PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-1

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 1
  • Bahan Terkait
  • Saudara Bisa Membuat Keluarga Saudara Lebih Bersukacita
    Pelayanan dan Kehidupan Kristen—Lembar Pelajaran—2023
  • Nasihat Bijaksana Seorang Ibu
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • Benar
    Daftar Istilah
Pemahaman Alkitab, Jilid 1
it-1

MALAS, KEMALASAN

Sikap enggan atau tidak mau berupaya atau bekerja; suka berpangku tangan; indolen; lamban. Kata kerja Ibrani ʽa·tsalʹ berarti ”lamban”. (Hak 18:9) Kata sifat yang berkaitan dengan kata kerja ini diterjemahkan menjadi ”pemalas”. (Ams 6:6) Kata Yunani o·kne·rosʹ berarti ”lamban”. (Mat 25:26; Rm 12:11, Int) Kata lain, no·throsʹ, berarti ”lamban, tumpul”.—Ibr 5:11; 6:12.

Yehuwa dan Putra-Nya, sebagai dua Pekerja terbesar, membenci kemalasan. Yesus berkata, ”Bapakku terus bekerja hingga sekarang, dan aku pun terus bekerja.” (Yoh 5:17) Di seluruh Firman Allah, si pemalas diberi peringatan dan kemalasan dikutuk.

Cara Berpikir Orang yang Malas. Buku Amsal memberikan uraian tentang orang yang malas. Pertama-tama, ia merekayasa rintangan-rintangan dalam pikirannya untuk membenarkan alasannya ia tidak memulai suatu pekerjaan. ”Jalan orang yang malas seperti pagar onak.” (Ams 15:19) Ia memandang tugasnya seperti jalan yang penuh onak sehingga sangat sulit dilalui. Kemudian ia menciptakan berbagai dalih yang mengada-ada untuk kemalasannya dan mengatakan, ”Ada singa di luar! Di tengah-tengah lapangan aku akan dibunuh!” seakan-akan pekerjaan itu mengandung bahaya, padahal sebenarnya tidak ada. (Ams 22:13) Sering kali kemalasan disertai sifat pengecut, suka menahan diri karena takut. (Mat 25:26, Rbi8, ctk.; 2Tim 1:7) Meskipun dinasihati dan dianjurkan oleh orang-orang lain, ia membalikkan badan di tempat tidurnya ’seperti pintu berputar pada porosnya’, bagaikan orang yang tidak bisa bangun. Ia bahkan terlalu malas untuk makan. Ia ”menyembunyikan tangannya di dalam mangkuk pesta; ia terlalu letih untuk mengembalikannya ke mulutnya”. (Ams 26:14, 15; 19:24) Tetapi ia menipu dirinya sehingga dalam hatinya ia berpikir bahwa ia benar.

Orang seperti itu sangat menikmati penalaran yang palsu dan yang bersifat khayalan. Ia mungkin berpikir bahwa bekerja akan merusak kesehatannya atau bahwa ia terlalu lelah. Ia mungkin merasa bahwa ’dunia wajib menghidupi dirinya’. Atau, ia menunda-nunda pekerjaan sampai ”besok”. (Ams 20:4) Hal kecil apa pun yang ia kerjakan dapat membuatnya merasa bahwa ia telah melakukan bagiannya, sama banyaknya seperti orang lain. Meskipun semua orang yang rajin dapat memberikan sanggahan yang masuk akal untuk argumen-argumen demikian, ia ”lebih berhikmat di matanya sendiri”, merasa bahwa merekalah yang bodoh karena mengerahkan diri dan karena berupaya menganjurkannya melakukan hal yang sama.—Ams 26:13-16.

Si pemalas bukanlah orang yang mempunyai ”rasa cukup” atau rasa puas dengan ”makanan, pakaian dan penaungan”. (1Tim 6:6-8) Sebaliknya, ia menginginkan segala sesuatu, biasanya jauh melebihi makanan atau pakaian. ”Si pemalas banyak keinginannya, tetapi jiwanya tidak memiliki apa-apa.” (Ams 13:4) Ia tidak mempunyai timbang rasa atau respek terhadap sesamanya, tetapi ia tidak keberatan membiarkan orang lain melakukan pekerjaannya, malah membiarkan orang lain menyediakan hal-hal yang ia inginkan.—Ams 20:4.

Upah Kemalasan. Meskipun si pemalas mungkin berpikir bahwa ia akan mulai bekerja nanti, upah kemalasannya tiba-tiba menimpanya dan terlambat sudah, karena ia diberi tahu, ”Tidur sedikit lagi, terkantuk-kantuk sedikit lagi, melipat tangan sedikit lagi sambil berbaring, maka kemiskinanmu pasti akan datang sama seperti pengembara perampok, dan kekuranganmu seperti orang yang bersenjata.”—Ams 6:9-11.

Tidak soal kita memahaminya secara harfiah atau secara kiasan, uraian tentang keadaan orang yang malas ini memang benar, ”Aku melewati ladang orang yang malas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Dan, lihat! semuanya menghasilkan lalang. Tanaman jelatang menutupi permukaannya, dan dinding batunya telah runtuh.” ”Karena kemalasan yang besar ambruklah susunan balok, dan karena tangan diturunkan bocorlah rumah.”—Ams 24:30, 31; Pkh 10:18.

Siapa pun yang mempekerjakan orang yang malas, atau siapa pun yang ia wakili, bakal merasa kecewa, sakit hati, dan akan mengalami kerugian karena ”bagaikan cuka bagi gigi dan bagaikan asap bagi mata, demikianlah pria malas bagi orang-orang yang mengutusnya”.—Ams 10:26.

Pada akhirnya kemalasan akan berakibat sangat buruk bagi si pemalas, karena ia ”akan dibunuh oleh keinginannya yang kuat”. Ia sangat menginginkan hal-hal yang tidak pantas baginya atau yang salah. Ia bisa hancur dalam upaya untuk memperolehnya. Apa pun keadaannya, keinginannya serta kemalasannya itu menjauhkan dia dari Allah, Sumber kehidupan.—Ams 21:25.

Orang Kristen yang malas tidak memupuk buah-buah roh, yang akan menghidupkan dan menggiatkan (Kis 18:25), tetapi ia sebenarnya mendatangkan kesulitan atas dirinya sendiri. Ia menuruti keinginan daging. Tidak lama kemudian ia bisa jadi ”berjalan dengan tidak tertib”, ”tidak bekerja tetapi mencampuri apa yang bukan urusan”-nya.—2Tes 3:11.

Pandangan dalam Sidang Kristen. Di sidang Kristen masa awal sebuah pengaturan dibuat untuk memberikan bantuan materi kepada orang miskin, terutama para janda. Tampaknya beberapa janda yang lebih muda menyatakan keinginan untuk menggunakan kebebasan mereka dalam pelayanan Kristen yang bergairah. (Bdk. 1Kor 7:34.) Rupanya ada yang mendapat bantuan materi. Namun, bukannya menggunakan dengan baik kebebasan yang lebih banyak dan waktu ekstra yang tersedia, mereka menjadi malas, tidak mempunyai kesibukan, dan mulai berkeluyuran. Mereka suka bergosip dan mencampuri urusan orang lain, membicarakan hal-hal yang tidak sepatutnya mereka bicarakan. Karena alasan itu rasul Paulus menyuruh Timotius, sang pengawas, untuk tidak memasukkan janda-janda tersebut dalam daftar bantuan tetapi menganjurkan mereka menikah dan menggunakan energi serta kecakapan mereka untuk membesarkan anak dan mengurus rumah tangga.—1Tim 5:9-16.

Sehubungan dengan bantuan materi dalam sidang Kristen, peraturan Alkitab adalah, ”Jika seseorang tidak mau bekerja, biarlah ia tidak makan.” (2Tes 3:10) Kepala keluarga harus menyediakan kebutuhan rumah tangganya, dan istri tidak boleh makan ”roti kemalasan”.—Ams 31:27; 1Tim 5:8.

Menghindari Kemalasan untuk Belajar dan Berdinas. Kita dinasihati agar tidak malas belajar dan memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang maksud-tujuan Allah, serta tidak malas untuk ikut dalam dinas Kristen. Rasul Paulus menegur beberapa orang Kristen Ibrani yang tidak membuat kemajuan, dengan menandaskan, ”Pendengaranmu telah menjadi tumpul [lamban]. Sebab sesungguhnya, walaupun kamu dari segi waktu seharusnya menjadi guru, seseorang perlu mengajarmu lagi dari permulaan mengenai hal-hal dasar dari pernyataan-pernyataan suci Allah; dan kamu menjadi seperti orang yang masih membutuhkan susu, bukan makanan keras.” (Ibr 5:11, 12) Ia juga menasihati, ”Jangan berlambat-lambat [malas] dalam pekerjaanmu. Berkobarlah dengan roh.”—Rm 12:11.

Yesus menubuatkan bahwa akan ada segolongan orang yang mengaku hambanya tetapi menjadi lamban dan fasik, tidak bekerja untuk memajukan kepentingan Majikan mereka di bumi. Sewaktu sang Majikan pulang, ia akan mengambil apa yang dipercayakan kepada mereka dan akan menyuruh agar mereka dicampakkan sebagai ”budak yang tidak berguna” ”ke dalam kegelapan di luar”.—Mat 25:18, 24-30.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan