PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w87_s-42 hlm. 20-25
  • Tidak Kawin tetapi Lengkap untuk Dinas Allah

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Tidak Kawin tetapi Lengkap untuk Dinas Allah
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Pusat Perhatian dari Kehidupan Kristen
  • Lengkap untuk Pelayanan
  • Orang-Orang yang Sudah Kawin ’Terbagi’
  • Seorang yang Kawin Tidak Lengkap?
  • Tidak Kawin demi Kepentingan Kerajaan
  • Pujilah Orang-Orang Kristen yang Tidak Kawin
  • Melajang​—Jalan Hidup yang Penuh Berkat
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
  • Kelajangan​—Sebuah Pintu kepada Kegiatan dengan Perhatian yang Tidak Tersimpangkan
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1996
  • Lajang dan Puas dalam Dinas kepada Yehuwa
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Apakah Saudara Akan ”Tetap Hidup”, seperti Yeremia?
    Firman Allah untuk Kita melalui Yeremia
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1987 (s-42)
w87_s-42 hlm. 20-25

Tidak Kawin tetapi Lengkap untuk Dinas Allah

”Orang yang kawin baik perbuatannya, dan orang yang tidak kawin lebih baik lagi perbuatannya.”—1 KORINTUS 7:38, BIS.

1. Bagaimana perkawinan ternyata suatu berkat?

YEHUWA tidak pernah mengharapkan bahwa manusia pertama akan tetap lajang. Tetapi, Allah menciptakan seorang teman hidup bagi Adam, nenek moyang umat manusia. (Kejadian 2:20-24; Kisah 17:26) Dan perkawinan ternyata benar-benar suatu karunia! Dalam perkawinan terdapat persahabatan, memungkinkan untuk saling membantu, seyogianya suatu penyelenggaraan yang terhormat untuk menghasilkan keturunan, dan suatu sumbangan yang sangat besar bagi kebahagiaan manusia. Ya, bahkan orang-orang miskin dan yang tertindas dapat menikmati apa yang tidak dapat dibeli oleh uang dalam jumlah apapun—kasih antara suami-istri!—Kidung Agung 8:6, 7.

2, 3. (a) Pandangan apa yang diambil oleh sebuah publikasi agama berkenaan kehidupan lajang dan perkawinan? (b) Berdasarkan Alkitab, bagaimana hendaknya perkawinan dipandang?

2 Tetapi, ada yang mempunyai pandangan yang berbeda tentang perkawinan. Sebuah publikasi agama mengatakan, ”Hidup melajang adalah hukum gereja dalam Gereja Barat yang ditentukan bagi golongan pendeta yang tidak memperbolehkan yang sudah menikah untuk ditahbiskan dan melarang mereka yang berada dalam orde-orde suci untuk kawin. Ini termasuk kewajiban untuk menjalani kehidupan yang suci secara sempurna di bawah sumpah. Alasan-alasan untuk ini ialah: agar mereka yang ditahbiskan dapat melayani Allah dengan konsentrasi yang lebih besar (1 Kor. 7:32), dan agar dengan menempuh kehidupan berpantang sedemikian mereka menghormati kelajangan mereka, yang lebih kudus dan lebih mulia daripada menikah. Dalam PB [Perjanjian Baru] keadaan melajang atau perawan diangkat kepada panggilan yang lebih tinggi daripada keadaan sudah menikah.”—The Catholic Encyclopedia, disusun oleh Robert C. Broderick.

3 Apakah benar-benar mungkin bahwa kehidupan melajang yang dipaksakan ’lebih kudus dan lebih mulia daripada perkawinan’? Tidak menurut ”Perjanjian Baru”, yang menyatakan, ”Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.” (1 Timotius 4:1-3) Sebenarnya, perkawinan adalah karunia dari Allah, dan ini baik.—Rut 1:9.

4. Mengingat 1 Korintus 7:38, pertanyaan-pertanyaan apa yang timbul?

4 Meskipun perkawinan suatu karunia dari Allah, rasul Paulus menulis, ”Orang yang kawin baik perbuatannya, dan orang yang tidak kawin lebih baik lagi perbuatannya.” (1 Korintus 7:38) Mengapa Paulus mengatakan bahwa lebih baik untuk tetap tidak kawin? Apakah seorang yang lajang harus merasa tidak lengkap? Dan dapatkah keadaan lajang menjadi suatu hal yang menguntungkan?

Pusat Perhatian dari Kehidupan Kristen

5. Apa seharusnya pusat perhatian dari kehidupan Kristen?

5 Melayani Yehuwa hendaknya menjadi pusat perhatian utama dari kehidupan Kristen kita, tidak soal kita lajang atau sudah kawin. Dinas suci yang dengan penuh sukacita kita baktikan kepada Allah memberikan bukti akan kasih kita kepada Dia sebagai Penguasa Universal. Ketaatan sepenuh hati dan berperan-serta dengan bergairah dalam pelayanan Kristen merupakan cara-cara untuk memperlihatkan kasih itu. (1 Yohanes 5:2, 3; 1 Korintus 9:16) Pelayanan maupun perbuatan ketaatan lain yang selaras dengan kehendak ilahi dapat dilaksanakan jika seseorang tidak kawin.

6. Tidak soal kita sudah kawin atau lajang, pelayanan yang bergairah memungkinkan kita untuk melakukan apa?

6 Para penginjil sekarang melaksanakan pekerjaan pengabaran Kerajaan demi kepujian Yehuwa. Dan tidak soal kita sudah kawin atau lajang, pelayanan dengan bergairah memberi kita kesempatan untuk mengkhususkan sedikitnya beberapa dari kemampuan pribadi dan karunia kita untuk dinas Allah. Namun kita harus memperkembangkan dan mengatur keadaan kita agar pelayanan tidak pernah dialihkan ke tempat kedua dalam kehidupan kita. Kita harus ’mencari dulu Kerajaan itu’. (Matius 6:33) Kita mendapatkan sukacita dalam memusatkan perhatian pada kepentingan ilahi daripada semata-mata untuk kepentingan pribadi saja.

Lengkap untuk Pelayanan

7. Apa contoh yang menunjukkan bahwa seorang Kristen yang tidak kawin dapat lengkap untuk pelayanan?

7 Orang-orang Kristen bisa lengkap untuk pelayanan tidak soal mereka lajang atau sudah kawin. Jadi keadaan tidak kawin merupakan suatu dasar yang tidak selalu menuntut diadakannya perubahan. (Bandingkan 1 Korintus 7:24, 27.) Firman Allah tidak menganut pandangan yang sama dengan beberapa suku yaitu bahwa seseorang tidak mencapai kedewasaan penuh jika ia tidak kawin. Yesus Kristus mati dalam keadaan tidak kawin, dan pengantin rohani di surga adalah satu-satunya istri yang dimiliki Yesus dengan wewenang dari Yehuwa. (Wahyu 21:2, 9) Tetapi, Putra Allah, meskipun tidak kawin sebagai manusia, adalah teladan yang terkemuka dari seseorang yang lengkap untuk pelayanan.

8. Seperti ditunjukkan Paulus, keadaan tidak kawin memungkinkan apa?

8 Sebenarnya, keadaan tidak kawin memungkinkan lebih banyak kebebasan pribadi dan waktu untuk pelayanan. Ketika menyarankan keadaan lajang, Paulus mengatakan, ”Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana ia dapat menyenangkan Tuhan. . . . Selanjutnya, perempuan yang tidak bersuami, dan anak-anak gadis, memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan.” (1 Korintus 7:32-34, NW) Ini berlaku bagi orang-orang Kristen lajang dan mereka yang pernah kawin tetapi telah berubah keadaannya, sehingga mereka kembali kepada keadaan tidak kawin.—Matius 19:9; Roma 7:2, 3.

9. Bagaimana teladan Yesus menunjukkan bahwa keadaan tidak kawin tidak membuat seseorang tidak lengkap untuk pelayanan Kristen?

9 Dengan mencapai kematangan secara fisik, mental, dan rohani, seseorang menjadi lengkap untuk dinas Allah. Yesus Kristus tidak memerlukan teman hidup agar lengkap untuk peranan sebagai Rohaniwan Utama Allah dan pribadi melalui siapa tebusan itu akan disediakan. (Matius 20:28) Karena Yesus tidak kawin, ia bebas memusatkan seluruh kekuatannya untuk pelayanan. Keadaannya yang tidak kawin sangat berbeda dari norma-norma Yahudi, yang menganggap perkawinan dan anak-anak hal yang sangat penting. Meskipun demikian, Yesus sepenuhnya dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Allah kepadanya. (Lukas 3:23; Yohanes 17:3, 4) Jadi, keadaan lajang tidak membuat seseorang kurang lengkap untuk pelayanan Kristen.

Orang-Orang yang Sudah Kawin ’Terbagi’

10. Karena ikatan ”satu daging”, apa yang Paulus katakan tentang mereka yang kawin dibandingkan dengan mereka yang tidak kawin?

10 Berbeda dengan orang-orang yang lajang, orang-orang Kristen yang sudah kawin hendaknya mengejar pelayanan sambil mengingat bahwa mereka ada ikatan ”satu daging”. (Matius 19:5, 6) Karena ikatan itu dan berbagai tanggung jawabnya, Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang kawin ’terbagi’. Ia menulis, ”Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana [ia dapat menyenangkan, NW] Tuhan. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan [terus, NW] melayani Tuhan tanpa gangguan.”—1 Korintus 7:32-35.

11. Apa yang Paulus tunjukkan di 1 Korintus 7:32-35?

11 Jelas, untuk menempuh kehidupan yang lebih tidak terganggu, Paulus menganjurkan untuk melajang. Ia sendiri mungkin seorang duda yang memutuskan untuk tidak kawin lagi. (1 Korintus 9:5) Bagaimanapun keadaannya, ia tahu bahwa ada kekuatiran yang berkaitan dengan kehidupan perkawinan di dunia ini. Ia memperlihatkan kebebasan relatif yang dapat dinikmati orang-orang Kristen yang tidak kawin dan bagaimana kepentingan dari orang-orang percaya yang sudah kawin selalu terbagi antara soal-soal jasmani dan rohani. Orang yang sudah kawin tidak berkuasa penuh atas tubuhnya, karena pasangannya menjadi satu daging dengan dia dan karena itu mempunyai hak atas tubuhnya. (1 Korintus 7:3-5) Mengingat ini, Paulus dengan tepat mengatakan bahwa orang Kristen yang tidak kawin bisa suci, artinya, dipisahkan dan dikhususkan sepenuhnya untuk digunakan secara langsung oleh Allah Yehuwa, dalam tubuh maupun dalam roh.

12. Karena tidak mempunyai teman hidup, apa yang dapat dilakukan seorang yang tidak kawin?

12 Roh, atau kecenderungan mental seorang Kristen yang lajang, menggerakkan dia kepada dinas Kerajaan Allah yang aktif, tanpa gangguan. Karena tidak mempunyai teman hidup yang berhak menguasai sebagian dari tubuhnya, ia dapat menuruti roh, atau kecenderungan, dari pikiran dan hatinya. Ia dapat mengkhususkan diri untuk dinas Yehuwa dengan tubuh dan pikiran terkonsentrasi. Jadi pria atau wanita yang tidak kawin dengan cara terbaik dapat mengusahakan untuk hanya menyenangkan Tuhan saja dengan kebebasan pribadi yang paling besar. Kita tidak patut merasa tersinggung dengan apa yang Paulus katakan, karena Yehuwa menganggap perlu agar itu dicatat demi pengajaran bagi kita.

Seorang yang Kawin Tidak Lengkap?

13, 14. Haluan yang salah apa meremehkan ikatan ”satu daging” dan akan membuat seorang yang kawin tidak lengkap untuk pelayanan Kristen?

13 Dengan gagasan yang salah bahwa mereka dapat berbuat lebih banyak dalam dinas Allah, ada orang-orang Kristen yang sudah kawin yang mungkin akan menaruh perkawinan mereka di tempat yang agak kurang penting dalam kehidupan. Misalnya, istri mungkin mulai bertindak bebas dari suaminya dengan cara-cara menganggap dirinya sendiri penting. Sang suami bisa menjadi terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sidang. Dalam keadaan-keadaan sedemikian, mereka mungkin menyimpulkan bahwa mereka berbuat baik sekali dalam dinas Yehuwa. Tetapi, sebenarnya, mereka mungkin menempuh haluan yang meremehkan ikatan ”satu daging”. Jika demikian, hal itu tidak akan menyenangkan Yehuwa.

14 Sebenarnya, meremehkan ikatan ”satu daging” akan membuat seorang yang sudah kawin tidak lengkap untuk pelayanan Kristen. Perkawinan tidak menambah lengkapnya seseorang untuk pelayanan tetapi mengurangi perhatian pribadi yang dapat diberikan kepada pelayanan. (Bandingkan Lukas 14:16, 17, 20.) Tetapi, jika orang yang sudah kawin ingin menyenangkan Allah dan lengkap sebagai pelayanNya, ia harus hidup selaras dengan kewajiban perkawinan.

Tidak Kawin demi Kepentingan Kerajaan

15. (a) Orang-orang Kristen yang tidak kawin hendaknya memupuk sifat apa? (b) Pokok penting apa tentang perkawinan dan kehidupan melajang ditandaskan Paulus di 1 Korintus 7:36, 37?

15 Kalau hamba-hamba Yehuwa yang sudah kawin harus hidup selaras dengan kewajiban perkawinan mereka, maka orang-orang Kristen lajang hendaknya memupuk perasaan puas akan keadaan mereka yang lengkap meskipun tidak kawin. Seperti Paulus katakan, ”Kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku [tidak kawin]. Adakah engkau terikat pada seorang perempuan? Janganlah engkau mengusahakan perceraian! Adakah engkau tidak terikat pada seseorang perempuan? Janganlah engkau mencari seorang!” (1 Korintus 7:8, 27) Dengan bantuan Yehuwa, sebagai lajang, pupuklah keadaan mapan yang dimungkinkan oleh Allah. Perubahan status apapun janganlah merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sekedar soal kebiasaan atau reaksi terhadap tekanan dari teman-teman sebaya. Sebaliknya, ini harus timbul dari alasan yang didasarkan atas Alkitab, karena Paulus mengatakan, ”Jika seseorang menganggap bahwa ia berlaku tidak sepatutnya terhadap kelajangannya, jika ia telah melewati masa remaja, dan bahwa ia harus kawin, baiklah ia melakukan apa yang ia inginkan; ia tidak berdosa. Biarlah ia kawin. Tetapi jika seseorang benar-benar yakin dalam hatinya, tidak mempunyai kebutuhan, tetapi menguasai kemauannya sendiri dan telah membuat keputusan ini dalam hatinya, untuk mempertahankan kelajangannya, ia berbuat baik.”—1 Korintus 7:36, 37, NW.

16. (a) Apa artinya ”melewati masa remaja”? (b) Seorang Kristen yang tetap tidak kawin hendaknya yakin akan hal apa?

16 Jadi Paulus menunjukkan bahwa tidak salah untuk kawin jika seseorang berlaku tidak sepatutnya terhadap kelajangannya, meskipun sang rasul pasti tidak menyinggung masalah dosa yang serius. Seperti ia katakan sebelumnya, ”Lebih baik kawin dari pada hangus karena hawa nafsu.” (1 Korintus 7:9) Memang, ia memaksudkan perkawinan dalam keadaan seseorang telah ”melewati masa remaja”, melewati masa ketika minat seks pertama kali menjadi kuat. Jika seseorang yang matang ”menguasai kemauannya” dan telah memutuskan dengan tegas dalam hatinya untuk mengusahakan kelajangan, ia berbuat baik. Keadaan lajang yang sukses tidak berarti menekan keinginan yang terus mengganggu dan sangat kuat untuk kawin dan hidup berkeluarga. Sebaliknya, seorang Kristen yang memutuskan untuk tidak kawin hendaknya yakin sepenuhnya dalam hati bahwa mempertahankan kelajangan adalah tepat bagi dirinya dan hendaknya ia rela mengerahkan usaha apapun yang dituntut untuk mempertahankan keadaan itu dalam kesucian. Orang Kristen yang melakukan hal itu akan mendapat lebih sedikit gangguan dan mempunyai kebebasan yang lebih besar untuk melayani Tuhan.

17. Menurut Yesus, mengapa ada orang-orang yang tetap tidak kawin?

17 Orang-orang Kristen yang tidak kawin dibantu untuk mempertahankan keadaan lajang jika mereka memupuk pikiran Yesus Kristus. Meskipun ia tidak kawin dalam budaya yang menekankan perkawinan, ia memusatkan waktu dan karunianya pada pelayanan yang tidak akan diulangi lagi. Seperti Yesus, seorang Kristen yang tidak kawin dapat bersukacita dalam karunia kelajangan yang Allah berikan kepada mereka yang mengusahakannya. Mengenai ini, Yesus mengatakan, ”Bukannya sekalian orang mengerti [”mengusahakan”, NW] perkataan ini, hanyalah orang-orang yang dikaruniakan sahaja. Karena ada orang kembiri yang lahir sedemikian daripada perut ibunya; dan ada lagi orang kembiri yang dikembirikan orang; dan ada pula orang kembiri yang sudah mengembirikan dirinya sendiri sebab karena kerajaan surga. Siapa yang dapat mengerti [”mengusahakan itu”, NW] yang demikian, hendaklah ia mengerti [”mengusahakan”, NW].”—Matius 19:11, 12, Bode.

18. Apa yang mencegah ”orang kembiri” demi kepentingan Kerajaan untuk kawin?

18 Yesus tidak mengatakan bahwa seorang lajang lebih unggul daripada seorang yang kawin. Ia tidak menganjurkan kelajangan hanya agar dapat hidup tanpa kekuatiran, dan ia pasti tidak menyarankannya agar orang yang tidak kawin itu dapat memberikan perhatiannya kepada sejumlah orang dari lawan jenis. Tidak, tetapi mereka yang menjadikan diri ”orang kembiri” demi kepentingan Kerajaan adalah orang-orang yang tulus secara moral yang mengusahakan ini dalam hati mereka. Apa yang mencegah mereka untuk kawin? Bukan cacat fisik tertentu tetapi keinginan yang sangat kuat untuk mengerahkan tenaga sepenuhnya dalam dinas Allah. Dinas ini teristimewa penting sekarang sejak Kerajaan itu didirikan di surga pada tahun 1914 dan ”Injil Kerajaan ini” harus diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian sebelum akhir dari sistem yang pasti akan binasa ini yang mendekat dengan cepat.—Matius 24:14.

Pujilah Orang-Orang Kristen yang Tidak Kawin

19. Berkenaan mereka yang tetap melajang demi kepentingan Kerajaan, apa yang hendaknya dilakukan semua orang Kristen?

19 Semua orang Kristen hendaknya memuji dan menganjurkan mereka yang tetap tidak kawin demi kepentingan Kerajaan. Bagaimanapun juga, melajang berarti ”[terus, NW] melayani Tuhan tanpa gangguan”. (1 Korintus 7:35) Para orangtua ada baiknya mengajar anak-anak mereka apa yang Alkitab katakan tentang keadaan tidak kawin dan keuntungannya untuk dinas Yehuwa. Kita semua dapat menganjurkan saudara-saudari seiman yang tidak kawin dan jangan sekali-kali melemahkan tekad mereka untuk tetap tidak kawin demi kepentingan Kerajaan.

20. Jika saudara seorang Kristen yang tidak kawin, apa yang hendaknya saudara lakukan?

20 Orang Kristen yang tidak kawin dapat bersukacita sebagai pelayan Allah yang lengkap. Pada jaman yang penting ini, mereka senang ambil bagian dalam pekerjaan yang mendesak untuk memberitakan Kerajaan. Maka, jika saudara masih lajang, bersukacitalah karena saudara digunakan oleh Yehuwa sebagai rohaniwan yang tidak kawin namun lengkap. ’Tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, seraya kamu bercahaya seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang teguh kepada firman kehidupan.’ (Filipi 2:12-16) Pusatkan perhatian pada kepentingan Kerajaan seraya saudara tetap bersatu dengan persaudaraan internasional dari Saksi-Saksi Yehuwa dan memenuhi pelayanan Kristen. Melakukan hal itu sebagai lajang merupakan jalan hidup yang benar-benar menguntungkan, seperti akan kita lihat.

Apa Jawaban Saudara?

◻ Apa yang hendaknya menjadi pusat perhatian dari kehidupan Kristen?

◻ Mengapa hamba-hamba Yehuwa yang tidak kawin dapat lengkap untuk pelayanan Kristen?

◻ Dalam hal apa seorang yang kawin dapat tidak lengkap?

◻ Apa artinya menjadi ”orang kembiri” demi kepentingan Kerajaan?

◻ Mengapa hendaknya kita menganjurkan orang-orang Kristen yang tidak kawin?

[Gambar di hlm. 20]

Meskipun tidak kawin, rasul Paulus lengkap

[Gambar di hlm. 22]

Yesus adalah teladan yang terkemuka dari seseorang yang lengkap untuk pelayanan

[Gambar di hlm. 25]

Apakah saudara memuji mereka yang tetap tidak kawin demi kepentingan Kerajaan?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan