PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-28 hlm. 3-5
  • Air Bah​—Peringatan Dari Jaman Dulu

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Air Bah​—Peringatan Dari Jaman Dulu
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-28)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Keadaan-Keadaan yang Sama
  • Hari-Hari Terakhir
  • Kita Dapat Diselamatkan
  • Waktunya Semakin Mendesak Bagi Kita untuk Berjaga-jaga
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2003
  • Dunia yang Dibinasakan
    Selamat Memasuki Bumi Baru
  • Apakah Saudara Menghukum Dunia melalui Iman Saudara?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Siapa Akan Selamat dari Akhir Dunia Ini?
    Sedarlah!—1987 (No. 20)
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-28)
w86_s-28 hlm. 3-5

Air Bah​—Peringatan Dari Jaman Dulu

DALAM sejarah umat manusia yang panjang, banyak bencana alam telah terjadi yang sama besarnya atau lebih besar dari pada letusan Gunung St. Helena. Namun tidak satu pun menyamai kehebatan Air Bah pada jaman Nuh. Air Bah tersebut begitu besar dan begitu memusnahkan sehingga meninggalkan kesan yang tidak terhapuskan dari umat manusia seluas dunia.

Ada 150 legenda mengenai Air Bah yang berbeda-beda dari berbagai bagian dunia, termasuk Babel, Roma, India, Australia, dan benua Amerika. Meskipun legenda-legenda ini berbeda dalam rinciannya, ada suatu persamaan umum yaitu bahwa ada alasan moral untuk Air Bah itu, kebinasaan umat manusia secara global, dan ada suatu keluarga yang selamat dalam sebuah bahtera atau kapal. Hanya suatu bencana dalam skala seluas dunia saja yang dapat meninggalkan kesan yang begitu luas dan tahan lama.

Seorang sarjana Alkitab menulis, ”Keselarasan antara semua kisah ini merupakan jaminan yang tidak dapat disangkal bahwa tradisi itu bukan sekedar penemuan isapan jempol belaka; sebuah fiksi bersifat pribadi, tidak universal; maka tradisi itu mempunyai dasar sejarah; ini adalah hasil dari suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dalam abad-abad permulaan umat manusia.” Namun mengapa bencana di jaman dahulu itu merupakan peringatan bagi generasi yang hidup sekarang?

Terutama penting bagi kita untuk memperhatikan keadaan-keadaan yang mengarah kepada Air Bah. Karena adanya persamaan dengan keadaan-keadaan dunia dewasa ini, Air Bah itu penting bagi kita. Kisah sejarah di kitab Kejadian dalam Alkitab menggambarkan keadaan-keadaan tersebut sebagai berikut, ”Dilihat [Yehuwa], bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.”—Kejadian 6:5, 12.

Dunia umat manusia telah mengalami kebobrokan moral secara umum, karena kecenderungan dari pikirannya selalu jahat. Akibatnya, ’bumi itu penuh dengan kekerasan’ (Kejadian 6:11) Kehidupan orang sepenuhnya dipusatkan untuk mengejar keinginan-keinginan materi dan seks. Yesus Kristus menarik perhatian kepada hal ini ketika ia mengatakan, ”Sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu [”tidak memperhatikan,” NW] akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” (Matius 24:38, 39) Memuaskan keinginan tubuh merupakan satu-satunya minat mereka.

Nuh telah memberikan peringatan sebelumnya selama bertahun-tahun, tetapi generasi itu tidak mau percaya. Memang mereka tidak pernah mengalami banjir sedemikian. Jadi karena segala sesuatu berlangsung seperti biasa, peringatan itu tidak didengarkan. Mereka ”tidak memperhatikan.” Mereka tidak peduli bahwa peringatan itu datang dari Pencipta mereka melalui Nuh.

Tetapi Allah mengatakan kepada Nuh, ”Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.” (Kejadian 6:13) Ketika Air Bah tiba, Nuh dan keluarganya selamat karena mereka mentaati peringatan dan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah. Namun mengapa kita harus menaruh perhatian istimewa atas semua hal ini?

Keadaan-Keadaan yang Sama

Seperti pada jaman pra-Air Bah, terutama sejak Perang Dunia I kekerasan telah menjadi suatu jalan hidup. Kekerasan politik di antara negara-negara telah mengakibatkan peperangan-peperangan yang paling menghancurkan dan mengerikan dalam sejarah manusia. Kekerasan telah meluas ke kota-kota, jalan-jalan dan rumah-rumah; hal itu bahkan telah mengancam orang yang bepergian. Selain itu, televisi, film, dan novel-novel menggunakan kekerasan sebagai tema utama.

Suatu persamaan lain ialah dalam cara hidup modern. Memuaskan keinginan seks dan materi merupakan minat yang menyita segala sesuatu dari generasi sekarang ini. Di seluruh dunia, kita melihat kebobrokan moral yang mengakibatkan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks dalam skala epidemi. Perzinahan, percabulan, dan hubungan homoseks merupakan hal-hal yang umum. Seperti generasi sebelum Air Bah, generasi sekarang lebih mengasihi kesenangan tubuh dan harta benda dari pada mengasihi Allah.

Karena Allah merasa ’pilu’ melihat tingkah laku yang luar biasa jahat dari orang-orang pada jaman pra-Air Bah, tidakkah masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Ia mempunyai perasaan yang sama dewasa ini terhadap kelakuan jahat yang sudah umum di seluruh dunia? Tidakkah seharusnya apa yang Ia lakukan terhadap dunia pada jaman Nuh itu menjadi peringatan bagi generasi sekarang ini? Tidakkah masuk akal untuk berpikir bahwa Ia akan menarik kesimpulan yang sama seperti yang terdapat di Kejadian 6:5-7? Ketika Allah melihat kejahatan umat manusia, ”hal itu memilukan hatiNya. Berfirmanlah [Yehuwa]: ’Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi.’” Melalui penulis-penulis Alkitab yang terilham, Allah mengatakan bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman yang sama atas generasi yang memuaskan diri sendiri dewasa ini. Generasi tersebut mendekati bencana yang terbesar dalam sejarah manusia.

Hari-Hari Terakhir

Ketika meninjau jaman kita, penulis Alkitab terilham dari surat yang kedua kepada Timotius menggambarkan keadaan memburuk yang kita perhatikan sekarang di seluruh dunia. Di pasal 3 ayat 1 sampai 4, ia mengatakan, ”Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.”

Yesus Kristus juga menubuatkan tentang hari-hari terakhir dari sistem ini. Dalam nubuatnya ia berbicara tentang kekerasan yang luar biasa yang telah kita lihat sejak Perang Dunia I, dengan mengatakan, ”Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan.” (Matius 24:7) Ia juga berbicara tentang kedurhakaan, yang merajalela dewasa ini dan perasaan takut akan masa depan yang menghinggapi orang-orang. ”Karena makin bertambahnya kedurhakaan,” kata Yesus, ”maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” (Matius 24:12) Ia juga mengatakan bahwa orang-orang akan ”mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini.”—Lukas 21:26.

Ungkapan ”hari-hari terakhir” mempunyai makna yang sama bagi generasi jaman sekarang seperti halnya bagi generasi sebelum Air Bah—yaitu akhir dari bagian utama sistem umat manusia. Di 2 Tesalonika 1:8, 9 penulis Alkitab yang terilham Paulus mengatakan bahwa melalui Yesus Kristus, Allah akan mengadakan ”pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya.”

Mereka yang selamat dari Air Bah melihat bahwa generasi sebelum Air Bah telah disapu bersih dari bumi. Orang-orang dan segala sesuatu yang mereka perjuangkan lenyap. Demikian pula halnya pada waktu pembalasan ilahi mengakhiri generasi jaman sekarang yang penuh kekerasan. ”Sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik; jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah tidak ada lagi.”—Mazmur 37:10.

Kita Dapat Diselamatkan

Persamaan antara generasi sebelum Air Bah dan generasi kita tidak hanya terbatas pada kejahatan orang dan kebinasaan mereka. Ada orang yang selamat melewati Air Bah, jadi juga akan ada orang yang selamat melewati akhir sistem jaman sekarang ini. Orang yang selamat melewati Air Bah bersifat lemah lembut dan tidak hidup seperti orang-orang pada umumnya. Mereka mencintai kebenaran dan taat kepada Allah, mengindahkan peringatan-peringatanNya. Kita diberitahu di Kejadian 6:8, 9, ”Nuh mendapat kasih karunia di mata [Yehuwa]. . . . Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya.” Mengenai dia dan orang-orang yang selamat bersama-sama dengannya, rasul Petrus menulis bahwa Allah ”tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik.”—2 Petrus 2:5.

Kita diyakinkan oleh nabi-nabi Allah bahwa akan ada suatu kumpulan besar dari orang-orang yang selamat melewati kebinasaan ilahi yang akan datang atas sistem sekarang. Mereka, juga merupakan orang-orang yang lemah lembut yang mengasihi kebenaran dan taat kepada petunjuk-petunjuk Allah seperti Nuh. Setelah menubuatkan kebinasaan orang jahat, penggubah mazmur mengatakan, ”Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.”—Mazmur 37:11; Wahyu 7:9, 13, 14.

Yesus menubuatkan bahwa kabar baik tentang Kerajaan Allah akan diberitakan seluas dunia pada hari-hari terakhir. Dengan sarana inilah orang-orang yang cenderung kepada kebenaran di atas bumi dikumpulkan untuk diselamatkan. Yesus menggambarkan hal ini dalam perumpamaannya mengenai pemisahan antara domba-domba dari kambing-kambing. Dan ia mengakhiri perumpamaan itu dengan mengatakan bahwa orang jahat yang seperti kambing akan ”masuk ke tempat siksaan [”hukuman,” BIS] yang kekal, tetapi orang benar [yang seperti domba] ke dalam hidup yang kekal.”—Matius 25:31-46.

Meskipun Air Bah terjadi jauh di masa lampau dari jaman kita, hal itu jelas merupakan peringatan bagi kita agar jangan bersikap acuh tak acuh. Catatan mengenai hal itu ditulis, seperti kata Alkitab, ”untuk menjadi pelajaran bagi kita.” (Roma 15:4) Ini merupakan peringatan agar kita tidak hidup dengan cara yang kasar, memuaskan hawa nafsu, dan materialistis seperti dunia ini tanpa memperhatikan Pencipta kita. Ia tidak berubah. Allah memusnahkan generasi sebelum Air Bah karena kejahatannya. Untuk alasan yang sama, Ia akan memusnahkan generasi modern ini dan seluruh sistem pemerintahan politik, perdagangan yang materialistis, dan agama palsunya.

Untuk dapat selamat melewati akhir sistem ini, kita harus mengindahkan peringatan dari jaman dulu. Kita harus membuktikan diri sebagai pencinta kebenaran, seperti kedelapan orang yang selamat melewati Air Bah. Dan untuk dapat selamat kita harus mengikuti nasihat di Zefanya 2:3, ”Carilah keadilan, carilah kerendahan hati; mungkin kamu akan terlindung pada hari kemurkaan [Yehuwa].”

[Gambar di hlm. 5]

Nuh dan keluarganya selamat melewati Air Bah, demikian pula saudara dapat berada di antara orang-orang berbahagia yang selamat dari akhir sistem ini

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan