisipan, atau bulan ke-13, tujuh kali setiap 19 tahun, yang memberikan hasil yang hampir persis sama dengan 19 tahun syamsiah sesungguhnya. Siklus ini disebut siklus Metonis yang berasal dari nama Meton, seorang matematikawan Yunani dari abad kelima SM.

Orang Ibrani. Alkitab tidak menyebutkan apakah pada awalnya orang Ibrani menggunakan sistem tersebut untuk menyesuaikan tahun kamariah mereka dengan tahun syamsiah. Fakta bahwa nama bulan-bulan kamariah mereka yang terdaftar adalah nama yang berkaitan dengan musim memperlihatkan bahwa memang ada semacam sistem penyesuaian demikian. Dua kali setiap tahun, pusat matahari melewati ekuator, dan pada saat-saat itu, siang dan malam panjangnya sama (kira-kira 12 jam waktu siang dan 12 jam waktu gelap). Kedua saat itu disebut ekuinoks musim semi serta ekuinoks musim gugur dan terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September setiap tahun kalender kita. Kedua ekuinoks tersebut secara logis menyediakan sarana untuk mengetahui bilamana bulan-bulan kamariah terlalu maju dibandingkan dengan musimnya, sehingga dapat dijadikan petunjuk untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dengan menambahkan bulan sisipan

Pada zaman dahulu, tahun dihitung dari musim gugur ke musim gugur, dan bulan pertamanya dimulai sekitar pertengahan bulan September kita. Kebiasaan itu sesuai dengan apa yang disebutkan oleh kisah turun-temurun orang Yahudi bahwa penciptaan manusia terjadi pada musim gugur. Mengingat Alkitab mencatat umur Adam dalam satuan tahun (Kej 5:3-5), masuk akal bahwa penghitungan umurnya dimulai dengan saat ia diciptakan, dan jika penciptaan Adam itu memang terjadi pada musim gugur, hal ini sampai taraf tertentu menjelaskan mengapa orang pada zaman dahulu memulai tahun yang baru pada musim gugur. Selain itu, tahun demikian khususnya akan cocok dengan kehidupan agraris, terutama di bagian bumi yang menjadi pusat kediaman orang-orang pra-Air Bah dan masa awal pasca-Air Bah. Tahun berakhir dengan penutup periode musim menuai dan dimulai dengan saat pembajakan dan penaburan menjelang bagian pertama bulan Oktober kita.

Tahun suci dan tahun sekuler. Pada saat Eksodus dari Mesir, Allah mengubah permulaan tahun bangsa Israel dengan menetapkan bahwa tahun harus dimulai dengan bulan Abib, atau Nisan, pada musim semi. (Kel 12:1-14; 23:15) Akan tetapi, musim gugur tetap menandai awal tahun sekuler atau tahun agraris mereka. Karena itu, menurut Keluaran 23:16, Perayaan Pengumpulan yang dimulai pada musim gugur bulan Etanim, yaitu bulan ketujuh dalam kalender suci, terjadi ”pada waktu tahun akan berlalu” dan menurut Keluaran 34:22 terjadi ”pada pergantian tahun”. Demikian pula, peraturan berkenaan dengan tahun Yobel memperlihatkan bahwa tahun Yobel dimulai pada bulan musim gugur, Etanim.—Im 25:8-18.

Yosefus, sejarawan Yahudi (dari abad pertama M), mengatakan bahwa tahun suci (dimulai pada musim semi) digunakan sehubungan dengan peringatan-peringatan keagamaan tetapi tahun sekuler yang semula (dimulai pada musim gugur) tetap digunakan sehubungan dengan kegiatan menjual, membeli, dan urusan umum lainnya. (Jewish Antiquities, I, 81 [iii, 3]) Sistem ganda itu, yaitu tahun suci dan tahun sekuler, khususnya menonjol dalam periode pascapembuangan setelah orang Yahudi dibebaskan dari Babilon. Hari pertama bulan Nisan, atau Abib, menandai permulaan tahun suci, dan hari pertama bulan Tisri, atau Etanim, menandai permulaan tahun sekuler. Jadi, bulan pertama pada kalender yang satu menjadi bulan ketujuh pada kalender yang lain.—Lihat KALENDER.

Hubungan antara kalender dan perayaan-perayaan. Saat-saat penting setiap tahun jatuh pada tiga musim perayaan besar yang ditetapkan oleh Allah Yehuwa: Paskah (diikuti Perayaan Kue Tidak Beragi) pada tanggal 14 Nisan; Perayaan Minggu-Minggu, atau Pentakosta, pada tanggal 6 Siwan; dan Perayaan Pengumpulan (didahului oleh Hari Pendamaian) pada tanggal 15-21 Etanim. Perayaan Kue Tidak Beragi bertepatan dengan panen barli, Pentakosta dengan panen gandum, dan Perayaan Pengumpulan dengan panen umum pada penutup tahun agraris.

Tahun Sabat dan tahun Yobel. Di bawah perjanjian Hukum, setiap tahun ketujuh adalah tahun istirahat penuh bagi tanah, tahun Sabat. Periode atau minggu yang terdiri dari tujuh tahun disebut ’tahun-tahun Sabat’. (Im 25:2-8) Setiap tahun ke-50 adalah tahun istirahat Yobel, ketika semua budak Yahudi dibebaskan dan semua tanah milik pusaka dikembalikan kepada pemilik semula.—Im 25:10-41; lihat SABAT, TAHUN.

Metode penghitungan masa pemerintahan para raja. Sehubungan dengan catatan sejarah, masa pemerintahan seorang raja di Babilon biasanya dihitung berdasarkan tahun-tahun yang penuh, yang dimulai dari tanggal 1 Nisan. Bulan-bulan sebelum tanggal 1 Nisan, sewaktu sang raja bisa jadi sudah benar-benar mulai memerintah, dianggap sebagai tahun naik takhta, tetapi dalam sejarah periode itu dianggap, atau dihitung, sebagai bagian dari masa pemerintahan raja yang berkuasa sebelumnya. Apabila, sebagaimana ditunjukkan oleh kisah turun-temurun orang Yahudi, sistem itu diikuti di Yehuda, pemerintahan Raja Daud dan Raja Salomo mencakup periode 40 tahun penuh karena Alkitab menyebutkan bahwa mereka masing-masing memerintah selama ”empat puluh tahun”.—1Raj 1:39; 2:1, 10, 11; 11:42.

Dalam Nubuat. Dalam nubuat, kata ”tahun” sering digunakan dalam makna khusus sebagai padanan 360 hari (12 bulan yang masing-masing lamanya 30 hari). (Pny 11:2, 3) Kata itu juga disebut ”masa” dan adakalanya secara lambang disebut ”hari”.—Pny 12:6, 14; Yeh 4:5, 6.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan