PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w97 15/3 hlm. 4-7
  • Mengapa Mukjizat Itu Sendiri Tidak Membangun Iman

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Mukjizat Itu Sendiri Tidak Membangun Iman
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Mengapa Mukjizat Tidak Membangun Iman
  • Makna Iman yang Sejati
  • Percaya meskipun Tidak Melihat
  • Mukjizat​—Fakta atau Fiksi?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2005
  • Mukjizat Yesus​—Apa yang Dapat Saudara Pelajari?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2004
  • Mukjizat—Apakah Benar-Benar Terjadi?
    Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia?
  • Mukjizat dalam Alkitab​—Dapatkah Dipercaya?
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2012
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1997
w97 15/3 hlm. 4-7

Mengapa Mukjizat Itu Sendiri Tidak Membangun Iman

LIHAT dahulu, baru percaya. Begitulah pandangan banyak orang. Beberapa orang mengatakan bahwa mereka akan percaya kepada Allah jika Ia menyingkapkan diri-Nya melalui semacam mukjizat. Keadaannya bisa jadi demikian, tetapi apakah kepercayaan semacam itu akan menghasilkan iman yang sejati?

Pertimbangkanlah orang-orang Israel seperti Korah, Datan, dan Abiram. Alkitab menunjukkan bahwa mereka menjadi saksi mata dari mukjizat-mukjizat Allah yang membangkitkan rasa takjub ini: kesepuluh tulah atas Mesir, kelepasan bangsa Israel menyeberangi Laut Merah, serta pemusnahan atas Firaun dari Mesir dan pasukan militernya. (Keluaran 7:19–11:10; 12:29-32; Mazmur 136:15) Korah, Datan, dan Abiram juga mendengar Yehuwa berbicara dari surga di Gunung Sinai. (Ulangan 4:11, 12) Namun, tidak lama setelah mukjizat-mukjizat ini terjadi, ketiga pria tersebut menyulut pemberontakan melawan Yehuwa dan hamba-hamba-Nya yang Ia tetapkan.—Bilangan 16:1-35; Mazmur 106:16-18.

Kira-kira 40 tahun kemudian, seorang nabi bernama Bileam juga menyaksikan sebuah mukjizat. Bahkan campur tangan malaikat tidak dapat mencegahnya dari berpihak kepada musuh-musuh Allah, bangsa Moab. Meskipun ada mukjizat tersebut, Bileam meneruskan niatnya dan mengambil sikap menentang Allah Yehuwa serta umat-Nya. (Bilangan 22:1-35; 2 Petrus 2:15, 16) Akan tetapi, Bileam yang tidak beriman masih belum seberapa jika dibandingkan dengan Yudas Iskariot. Meskipun ia bergaul erat dengan Yesus dan menjadi saksi mata dari serangkaian mukjizat yang luar biasa, Yudas mengkhianati Kristus demi tiga puluh keping perak.—Matius 26:14-16, 47-50; 27:3-5.

Para pemimpin agama Yahudi juga mengetahui banyak mukjizat Yesus. Setelah ia membangkitkan Lazarus, mereka bahkan mengakui, ”Pria ini melaksanakan banyak tanda.” Tetapi apakah melihat Lazarus yang hidup kembali melembutkan hati mereka dan memberi mereka iman? Sama sekali tidak. Sebaliknya, mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus dan Lazarus!—Yohanes 11:47-53; 12:10.

Bahkan campur tangan langsung dari Allah tidak dapat menghasilkan iman dalam diri orang-orang fasik tersebut. Ketika Yesus berada di kawasan bait, ia berdoa dengan suara nyaring, ”Bapak, muliakanlah nama-Mu.” Yehuwa menjawab dengan suara yang keluar dari langit, ”Aku telah memuliakannya dan akan memuliakannya lagi.” Namun, peristiwa mukjizat ini tidak menghasilkan iman dalam hati orang-orang yang hadir. Alkitab mengatakan, ”Meskipun ia telah melakukan begitu banyak tanda di hadapan mereka, mereka tidak menaruh iman kepadanya.”—Yohanes 12:28-30, 37; bandingkan Efesus 3:17.

Mengapa Mukjizat Tidak Membangun Iman

Bagaimana mungkin mukjizat sebanyak itu tidak menghasilkan iman? Penolakan terhadap Yesus oleh para pemimpin agama Yahudi tampak menimbulkan tanda tanya khususnya bila saudara memperhatikan bahwa tepat pada saat ia memulai pelayanannya, orang-orang Yahudi secara keseluruhan ’sedang menanti kedatangan Kristus’ atau Mesias. (Lukas 3:15) Akan tetapi, masalahnya terletak pada apa yang sebenarnya mereka nantikan. Leksikograf W. E. Vine mengutip kata-kata seorang sarjana Alkitab yang kenamaan bahwa orang-orang Yahudi terobsesi oleh gagasan tentang seorang Mesias yang akan memberikan kepada mereka ”kemenangan yang bersifat duniawi” dan ”kemakmuran materi”. Oleh karena itu, mereka tidak siap menerima Yesus dari Nazaret yang sederhana dan tidak berpolitik, yang tampil di tengah-tengah mereka pada tahun 29 M. Para pemimpin agama juga takut jangan-jangan ajaran Yesus akan mengacaukan kondisi yang sudah ada dan membahayakan kedudukan mereka yang terkemuka. (Yohanes 11:48) Pandangan-pandangan yang terlanjur mereka anut serta sifat mementingkan diri membutakan mereka akan makna mukjizat-mukjizat Yesus.

Para pemimpin agama Yahudi dan orang-orang lain belakangan menolak bukti mukjizat bahwa para pengikut Yesus memiliki perkenan ilahi. Misalnya, sewaktu rasul-rasulnya menyembuhkan seorang pria yang timpang sejak lahir, anggota-anggota mahkamah agung Yahudi yang marah bertanya, ”Apa yang harus kita lakukan terhadap orang-orang ini? Karena, dengan sebenarnya, suatu tanda yang patut diperhatikan telah terjadi melalui mereka, yang nyata kepada semua penduduk Yerusalem; dan kita tidak dapat menyangkalnya. Meskipun demikian, agar hal itu tidak disebarluaskan lebih jauh di antara orang-orang, marilah kita menyuruh mereka dengan ancaman untuk sama sekali tidak berbicara lagi atas dasar nama ini kepada siapa pun.” (Kisah 3:1-8; 4:13-17) Jelaslah, mukjizat yang menakjubkan ini tidak membangun atau menghasilkan iman dalam hati pria-pria tersebut.

Ambisi, kesombongan, dan ketamakan adalah faktor-faktor yang telah membuat banyak orang menutup pintu hati mereka. Ini tampaknya yang terjadi atas Korah, Datan, dan Abiram, yang disebutkan di muka. Cemburu, rasa takut, dan banyak sikap yang mencelakakan telah merintangi orang-orang. Kita juga diingatkan akan para malaikat yang tidak taat, hantu-hantu, yang sebelumnya mendapat hak istimewa untuk melihat wajah Allah. (Matius 18:10) Mereka tidak meragukan keberadaan Allah. Sesungguhnya, ”hantu-hantu pun percaya dan gentar”. (Yakobus 2:19) Namun, mereka tidak beriman kepada Allah.

Makna Iman yang Sejati

Iman lebih daripada sekadar percaya. Itu juga lebih daripada suatu reaksi emosi yang sementara terhadap mukjizat tertentu. Ibrani 11:1 mengatakan, ”Iman adalah penantian yang pasti akan perkara-perkara yang diharapkan, bukti yang jelas dari kenyataan-kenyataan walaupun tidak kelihatan.” Seseorang yang beriman meyakini dalam hatinya bahwa segala sesuatu yang Allah Yehuwa janjikan seolah-olah sudah digenapi. Lagi pula, bukti yang tak dapat disangkal lagi dari realitas yang tidak kelihatan begitu kuat sehingga iman dikatakan sama dengan bukti tersebut. Ya, iman didasarkan atas bukti. Dan di masa lampau, mukjizat berperan dalam membangun atau membina iman. Tanda-tanda yang Yesus lakukan berguna untuk meyakinkan orang-orang lain bahwa ia adalah Mesias yang dijanjikan. (Matius 8:16, 17; Ibrani 2:2-4) Dengan cara yang serupa, karunia roh kudus atau tenaga aktif Allah semacam itu, seperti penyembuhan mukjizat dan bahasa roh membuktikan bahwa orang-orang Yahudi tidak lagi memiliki perkenan Yehuwa melainkan bahwa perkenan-Nya kini diberikan kepada sidang Kristen yang didirikan oleh Putra-Nya, Yesus Kristus.—1 Korintus 12:7-11.

Di antara karunia-karunia roh yang bersifat mukjizat terdapat kesanggupan bernubuat. Ketika orang-orang yang tidak percaya mengamati mukjizat ini, ada yang tergerak untuk beribadat kepada Yehuwa, dengan menyatakan, ”Allah benar-benar ada di antara kamu.” (1 Korintus 14:22-25) Akan tetapi, Allah Yehuwa tidak bermaksud agar mukjizat menjadi corak yang permanen dari ibadat Kristen. Selaras dengan hal itu, rasul Paulus menulis, ”Namun jika ada karunia-karunia bernubuat, ini akan disingkirkan; jika ada bahasa-bahasa, ini akan berhenti.” (1 Korintus 13:8) Karunia-karunia ini praktis tidak ada lagi sepeninggal rasul-rasul dan orang-orang yang menerima karunia demikian melalui mereka.

Apakah orang-orang akan dibiarkan tanpa dasar untuk iman? Tidak, karena Paulus mengatakan, ”[Allah] tidak membiarkan dirinya tanpa kesaksian dalam hal ia melakukan kebaikan, dengan memberi kamu hujan dari langit dan musim-musim dengan hasil yang limpah, memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan yang limpah.” (Kisah 14:17) Sesungguhnya, bagi orang-orang berhati jujur yang rela membuka pikiran dan hati mereka kepada bukti-bukti di sekitar kita, ”sifat-sifat [Allah Yehuwa] yang tidak kelihatan dengan jelas terlihat sejak penciptaan dunia, karena sifat-sifat tersebut dimengerti melalui perkara-perkara yang diciptakan, bahkan kuasa yang kekal dan Keilahiannya, sehingga mereka [orang-orang yang menyangkal Allah] tidak dapat berdalih”.—Roma 1:20.

Dibutuhkan lebih daripada sekadar percaya bahwa Allah ada. Paulus mendesak, ”Berhentilah dibentuk menurut sistem perkara ini, tetapi berubahlah dengan membentuk kembali pikiranmu, agar kamu dapat membuktikan kepada dirimu sendiri, kehendak Allah yang baik dan dapat diterima dan sempurna.” (Roma 12:2) Ini dapat dilakukan dengan mempelajari Alkitab secara sungguh-sungguh dengan bantuan publikasi-publikasi Kristen, sama seperti majalah ini. Iman yang didasarkan atas pengetahuan yang saksama akan Firman Allah, Alkitab, tidaklah lemah atau dangkal. Orang-orang yang memahami kehendak Allah dan yang melakukannya dalam iman sedang memberikan dinas suci kepada Allah.—Roma 12:1.

Percaya meskipun Tidak Melihat

Tidak mudah bagi rasul Tomas untuk menjalankan iman akan kebangkitan Yesus dari kematian. ”Kecuali aku melihat bekas paku-paku pada tangannya dan mencocokkan jariku ke dalam bekas paku-paku itu dan mencocokkan tanganku ke dalam pinggangnya, aku pasti tidak akan percaya.” demikian Tomas menyatakan. Belakangan sewaktu Yesus menjelma dalam tubuh yang memperlihatkan luka bekas pemantekannya, Tomas memberikan tanggapan yang baik kepada mukjizat ini. Akan tetapi Yesus mengatakan, ”Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.”—Yohanes 20:25-29.

Dewasa ini, jutaan Saksi-Saksi Yehuwa sedang ”berjalan dengan iman, bukan dengan yang kelihatan”. (2 Korintus 5:7) Meskipun mereka tidak melihat mukjizat yang dicatat dalam Alkitab, mereka sungguh-sungguh percaya bahwa ini terjadi. Saksi-Saksi menjalankan iman kepada Allah dan Firman-Nya. Dengan bantuan roh-Nya, mereka dapat mengerti ajaran-ajaran Alkitab dan tema utamanya—pembenaran kedaulatan Allah Yehuwa melalui Kerajaan surgawi-Nya. (Matius 6:9, 10; 2 Timotius 3:16, 17) Demi manfaat yang besar bagi diri mereka, orang-orang Kristen sejati ini menerapkan nasihat Alkitab yang berhikmat dalam kehidupan. (Mazmur 119:105; Yesaya 48:17, 18) Mereka menerima bukti yang tak dapat disangkal bahwa nubuat-nubuat Alkitab menandai zaman kita sebagai ”hari-hari terakhir”, dan mereka beriman bahwa dunia baru yang Allah janjikan sudah di ambang pintu. (2 Timotius 3:1-5; Matius 24:3-14; 2 Petrus 3:13) Merupakan suatu sukacita bagi mereka untuk membagikan pengetahuan tentang Allah kepada orang-orang lain. (Amsal 2:1-5) Mereka mengetahui bahwa orang-orang yang mencari Allah dapat benar-benar menemukan Dia hanya dengan mempelajari Alkitab.—Kisah 17:26, 27.

Ingatkah saudara kepada Albert yang disebutkan dalam artikel sebelumnya? Beberapa hari setelah doanya memohon mukjizat tidak terkabul, ia dikunjungi oleh salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, seorang wanita lanjut usia yang menempatkan beberapa lektur Alkitab kepadanya. Setelah itu, Albert menerima pengajaran Alkitab di rumah secara cuma-cuma. Seraya ia mengenali berita Alkitab dengan lebih baik, kekecewaannya berubah menjadi kegembiraan. Bahkan, ia mulai menyadari bahwa ia telah menemukan Allah.

Alkitab mendesak, ”Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yesaya 55:6) Saudara dapat melakukan hal ini, bukan dengan menunggu mukjizat zaman modern dari Allah, tetapi dengan memperoleh pengetahuan yang saksama tentang Firman-Nya. Ini suatu kebutuhan, karena mukjizat itu sendiri tidak membangun iman.

[Gambar di hlm. 5]

Bahkan kebangkitan Lazarus secara mukjizat tidak menggerakkan musuh-musuh Yesus untuk menjalankan iman

[Gambar di hlm. 7]

Iman harus didasarkan atas pengetahuan yang saksama tentang Alkitab

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan