PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • tr psl. 5 hlm. 34-45
  • Di Manakah Orang-Orang Mati?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Di Manakah Orang-Orang Mati?
  • Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • MANUSIA MEMPUNYAI JIWA YANG TIDAK BISA BINASA?
  • APAKAH ROH YANG ADA DALAM MAKHLUK HIDUP?
  • APAKAH NERAKA?
  • ORANG KAYA DAN LAZARUS
  • GEHENNA DAN API PENYUCIAN
  • APAKAH ORANG MATI AKAN HIDUP LAGI?
  • Apa Sebenarnya Neraka Itu?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2002
  • “Neraka”—Apakah Memang Ada?
    Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi
  • Kehidupan Setelah Kematian—Apa yang Alkitab Katakan?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1999
  • Kematian Bukanlah Musuh yang Tak Terkalahkan
    Kebahagiaan—Cara Memperolehnya
Lihat Lebih Banyak
Kebenaran yang Membimbing kepada Hidup yang Kekal
tr psl. 5 hlm. 34-45

PASAL 5

Di Manakah Orang-Orang Mati?

1. Pertanyaan-pertanyaan apa yang biasa diajukan tentang orang mati?

MUNGKIN saudara pernah mengalami perasaan hampa yang ditimbulkan oleh kematian seseorang yang saudara cintai. Pada kejadian seperti itu kebanyakan orang merasa bukan saja sedih melainkan juga tidak berdaya. Maka wajarlah jika orang bertanya: Apa yang terjadi pada seseorang apabila ia mati? Masih tetap sadarkah ia di suatu tempat lain? Apakah ada harapan yang sungguh bahwa orang mati akan hidup lagi? Alkitab memuat jawaban yang menghibur atas pertanyaan-pertanyaan ini.

2. Menurut Alkitab, apa yang terjadi atas manusia pertama Adam pada waktu ia mati, maka apakah kematian itu?

2 Secara mudah, kematian adalah lawan dari kehidupan. Ketika menjatuhkan hukuman atas manusia pertama Adam karena pendurhakaannya yang disengaja, Allah berkata: “Sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.” (Kejadian 3:19) Pertimbangkanlah sekarang: Di manakah Adam sebelum Allah membuat dia dari debu dan mengaruniakan hidup? Sudah jelas, ia belum ada. Pada waktu matinya, Adam kembali kepada keadaan sama yang tidak bernyawa dan tidak sadar. Ia tidak pergi ke neraka yang bernyala maupun ke surga yang bahagia, melainkan mati—seperti Allah sudah katakan.—Kejadian 2:17.

3. Apa yang dikatakan di Pengkhotbah 9:5, 10, tentang keadaan orang mati, dan apa yang terjadi dengan pikiran manusia pada waktu ia mati?

3 Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa orang mati tidak sadar dan tidak bernyawa di dalam kubur. Perhatikan apa yang dikatakan di Pengkhotbah 9:5, 10 perihal keadaan orang mati: “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” Ini berarti bahwa orang mati tidak dapat mengerjakan dan merasakan apa-apa. Pikiran mereka telah berhenti, seperti Alkitab katakan: “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.”—Mazmur 146:3, 4.

MANUSIA MEMPUNYAI JIWA YANG TIDAK BISA BINASA?

4. Bilangan 31:28 menyingkapkan apa mengenai kata “jiwa”?

4 Tetapi bagaimana dengan jiwa? Bukankah itu bagian dari manusia yang meninggalkan tubuhnya pada waktu mati dan hidup terus? Untuk menjawab ini kita pastikan dulu apa arti jiwa. Mungkin saudara kaget karena binatang maupun manusia disebut “jiwa” dalam Alkitab terilham. Misalnya, Bilangan 31:28 (NW) menyebut tentang “satu jiwa [Ibrani, nefʹesy] dari antara lima ratus, baik manusia, lembu, keledai, maupun domba.”—Lihat juga Wahyu 16:3, mengenai kata Yunani untuk “jiwa,” psykhé.

5. Bagaimana Alkitab melukiskan jiwa?

5 Jadi, apakah jiwa itu? Mari kita lihat apa kata Firman tertulis dari Pencipta sendiri. Kita baca di Kejadian 2:7: “TUHAN membentuk Allah manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”

6. Fakta-fakta apa dari Alkitab mengenai jiwa manusia menunjukkan bahwa itu tidak mungkin bagian halus yang dapat hidup terpisah dari orangnya? Maka apakah jiwa manusia?

6 Perhatikan, setelah Allah membuat manusia bernapas, “manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Jadi manusia adalah jiwa, sama seperti seorang yang menjadi dokter adalah dokter. (1 Korintus 15:45) Karena jiwa manusia adalah manusia sendiri, mustahillah itu bagian halus dalam tubuh atau bagian yang hidup terpisah dari orangnya. Sesuai dengan ini, Alkitab menjelaskan bahwa jiwa manusia memiliki sifat badani. Misalnya, Alkitab mengatakan: “Jiwamu ingin makan daging.” (Ulangan 12:20; lihat juga Imamat 17:12.) Juga dinyatakan bahwa jiwa mempunyai darah yang beredar melalui pembuluhnya, sebab ada disebut tentang “darah dari jiwa yang tiada bersalah dan miskin.” (Yeremia 2:34, NW) Ya, jiwa saudara sebenarnya saudara sendiri, dengan semua sifat fisik dan mentalnya.—Amsal 2:10; lihat catatan pinggir dari Mazmur 6:6, KAT.

7. Apabila Alkitab menggunakan perkataan “jiwaku,” apakah yang dimaksudkannya?

7 Kalau begitu, bagaimana dengan ayat yang memuat istilah “jiwaku,” atau ayat yang menyebut seolah-olah jiwa seseorang ada dalam dirinya? Ayat-ayat ini tentu harus selaras dengan ayat-ayat yang sudah dibahas, sebab tidak mungkin ada pertentangan dalam Firman Allah. Maka, jelaslah bahwa kata “jiwa” dapat digunakan dalam arti yang berlainan. Adakalanya kata itu menunjukkan diri seseorang sebagai jiwa. Maka sama seperti seseorang dapat berkata “aku sendiri,” dia juga dapat mengatakan “jiwaku,” dengan arti yang pada dasarnya sama. Maka penulis mazmur mencatat: “Jiwaku menangis karena duka hati.”—Mazmur 119:28; lihat catatan pinggir dari Mazmur 6:6, KAT.

8. (a) Dalam arti apa lagi kata “jiwa” dapat dipakai? Maka benarkah seorang yang hidup disebut “berjiwa”? (b) Catatan-catatan Alkitab yang manakah menyebut mengenai orang yang putus jiwanya?

8 “Jiwa” dapat juga memaksudkan kehidupan yang kita nikmati sebagai jiwa atau manusia yang hidup. Jadi. seorang yang hidup dapat dikatakan sebagai seorang yang berjiwa atau bernyawa. Demikian juga menurut Alkitab, manusia adalah jiwa; tetapi, selama ia hidup, ia dapat dikatakan “berjiwa.” Jadi kita dapat katakan, seseorang terhenti hidupnya sebagai binasa jiwanya. Kata Yesus: “Apakah untungnya kepada seorang, jikalau ia beroleh segenap dunia ini, tetapi jiwanya binasa?” (Matius 16:26, Bode; bandingkan dengan BIS.) Rakhel mengalami kesukaran sewaktu melahirkan Benyamin. Maka, putuslah jiwanya (kehidupannya sebagai jiwa) dan ia mati. (Kejadian 35:16-19) Ia bukan lagi pribadi yang hidup melainkan suatu mayat. Dan ketika nabi Elia mengadakan mujizat atas seorang anak yang mati, jiwa anak itu (atau kehidupannya sebagai jiwa) kembali kepadanya “sehingga ia hidup kembali.” Ia menjadi jiwa yang hidup lagi.—1 Raja-Raja 17:17-23.a

9. (a) Apakah Alkitab mengatakan bahwa jiwa manusia tidak bisa binasa? (b) Ayat-ayat manakah menunjukkan bahwa jiwa manusia bisa mati?

9 Karena jiwa adalah orangnya sendiri, apa yang terjadi atas jiwa bila seseorang mati? Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa jiwa bisa mati, katanya: “Jiwa yang berdosa itu juga akan mati!” (Yehezkiel 18:4, 20, Klinkert) Rasul Petrus mengutip dari tulisan Musa mengenai Yesus, katanya: “Semua orang [jiwa, NW] yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.” (Kisah 3:23) Selaras dengan kebenaran azasi ini, tidak pernah satu kali pun Alkitab mengatakan bahwa jiwa manusia atau jiwa binatang tidak bisa binasa, kebal terhadap maut. Sebaliknya, ada banyak ayat yang menunjukkan bahwa jiwa itu bisa mati atau dibunuh. (Imamat 23:30; Yakobus 5:20) Bahkan tentang Yesus Kristus, Alkitab mengatakan: “Ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut.” (Yesaya 53:12) Maka, jelas bahwa jiwa manusia adalah manusia sendiri, dan apabila orangnya mati, jiwa manusia itulah yang mati.

10. Pandangan yang simpang-siur apa mengenai dua kata mana telah menimbulkan salah pengertian tentang kematian?

10 Banyak salah pengertian tentang kematian oleh karena simpang-siurnya pendapat orang tentang “jiwa” dan “roh.” Alkitab menunjukkan bahwa keduanya tidak sama, sebagaimana akan kita lihat.

APAKAH ROH YANG ADA DALAM MAKHLUK HIDUP?

11. (a) Menurut Ayub 34:14, 15, dua hal apa yang harus ada pada manusia untuk tetap hidup? (b) Terangkan apa artinya masing-masing hal ini.

11 Dari Ayub 34:14, 15 kita tahu adanya dua hal yang harus terdapat pada manusia (atau makhluk hidup lainnya di bumi) untuk hidup dan tetap hidup: roh dan napas. Di sini kita baca: “Jikalau Ia [Allah] menarik kembali Roh [Ibrani, ruʹahh]-Nya, dan mengembalikan nafas [Ibrani, nesyamahʹ]-Nya padaNya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu.” Kita tahu bahwa manusia pertama dibentuk oleh Allah dari “debu tanah,” artinya, dari unsur-unsur yang ada dalam tanah. Pada waktu Adam diciptakan, Allah menyebabkan bermilyar-milyar sel dalam tubuhnya menjadi hidup, memiliki daya hidup. Daya hidup yang aktif inilah yang dimaksud di sini dengan kata “roh” (ruʹahh). Supaya daya hidup itu tetap ada dalam setiap sel Adam yang bermilyar-milyar, sel-sel ini membutuhkan zat asam (oksigen) yang disediakan melalui pernapasan. Maka, Allah selanjutnya “menghembuskan napas [nesyamahʹ] hidup ke dalam hidungnya.” Maka paru-paru Adam mulai bekerja dan pernapasan ini memelihara daya hidup dalam sel-sel tubuhnya.—Kejadian 2:7.

12. Jelaskan “nafas hidup” dengan apa yang dapat terjadi atas bayi yang baru lahir.

12 Serupa dengan keadaan beberapa bayi yang baru lahir. Meskipun hidup pada waktu dilahirkan, kadang-kadang bayi tidak segera bernapas pada saat lahir. Terpaksa dokter menepuk si anak supaya ia mulai bernapas, karena tanpa napas ia akan mati tak berapa lama lagi. Demikian juga kehidupan dalam sel-sel tubuh Adam mesti dipelihara dengan proses pernapasan supaya Adam dapat melangsungkan kegiatan sebagai orang yang hidup.

13. (a) Apakah roh mempunyai kepribadian? (b) Dengan menggunakan sebuah mobil sebagai perumpamaan, dengan apa roh itu dapat dibandingkan?

13 Kalau jiwa manusia tak lain dari orang yang hidup, maka roh hanyalah tenaga hidup yang memungkinkan orangnya tetap hidup. Roh ini tidak mempunyai kepribadian, dan tak dapat melakukan apa-apa yang dapat dilakukan oleh suatu pribadi. Roh itu tidak dapat berpikir, berbicara, mendengar, melihat atau merasa. Dalam hal ini, roh itu serupa dengan aliran listrik dari aki (baterai) sebuah mobil. Aliran itu dapat membakar minyak supaya motor mengeluarkan tenaga, menghidupkan lampu muka, membunyikan klakson, atau membuat radio mobil itu mengeluarkan suara dan musik. Tetapi, tanpa motor, lampu muka, klakson atau radio, dapatkah aliran aki melakukan semua ini dengan sendirinya? Tidak, sebab aliran itu cuma tenaga yang memungkinkan alat-alat melakukan hal-hal tersebut.

14. Apakah binatang mempunyai daya hidup atau roh yang sama dengan manusia?

14 Roh atau tenaga hidup ini dalam dalam semua makhluk hidup, diteruskan oleh orangtua kepada anaknya sewaktu dalam kandungan. Maka, Allah memberitahu Nuh bahwa Ia akan mendatangkan air bah “untuk membinasakan semua raga, yang mempunyai tenaga hidup yang aktif [ruʹahh, roh],” binatang maupun manusia.—Kejadian 6:17, catatan pinggir edisi 1953, NW; juga 7:15, 22, AV, catatan pinggir.

15. Bagaimana Pengkhotbah 3:19, 20 memperlihatkan bahwa manusia maupun binatang mempunyai roh atau daya hidup ini?

15 Karena adanya tenaga hidup atau roh yang sama, manusia dan binatang mati dengan cara yang sama. Itu sebabnya, Pengkhotbah 3:19, 20 (NW) berkata: “Ada akhirnya bagi putra-putra manusia dan ada akhirnya bagi binatang, dan akhir itu sama. Sebagaimana mati yang satu, demikian pula mati yang lain; dan hanya ada roh [ruʹahh] yang sama . . . Semuanya menuju ke suatu tempat. Semua berasal dari debu, dan semua kembali kepada debu.”

16. (a) Cara bagaimana roh meninggalkan tubuh pada saat kematian? (b) Cara bagaimana roh kembali kepada Allah?

16 Sebagai Pemberi hidup, Allah menyatakan dalam FirmanNya bahwa bila seseorang mati “debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” (Pengkhotbah 12:7) Pada waktu mati, tenaga hidup akhirnya meninggalkan semua sel tubuh dan tubuh mulai rusak. Semua kesadaran pikiran dan perbuatan berakhir. (Mazmur 104:29) Maka, bagaimana roh itu ‘kembali kepada Allah, yang mengaruniakannya’? Apakah tenaga hidup itu sungguh-sungguh meninggalkan bumi dan bergerak melalui ruang angkasa menuju hadirat Allah? Tidak, melainkan roh itu kembali kepada Allah dalam arti bahwa sekarang harapan hidup orang tersebut di masa depan bergantung sama sekali kepada Allah. Hanya Allah yang dapat mengembalikan roh itu, sehingga orangnya bisa hidup lagi.

17. (a) Dapatkah orang yang mati mengganggu orang yang hidup, atau orang yang hidup berbuat sesuatu bagi yang sudah mati? (b) Pengetahuan kita tentang keadaan yang sesungguhnya dari orang mati melindungi kita dari perbuatan demonis apa?

17 Ada orang hidup yang takut terhadap orang mati dan mempersembahkan korban untuk menenangkan leluhur yang sudah mati. Tetapi kita merasa terhibur mengetahui bahwa, sebab orang mati tidak sadar, mustahillah mereka mengganggu orang yang hidup. Dan meskipun kita sangat mencintai seseorang yang sudah mati, Firman Allah menunjukkan bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa bagi yang mati dengan upacara-upacara agama, sekalipun dengan biaya yang besar. (2 Samuel 12:21-23)b Dengan mengetahui keadaan sesungguhnya dari orang mati, kita juga dilindungi terhadap kebiasaan ingin berbicara dengan orang mati. Alkitab memperingatkan bahwa mereka yang mengaku dapat berbicara dengan orang mati, sebenarnya mengadakan hubungan dengan roh-roh jagat yang meniru-niru sifat seseorang yang sudah mati.—Ulangan 18:10-12.

APAKAH NERAKA?

18. Apa yang diajarkan oleh organisasi-organisasi agama tentang neraka, dan pertanyaan-pertanyaan apa timbul mengenai hal ini?

18 Banyak organisasi agama mengajarkan bahwa orang jahat disiksa terus-menerus dalam api neraka. Tetapi apakah kepercayaan ini diajarkan dalam Firman Allah? Mungkin saudara tahu arti “neraka,” menurut organisasi gereja saudara, tetapi apakah saudara telah menyelidiki apa arti yang diberikan dalam Alkitab? Apakah neraka menurut Alkitab?

19. (a) Dari kata Ibrani apakah kata “neraka” diterjemahkan? Dan bagaimana caranya kata Ibrani ini diterjemahkan dalam pelbagai Alkitab? (b) Kata “neraka” kadang-kadang diterjemahkan dari kata Yunani apakah?

19 Dalam Alkitab Ibrani, kata “neraka” diterjemahkan dari kata Ibrani syeolʹ. Kata ini seluruhnya terdapat 65 kali. Tetapi, Alkitab terjemahan Klinkert menterjemahkan syeolʹ menjadi “kubur” 17 kali, “alam barzakh” 24 kali, “neraka” 17 kali, “keluburan” 3 kali, dan “liang lahad” 4 kali. Terjemahan Baru dari Alkitab Ibrani tetap menterjemahkan syeolʹ menjadi “dunia orang mati.” Dalam Alkitab Yunani Kristen, kata “neraka” kadang-kadang diterjemahkan dari kata Yunani hádes. Alkitab terjemahan Bode tetap menterjemahkan hádes menjadi “alam maut,” sedangkan Terjemahan Baru menterjemahkannya dengan berbagai kata, seperti “kerajaan maut,” “alam maut,” dan “dunia orang mati.”

20. (a) Mengapa neraka bukan tempat penderitaan? (b) Pernahkah Yesus masuk neraka?

20 Apakah neraka suatu tempat yang panas? Apakah syeolʹ dan hádes memaksudkan tempat penderitaan bagi orang-orang jahat sesudah mati? Sudah jelas tidak, sebab sudah terbukti bahwa orang mati tidak sadar, sehingga tidak mungkin menderita. Alkitab tidak saling bertentangan berkenaan keadaan orang-orang di dalam neraka. Ini terbukti sebab Alkitab menyebut Yesus pernah berada dalam neraka. (Kisah 2:31, AV, Dy, Statenvertaling) Ketika rasul Petrus menyatakan ini pada hari Pentakosta, jelas ia memaksudkan bahwa Yesus pernah berada dalam kubur, bukan di dalam api siksaan. (1 Korintus 15:3, 4) Sang rasul mengutip dari Mazmur 16:10. Di sini dipakai kata Ibrani syeolʹ, dan di Kisah 2:31 kata ini diterjemahkan dengan kata Yunani hádes. Berarti syeolʹ dan hádes adalah sama. “Neraka” menurut Alkitab sebenarnya tak lain dari kuburan umat manusia.

21. (a) Apakah Ayub yang benar percaya bahwa neraka suatu tempat yang panas bernyala? (b) Maka apakah neraka menurut Alkitab?

21 Sebagai bukti tambahan, pertimbangkanlah pengalaman Ayub, seorang hamba Allah yang benar dan sangat menderita. Ia berdoa kepada Allah: “Yang akan mengabulkan hal ini bagiku, supaya engkau boleh melindungi aku di dalam neraka (syeolʹ; dunia orang mati, TB), dan menyembunyikan aku sampai murkamu habis, dan menentukan bagiku suatu waktu manakala engkau akan mengingat aku?” (Ayub 14:13, Dy) Betapa tidak masuk akal bahwa Ayub ingin dilindungi dalam neraka seandainya neraka suatu tempat yang panas bernyala! Jelaslah, “neraka” ini tak lain dari kuburan, dan Ayub ingin ke sana supaya penderitaannya dapat berakhir. Orang baik maupun orang jahat pergi ke “neraka” Alkitab, yakni kuburan umum umat manusia.

ORANG KAYA DAN LAZARUS

22. Bagaimana kita tahu bahwa kata-kata Yesus tentang orang kaya dan Lazarus suatu perumpamaan?

22 Tetapi, ada satu ayat yang di dalamnya terdapat kata hádes yang telah menyebabkan sejumlah orang menganggap neraka Alkitab sebagai tempat siksaan badani. Dalam ayat ini Yesus menyebut tentang orang kaya dan Lazarus, dan berkata bahwa orang kaya itu mati, dan di dalam hádes mengalami siksaan. (Lukas 16:22-31) Mengapa pemakaian hádes di sini berlainan sekali dengan pemakaiannya di ayat-ayat lain? Karena Yesus sedang memberikan perumpamaan dan bukan membicarakan tempat siksaan yang aksara. (Matius 13:34) Pertimbangkanlah: Masuk akalkah atau menurut Alkitabkah untuk percaya bahwa seseorang menderita siksaan hanya karena ia kaya, berpakaian bagus dan berlimpah makanannya? Menurut Alkitabkah untuk percaya bahwa seseorang diberkati dengan kehidupan surgawi hanya karena ia seorang pengemis? Pertimbangkanlah juga: Apakah neraka secara aksara begitu dekat jaraknya dari surga sehingga percakapan bisa sungguh-sungguh berlangsung? Juga, seandainya orang kaya itu dalam dalam telaga api aksara, bagaimana Abraham dapat menyuruh Lazarus mendinginkan lidahnya dengan hanya setitik air dari ujung jarinya? Kalau begitu, apakah yang Yesus lukiskan?

23. Dalam perumpamaan itu, apa yang digambarkan oleh (a) orang kaya? (b) Lazarus? (c) kematian masing-masing? (d) siksaan bagi orang kaya?

23 Dalam perumpamaan ini orang kaya menggambarkan golongan pemimpin agama yang menolak dan belakangan membunuh Yesus. Lazarus menggambarkan rakyat jelata yang menerima Putra Allah. Alkitab menunjukkan bahwa kematian dapat digunakan sebagai lambang, yang menggambarkan perubahan besar dalam hidup atau haluan seseorang. (Bandingkan dengan Roma 6:2, 11-13; 7:4-6.) Kematian, atau perubahan dari keadaan sebelumnya, terjadi ketika Yesus memberi makanan rohani kepada golongan Lazarus, sehingga mereka mendapat perkenan Abraham yang lebih besar, yakni Allah Yehuwa. Pada waktu yang sama, para pemimpin agama palsu “mati” sehubungan dengan perkenan Allah. Dalam keadaan tersingkir, mereka mengalami siksaan ketika sesudah Pentakosta murid-murid Kristus menyingkapkan perbuatan jahat mereka. (Kisah 7:51-57) Jadi perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa sejumlah orang mati disiksa dalam neraka aksara yang bernyala.

GEHENNA DAN API PENYUCIAN

24. (a) Apabila beberapa terjemahan Alkitab menyebut tentang “api neraka,” dari kata Yunani asli mana istilah “neraka” ini diterjemahkan? (b) Bagaimanakah Gehenna dipakai ketika Yesus ada di bumi?

24 Barangkali ada yang mengajukan keberatan dan berkata bahwa Alkitab betul-betul menyebut tentang “api neraka.” (Matius 5:22, Bode) Memang, beberapa terjemahan menggunakan istilah ini tetapi dalam hal ini kata Yunani asli yang digunakan untuk “api neraka” adalah Géenna, bukan hádes. Kata Gehenna terdapat dua belas kali dalam Alkitab Yunani Kristen, dan memaksudkan lembah Hinnom di luar tembok Yerusalem. Sewaktu Yesus ada di bumi, lembah ini dipakai sebagai tong sampah raksasa. Di sana api terus dinyalakan dengan memakai belerang untuk membakar sampah. Smith’s Dictionary of the Bible, Jilid I, menjelaskan: “Tempat itu menjadi tempat pembuangan sampah kota. Di sana mayat para penjahat, dan bangkai binatang-binatang, dan barang-barang najis lainnya dibuang.”

25. (a) Gehenna cocok melambangkan apa? (b) Dua istilah apa yang terdapat dalam kitab Wahyu yang melambangkan perkara yang sama?

25 Maka ketika Yesus berkata bahwa orang akan dilempar ke dalam Gehenna karena perbuatan jahat, apa yang dimaksudkannya? Bukan berarti mereka akan disiksa selama-lamanya. Yesus menggunakan lembah itu (Gehenna), yang menyala karena api dan belerang sebagai lambang yang tepat dari pembinasaan kekal. Itulah pengertian para pendengarnya di abad pertama. “Lautan api” yang disebut dalam Wahyu mempunyai arti yang sama, bukannya siksaan aksara, melainkan “kematian yang kedua,” kematian atau pembinasaan kekal. Sudah jelas bahwa “lautan” ini hanya suatu lambang, karena kematian dan neraka atau kerajaan maut (hádes) dilempar ke dalamnya. Kematian dan neraka tidak dapat dibakar secara aksara, tetapi dapat disingkirkan atau dilenyapkan.—Wahyu 20:14; 21:8.

26. Pernahkah Alkitab menyebut suatu tempat yang dinamai api penyucian?

26 Bagaimana dengan api penyucian? Konon di sana jiwa manusia sadar dan mengalami penyucian yang berapi sesudah mati. Karena Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa orang mati tidak sadar, bagaimana Allah dapat menyiksa seseorang di tempat demikian? (Mazmur 146:4) Sebenarnya, perkataan “api penyucian” maupun gagasan “api penyucian” sama sekali tidak ada dalam Alkitab.

APAKAH ORANG MATI AKAN HIDUP LAGI?

27. Apakah harapan bagi orang mati?

27 Pengajaran Alkitab tentang keadaan sebenarnya dari orang mati menghilangkan rasa takut dan kekuatiran yang tak perlu mengenai orang yang sudah mati. Karena mengetahui bahwa orang mati tidak menderita, kita dibantu untuk lebih menghargai kasih Allah, dan keadilanNya. Namun, saudara mungkin bertanya, Jika seseorang yang mati hanya pergi ke kuburan, apakah harapan orang mati? Alkitab menyingkapkan adanya harapan yang menakjubkan yakni harapan untuk hidup lagi.

28. (a) Dibangkitkannya orang mati oleh Yesus menjadi gambaran pendahuluan dari apa? (b) Bagian terbesar manusia akan dibangkitkan ke mana?

28 Selama pelayanannya di bumi Yesus Kristus menunjukkan kuasanya atas kematian. Ia benar-benar membangkitkan orang-orang mati dan mereka hidup lagi. (Lukas 7:11-16; Yohanes 11:39-44) Dengan demikian ia menyediakan gambaran pendahuluan mengenai apa yang akan ia lakukan secara besar-besaran dalam susunan perkara baru Allah. Harapan yang menghangatkan ini adalah bahwa nanti neraka atau kuburan umum umat manusia akan dikosongkan dari penghuninya yang tidak sadar. (Wahyu 20:13) Sejumlah orang mendapat kebangkitan kepada kemuliaan di surga sebagai makhluk-makhluk roh, sama seperti Yesus Kristus. (Roma 6:5) Akan tetapi, bagian terbesar dari umat manusia akan dibangkitkan untuk hidup di bumi dalam firdaus yang dipulihkan.—Kisah 24:15; Lukas 23:43.

29. Persediaan-persediaan yang mulia dari Yehuwa untuk memberkati umat manusia hendaknya mendorong kita untuk berbuat apa?

29 Dalam susunan baru Allah, orang-orang mati yang sudah dibangkitkan tidak akan mati lagi jika mereka melaksanakan hukum-hukum Allah yang adil. (Yesaya 25:8) Tentu persediaan yang mulia ini untuk memberkati umat manusia menjadi alasan bagi kita untuk mencari lebih banyak pengetahuan tentang Yehuwa dan PutraNya, Yesus Kristus. Haluan ini dapat membimbing kita kepada hidup dan berkat yang kekal.

[Catatan Kaki]

a 3 Raja-Raja 17:17-23, Dy.

b 2 Raja-Raja 12:21-23, Dy.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan