PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • it-2

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Pemahaman Alkitab, Jilid 2
  • Bahan Terkait
  • Malaikat Yehuwa Melindungi Hizkia
    Belajarlah dari Cerita-Cerita di Alkitab
  • Asyur yang Kejam​—Kuasa Dunia Termasyhur yang Kedua
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1988 (s-46)
  • Suatu Imperium yang Hilang yang Mempermalukan para Pengritik Alkitab
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1993
  • Buku yang Dapat Anda Percayai—Bagian 2
    Sedarlah!—2010
Lihat Lebih Banyak
Pemahaman Alkitab, Jilid 2
it-2

SANHERIB

[dari bhs. Akad, artinya ”Sin [dewa bulan] Telah Mengembalikan kepadaku Saudara-Saudara Lelaki”].

Raja Asiria, putra Sargon II. Dari ayahnya, ia mewarisi imperium yang sangat kuat, tetapi selama sebagian besar masa pemerintahannya ia harus memadamkan banyak pemberontakan, khususnya di kota Babilon.

Pada masa pemerintahan ayahnya, Sanherib tampaknya menjadi gubernur atau jenderal di wilayah utara Asiria. Setelah ia naik takhta, wilayah ini tidak banyak menyusahkan dia; masalah-masalah terutama timbul dari wilayah selatan dan barat. Merodakh-baladan, orang Khaldea (Yes 39:1), meninggalkan Elam, tempat perlindungannya setelah diusir oleh Sargon, ayah Sanherib, dan sekarang mempermaklumkan dirinya sebagai raja Babilon. Sanherib maju melawan dia serta orang-orang Elam yang menjadi sekutunya, dan mengalahkan mereka di Kis. Akan tetapi, Merodakh-baladan melarikan diri dan bersembunyi lagi selama tiga tahun. Sanherib memasuki Babilon dan mengangkat Bel-ibni sebagai raja muda di sana. Setelah itu, ekspedisi-ekspedisi penghukuman dilaksanakan untuk menertibkan orang-orang di daerah perbukitan di sekeliling Asiria.

Kemudian, dalam apa yang disebutnya sebagai ’kampanye militernya yang ketiga’, Sanherib maju menyerbu ”Hati”, istilah yang pada waktu itu tampaknya memaksudkan Fenisia dan Palestina. (Ancient Near Eastern Texts, diedit oleh J. Pritchard, 1974, hlm. 287) Pada waktu itu, di hampir seluruh daerah tersebut terdapat pemberontakan menentang penindasan Asiria. Salah satu yang telah menolak dominasi Asiria ialah Raja Hizkia dari Yehuda (2Raj 18:7), walaupun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia berkoalisi dengan kerajaan-kerajaan lain dalam pemberontakan itu.

Pada tahun ke-14 pemerintahan Hizkia (732 SM), pasukan Sanherib menyerbu ke arah barat, merebut Sidon, Akhzib, Ako, dan kota-kota lain di pesisir Fenisia, lalu menuju selatan. Kerajaan-kerajaan yang ketakutan, termasuk Moab, Edom, dan Asdod, kemudian mengirimkan upeti untuk menyatakan ketundukan mereka. Askelon yang keras kepala dan tidak mau tunduk direbut bersama kota Yopa dan Bet-dagon yang ada di dekatnya. Dalam sebuah inskripsi Asiria, rakyat dan para bangsawan Ekron, sebuah kota di Filistia, dituduh telah menyerahkan raja mereka, Padi, kepada Hizkia yang, menurut Sanherib, ”memenjarakan dia dengan tidak sah”. (Ancient Near Eastern Texts, hlm. 287; bdk. 2Raj 18:8.) Penduduk Ekron dikatakan memohon bantuan kepada Mesir dan Etiopia untuk memukul mundur Asiria atau menggagalkan serangan mereka.

Catatan Alkitab menunjukkan bahwa kira-kira pada saat inilah Sanherib menyerang Yehuda, mengepung dan merebut banyak kota berbentengnya. Lalu Hizkia mengirimkan berita kepada Asiria di Lakhis, menyatakan kesediaannya untuk membayar upeti yang akan ditetapkan oleh Sanherib. (2Raj 18:13, 14) Pada sebuah panel berukir yang menggambarkan direbutnya kota Lakhis oleh Sanherib, terlihat sang raja sedang duduk di atas takhta di hadapan kota yang telah dikalahkan dan menerima jarahan dari kota itu yang dibawa kepadanya seraya beberapa tawanan disiksa.

Kisah Alkitab tidak menunjukkan apakah Raja Padi, andaikata ia benar-benar menjadi tawanan Hizkia, telah dibebaskan, tetapi Alkitab memberi tahu bahwa Hizkia membayar upeti yang dituntut oleh Sanherib, sebesar 300 talenta perak (± $1.982.000) dan 30 talenta emas (± $11.560.000). (2Raj 18:14-16) Tetapi setelah itu Sanherib mengutus suatu panitia yang terdiri dari tiga pembesar untuk mengimbau raja dan rakyat Yerusalem agar menyerah kepadanya dan, akhirnya, bersedia dikirim ke pembuangan. Pesan orang Asiria itu sangat melecehkan kepercayaan Hizkia akan perlindungan Yehuwa. Melalui juru bicaranya, Sanherib membual bahwa Yehuwa akan terbukti tidak berdaya, sama seperti allah-allah negeri-negeri yang telah bertekuk lutut kepada keperkasaan Asiria.—2Raj 18:17-35.

Panitia Asiria itu kembali kepada Sanherib, yang sedang bertempur melawan Libna, karena mendengar orang mengatakan ”tentang Tirhaka, raja Etiopia, ’Ia telah keluar untuk berperang melawan engkau’”. (2Raj 19:8, 9) Dalam inskripsinya, Sanherib menyebutkan tentang pertempuran di Eltekeh (± 15 km di sebelah utara barat-laut Ekron), dan mengaku telah mengalahkan bala tentara Mesir dan pasukan ”raja Etiopia”. Lalu ia menggambarkan bagaimana ia menaklukkan Ekron dan memulihkan Padi yang telah dibebaskan itu sebagai raja di sana.—Ancient Near Eastern Texts, hlm. 287, 288.

Yehuwa Mengalahkan Bala Tentara Sanherib. Mengenai Yerusalem, Sanherib mengirimkan surat-surat ancaman yang memperingatkan Hizkia bahwa ia masih belum membatalkan tekadnya untuk merebut ibu kota Yehuda itu. (Yes 37:9-20) Tetapi catatan memperlihatkan bahwa orang Asiria bahkan tidak ”melepaskan anak panah ke sana, . . . ataupun mendirikan kubu untuk mengepungnya”. Yehuwa, yang ditantang oleh Sanherib, mengutus malaikat yang, dalam satu malam, membunuh ”seratus delapan puluh lima ribu orang di perkemahan orang Asiria”, sehingga Sanherib terpaksa pulang ”dengan muka malu ke negerinya sendiri”.—Yes 37:33-37; 2Taw 32:21.

Inskripsi Sanherib tidak menyebutkan malapetaka yang dialami pasukannya. Tetapi menurut ulasan Profesor Jack Finegan, ”Mengingat bahwa inskripsi-inskripsi raja-raja Asiria pada umumnya bernada membual, . . . jangan harap Sanherib akan mencatat kekalahan semacam itu.” (Light From the Ancient Past, 1959, hlm. 213) Namun, menarik untuk mengamati versi yang dikemukakan Sanherib tentang hal itu, sebagaimana terukir pada apa yang dikenal sebagai Prisma Sanherib yang disimpan di Oriental Institute di University of Chicago. Antara lain, ia mengatakan, ”Mengenai Hizkia, orang Yahudi itu, ia tidak tunduk di bawah kuk aku, aku mengepung 46 kotanya yang kuat, benteng-benteng bertembok dan desa-desa kecil yang tak terhitung jumlahnya di daerah sekitarnya, dan menaklukkan (itu semua) dengan membuat jalan landai (dari tanah) yang dipadatkan, dan dengan menggunakan balok-balok penggempur yang didekatkan (ke tembok-tembok) (bersama dengan) serbuan oleh prajurit-prajurit infanteri, (dengan menggunakan) saluran-saluran bawah tanah, membuat celah-celah di tembok, serta pekerjaan penggalian. Aku membawa keluar (dari situ) 200.150 orang, tua dan muda, pria dan wanita, kuda, bagal, keledai, unta, tidak terhitung banyaknya ternak yang besar dan kecil, dan menganggapnya sebagai jarahan. Ia sendiri [Hizkia] kujadikan tahanan di Yerusalem, istananya, seperti burung dalam sangkar. . . . Kota-kotanya yang telah kujarah, kurampas dari negerinya dan kuserahkan (kepada) Raja Mitinti, dari Asdod, Raja Padi, dari Ekron, dan Raja Silibel, dari Gaza. . . . Hizkia sendiri . . . belakangan mengirimkan kepadaku, ke Niniwe, kotaku yang mulia, bersama dengan 30 talenta emas, 800 talenta perak, batu-batu berharga, antimon, potongan-potongan besar batu merah, pembaringan-pembaringan (berhiaskan) gading, kursi-kursi nimedu (berhiaskan) gading, kulit gajah, kayu hitam, kayu pohon Box (dan) segala jenis barang berharga, putri-putrinya (sendiri), selir-selir, musikus-musikus pria dan wanita. Untuk menyampaikan upeti itu dan memberikan hormat sebagai budak, ia mengirim utusan (pribadi)-nya.”—Ancient Near Eastern Texts, hlm. 288.

Versi yang bernada membual ini melebih-lebihkan jumlah talenta perak yang dikirimkan, yaitu dari 300 menjadi 800, dan tentu demikian halnya berkenaan dengan perincian lain tentang upeti yang dibayarkan; namun, dalam hal-hal lain, versi ini secara mencolok meneguhkan catatan Alkitab dan menunjukkan bahwa Sanherib tidak mengaku telah merebut Yerusalem. Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa Sanherib menyatakan Hizkia membayar upeti itu setelah Asiria mengancam akan mengepung Yerusalem, sedangkan kisah Alkitab menunjukkan bahwa upeti tersebut dibayar sebelumnya. Mengenai alasan pembalikan ini, perhatikan pernyataan yang diberikan dalam Funk and Wagnalls New Standard Bible Dictionary (1936, hlm. 829), ”Akhir kampanye militer S[anherib] ini terselubung dan tidak jelas. Apa yang ia lakukan setelah Ekron direbut . . . masih merupakan misteri. Pada bagian ini dalam catatan sejarahnya, S[anherib] menempatkan peristiwa-peristiwa berikut ini, yaitu ia menghukum Hizkia, menyerbu negeri Yehuda, dan mengambil alih daerah dan kota-kota Yehuda. Urutan peristiwa-peristiwa ini adalah bagaikan tirai, untuk menutupi sesuatu yang tidak ingin ia sebutkan.” Catatan Alkitab memperlihatkan bahwa Sanherib bergegas kembali ke Niniwe setelah pasukannya ditimpa malapetaka dari Allah, maka lebih menguntungkan bagi Sanherib untuk menyatakan dalam catatannya yang memuat pembalikan itu, bahwa Hizkia membayar upeti kepadanya di Niniwe melalui utusan khusus. Fakta bahwa inskripsi-inskripsi dan catatan-catatan kuno tidak menyebutkan Sanherib melakukan kampanye militer lebih lanjut ke Palestina, meskipun para sejarawan menyatakan masa pemerintahannya masih berlanjut sampai 20 tahun lagi, tentu merupakan sesuatu yang sangat berarti.

Yosefus, sejarawan Yahudi pada abad pertama M, menyatakan telah mengutip dari catatan Berosus, orang Babilonia (yang diperkirakan hidup pada abad ketiga SM), tentang peristiwa tersebut, yang bunyinya, ”Ketika Senakheirimos kembali ke Yerusalem dari perang melawan Mesir, ia mendapati pasukan di bawah Rapsakes berada dalam bahaya karena suatu tulah, sebab Allah telah menimpakan penyakit yang mematikan ke atas bala tentaranya, dan pada malam pertama pengepungan itu, seratus delapan puluh lima ribu orang binasa bersama para komandan dan perwira mereka.” (Jewish Antiquities, X, 21 [i, 5]) Beberapa komentator berupaya menjelaskan malapetaka ini dengan merujuk kepada kisah yang ditulis oleh Herodotus (II, 141) pada abad kelima SM yang menyebutkan bahwa ”pada suatu malam, sejumlah besar tikus mengerumuni perkemahan orang Asiria dan melahap tabung panah, busur, dan gagang perisai mereka”, sehingga mereka tidak dapat menyerang Mesir. Kisah ini jelas tidak sesuai dengan catatan Alkitab, dan uraian Herodotus tentang kampanye militer Asiria juga tidak selaras dengan inskripsi-inskripsi Asiria. Meskipun demikian, kisah yang ditulis oleh Berosus dan Herodotus memang menggambarkan fakta bahwa pasukan Sanherib secara mendadak mengalami malapetaka dalam kampanye militer ini.

Akan tetapi, kesulitan yang dihadapi Sanherib belum berakhir karena setelah ia kembali ke Asiria, ia harus memadamkan pemberontakan lain di Babilon, yang dipicu oleh Merodakh-baladan. Kali ini Sanherib mengangkat putranya sendiri, Asyurnadinsyumi, sebagai raja di Babilon. Enam tahun kemudian, Sanherib melakukan kampanye militer melawan orang Elam, tetapi mereka segera membalas dengan menyerbu Mesopotamia. Mereka menangkap Asyurnadinsyumi dan mengangkat raja mereka sendiri di atas takhta Babilon. Selama beberapa tahun setelah itu, mereka berperang untuk memperebutkan kendali atas wilayah itu, hingga akhirnya Sanherib yang menjadi murka melakukan pembalasan atas Babilon dengan meratakannya dengan tanah, suatu tindakan yang tidak ada taranya mengingat bahwa Babilon dianggap sebagai ”Kota Suci” di seluruh Mesopotamia. Tahun-tahun yang masih tersisa dalam masa pemerintahan Sanherib tampaknya berlalu tanpa suatu peristiwa besar.

Ada yang berpendapat bahwa Sanherib mati kira-kira 20 tahun setelah kampanye militernya melawan Yerusalem. Angka ini didasarkan atas catatan-catatan Asiria dan Babilonia, yang kurang dapat diandalkan. Bagaimanapun, patut diperhatikan bahwa kisah Alkitab tidak menyatakan bahwa Sanherib mati segera setelah ia kembali ke Niniwe. ”Belakangan, dia masuk ke rumah allahnya”, Nisrokh, dan kedua putranya, Adramelekh dan Syarezer, ”membunuh dia dengan pedang”, lalu melarikan diri ke tanah Ararat. (2Taw 32:21; Yes 37:37, 38) Sebuah inskripsi dari putra yang juga adalah penggantinya, Esar-hadon, meneguhkan hal ini.—Ancient Records of Assyria and Babylonia, karya D. Luckenbill, 1927, Jil. II, hlm. 200, 201; lihat ESAR-HADON.

Pekerjaan Pembangunan. Di bawah pemerintahannya, Sanherib tidak melakukan ekspansi yang berarti atas Imperium Asiria. Akan tetapi, ia memang melaksanakan proyek pembangunan besar-besaran di Niniwe, yang ia bangun sehingga menjadi ibu kota lagi. Istana yang luas yang ia bangun di sana, yang berdiri di atas lahan sepanjang 450 m dan selebar 210 m, adalah suatu kompleks dengan banyak ruangan, bangunan tempat tinggal, dan ruangan yang mewah. Ia mendatangkan air dari tempat yang jauhnya 48 km dan untuk itu ia membangun apa yang dikenal sebagai Akuaduk Yerwan di atas S. Gomel. Air ini digunakan untuk mengairi taman-taman dan kebun-kebun, juga untuk mengisi parit besar yang mengelilingi kota, sehingga memperkuat pertahanan kota itu.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan