PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
  • Perayaan-Perayaan Penting dalam Sejarah Israel
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1998
  • Pelajaran dari Perayaan Orang Israel Dulu
    Pelayanan dan Kehidupan Kristen—Lembar Pelajaran—2021
  • Pertanyaan Pembaca
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2007
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

PERAYAAN KUE TIDAK BERAGI

Perayaan ini dimulai pada tanggal 15 Nisan, satu hari setelah Paskah, dan berlangsung selama tujuh hari sampai tanggal 21 Nisan. (Lihat PASKAH.) Namanya diambil dari kue tidak beragi (Ibr., mats·tsohthʹ), yakni satu-satunya kue atau roti yang boleh disajikan selama tujuh hari perayaan itu. Adonan untuk roti ini diremas dengan air tanpa diberi ragi. Agar tidak terjadi fermentasi, roti ini harus dibuat dengan cepat.

Hari pertama Perayaan Kue Tidak Beragi merupakan pertemuan yang khidmat, yang juga adalah hari sabat. Pada hari kedua, tanggal 16 Nisan, seberkas buah-buah sulung dari panenan barli, biji-bijian yang paling dahulu masak di Palestina, dibawa kepada imam. Sebelum perayaan ini, tidak ada biji-bijian baru, roti, atau biji-bijian panggang dari panenan baru yang boleh dimakan. Imam secara kiasan mempersembahkan buah-buah sulung itu kepada Yehuwa dengan menimang-nimang berkas biji-bijian itu, sedangkan seekor domba jantan yang sehat dan berumur setahun ke bawah dipersembahkan sebagai persembahan bakaran bersama persembahan biji-bijian yang dilembapkan dengan minyak dan persembahan minuman. (Im 23:6-14) Tidak ada perintah untuk membakar biji-bijian apa pun atau tepungnya di atas mezbah, seperti yang belakangan dilakukan oleh para imam. Selain persembahan buah sulung untuk umum atau bagi bangsa itu, diadakan juga penyelenggaraan bagi setiap keluarga dan individu yang mempunyai tanah di Israel untuk mempersembahkan korban-korban ucapan syukur selama perayaan itu berlangsung.—Kel 23:19; Ul 26:1, 2; lihat BUAH SULUNG.

Makna. Pada waktu itu, menyantap kue tidak beragi merupakan hal yang selaras dengan instruksi yang Musa terima dari Yehuwa, sebagaimana dicatat di Keluaran 12:14-20, yang mencakup perintah tegas di ayat 19, ”Selama tujuh hari tidak boleh ada adonan khamir di rumahmu.” Di Ulangan 16:3, kue yang tidak beragi disebut ”roti penderitaan”, dan setiap tahun kue-kue ini mengingatkan orang Yahudi akan keberangkatan mereka yang tergesa-gesa dari tanah Mesir (ketika adonan mereka tidak sempat diragi [Kel 12:34]). Dengan demikian, orang Israel akan mengingat keadaan terbelenggu yang penuh penderitaan sebelum mereka dibebaskan, sebagaimana yang Yehuwa sendiri katakan, ”agar engkau ingat akan hari engkau keluar dari tanah Mesir sepanjang hari-hari kehidupanmu”. Terwujudnya kebebasan yang pada waktu itu mereka nikmati sebagai suatu bangsa dan pengakuan bahwa Yehuwa adalah Pembebas mereka menjadi latar yang cocok untuk perayaan pertama di antara tiga perayaan akbar tahunan yang diselenggarakan orang Israel.—Ul 16:16.

Selama Prapembuangan. Dalam Alkitab, tercatat tiga kali Perayaan Kue Tidak Beragi yang diselenggarakan setelah orang Israel memasuki Tanah Perjanjian dan sebelum mereka dibuang ke Babilon. Namun, fakta bahwa hanya itu yang disebutkan tidak berarti bahwa perayaan ini tidak diadakan lagi. Sebaliknya, catatan yang pertama secara umum menyebutkan tentang semua perayaan dan segala pengaturan yang Salomo lakukan untuk menyelenggarakannya.—2Taw 8:12, 13.

Dua catatan lainnya menyebutkan tentang keadaan-keadaan yang sangat istimewa. Salah satunya adalah dihidupkannya kembali Perayaan Kue Tidak Beragi setelah sekian lamanya diabaikan. Hal ini dilakukan pada tahun pertama masa pemerintahan Raja Hizkia yang setia. Sungguh menarik bahwa dalam kasus ini tidak ada cukup waktu untuk mempersiapkan perayaan tahunan itu pada tanggal 15 Nisan karena pekerjaan mentahirkan dan memperbaiki bait baru rampung pada tanggal 16 Nisan. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan peraturan dalam Hukum untuk menyelenggarakannya pada bulan kedua. (2Taw 29:17; 30:13, 21, 22; Bil 9:10, 11) Perayaan itu benar-benar merupakan peristiwa yang penuh sukacita serta menghasilkan pemulihan ibadat, dan perayaan selama tujuh hari itu ternyata terlalu singkat sehingga diperpanjang selama tujuh hari lagi. Raja Hizkia dan para pembesarnya dengan murah hati menyumbangkan 2.000 ekor lembu dan 17.000 ekor domba guna menyediakan makanan bagi banyak sekali orang yang hadir.​—2Taw 30:23, 24.

Penyelenggaraan perayaan itu mengawali kampanye yang besar melawan agama palsu, dan di banyak kota hal ini dilaksanakan sebelum para penyembah itu pulang ke rumah masing-masing. (2Taw 31:1) Diselenggarakannya Perayaan Kue Tidak Beragi mendatangkan berkat Yehuwa serta kebebasan dari ibadat kepada hantu-hantu, dan hal ini merupakan contoh bagus tentang manfaat yang dihasilkan bagi orang Israel karena mengadakan perayaan-perayaan tersebut.

Catatan terakhir tentang Perayaan Kue Tidak Beragi pada masa prapembuangan adalah yang diadakan pada masa pemerintahan Raja Yosia yang dengan berani mengerahkan upaya untuk memulihkan ibadat murni kepada Yehuwa di Yehuda.—2Taw 35:1-19.

Hanya itulah perayaan-perayaan yang secara khusus dicatat, tetapi sebelum zaman raja-raja, pastilah para hakim dan imam yang setia di Israel menaruh perhatian besar pada perayaan-perayaan tersebut. Belakangan, Daud maupun Salomo membuat pengaturan yang ekstensif agar keimaman berfungsi dengan sepatutnya, dan raja-raja Yehuda yang lain tentunya memastikan agar perayaan-perayaan diadakan secara rutin. Selain itu, Perayaan Kue Tidak Beragi diadakan secara cukup rutin pada masa pascapembuangan.

Selama Pascapembuangan. Setelah orang Yahudi dibebaskan dari Babilon dan kembali ke Tanah Perjanjian, bait di Yerusalem dibangun kembali dan rampung berkat anjuran yang terus-menerus diberikan oleh nabi-nabi Yehuwa, Hagai dan Zakharia. (Ezr 5:1, 2) Pada tahun 515 SM, rumah Yehuwa yang telah dibangun kembali diresmikan dengan penuh sukacita, dan semua korban yang patut untuk Perayaan Kue Tidak Beragi dipersembahkan. Catatan di Ezra 6:22 menyatakan, ”Selanjutnya mereka mengadakan perayaan kue tidak beragi selama tujuh hari dengan sukacita.”

Buku Maleakhi memperlihatkan bahwa setelah beberapa waktu, sekalipun ada awal yang bergairah untuk pemulihan ibadat sejati sewaktu orang-orang buangan kembali dari Babilon, para imam menjadi lalai serta angkuh, dan menganggap diri adil-benar. Dinas di bait menjadi cemoohan, sekalipun secara formalistis masih diselenggarakan. (Mal 1:6-8, 12-14; 2:1-3; 3:8-10) Yesus mendapati para penulis dan orang Farisi dengan sangat cermat menjalankan setiap perincian Hukum, di samping tradisi yang mereka tambahkan. Mereka dengan bersemangat menyelenggarakan perayaan-perayaan, termasuk Perayaan Kue Tidak Beragi, tetapi Yesus mengecam mereka sebab, akibat kemunafikan mereka, mereka tidak lagi menghargai makna yang sebenarnya dari penyelenggaraan-penyelenggaraan bagus yang Yehuwa sediakan agar mereka mendapat berkat.—Mat 15:1-9; 23:23, 24; Luk 19:45, 46.

Makna Nubuat. Yesus Kristus memberi tahu makna simbolis ragi, seperti yang dicatat di Matius 16:6, 11, 12, ketika ia memperingatkan murid-muridnya, ”Teruslah buka matamu dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” Sewaktu murid-muridnya bertukar pikiran di antara mereka sendiri dan menarik kesimpulan yang keliru mengenai apa yang ia maksudkan, ia dengan tandas mengatakan, ”’Bagaimana sampai kamu tidak memahami bahwa aku tidak berbicara kepadamu mengenai roti? Tetapi waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ Lalu mereka memahami bahwa ia mengatakan agar waspada . . . terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.” Selain itu, Lukas melaporkan bahwa pada kesempatan lain Yesus secara spesifik menyatakan, ”Waspadalah terhadap ragi orang Farisi, yang adalah kemunafikan.”—Luk 12:1.

Rasul Paulus mengartikan ragi dengan cara serupa sehubungan dengan Perayaan Kue Tidak Beragi ketika ia menguraikan haluan yang hendaknya ditempuh orang Kristen. Di 1 Korintus 5:6-8, ia memberikan nasihat ini kepada saudara-saudara Kristennya, ”Tidak tahukah kamu bahwa sedikit ragi mengkhamirkan seluruh adonan? Singkirkan ragi yang lama, agar kamu menjadi adonan baru, sebab kamu memang tidak beragi. Karena sesungguhnya, Kristus, korban paskah kita, telah dikorbankan. Oleh karena itu, marilah kita melaksanakan perayaan, tidak dengan ragi yang lama, tidak juga dengan ragi keburukan dan kefasikan, melainkan dengan kue-kue tidak beragi, yaitu ketulusan hati dan kebenaran.”

Pada tanggal 16 Nisan, hari kedua Perayaan Kue Tidak Beragi, imam besar menimang-nimang buah-buah sulung panenan barli, yakni panenan pertama tahun itu, atau yang mungkin disebut yang pertama dari buah sulung tanah itu. (Im 23:10, 11) Penting untuk diingat bahwa pada hari inilah, tanggal 16 Nisan, tahun 33 M, Yesus Kristus dibangkitkan. Sang rasul membandingkan Kristus dengan orang-orang lain yang dibangkitkan, dengan mengatakan, ”Tetapi sekarang Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai buah sulung dari antara orang-orang yang telah tidur dalam kematian. . . . Namun masing-masing menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung, setelah itu mereka yang menjadi milik Kristus, selama kehadirannya.” Kristus juga disebut ”yang sulung di antara banyak saudara”.—1Kor 15:20-23; Rm 8:29.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan