Para Orangtua, Capailah Hati Anak Saudara
”Hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita.”—Amsal 23:15.
1, 2. (a) Apakah keinginan para orangtua Kristen, tetapi bagaimana perasaan seorang ayah? (b) Dalam melatih anak, apa yang perlu dicapai, dan mengapa?
ORANGTUA sangat ingin melindungi anak-anak mereka terhadap jerat-jerat moral yang merusak. Jika saudara juga orangtua, saudara pasti turut merasakan kecemasan seperti yang dirasakan seorang ayah Kristen dengan empat anak remaja yang menulis, ”Moral yang dihadapi anak-anak remaja kita makin hari makin buruk, dan kadang-kadang sangat sukar untuk mengikuti setiap cara baru yang diambil oleh dunia ini. Doaku selalu adalah supaya dapat menolong mereka. Saya sangat sayang kepada mereka.”
2 Tetapi, mengapa kadang-kadang, bahkan sesudah dibawa ke perhimpunan-perhimpunan agama dan telah diajarkan moral Alkitab, seorang anak masih bisa juga terlibat dalam imoralitas seks? Walaupun pengetahuan dalam otak penting, hati memainkan peranan yang menentukan, terutama menyangkut soal-soal moral. Apa yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mencapai hati seorang anak sehingga ia ’menjadi bijaksana’?—Amsal 4:23; 23:15.
MENIMBA RANCANGAN DARI DALAM HATI
3. Apa maksud Amsal 20:5, dan ini meminta tindakan apa dari para orangtua?
3 Sebelum saudara mencapai hati, saudara harus sedikit banyak mencari tahu apa yang ada di dalamnya. ”Rancangan [maksud sesungguhnya atau rancangan-rancangan yang sudah tertanam dalam] di dalam hati manusia itu seperti air yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya.” (Amsal 20:5) Perasaan yang sesungguhnya dalam hati seorang anak adalah seperti air di dasar sumur yang dalam. Di jaman Alkitab, beberapa sumur dalamnya lebih dari 30 m, dan orang harus turun dengan tangga untuk ”menimba” airnya. Benar-benar satu tugas yang berat! Untuk ”menimba” niat-niat hati dari anak saudara sendiri mungkin sama beratnya. Diperlukan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam situasi orang lain dan pengamatan yang tajam. Mungkin dituntut kecakapan dalam menggunakan pertanyaan-pertanyaan—kadang-kadang kerelaan saudara untuk berbincang-bincang dengan anak itu selama berjam-jam sebelum perasaannya yang sesungguhnya muncul. Dengan mengingatkan anak saudara bahwa saudara pun pernah menjalani masa yang sama, dan dengan memberi kesempatan supaya anak itu bisa berada dengan saudara sendirian sewaktu-waktu, akan lebih mudah bagi dia untuk bersikap terbuka.—Ayub 33:5-7.
4. Menurut Amsal 12:18, kata-kata yang bagaimana dapat merusak komunikasi?
4 Akan tetapi, suatu perkataan atau pernyataan yang ’tanpa dipikir’ dapat merusak. Ada orang yang mengucapkan kata-kata tanpa pikir, ”seperti tikaman pedang”. Perkataan mereka menyakiti hati dan merenggangkan hubungan. Jadi berusahalah supaya ”berkepala dingin” seraya saudara sungguh-sungguh mendengarkan. Mungkin saudara dapat mengingat seseorang yang ”berbicara dengan merendahkan” saudara atau menertawakan perasaan saudara. Mungkin ia berkata, ’Kau seharusnya sudah tahu!’ Apakah saudara masih ingin menceritakan rahasia saudara kepadanya?—Amsal 12:18; 17:27.
5. (a) Pelajaran yang bagaimana dibutuhkan oleh anak belasan tahun? (b) Apakah kebanyakan orangtua memberikan pengajaran-pengajaran sedemikian?
5 Bila seorang anak mencapai usia belasan tahun, keinginan seksnya menjadi sangat kuat. Remaja tersebut membutuhkan percakapan dengan seseorang yang dapat menjelaskan apa yang sedang terjadi dengan tubuhnya dan dapat menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang tak habis-habisnya yang sangat peka dan bersifat pribadi. Namun dalam suatu penyelidikan yang diambil dari 1.400 orangtua yang mempunyai anak-anak remaja, 92 persen tidak pernah membahas perilaku seks dengan anak-anak mereka. Latar belakang orangtua, kebiasaan daerah setempat, atau kepercayaan bahwa pembicaraan demikian tidak perlu, kadang-kadang menghalangi bahkan orangtua Kristen untuk menunjukkan perhatian yang teliti demikian. Betapa penting sebenarnya pembahasan demikian?
6, 7. Betapa pentingkah para orangtua membahas tingkah laku seks dengan anak-anak mereka?
6 Sesudah menginterpiu sejumlah keluarga, seorang penatua Kristen menyimpulkan, ”Menarik sekali bagaimana suatu pola diikuti. Bagi orangtua yang memang sudah menangani soal seks jauh di muka dan berusaha keras memelihara komunikasi yang erat dengan anak-anak mereka, hasilnya baik. Bagi mereka yang, entah dengan alasan apapun, tidak menangani problem ini sejak semula, hasilnya biasanya buruk.”
7 Pembahasan-pembahasan demikian banyak manfaatnya. Pertama, hal ini dapat melindungi pikiran anak itu terhadap keterangan palsu dan kotor yang akan ia dengar di kemudian hari. Kedua, dapat membina penghargaan terhadap orangtua dan keyakinan kepada mereka dan meletakkan dasar komunikasi bersama yang akan terus berlangsung sampai ia akil balig. Dan ketiga, memudahkan bagi anak saudara untuk membicarakan hal-hal yang paling intim dengan saudara. Namun, banyak orangtua bertanya bagaimana caranya mulai membahas pokok ini, yang sedikit banyak menimbulkan rasa malu.
MENGAJAR HATI
8. Sejak kapan hendaknya pembahasan-pembahasan mengenai seks dimulai?
8 Sudah jelas betapa pentingnya mengajar anak sejak usia muda. Sejumlah anak yang berusia 10 dan 11 tahun bahkan telah menjadi hamil. Beberapa penyelidik mendesak agar komunikasi mengenai seks dilakukan dengan mantap sebelum anak mencapai umur enam tahun. Jika tidak demikian mungkin tak akan pernah berhasil. Sering kali, dengan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan anak kecil mengenai hal ini secara terus terang dan tanpa malu-malu, sudah cukup.a Akan tetapi, seorang remaja perlu diajar bagaimana mengendalikan keinginan-keinginan demikian. Untuk mencapai hati, pengajaran itu harus disampaikan sebagai bantuan dengan cara yang ramah, bukan seolah-olah untuk mempersalahkan.
9. Apa yang hendaknya ditanamkan oleh orangtua dalam hati anak, dan mengapa?
9 Yesus berkata, ”Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik.” (Lukas 6:45) Jadi untuk mencapai hati anak, saudara perlu menempatkan dalam hati yang muda itu hal-hal yang berharga—hal-hal yang akan disambut dengan perasaan dan dihargai. Untuk apa? Supaya ”barang yang baik” keluar dari hatinya.—Matius 12:34, 35.
10, 11. Dari contoh-contoh dalam buku Amsal, apa yang dapat dipelajari mengenai cara mencapai hati anak saudara selama pembahasan mengenai moralitas seks?
10 Pengajaran yang diberikan mengenai pokok ini di dalam kitab Amsal, menyediakan contoh yang baik bagi para orangtua. Peri laku seks dibahas dengan terus terang tetapi juga dengan penuh hormat. Perhatikan pendekatan yang seimbang dari pasal lima. Si pengajar atau orangtua dengan realistis membahas kesenangan dari hubungan seks dan terutama perlunya menghindari imoralitas seks. Bibir perempuan jalang seakan-akan ’menitikkan tetesan madu’ seraya ia berusaha membujuk seorang lelaki. Oh, tetapi akibat-akibatnya kemudian—”pahit seperti empedu” dan ”tajam seperti pedang bermata dua”! (Ayat 3, 4) Lalu, pengajar dari Alkitab ini menyentuh suatu titik kelemahan dengan memperlihatkan kepada si pemuda bahwa ia bisa kehilangan ”kemuliaan”nya dengan tingkah laku demikian. (Ayat 9) Tetapi pembahasan ini bukan memaksudkan bahwa ’semua perbuatan seks itu dosa’. Betapa indahnya gambaran yang ia lukiskan mengenai hubungan seks di dalam perkawinan.—Ayat 15-19.
11 Orangtua ini tidak mengutuk atau menghardik pemuda itu. Di Amsal pasal tujuh, ia menceritakan pengalaman-pengalaman orang lain dan menggunakan istilah-istilah yang langsung. (Amsal 7:6, 7, 13, 17, 18) Si pengajar menggunakan ilustrasi-ilustrasi yang hidup—seorang lelaki yang dikuasai nafsu yang dibujuk oleh seorang pelacur disamakan dengan lembu yang dibawa ke pejagalan, dan sebuah ”anak panah menembus hatinya”. (Amsal 7:22, 23) Bagaimana seorang muda dapat melupakan lukisan sedemikian! Contoh peringatan sedemikian yang disimpan di dalam hati akan membantu seorang muda untuk bisa menghadapi godaan. Orangtua tersebut tidak hanya mengatakan bahwa imoralitas seks salah, tetapi juga memberitahu alasannya, menerangkan akibat-akibatnya dan memperlihatkan bagaimana mudahnya orang muda itu bisa terlibat.
12, 13. (a) Kesempatan-kesempatan apa antara lain dapat digunakan oleh orangtua untuk membahas dengan anak tentang peri laku seks? (b) Apakah ada waktu-waktu lain yang cocok? (c) Untuk menjadikan anak bermoral, apakah cukup hanya menanamkan pengajaran yang baik dalam hatinya?
12 Banyak orangtua Kristen juga mengadakan pembahasan-pembahasan yang sama. Mereka telah melakukannya pada banyak kesempatan apabila pokok itu dapat didekati dengan cara yang wajar dan tidak resmi. Antara lain pada waktu berjalan-jalan cukup lama, bila membicarakan beberapa kejadian yang menggambarkan nilai dari moral yang baik, setelah bahan sedemikian dibahas pada perhimpunan-perhimpunan sidang, atau pada waktu pembahasan-pembahasan kerohanian keluarga mereka sendiri menyangkut pokok ini. Banyak yang menggunakan buku Your Youth—Getting the Best out of It,b untuk membantu mereka. Pembahasan sedemikian tidak selalu mudah, tetapi kasih yang sungguh-sungguh kepada anak menggerakkan para orangtua. Sebagaimana diakui oleh seorang ibu dari lima anak, ”Saya memaksa diri untuk berbicara mengenai hal itu sehingga pada akhirnya saya tidak lagi merasa canggung, demikianpun dengan anak saya.” Jangan biarkan anak saudara menderita sakit hati yang tidak terlukiskan karena kurangnya ”ilmu yang baik” dalam bidang yang sangat peka ini.—Amsal 4:2.
13 Tetapi, sekalipun semua ilmu yang baik dapat ditanamkan dalam hati seorang anak, kebodohan juga sudah berakar dalam di situ karena dosa yang kita warisi.—Mazmur 51:7.
DISIPLIN MEMBERSIHKAN HATI
14. Apa arti disiplin, dan mengapa hal ini begitu penting?
14 Apa yang dapat mengusir kebodohan dari hati yang muda? ”Rotan disiplin”, menurut Amsal 22:15. Disiplin adalah latihan yang membentuk atau mengoreksi. Ini merupakan sikap tegas disertai pengertian; maka tidak menekan atau ’menyakiti’ anak dengan pembatasan-pembatasan yang tidak masuk akal. (Efesus 6:4) Disiplin sangat penting bila anak saudara mulai menaruh minat terhadap lawan jenisnya. Membiarkan suatu pasangan terus bergaul bersama sedang keduanya masih terlalu muda untuk kawin sama dengan mengundang celaka.
15. (a) Keadaan yang bagaimana membingungkan banyak orangtua? (b) Apa yang dilakukan oleh saudara-saudara lelaki dari gadis Sulamit ketika ia dengan teman prianya ingin pergi bersama sendirian?
15 Tetapi banyak orangtua bertanya, ’Apa yang dapat dibuat bila mereka ingin berada bersama-sama?’ Kelihatannya dengan petunjuk atau dengan persetujuan orangtua mereka, pada waktu saudara-saudara lelaki dari gadis Sulamit mengetahui bahwa gembala itu ingin membawa saudara perempuan mereka sendirian berjalan-jalan ke daerah gunung yang sunyi, mereka mencegahnya! Mereka memberikan dia pekerjaan supaya sibuk dan supaya keduanya selalu terpisah. Walaupun mereka mempercayai dia, mereka mengetahui betapa kuatnya godaan. Apakah pencegahan ini merusak kehidupan gadis itu? Sebaliknya, hal ini membantu pasangan itu untuk tetap suci sampai kemudian mereka kawin.—Kidung Agung 1:6; 2:8-15.
16. Apa yang dilakukan oleh beberapa orangtua untuk melindungi hati anak-anak mereka?
16 Ketegasan yang sama, sambil menyediakan kegiatan-kegiatan untuk terus menyibukkan pikiran anak, perlu dewasa ini. Dalam hal ini, orangtua harus menggunakan daya pengertian yang sungguh-sungguh dan hikmat ilahi. (Amsal 24:3) Sangat sulit bagi orangtua untuk mengekang perasaan anak yang sudah meluap dengan emosi. Sebelum membiarkan anak mereka berpacaran (di lingkungan masyarakat yang dapat menerimanya), orangtua Kristen hendaknya mempertimbangkan usia, tingkat kematangan emosi dan kemajuan rohani dari anak itu, dengan siapa anak itu ingin berkencan dan kegiatan-kegiatan apa yang akan mereka lakukan. Seorang ibu dari anak perempuan berusia 19 tahun yang dipecat karena imoralitas ditanya, apa yang ia rasa seharusnya ia lakukan untuk membesarkan anaknya dengan cara yang berbeda. Ia menjawab, ”Saya sama sekali tidak pernah membiarkan dia bergaul dengan lawan jenis dalam hubungan yang romantis pada awal usia belasan tahun. Saya tidak akan menganggap bahwa dia cukup kuat untuk menghadapi problemnya.”
17, 18. (a) Patutkah pasangan yang bermaksud untuk menikah merasa kesal bila orangtua atau seorang lain bertindak sebagai pengawal? (b) Pengalaman pahit apa yang dialami oleh seorang pemuda?
17 Beberapa orangtua telah duduk bersama dengan pasangan yang muda dan menerangkan mengapa mereka belum boleh berpacaran. Dengan membahas hal ini bersama orangtua dari anak lain, dukungan tambahan bisa didapatkan. Orangtua Kristen dengan empat anak mengatakan, ”Banyak orangtua berpikir bahwa hubungan pemuda-gadis yang masih muda sesuatu yang ’menarik’. Mereka menganjurkannya dan membiarkan kelompok-kelompok remaja bepergian tanpa pengawasan orang dewasa. Yang terjadi adalah ’berdua-duaan’, imoralitas dan perkawinan sebelum waktunya. Kami menganjurkan anak-anak kami untuk mengembangkan kegemaran-kegemaran dan kegiatan-kegiatan fisik lain seperti main tenis meja dan bersepeda yang dapat mereka lakukan sendiri, dengan keluarga, atau dengan orang-orang lain dari jenis yang sama.”
18 Sekalipun suatu pasangan sudah cukup dewasa untuk bertunangan, bantulah mereka dengan mengatur agar ada seorang lain menemani. Suatu pasangan Kristen yang sudah bertunangan dan tidak lama lagi akan kawin mulai mengurangi kewaspadaan dan melakukan ”hal yang cemar”. (Galatia 5:19) Mengingat hal itu kembali, pemuda ini mengakui, ”Biasanya kami ditemani oleh seorang lain. Tetapi beberapa kali itu kami tidak menguatirkannya.” Remaja-remaja lain belakangan berterima kasih kepada orangtua mereka yang telah begitu tegas dan berhati-hati dalam mengawasi hiburan-hiburan mereka, sebab mereka dapat mempertahankan kesucian dan memasuki perkawinan tanpa penyesalan atau kenangan yang buruk. Jika anak saudara memiliki niat-niat hati yang terhormat, ia tidak akan sakit hati menerima teguran ilahi yang saudara berikan, sebab itulah ”jalan kehidupan”.—Amsal 6:23.
BANTU ANAK MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN YEHUWA
19. (a) Apa perlindungan yang paling besar bagi anak saudara terhadap imoralitas, dan apa yang akan membantu untuk mengembangkannya? (b) Pertanyaan-pertanyaan apa yang dapat diajukan oleh orangtua mengenai contoh mereka sendiri?
19 Perlindungan yang paling besar terhadap imoralitas adalah apabila anak saudara mengembangkan hubungan pribadi yang intim dengan Yehuwa. Sekalipun hal ini harus dilakukan oleh anak itu sendiri, orangtua bisa membantu. Pertama-tama, contoh saudara sendiri dalam ibadat akan memberikan pola yang hidup untuk diikuti. Orang-orang Tesalonika yang menjadi Kristen di abad pertama melihat ’bagaimana cara hidup’ Paulus dan kawan-kawannya itu dan ”menjadi seperti” mereka, dan ikut mengembangkan ’keyakinan yang kuat’. (1 Tesalonika 1:4-6) ’Bagaimana cara hidup’ saudara dalam pandangan anak saudara? Apakah mereka melihat ’keyakinan yang kuat’ yang menunjukkan bahwa saudara terus membangun seluruh kehidupan saudara sekitar pembaktian saudara kepada Yehuwa dan mempersembahkan korban-korban bagi ibadatNya? Apakah mereka melihat sikap saudara yang kuat menentang imoralitas dengan tidak mencari hiburan dari apa yang rusak secara moral? Apakah mereka melihat teladan kasih dalam cara saudara memperlakukan teman hidup saudara dan dalam berurusan dengan orang-orang lain? Apakah mereka mendengar saudara berbicara mengenai Yehuwa dengan cara yang jelas memperlihatkan bahwa Ia nyata bagi saudara? Teladan demikian akan merupakan dorongan bagi anak untuk membuat pengorbanan-pengorbanan demi memelihara hukum Yehuwa. Anak saudara akan melihat bahwa melakukan hal itu memang penting.
20. Apa yang dapat menghancurkan hasil dari latihan baik yang saudara jalankan?
20 Juga, usaha-usaha saudara akan semakin berhasil apabila saudara mengawasi pergaulan anak-anak dengan cermat dan memilih bagi mereka teman-teman bergaul, memperlihatkan ’keyakinan yang kuat’ secara rohani. Tak ada sesuatu yang dapat lebih cepat merusak usaha saudara dari pada teman-teman yang buruk dalam pergaulan—sekalipun teman-teman tersebut terdapat di dalam sidang Kristen. Teman-teman bergaul demikian akan merusak kerohanian anak saudara dan menimbulkan jurang pemisah.—Amsal 13:20; Yudas 3, 4, 12, 16, 19.
21. (a) Menurut 1 Yohanes 2:14, hal apa yang memberikan kekuatan rohani dan ini memberikan tanggung jawab apa kepada para orangtua? (b) Bagaimana saran-saran untuk dapat mempertahankan pelajaran-pelajaran demikian tetap berjalan dan menarik?
21 Sebagai orangtua, saudara harus yakin akan kuasa Firman Allah, Alkitab. Rasul Yohanes mengatakan bahwa ”orang-orang muda” yang kuat secara rohani di dalam sidang yang menerima surat yang ia tulis, telah ”mengalahkan yang jahat” oleh sebab ’firman Allah diam di dalam mereka’. (1 Yohanes 2:14) Karena itu, selain meningkatkan semangat keakraban dalam keluarga dan memberikan teladan yang baik, orangtua yang beriman hendaknya mengatur supaya Firman Allah dengan tetap tentu dipelajari oleh keluarga sehingga beritanya meresap masuk ke dalam hati anak-anak. Satu pasangan suami istri dengan perasaan pedih melihat dua dari tiga anak mereka mengikuti haluan yang buruk selama usia remaja. Si ayah, yang telah membesarkan mereka sejak masa bayi dalam keluarga Kristen, mengakui, ”Andai kata saya mendapat kesempatan untuk melakukannya sekali lagi, saya akan mengatur pelajaran Alkitab keluarga lebih tetap tentu. Yang kami lakukan selalu ’bila ada kesempatan’. Saya tahu bahwa pelajaran tetap tentu akan lebih mempersatukan kami sebagai keluarga dan jauh lebih menguatkan kerohanian mereka.” Apabila orangtua membuat persiapan yang baik dan menghindari tata cara yang kaku, terlalu ketat dan resmi-resmian, dan menjalin pelajaran dengan hal-hal yang memenuhi kebutuhan anak-anak, pembahasan itu akan selalu diharap-harapkan dan akan mempersatukan keluarga secara rohani. Memang, mengingat segala kesibukan orangtua yang menyita waktu, hal ini tidak mudah, tetapi yang lebih penting dari pada panjangnya pembahasan demikian adalah mutu dari waktu yang digunakan untuk bergaul bersama. Tambahan pula, anak-anak perlu diajarkan kebiasaan yang baik untuk melakukan pelajaran pribadi bagi diri sendiri.—Ulangan 6:4-9.
22. Bagaimana saudara dapat mengajar anak saudara mempersembahkan doa-doa yang penuh arti?
22 Sebagaimana dapat dilihat dari pengalaman di halaman 6, doa yang intim dan sungguh-sungguh, membina hubungan yang erat dengan Allah. Bantulah anak saudara mempelajari pentingnya berdoa dan bagaimana caranya ’mencurahkan isi hatinya’ kepada Yehuwa. (Mazmur 62:9 Biarlah anak saudara mendengar doa-doa saudara yang keluar dari hati. Bahas apa yang dapat ia masukkan ke dalam doa-doanya. Dengan memberitahu kepadanya bagaimana Yehuwa menjawab doa-doa saudara dan dengan menganjurkan si anak untuk mengharapkan jawaban-jawaban bagi doanya sendiri, ia akan sadar bahwa doa itu mempunyai kuasa.
23, 24. (a) Mengapa anak perlu diajar takut kepada Yehuwa? (b) Dengan siapa orangtua hendaknya tetap tentu bekerja dalam pelayanan pengabaran, dan mengapa?
23 ”TUHAN [Yehuwa] bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia,” tulis Raja Daud. (Mazmur 25:14) Supaya anak saudara benar-benar mengembangkan hubungan yang intim dengan Allah, ia harus memiliki rasa takut yang sehat terhadap akibat-akibat mengerikan dari haluan yang tidak menyenangkan ”Allah yang hidup”. (Ibrani 10:31; Amsal 8:13) Memang, si anak harus mengasihi Yehuwa dan sepenuhnya menghargai kasih karunia dan kebaikanNya, tetapi ia juga harus mempunyai respek yang dalam terhadap kesanggupan Yehuwa untuk menghukum dan membiarkan seseorang ’menuai apa yang ia tabur’. (Galatia 6:7) Jika rasa ”takut” yang sehat ini ditanamkan dari sejak masa kecil, si anak akan mengembangkan perasaan hati yang baik. Dari pada berpikir bahwa ’Semuanya beres selama tidak ketahuan’, ia akan mempunyai perasaan yang sama seperti Yusuf, yang menolak godaan kepada imoralitas dan berkata, ”Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?”—Kejadian 39:7-9.
24 Dengan bekerja sama dalam pelayanan Kristen, saudara membantu anak saudara untuk mengusahakan minat pengasih seperti yang Yehuwa perlihatkan terhadap orang-orang lain. Seraya anak bertumbuh dalam penghargaan, hatinya akan melihat bagaimana ia dapat ’memperkaya banyak orang’ dengan mengajar mereka tentang ’kabar kesukaan’ yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan yang berguna dalam hidup mereka. Pelayanan ini juga merupakan bantuan yang baik dalam mengembangkan hubungan yang erat dengan Yehuwa.—2 Korintus 6:10.
PERLU BANTUAN MELEBIHI YANG BIASA
25, 26. (a) Mengapa orangtua memerlukan bantuan ’melebihi yang normal’? (b) Dari mana datangnya bantuan sedemikian? (c) Apa yang dilakukan oleh seorang ayah pada waktu ia berpikir bahwa ia ’kehilangan’ anaknya, dan apa yang ia sadari kemudian?
25 ”Tidak mudah untuk menjadi orangtua dari anak-anak belasan tahun,” kata seorang ayah Kristen yang menyatakan kebingungannya mengenai anak perempuannya berumur 16 tahun yang suka menyendiri karena menjadi sasaran banyak tekanan dari anak-anak lelaki di sekolah. ”Saya berdoa sendiri dan sering juga bersama dengan dia—tetapi saya tetap kuatir.” Memang, ia melihat perlunya bantuan ilahi yang akan memberikan dia dan anak perempuannya ”kuasa yang melampaui apa yang normal”.—2 Korintus 4:7.
26 Sewaktu-waktu para orangtua bisa merasa putus asa bila nampaknya semua usaha tidak berhasil. Tetapi jangan menyerah! Seorang ayah Kristen, karena kecenderungan-kecenderungan anak lelakinya yang sulit dikendalikan, mengakui bahwa pada suatu ketika ia merasa telah ”kehilangan” putra yang ia didik dalam pengajaran Kristen sejak bayi. ”Saya berlutut dan berdoa sampai keluar air mata, dan saya memohon Yehuwa membantu saya,” tulis ayah ini. ”Yehuwa menjawab doa tersebut dan anak itu tahap demi tahap berubah menjadi baik. Saya sungguh menjadi erat dengan Yehuwa sewaktu melihat tanganNya bekerja dalam keluarga saya.” Ya, harapkanlah bantuan dari Yehuwa; bersandarlah kepadaNya. Berdoalah bersama anak-anak saudara dan untuk mereka. Lihatlah tangan Yehuwa bekerja di dalam keluarga saudara.—1 Tesalonika 5:17.
27. (a) Siapa yang harus menulis hukum Allah dalam hati anak? (b) Bagaimana perasaan saudara sebagai orangtua bila anak saudara memperlihatkan bahwa hatinya telah ’menjadi bijak’?
27 Sadarilah bahwa si anak pada akhirnya harus menulis hukum-hukum Yehuwa di dalam hatinya sendiri. (Bandingkan dengan Amsal 3:1-4.) Tetapi berusahalah sedapat-dapatnya sebagai orangtua untuk mencapai hati anak saudara. Betapa beruntung melihat anak itu tetap loyal kepada kebenaran! Sungguh besar alasan bagi ’hati saudara untuk bersukacita’ bila anak-anak saudara memperlihatkan bahwa hati mereka telah ’menjadi bijak’! (Amsal 23:15) Saudara akan sama seperti rasul Yohanes yang dapat mengatakan mengenai anak-anak rohaninya, ”Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.”—3 Yohanes 4.
[Catatan Kaki]
a Untuk saran-saran yang spesifik mengenai pembahasan sedemikian, lihat buku Membina Keluarga Bahagia, hal. 122-124, dan juga artikel-artikel ”A Father Talks to His Sons”, dan “A Mother Talks to Her Daughters”, yang terdapat dalam Awake! tanggal 8 Juni dan 8 Juli 1965.
b Diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.
Sebagai tinjauan, dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini?
◼ Dalam melatih anak-anak, mengapa mencapai hati sangat penting?
◼ Mengapa orangtua sepatutnya membahas masalah seks bersama anak-anak mereka?
◼ Apa perlindungan terbesar bagi anak terhadap imoralitas seks, dan apa yang berfaedah dalam membangun perlindungan ini?
◼ Bagaimana seorang anak dapat diajar mempersembahkan doa yang penuh arti?
◼ Mengapa orangtua Kristen patut bekerja sama pada waktu-waktu tertentu dengan anak-anak mereka dalam pelayanan mereka?
[Blurb di hlm. 8]
’Orangtua saya tidak pernah berbicara dari hati ke hati dengan saya mengenai seks. Ada begitu banyak hal yang saya ingin tahu. Saya menjadi sangat ingin tahu, berlaku bodoh dan mudah terpengaruh.’—Seorang anak perempuan berusia 15 tahun