PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w80_No24 hlm. 9-12
  • Melakukan Kehendak Yehuwa Dengan Cara Yehuwa

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Melakukan Kehendak Yehuwa Dengan Cara Yehuwa
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 24)
  • Subjudul
  • MENDAHULUKAN PEKERJAAN ALLAH
  • KESEIMBANGAN DAN PENGATURAN WAKTU
  • MELAKUKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN DAMAI, PENUH SUKACITA
  • MELAKUKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN TANGAN BERSIH
  • MELAKUKAN PEKERJAAN YEHUWA DENGAN TIDAK MEMENTINGKAN DIRI
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1980 (No. 24)
w80_No24 hlm. 9-12

Melakukan Kehendak Yehuwa Dengan Cara Yehuwa

”Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian . . . baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.”—Flp. 3:15, 16.

1, 2. Tugas ganda apakah yang dituntut dari orang-orang Kristen yang berbakti dewasa ini, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat Alkitab manakah?

TUGAS apa yang diberikan Yehuwa kepada orang-orang yang telah membaktikan diri untuk melakukan kehendakNya serta mengikuti jejak PutraNya Yesus Kristus? Itu adalah tugas ganda seperti yang dinubuatkan dan diperintahkan oleh Yesus Kristus.

2 Ia menubuatkan, ”Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” (Mat. 24:14) Jadi, turut serta dalam mengabarkan kabar kesukaan dari Kerajaan tentu merupakan bagian yang penting dalam melakukan pekerjaan Yehuwa dewasa ini. Yesus selanjutnya memerintahkan murid-muridnya yang mula-mula, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat. 28:19, 20) Orang-orang Kristen bukan saja harus mengabar, tetapi harus juga mengajarkan mengenai apa yang telah diajarkan kepada mereka sendiri. Mereka harus membantu orang lain mentaati perintah-perintah yang diberikan Yesus kepada para rasul dan murid-muridnya yang mula-mula.

3. Apa yang diperlihatkan oleh Alkitab sehubungan dengan pekerjaan Allah yang harus dilakukan?

3 Bagaimana seharusnya pekerjaan Yehuwa dilakukan? Apakah setiap orang Kristen harus melakukan pekerjaan ini sesuka hatinya atau menurut cara yang ia pikir paling baik? Sama sekali tidak. Sebaliknya, Firman Allah menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Prinsip ini bahkan sudah dijelaskan jauh sebelumnya sejak zaman Musa, karena di Ulangan 12:8 kita membaca, ”Jangan kamu melakukan apapun yang kita lakukan di sini sekarang, yakni masing-masing berbuat segala sesuatu yang dipandangnya benar.” Sebaliknya, kita harus melakukan apa yang diperintahkan di Ulangan 6:18, ”Haruslah engkau melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN [Yehuwa, NW], supaya baik keadaanmu.” Rasul Paulus menunjukkan bahwa prinsip-prinsip ini berlaku juga kepada sidang Kristen, ”Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, . . . supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.” (1 Kor. 1:10) Dan di Filipi 3:15, 16, Paulus menunjukkan bahwa berpikir, berbicara dan bekerja seia sekata merupakan tanda dari orang-orang Kristen yang matang. Persatuan ini dalam tujuan serta tindakan, sangat perlu untuk dapat melakukan pekerjaan Allah menurut caraNya.

MENDAHULUKAN PEKERJAAN ALLAH

4. (a) Di tempat manakah seharusnya pekerjaan Allah dalam hidup kita? (b) Untuk apa saja perkara-perkara yang kita miliki patut digunakan?

4 Hal-hal apa saja yang tercakup dalam melakukan pekerjaan Yehuwa menurut cara Yehuwa? Antara lain, kita perlu mengutamakannya dalam kehidupan kita. Sebagaimana yang Yesus anjurkan, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.” (Mat. 6:33) Waktu kita terbatas, demikian juga kekuatan fisik dan mental atau tenaga serta harta benda dunia ini. Begitu banyak hal yang menuntut waktu kita. Misalnya: seorang ayah harus menyediakan kebutuhan keluarganya, bukan hanya secara rohani saja melainkan juga secara jasmani serta merencanakan rekreasi bagi mereka. Semua ini dituntut dari dia.—Bandingkan dengan 1 Timotius 5:8.

5. (a) Bagaimana seorang Kristen dapat mengutamakan pekerjaan Yehuwa sehubungan dengan pekerjaan duniawinya? (b) Bagaimana seorang ayah mendapat pahala dalam melakukan hal ini?

5 Akan tetapi, bahkan dalam hal ini ada segi-segi di mana orang-orang Kristen harus memilih. Misalnya, untuk menaruh kerajaan Allah di tempat pertama dalam hidup kita, kita mungkin dapat menerima pekerjaan yang akan memberikan kita lebih banyak waktu untuk mengambil bagian dalam pekerjaan pengabaran dan menjadikan murid, serta memelihara kepentingan rohani keluarga kita. Seorang ayah yang bekerja sebagai teknisi sebuah laboratorium berhenti dari pekerjaannya dan bekerja sendiri, dengan melakukan berbagai macam pekerjaan agar dapat membaktikan lebih banyak waktu untuk memelihara kepentingan rohani kepentingan rohani keempat putra dan seorang putrinya. Hasilnya? Putra-putrinya juga menjadi pekerja-pekerja Kristen yang baik.

6. Pilihan apa yang harus kita ambil berkenaan penggunaan waktu senggang kita?

6 Kemudian ada lagi soal penggunaan waktu senggang kita. Kita semua memerlukan rekreasi, tetapi sampai batas mana? Apakah rekreasi merupakan hal utama dalam hidup kita? Apakah kita terlalu mengejar bentuk hiburan yang paling kita senangi sehingga merugikan kepentingan rohani kita? Atau, apakah kita mendahulukan kepentingan rohani, dan baru bila waktu mengijinkan mencari hiburan? Sering kali kita harus mengorbankan salah satu, karena masalahnya bukan ini DAN itu, tetapi ini ATAU itu. Apakah kita menempatkan pekerjaan Allah dalam meluaskan ’kabar kesukaan’ di tempat teratas, dan yang lainnya di bawah? Atau, apakah kita tanpa pikir mengutamakan kesenangan dengan menghabiskan waktu, tenaga serta harta kita, dan sedikit saja untuk pekerjaan Allah? Apakah kita membiarkan diri menjadi ”pencinta-pencinta kesenangan, dari pada pencinta-pencinta Allah”?—2 Tim. 3:4.

KESEIMBANGAN DAN PENGATURAN WAKTU

7, 8. (a) Bila kita ingin melakukan pekerjaan Yehuwa menurut cara Yehuwa, apa yang dituntut dari kita sehubungan dengan cara-cara kita membagikan ’kabar kesukaan’ kepada orang-orang lain? (b) Sehubungan dengan mengatur waktu?

7 Yesus berkata bahwa ia tidak melakukan sesuatu menurut kehendaknya sendiri. Dengan cermat ia mengikuti bimbingan yang diberikan Bapanya. (Yoh. 14:10) Karena itu, sebaiknya kita juga mempelajari teladannya dengan teliti dan terus mengabarkan ’kabar kesukaan’ seperti cara Yesus. Dengan demikian kita akan melakukan pekerjaan Yehuwa menurut cara Yehuwa. Yesus tidak menunggu orang-orang datang kepadanya, ia juga tidak membatasi pengabaran ’kabar kesukaan’ hanya kepada orang-orang yang sudah dia kenal. Ia pergi ”dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah”. (Luk. 8:1) Murid-murid Yesus meniru teladannya dengan mengambil inisiatip untuk mendekati orang lain dengan ’kabar kesukaan’; mereka memberi kesaksian kepada orang-orang di pasar dan di tempat-tempat lain di mana banyak orang berkumpul. (Kis. 16:13-15; 17:17-21) Dewasa ini Saksi-Saksi Yehuwa mengikuti prinsip yang sama. Mereka mengambil inisiatip dalam membagikan ’kabar kesukaan’ kepada orang lain, baik kepada teman-teman maupun kepada orang-orang yang belum mereka kenal. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka berurusan dengan kaum kerabat dan para tetangga, dengan rekan-rekan dalam bisnis dan di sekolah; dan mereka berusaha memanfaatkan hubungan ini dengan cara-cara yang tepat. Tetapi tidak semua orang akan mendengarkan ’kabar kesukaan’ jika kita membatasi kegiatan kita sampai di situ saja. Ada yang tidak pernah dapat ditemui, bila kita tidak mengunjungi mereka secara pribadi di rumah. Karena memiliki kasih yang meluas kepada segala macam orang, Saksi-Saksi Yehuwa berusaha mencapai semua orang dengan berita Kerajaan. Apakah turut sertanya saudara dalam kegiatan ini mencerminkan sikap Kristen yang seimbang?—Mat. 5:46-48; 1 Tim. 2:3, 4.

8 Yang berhubungan erat dengan keseimbangan adalah soal perencanaan waktu. Memang ’untuk segala sesuatu di bawah langit ada waktunya’. (Pkh. 3:1-8) Sesuai dengan prinsip ini, pada waktu kita berhimpun dan seorang pelayan Kristen sedang berkhotbah, bukan waktunya untuk mengantuk, berbisik-bisik atau membaca sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pokok yang sedang dibahas. Demikian juga, pada hari-hari tertentu di mana ada perhimpunan sidang, bukanlah waktu yang tepat untuk mengadakan kunjungan kembali atau kegiatan-kegiatan Kristen lainnya yang sebenarnya dapat dilakukan pada kesempatan lain. Rupanya terutama para penatua perlu memperhatikan soal ini untuk mengatur waktu. Sering mereka tergoda untuk mengurus soal-soal sidang justru selama perhimpunan sedang berlangsung. Tetapi dengan adanya sedikit perencanaan waktu yang lebih baik, urusan-urusan itu dapat diselesaikan pada waktu lain.

MELAKUKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN DAMAI, PENUH SUKACITA

9, 10. (a) Mengapa kita harus melakukan pekerjaan Yehuwa dengan damai? (b) Mengapa ini pun kadang-kadang menjadi problem?

9 Yesus menasihati rasul-rasulnya, ’Hiduplah berdamai yang seorang dengan yang lain’. (Mrk. 9:50) Bagaimanapun, bukankah Yehuwa ”Allah sumber damai sejahtera”, dan PutraNya ”Raja Damai [Pangeran Perdamaian, NW]”? (Flp. 4:9; Yes. 9:5) Dan bukankah Yesus berkata berbahagia orang yang membawa damai, artinya yang suka damai? (Mat. 5:9) Ini berarti kita harus prihatin dan terus berusaha memelihara perdamaian di antara kita sendiri.

10 Mengapa bekerja sama dengan damai kadang-kadang menimbulkan problem? Tak sangsi lagi adalah karena kita semua memiliki kepribadian yang berbeda. Jadi, bukankah kita sepatutnya bersedia memaklumi perbedaan dalam cara berpikir dan bertindak dengan menunjukkan pengertian sebaliknya dari pada mengeritik? Alasan lain mengapa kadang-kadang sukar memelihara perdamaian adalah, karena kita ingin sekali melihat pekerjaan Allah terlaksana, dengan sebaik mungkin dan sebenarnya kita menganggap cara kitalah yang paling baik. Boleh jadi kadang-kadang memang demikian, tetapi sering ada lebih dari satu cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Bila demikian halnya, dari pada mengerjakan sesuatu dengan cara yang paling efektip, jauh lebih penting jika kita bekerja sama dengan damai.

11. Demi memelihara perdamaian, apa yang seharusnya dilakukan dengan rela oleh seorang penatua?

11 Terutama para penatua, pada waktu berkumpul bersama untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan sidang, perlu mengingat pentingnya memelihara perdamaian. Bila tidak menyangkut prinsip yang tak dapat diabaikan, dan hanya soal selera atau mengenai pengeluaran uang lebih banyak atau lebih sedikit, maka demi perdamaian, orang yang bijaksana akan mengalah kepada orang yang mempertahankan pendiriannya dalam perkara tersebut. Jika kita tetap berkeras agar dilakukan menurut cara sendiri, kita dapat menyebabkan ketegangan dan bahkan dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara-saudara kita. Apakah kemenangan tersebut mendatangkan faedah? Tentu saja tidak! Jadi melakukan pekerjaan Yehuwa menurut caraNya juga berarti berusaha melakukannya dengan damai, seraya mengingat Mazmur 133:1, ”Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”

12. Mengapa melakukan pekerjaan Yehuwa dengan sukacita merupakan suatu tuntutan yang sangat masuk akal?

12 Segi penting lain lagi dalam melakukan pekerjaan Yehuwa adalah untuk melaksanakannya dengan sukacita. Sebagaimana seorang isteri yang tidak bahagia memberi kesan yang tidak menyenangkan terhadap suaminya, kesan yang sama diberikan bila kita melayani Yehuwa tanpa sukacita. Dengan tepat sekali rasul Paulus menasehatkan, ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Flp. 4:4) Dan dewasa ini betapa banyak alasan bagi orang-orang Kristen untuk bersukacita! Kebenaran sungguh telah ’memerdekakan mereka’. (Yoh. 8:32); mereka memperoleh pengampunan dosa (Kis. 13:38); mereka melihat berlimpahnya pengetahuan kebenaran (Dan. 12:4); mereka menikmati pergaulan yang menyenangkan satu sama lain (Rm 1:11, 12); mereka mendapat kebahagiaan yang lebih besar karena memberi (Kis. 20:35); mereka menikmati berkat-berkat dari firdaus rohani (2 Kor. 12:4); dan dengan mempertahankan integritas mereka tahu bahwa mereka menyenangkan Yehuwa, Allah mereka yang agung.—Ams. 27:11.

MELAKUKAN PEKERJAAN ALLAH DENGAN TANGAN BERSIH

13. Dalam segi tertentu apa orang-orang Israel dulu sering gagal, yang menyebabkan Yehuwa memerintahkan mereka untuk berbuat apa?

13 Satu segi dari melakukan pekerjaan Yehuwa menurut caraNya, ialah melakukannya dengan tangan bersih, yaitu dengan saleh. Banyak orang gagal dalam hal ini. Boleh jadi kita sibuk dalam pekerjaan Yehuwa, tetapi jika kita tidak hidup menurut prinsip-prinsip moral Alkitab maka semuanya sia-sia saja. Allah Yehuwa menunjukkan hal ini dengan jelas sehubungan dengan umatNya dahulu, bangsa Israel. Ia memberitahukan mereka bahwa Ia membenci berbagai macam ibadat resmi mereka, dan selanjutnya berkata, ”Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat.”—Yes. 1:13-16.

14. Bagaimana Paulus menunjukkan dirinya sebagai teladan sehubungan dengan tingkah laku, dengan mengingat perintah kuno yang manakah?

14 Allah Yehuwa suci, tidak bercela dan benar, dan Ia menuntut agar hamba-hambaNya juga suci dan tidak bercela. ”Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Ptr. 1:16) Kita semua tidak sempurna, dan karena itu harus berusaha agar tetap suci dan murni. Kadang-kadang kita mungkin merasa seperti rasul Paulus ketika menulis bahwa hal-hal yang ia ingin lakukan tidak dilakukannya, sedangkan hal-hal yang ia tidak ingin lakukan justru dilakukannya. (Rm. 7:19) Tetapi ia tidak berhenti berusaha mengalahkan kelemahan-kelemahan yang diwarisinya, karena ia menulis, ”Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor. 9:27) Orang-orang Yahudi yang kembali dari Babel purbakala diperintahkan, ”Sucikanlah dirimu, hai orang-orang yang mengangkat perkakas rumah TUHAN!” Walaupun perintah ini bisa jadi dimaksudkan terutama kepada kebersihan ibadat, prinsip ini juga berlaku kepada kebersihan moral.—Yes. 52:11.

15. Sebutkan alasan lain mengapa kita perlu menjaga tingkah laku.

15 Memang sudah sepatutnya kita harus tetap bersih, bukan hanya karena berita yang kita bawa itu bersih, tetapi juga agar tidak mendatangkan sontohan kepada orang lain. Yesus memperingatkan bahwa masalahnya sangat serius apabila mendatangkan sontohan kepada salah satu pengikutnya yang lemah. (Luk. 17:1, 2) Dalam hal ini Paulus sangat berhati-hati, sebagaimana jelas dari kata-katanya, ”Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran . . . dalam kemurnian hati, . . . dan kasih yang tidak munafik.” Sungguh, melakukan pekerjaan Yehuwa dengan cara Yehuwa berarti bersikap hati-hati agar melakukan pekerjaan Yehuwa dengan tangan bersih, agar kita tidak membawa cela terhadap Yehuwa dan sidangNya dan agar tidak mendatangkan sontohan kepada orang lain.—2 Kor. 6:3-10.

MELAKUKAN PEKERJAAN YEHUWA DENGAN TIDAK MEMENTINGKAN DIRI

16. Apa yang Raja Daud pohonkan kepada Allah agar dilakukan kepadanya, dan ini berarti apa?

16 Terutama sekali, melakukan pekerjaan Yehuwa pasti akan mendatangkan faedah kepada kita jika kita melakukannya berdasarkan kasih, dan tidak mementingkan diri, keluar dari hati yang murni, Raja Daud menghargai pentingnya hal ini, dan sebab itu ia berdoa, ”Tunjukkanlah kepadaku jalanMu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan namaMu.” (Mzm. 86:11) Melayani dengan hati bercabang berarti membiarkan munculnya sifat mementingkan diri. Ini akan menunjukkan adanya motip yang tersembunyi. Itulah sebabnya kita dituntut untuk mengasihi Allah Yehuwa dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan.—Mrk. 12:29-31.

17. Mengapa soal memperhatikan motip seseorang bukan sesuatu yang mudah?

17 Ini tidak mudah. Orang-orang Israel berulangkali gagal dalam hal ini. Mengapa? Karena hati manusia yang tidak sempurna sangat memperdayakan, licik, seperti yang kita baca di Yeremia 17:9. Dan sebagaimana ditunjukkan selanjutnya oleh Yeremia, hati seseorang hanya Allah Yehuwa-lah yang dapat mengerti sepenuhnya. Karena itu dengan mempelajari FirmanNya kita akan dibantu menyadari kecenderungan atau rencana kita yang mementingkan diri, dan melawannya dengan sukses. Ya, kecenderungan hati kita yang berdosa selalu dapat melemahkan atau merusak pekerjaan baik kita. Motip-motip yang mementingkan diri atau yang tersembunyi merupakan penyebab kesulitan yang dialami para pemimpin agama di zaman Yesus, karena alasan itulah mereka begitu menentang Yesus. Halnya sama dengan kaum ulama Susunan Kristen dewasa ini. Kelihatannya mereka melayani Allah, tetapi sebenarnya mereka terutama berminat akan kepentingan diri sendiri.—Mat. 23:13-33.

18. Bagaimana rasul Paulus menandaskan perlunya melayani Allah Yehuwa dengan tidak mementingkan diri?

18 Betapa jelas rasul Paulus menandaskan pentingnya motip yang benar, ”Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku”!—1 Kor. 13:1-3.

19. Nasehat lain manakah yang diberikan Alkitab sehubungan dengan kasih yang harus kita perkembangkan?

19 Karena itu, dengan tepat sekali rasul Paulus menasehati kita, ”Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!” (1 Kor. 16:14) Tetapi apakah nasehat Paulus hanya sampai di situ saja? Tidak, karena seraya menyadari bagaimana hati kita dapat menipu, ia berkata, ”Hendaklah kasih itu jangan pura-pura!” (Rm. 12:9) Betapa mudahnya memperlihatkan kasih yang tidak sungguh-sungguh digerakkan oleh hati yang benar! Itulah sebabnya mengapa Paulus berusaha agar menjadi pelayan Allah dengan ”kasih yang tidak munafik”. (2 Kor. 6:6) Ya, kasih kita harus ”kasih yang timbul dari hati yang suci”; dan, seperti yang dikatakan rasul Petrus, kita harus memiliki ”kasih-persaudaraan yang tulus ikhlas”.—1 Tim. 1:5; 1 Ptr. 1:22.

20. Sebagai kesimpulan, melakukan pekerjaan Yehuwa menurut cara Yehuwa menuntut apa dari kita, dan menghasilkan apa bagi kita?

20 Betapa banyaknya hal yang tercakup dalam melakukan pekerjaan Yehuwa dengan cara Yehuwa! Inilah yang dituntut Allah Yehuwa dari kita, yaitu mengutamakan pekerjaan tersebut dalam hidup kita, melakukan dengan bijaksana, dengan damai dan sukacita, dengan tangan bersih dan dengan hati yang murni. Dengan melakukan ini, kita memperoleh banyak keriangan sekarang dan memperoleh perkenanNya dan kehidupan kekal di dalam susunan segala perkara baru yang sudah dekat.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan