PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • pe psl. 12 hlm. 105-111
  • Saudara Terlibat dalam Sengketa Penting

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Saudara Terlibat dalam Sengketa Penting
  • Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • APAKAH MANUSIA AKAN SETIA KEPADA ALLAH?
  • BAGAIMANA SIKAP SAUDARA?
  • Ayub Menjunjung Tinggi Nama Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2009
  • Menempuh Kehidupan yang Menyenangkan Allah
    Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?
  • Cara Menyenangkan Allah
    Belajarlah dari sang Guru Agung
  • Bagaimana Kita Bisa Menjadi Sahabat Allah?
    Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Alkitab?
Lihat Lebih Banyak
Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
pe psl. 12 hlm. 105-111

Pasal 12

Saudara Terlibat dalam Sengketa Penting

1, 2. (a) Mengapa cara saudara hidup memang penting bagi saudara? (b) Bagi siapa lagi hal itu penting, dan mengapa?

CARA HIDUP saudara memang sangat penting. Ini bisa berarti masa depan yang bahagia atau yang menyedihkan. Pada akhirnya, ini akan menentukan apakah saudara akan binasa bersama dunia ini atau hidup melampaui kebinasaannya, masuk ke dalam sistem baru Allah yang adil-benar tempat saudara dapat hidup selama-lamanya.—1 Yohanes 2:17; 2 Petrus 3:13.

2 Akan tetapi, cara hidup saudara bukan hanya mempengaruhi saudara sendiri. Pribadi-pribadi lain terlibat. Apa yang saudara lakukan benar-benar ada pengaruhnya atas mereka. Misalnya, jika orang-tua saudara masih hidup, apa yang saudara lakukan dapat menghasilkan pujian atau malu kepada mereka. Alkitab mengatakan: “Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.” (Amsal 10:1) Lebih penting lagi, cara saudara hidup mempengaruhi Allah Yehuwa. Hal itu dapat membuat Dia bersukacita atau sedih. Mengapa? Karena suatu sengketa penting yang melibatkan saudara.

APAKAH MANUSIA AKAN SETIA KEPADA ALLAH?

3. Tantangan apa diajukan oleh Setan kepada Yehuwa?

3 Sengketa ini diajukan oleh Setan si Iblis. Ia mengajukannya ketika ia berhasil membujuk Adam dan Hawa untuk melanggar hukum Allah dan dengan demikian bergabung dengannya dalam pemberontakan melawan Allah. (Kejadian 3:1-6) Hal ini memberikan kepada Setan apa yang dianggapnya sebagai dasar untuk menantang Yehuwa: ‘Manusia melayani-Mu hanya karena hal-hal yang mereka peroleh dari-Mu. Berikan kesempatan kepadaku, maka aku dapat memalingkan semua orang dari-Mu.’ Meskipun kata-kata ini memang tidak ada dalam Alkitab, jelas Setan mengatakan sesuatu yang serupa dengan ini kepada Allah. Ini diperlihatkan dalam Alkitab, buku Ayub.

4, 5. (a) Siapakah Ayub? (b) Apa yang terjadi di surga pada zaman Ayub?

4 Ayub seorang pria yang hidup berabad-abad setelah pemberontakan itu terjadi di taman Eden. Ia seorang hamba Allah yang jujur dan setia. Akan tetapi, apakah kesetiaan Ayub penting bagi Allah atau bagi Setan? Alkitab menunjukkan bahwa memang demikian. Alkitab memberi tahu kita tentang Setan yang muncul di hadapan Yehuwa di surga. Perhatikan pokok pembicaraan mereka:

5 “Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN [Yehuwa] dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Dari mana engkau?’ Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi.’ Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.’”—Ayub 1:6-8.

6. Sengketa apa yang Alkitab perlihatkan terdapat di zaman Ayub?

6 Mengapa Yehuwa menyatakan kepada Setan bahwa Ayub seorang yang jujur? Jelaslah, ada suatu sengketa mengenai apakah Ayub akan tetap setia kepada Yehuwa atau tidak. Pikirkan tentang pertanyaan Allah, “Dari mana engkau?” dan Setan menjawab, “Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi.” Pertanyaan ini dan jawaban Setan memperlihatkan bahwa Yehuwa memberikan Setan kesempatan dan kebebasan untuk melaksanakan tantangannya bahwa ia dapat menjauhkan semua orang dari Allah. Maka, apa jawaban Setan atas pertanyaan Yehuwa tentang kesetiaan Ayub?

7, 8. (a) Menurut Setan, karena alasan apa Ayub melayani Allah? (b) Apa yang Yehuwa lakukan untuk menyelesaikan sengketa ini?

7 “Lalu jawab Iblis kepada TUHAN [Yehuwa]: ‘Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’”—Ayub 1:9-11.

8 Dengan jawabannya Setan memberikan alasan mengapa Ayub setia kepada Allah. ‘Ayub melayani Engkau,’ bantah Setan, ‘karena hal-hal yang Kauberikan kepadanya, bukan karena ia mengasihiMu.’ Setan juga menyesali bahwa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya yang lebih besar dengan cara yang tidak adil. ‘Engkau selalu melindungi dia,’ katanya. Jadi, untuk menyelesaikan sengketa itu, Yehuwa menjawab: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.”—Ayub 1:12.

9. Kesulitan apa ditimbulkan oleh Setan atas Ayub, dan dengan hasil apa?

9 Tanpa menunggu lagi, Setan mulai menimbulkan kesulitan atas Ayub. Ia membuat semua ternak Ayub dibunuh atau dicuri. Kemudian ia berusaha agar ke-10 anak Ayub dibunuh. Ayub kehilangan hampir segala sesuatunya, tetapi ia tetap setia kepada Yehuwa. Ia tidak mengutuk Allah. (Ayub 1:2, 13-22) Namun, persoalannya belum selesai.

10. Apa yang memperlihatkan bahwa Setan tidak menyerah?

10 Setan muncul lagi bersama malaikat-malaikat lain di hadapan Yehuwa. Sekali lagi Yehuwa bertanya kepada Setan apakah ia telah melihat kesetiaan Ayub dan berkata: “Ia [bahkan] tetap tekun dalam kesalehannya.” Setan menjawab: “Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.”—Ayub 2:1-5.

11. (a) Ujian-ujian apa lebih jauh ditimbulkan oleh Setan atas Ayub? (b) Apa hasilnya?

11 Sebagai jawaban, Yehuwa memberi izin kepada Setan untuk melakukan apa pun terhadap Ayub, meskipun Allah mengatakan: ‘Engkau tidak boleh membunuh dia.’ (Ayub 2:6) Maka Setan menimpakan penyakit yang hebat atas diri Ayub. Penderitaan Ayub begitu hebat sehingga ia berdoa supaya mati saja. (Ayub 2:7; 14:13, 14) Istrinya sendiri melawan dia, dengan mengatakan: “Kutukilah Allahmu dan matilah!” (Ayub 2:9) Akan tetapi, Ayub menolaknya. “Sampai binasa aku tetap mempertahankan ketulusan hatiku,” katanya. (Ayub 27:5, NW) Ayub tetap setia kepada Allah. Jadi, Setan terbukti salah dalam tantangannya bahwa Ayub hanya melayani Allah karena keuntungan materi dan bukan karena kasih. Juga terbukti bahwa Setan tidak dapat memalingkan semua orang untuk tidak melayani Allah.

12. (a) Jawaban apa atas tantangan Setan diberikan oleh Ayub kepada Allah? (b) Kesetiaan Yesus kepada Allah membuktikan apa?

12 Menurut saudara bagaimana perasaan Yehuwa terhadap haluan Ayub yang setia? Yehuwa sangat bahagia! Firman Allah menganjurkan: “Anakku, hendaklah engkau bijak, sukakanlah hatiku, supaya aku dapat menjawab orang yang mencela aku.” (Amsal 27:11) Setan-lah yang mencela Yehuwa. Dengan haluannya yang setia Ayub membuat hati Allah bersukacita. Ini menjadi jawaban dari Allah atas celaan-celaan atau tantangan Setan yang sombong, bahwa manusia tidak akan melayani Dia di bawah ujian. Banyak orang lain juga menyediakan jawaban demikian bagi Allah. Teladan terbesar adalah Yesus, manusia sempurna. Loyalitasnya kepada Allah ia pegang teguh, meskipun adanya segala ujian dan pencobaan yang didatangkan Setan atas dirinya. Ini membuktikan bahwa manusia sempurna Adam seharusnya dapat melakukan hal yang sama jika memang ia ingin, dan bahwa Allah bukan tidak adil dengan menuntut kesetiaan sepenuhnya dari manusia.

BAGAIMANA SIKAP SAUDARA?

13. (a) Apa hubungannya cara saudara hidup dengan sengketa itu? (b) Bagaimana kita dapat membuat Allah bahagia atau sedih hati?

13 Bagaimana dengan kehidupan saudara? Mungkin saudara tidak pernah berpikir bahwa cara hidup saudara perlu dipertimbangkan. Akan tetapi, sebenarnya itu penting. Saudara tahu atau tidak, cara hidup saudara mendukung pihak Allah atau pihak Setan dalam sengketa ini. Yehuwa memperhatikan saudara, dan Ia ingin melihat saudara melayani Dia dan hidup untuk selama-lamanya. (Yohanes 3:16) Ketika orang Israel memberontak melawan Allah, Ia merasa sedih dan sakit hati. (Mazmur 78:40, 41) Apakah haluan hidup saudara membuat Allah bahagia atau apakah Ia menjadi sakit hati? Tentu, untuk membuat Allah bahagia saudara perlu mempelajari hukum-hukum-Nya dan menaatinya.

14. (a) Mengenai hubungan seksual, hukum-hukum apa yang harus kita taati untuk membuat Allah bahagia? (b) Mengapa pelanggaran atas hukum-hukum tersebut suatu kejahatan?

14 Salah satu sasaran utama Setan adalah membujuk orang-orang untuk melanggar hukum-hukum Allah yang mengatur penggunaan kesanggupan mereka untuk menurunkan anak-anak, dan penyelenggaraan perkawinan serta keluarga. Hukum-hukum Allah untuk melindungi kebahagiaan kita mengatakan agar orang-orang yang belum menikah tidak patut mengadakan hubungan seksual, dan orang-orang yang sudah menikah jangan mengadakan hubungan seksual dengan siapa pun juga selain teman hidup mereka. (1 Tesalonika 4:3-8; Ibrani 13:4) Jika hukum Allah dilanggar, sering kali anak-anak yang tidak diinginkan lahir tanpa orang-tua yang mengasihi mereka. Ibu-ibu mungkin bahkan menggugurkan kandungan, membunuh anak-anak sebelum mereka dapat dilahirkan. Lagi pula, banyak orang yang melakukan perzinahan menderita penyakit kelamin yang mengerikan yang dapat mengakibatkan cacat pada anak-anak yang mungkin mereka lahirkan. Hubungan seksual dengan orang lain yang bukan teman hidup saudara adalah perbuatan ketidaksetiaan, kejahatan terhadap Allah. Ayub mengatakan: “Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku . . . hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim [“dikutuk,” The New American Bible].”—Ayub 31:1, 9, 11.

15. (a) Jika kita melakukan percabulan, siapa yang kita senangkan? (b) Mengapa bijaksana untuk menaati hukum-hukum Allah?

15 Kita tidak perlu merasa heran bahwa dunia yang dikuasai oleh Iblis ini akan membuat hubungan seksual dengan orang-orang yang bukan teman hidup seolah-olah wajar dan patut. Akan tetapi, jika saudara melakukan hal itu, siapa yang saudara senangkan? Setan, bukan Yehuwa. Untuk membuat Allah bahagia, saudara harus ‘menjauhkan diri dari percabulan!’ (1 Korintus 6:18) Memang, tidak selalu mudah untuk setia kepada Allah. Bagi Ayub juga tidak mudah. Namun ingat, adalah bijaksana untuk menaati hukum-hukum Allah. Saudara akan lebih bahagia sekarang jika saudara menaatinya. Akan tetapi, yang lebih penting, saudara akan mendukung pihak Allah dalam sengketa ini dan akan membuat Dia bahagia. Ia akan memberkati saudara dengan hidup kekal dalam kebahagiaan di atas bumi.

16. (a) Bagaimana Ayub diberkati atas kesetiaannya? (b) Apa yang dapat dikatakan tentang kerugian yang ditimbulkan Setan, seperti pembunuhan atas ke-10 anak Ayub?

16 Memang, Setan dapat membuat Ayub miskin dan menyebabkan kematian atas ke-10 anaknya. Pastilah ini kerugian besar bagi Ayub. Akan tetapi, ketika Ayub terbukti setia, Allah memberkatinya dua kali lipat daripada yang ia miliki sebelumnya; Ayub juga menjadi ayah dari 10 anak lagi. (Ayub 42:10-17) Lagi pula, kita tahu pasti bahwa ke-10 anak Ayub yang dibunuh oleh Setan akan dihidupkan kembali pada waktu kebangkitan orang-orang mati. Sebenarnya, dari semua kerugian atau kesulitan, yang diizinkan untuk dilakukan oleh Setan, tidak ada yang tidak akan dipulihkan oleh Allah pada waktu yang Ia tetapkan.

17. Mengapa cara kita hidup memang penting?

17 Jadi saudara memang perlu selalu mengingat bahwa cara saudara hidup benar-benar penting. Hal ini penting terutama bagi Allah Yehuwa dan Setan si Iblis. Alasannya, karena saudara terlibat dalam sengketa apakah manusia akan setia kepada Allah atau tidak.

[Gambar di hlm. 106]

Ayub menjawab tantangan Setan bahwa tidak seorang pun akan tetap setia kepada Allah jika diuji

[Gambar di hlm. 110]

Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan teman hidup dalam pernikahan adalah dosa terhadap Allah

[Gambar di hlm. 111]

Yehuwa memberkati Ayub atas kesetiaannya lebih daripada sebelumnya

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan