PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w86_s-27 hlm. 22-27
  • Waspadalah Terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Waspadalah Terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-27)
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Para Penatua Kristen
  • Wakil-Wakil Keliling
  • Lingkungan Keluarga
  • Dalam Hubungan-Hubungan Lain
  • Berbahagialah Mereka Yang Menggunakan Kekuasaan Dengan Berani
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-27)
  • ”Tirulah Allah” dalam Menggunakan Kuasa Saudara
    Mendekatlah kepada Yehuwa
  • ”Carilah Yehuwa dan Kekuatan-nya”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2000
  • ”Yehuwa . . . Besar Kuasa-Nya”
    Mendekatlah kepada Yehuwa
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1986 (s-27)
w86_s-27 hlm. 22-27

Waspadalah Terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan

”Takut akan [Yehuwa] ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.”—AMSAL 8:13.

1. Apa salah satu cara hati manusia yang tidak sempurna ini menyatakan kelicikannya?

PENYALAHGUNAAN kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri memang termasuk diantara tingkah laku yang jahat yang dibenci Allah Yehuwa. FirmanNya menasihati kita terhadap kecenderungan dari umat manusia yang tidak sempurna ini, karena Ia mengerti hati manusia. Kita membaca, ”Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, [Yehuwa], yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”—Yeremia 17:9, 10.

2. Kekuasaan cenderung mengakibatkan apa atas mereka yang memilikinya?

2 Dengan alasan yang baik Firman Allah memperingatkan kita terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Kecenderungan untuk menyalahgunakan kekuasaan memang ada, sehingga seorang sarjana Inggris mengatakan, ”Kekuasaan cenderung untuk merusak, dan kekuasaan mutlak benar-benar merusak.” Ia juga menyatakan, ”Di antara semua penyebab yang merendahkan martabat dan merusak moral manusia, kekuasaan adalah yang paling bersifat tetap dan paling aktif.” Memang, kekuasaan tidak selalu mempunyai pengaruh yang merusak, seperti telah kita lihat dalam artikel sebelumnya, tetapi ada bahaya ke arah itu.

3. Dalam hubungan antar manusia yang mana saja kekuasaan dapat disalahgunakan, dan mengapa hal ini dapat terjadi?

3 Siapa yang perlu waspada agar tidak menyalahgunakan kekuasaan? Hampir semua orang! Dalam hampir setiap hubungan antar manusia, ada keadaan-keadaan di mana seseorang mempunyai keuntungan atau kelebihan atas orang lain karena alasan kekayaan, pendidikan, kekuatan fisik, kedudukan, pesona jasmani, dan sebagainya. Makin besar keuntungannya, makin besar godaan untuk menggunakannya demi kepentingan sendiri. Mengapa? Karena ”yang ditimbulkan hati [manusia] adalah jahat dari sejak kecilnya.” (Kejadian 8:21) Ya, hati manusia yang tidak sempurna ”licik,” memperdayakan, atau suka menipu, dan cenderung kepada yang jahat.—Yeremia 17:9.

Para Penatua Kristen

4. Yitro memberi nasihat yang baik apa kepada Musa, yang menunjukkan kesadaran terhadap godaan yang akan timbul dengan diterimanya kekuasaan dan wewenang?

4 Pertama-tama, mari kita membahas tentang para penatua, pengawas-pengawas di sidang Kristen. Mengenai persyaratan mereka, kita dapat mengingat kata-kata Yitro kepada Musa dalam memilih orang-orang untuk memimpin atas seribu, seratus, lima puluh, dan sepuluh orang, ”Kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” (Keluaran 18:21) Orang-orang tersebut dapat dipercayai dengan tugas pengawasan. Mereka tidak akan menyalahgunakan keuntungan yang diperoleh dari kedudukan sebagai pengawas, karena takut akan Allah berarti membenci apa yang jahat. Orang-orang tersebut benar-benar akan ”benci kepada pengejaran suap” dari pada mengejarnya atau menginginkannya.

5. Mengapa nasihat di 1 Petrus 5:2, 3 begitu cocok, dan bagaimana itu dapat diterapkan?

5 Rasul Petrus menyadari akan penyalahgunaan kekuasaan oleh para penatua, maka kita lihat bagaimana dia memberi nasihat kepada para pengawas di sidang Kristen, ”Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1 Petrus 5:2, 3) Menggembalakan kawanan domba Allah dengan maksud mencari keuntungan yang tidak patut berarti menyalahgunakan kekuasaan. Demikian pula, memerintah atas kawanan itu berarti menarik keuntungan yang mementingkan diri dari kekuasaan yang dimiliki. Misalnya, seorang penatua mungkin mempunyai pendapat tertentu mengenai cara keluarganya harus berpakaian. Tetapi ia harus hati-hati agar tidak mencoba memaksakan pandangan pribadi tersebut kepada kawanan; berbuat demikian berarti memerintah atas mereka.

6. Apa nepotisme itu, dan bagaimana para penatua dapat bersalah dalam hal itu?

6 Jika para penatua tidak hati-hati, mereka dapat bersalah dalam hal nepotisme, yang juga adalah penyalahgunaan kekuasaan. Nepotisme? Ya, kata ini berasal dari bahasa Latin, yang berarti ”kemenakan-kemenakan.” Kata ini terbentuk karena adanya kebiasaan buruk yang umum dikenal dari paus-paus dan pembesar-pembesar gereja lain yang memberikan hak-hak istimewa atau hadiah yang bersifat agama dan secara materi kepada sanak keluarga mereka, terutama anak-anak dari saudara-saudara kandung mereka. Paus Nikholas III bahkan dikenal sebagai ”datuk dari nepotisme di kalangan paus.” Jika para penatua Kristen tidak berlaku sangat hati-hati, mereka bisa saja dengan tidak pada tempatnya dipengaruhi oleh ikatan keluarga dan bukan oleh prinsip-prinsip rohani. Seorang penatua merasa sangat yakin bahwa putranya dapat diusulkan sebagai pengawas meskipun penatua-penatua lainnya tidak setuju. Maka sang ayah pindah ke sidang lain. Beberapa tahun kemudian putranya masih belum menjadi penatua. Jelas, ayah tersebut telah membiarkan hubungan keluarga mempengaruhi dia.

7, 8. Contoh-contoh apa menunjukkan bahwa nepotisme dapat menjadi bahaya yang nyata bagi para penatua?

7 Suatu cara lain dari penyalahgunaan kekuasaan dalam bentuk nepotisme akan timbul jika para penatua tidak mengambil tindakan terhadap kesalahan yang dilakukan sanak keluarga mereka. (Bandingkan 1 Samuel 2:22-25, 30-35.) Beberapa tahun yang lalu, ada keadaan yang mengejutkan berkenaan perbuatan salah di sidang-sidang tertentu di Amerika Serikat bagian tengah. Baru-baru ini hal tersebut berkembang di sidang-sidang tertentu di Eropa. Banyak anak muda terlibat percabulan, narkotika, dan sebagainya. Tidak sedikit dari mereka adalah anak-anak para penatua, dan beberapa di antara para penatua tersebut rupanya pura-pura tidak melihat laku buruk dari anak mereka. Ketika fakta-faktanya ketahuan, sejumlah dari para penatua ini diturunkan dari kedudukannya karena mereka menyalahgunakan hak istimewa mereka sebagai penatua, atau lebih spesifik, karena mereka tidak menggunakan kekuasaan mereka dengan benar.

8 Kadang-kadang, nampaknya ada kecenderungan dalam hal ini bila seorang penatua atau pelayan sidang memimpin pembahasan bersama hadirin di perhimpunan. Ia harus hati-hati untuk menghindari sikap berat sebelah. Para anggota keluarganya dapat bekerja sama dalam hal ini dengan berlaku waspada, yaitu memberikan komentar jika orang-orang lain tidak memberikan tanggapan, dan tidak terlalu bersemangat memberi komentar bila banyak orang lain dengan sukarela memberi komentar.

Wakil-Wakil Keliling

9. Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan kekuasaan yang dikenal sebagai simony, dan mengapa hal itu disebut demikian?

9 Orang-orang Kristen yang mempunyai kedudukan dengan tanggung jawab, terutama wakil-wakil keliling dari Lembaga Menara Pengawal, harus hati-hati agar mereka tidak bersalah, secara sadar atau tidak sadar, dalam apa yang dikenal sebagai simony. Istilah itu berasal dari Simon yang disebut di Kisah 8:9-24, yang menawarkan uang kepada para rasul untuk mendapatkan karunia memberikan roh suci dengan menumpangkan tangan. Lukas mencatat, ”Petrus berkata kepadanya: ’Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada [Yehuwa], supaya Ia mengampuni niat hatimu ini.’” Ini juga suatu kebiasaan umum yang buruk di kalangan para pembesar Gereja Katolik Roma pada jaman dulu. Sebuah ensiklopedia melaporkan bahwa ”kejahatan ini menjadi umum sekali di Gereja selama abad-abad ke-11 dan ke-12.”

10, 11. Bagaimana para penatua dapat menjadi korban dari jerat simony?

10 Bagaimana hamba-hamba Yehuwa bisa bersalah dalam hal ini? Jika mereka tidak berlaku sangat hati-hati mereka bisa saja cenderung mengusulkan seorang penatua untuk suatu bagian pada acara kebaktian wilayah atau distrik karena pemondokan yang menyenangkan atau hadiah-hadiah yang murah hati yang telah diterimanya dari saudara tersebut. Sebenarnya, jarang sekali seorang penatua memberikan banyak hadiah dan pada waktu yang sama mengharapkan kemungkinan untuk mendapatkan hak istimewa tertentu. Rupanya orang-orang sedemikian tidak puas untuk berlaku sebagai ’yang lebih kecil,’ dengan menyerahkan segala sesuatu kepada roh suci yang akan menggerakkan mereka yang mempunyai kedudukan bertanggung-jawab dalam hal pengangkatan teokratis. (Lukas 9:48) Di bawah keadaan-keadaan tersebut hadiah-hadiah sedemikian ditolak, dengan demikian memberikan contoh yang baik dalam tidak menyalahgunakan anugerah kekuasaan. Semua peristiwa tersebut menunjukkan betapa para penatua yang terkemuka harus berhati-hati untuk menghindari noda simony!

11 Selain itu, kadang-kadang seorang rohaniwan keliling mungkin perlu memberikan nasihat yang tegas kepada seorang penatua. Namun jika rohaniwan keliling itu berulang kali telah menerima hadiah-hadiah dari penatua itu atau telah menumpang di rumahnya, ia mungkin akan merasa sulit untuk memberikan nasihat yang terus terang kepada penatua itu. Apakah pertimbangan yang mementingkan diri akan mencegah dia sehingga tidak melaksanakan tugasnya untuk memberikan nasihat yang diperlukan? Apakah ia akan mendahulukan kepentingan rohani dari saudara-saudaranya di atas keuntungan materinya sendiri? Ya, apakah ia akan berusaha menyenangkan Allah atau manusia?—Galatia 1:10.

Lingkungan Keluarga

12. Karena alasan apa para suami harus waspada agar menggunakan kekuasaan dengan benar?

12 Dalam lingkungan keluarga, tiap anggota juga perlu waspada agar ia tidak menyalahgunakan keuntungan atau kekuasaan. Seorang suami, karena mempunyai kedudukan sebagai kepala, atau karena kekuatan fisiknya yang besar, atau karena ia yang mencari nafkah, bisa saja bertindak dengan sewenang-wenang, mementingkan diri, tidak berperasaan, dan memperlihatkan kurang timbang rasa. Paulus dengan tegas menandaskan bahwa para istri harus tunduk kepada suami mereka. Pada waktu yang sama, ia mengatakan agar kaum suami mengasihi istri mereka seperti tubuh mereka sendiri dan rela mati untuk mereka, sama seperti Kristus telah mati demi sidang Kristen. (Efesus 5:25-33) Nasihat sedemikian seharusnya menjadi kendali agar suami tidak menyalahgunakan kekuasaan atau keuntungannya. Rasul Petrus, setelah menasihati kaum istri agar tunduk kepada suami mereka, menasihati para suami, ”Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” Ya, para suami harus hati-hati menggunakan kekuasaan mereka dengan benar jika mereka ingin mempunyai hubungan yang baik dengan Allah Yehuwa.—1 Petrus 3:7.

13. (a) Sifat kewanitaan apa sering kali disalahgunakan oleh para suami? (b) Bagaimana para istri yang mementingkan diri memperlihatkan penyalahgunaan kekuasaan, melanggar perintah Alkitab yang mana?

13 Kita sering melihat bahwa pihak yang mempunyai cinta kasih yang lebih dalam berada ”di bawah angin” terhadap pihak yang kurang mengasihi. Nampaknya ada kebenaran tertentu dalam hal itu. Para istri, pada umumnya, mempunyai cinta kasih yang lebih dalam dari pada suami mereka—cinta kasih lebih penting bagi mereka—dan banyak suami menarik keuntungan yang —dan banyak suami menarik keuntungan yang mementingkan diri dari hal itu. Sebaliknya, istri-istri biasanya memperlihatkan sikap enggan melaksanakan kewajiban perkawinan bila keinginan mereka tidak dipenuhi. Malahan, kadang-kadang ada istri-istri yang sama sekali menolak kewajiban perkawinan. Menyedihkan sekali, kadang-kadang hal ini telah mendorong suami untuk melakukan perzinahan. Semua kegagalan untuk mentaati nasihat Paulus di 1 Korintus 7:3-5 juga merupakan penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri.

14. Apa buktinya bahwa ada orangtua yang menyalahgunakan kekuasaan mereka atas anak-anak mereka?

14 Kenyataan bahwa anak-anak harus mentaati orangtua mereka dalam Tuhan menyebabkan orangtua, terutama ayah, mempunyai kekuasaan tertentu atas mereka. Bagaimana mereka akan menggunakan kekuasaan ini? Tanpa pikir panjang, tanpa perasaan, tanpa timbang rasa? Banyak ayah duniawi, dan ibu-ibu juga, melakukan hal itu, sehingga mengakibatkan meluasnya ”sindroma anak sakit hati.” Menurut World Health, Januari/Pebruari 1984, ”anak-anak yang dianiaya ada dalam setiap masyarakat,” dan ”nampaknya dewasa ini makin lebih banyak anak diperlakukan dengan buruk, diperas, dipukuli atau ditinggalkan, dan di manapun di dunia ini tidak ada yang tidak terlibat dalam hal itu.” Sebuah laporan lain mengatakan bahwa di Amerika Serikat penyiksaan atas anak-anak meningkat lebih dari dua kali dalam sepuluh tahun terakhir. Tentu semua hal tersebut adalah penyalahgunaan atas kekuasaan. Bahkan orangtua Kristen yang tidak mempunyai pikiran untuk memperlakukan seorang anak dengan buruk bisa saja bersalah dalam penyiksaan anak-anak dengan cara tertentu. Saudara dapat melihat cara apa itu gerangan dari nasihat Paulus, ”Bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat [Yehuwa].” ”Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”—Efesus 6:4; Kolose 3:21.

15, 16. Bagaimana anak-anak dapat bersalah dalam hal menyalahgunakan kekuasaan, sehingga menuntut apa dari para orangtua?

15 Meskipun mula-mula nampaknya aneh, anak-anak sendiri dapat juga bersalah dalam hal menyalahgunakan kekuasaan. Bagaimana? Anak-anak dapat menyebabkan orangtua mereka bertindak bertentangan dengan penilaian mereka sendiri yang lebih baik karena kasih sayang orangtua kepada mereka. Seorang anak, yang mengetahui bahwa ia mesti dipukul, bisa saja menangis dengan begitu iba sehingga ibunya tidak tega memberikan hukuman yang seharusnya ia terima. Seorang ahli keuangan wanita yang sukses membanggakan kemampuannya untuk memanipulasi para langganan, dengan mengatakan, ”Kaum wanita dilahirkan dengan sifat itu. Anda harus melihat anak perempuan saya memanipulasi ayahnya.”

16 Menurut sebuah laporan surat kabar, ”ada pertambahan yang menguatirkan dalam jumlah ’anak-anak yang mabuk kuasa’ di Amerika Utara, yang menguasai dan memanipulasi kehidupan orangtua mereka.” Tetapi, penyelesaiannya tidak terletak dalam menasihati anak-anak tetapi pada orangtua itu sendiri. Para orangtua harus memperlihatkan sikap bersatu di depan anak-anak mereka. Anak-anak cepat sekali melihat adanya ketidakselarasan dan mengadu domba orangtua untuk mendapat apa yang mereka ingin. Para orangtua juga harus tegas terhadap apa yang benar, pada waktu yang sama selalu meyakinkan kasih mereka. Seperti Yehuwa, para orangtua Kristen memberikan disiplin karena kasih.—Ibrani 12:5, 6.

Dalam Hubungan-Hubungan Lain

17. Bagaimana penyalahgunaan kekuasaan dapat terjadi dalam hubungan majikan-karyawan?

17 Hubungan antar majikan-karyawan juga menimbulkan godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan. Memikirkan hal ini, Paulus menasihati para pemilik budak, yang agak mirip dengan para majikan, pengawas, kepala, pada jaman modern, ”Kamu tuan-tuan, . . . jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan [”Majikan,” NW] mereka dan Tuhan [”Majikan,” NW] kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” (Efesus 6:9; Kolose 4:1) Orang-orang Kristen yang menjadi pengawas dalam soal-soal duniawi harus berhati-hati untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka. Boas pada jaman dulu dapat disebut sebagai seorang yang mempunyai hubungan yang baik dengan orang-orang yang bekerja untuk dia.—Rut 2:4.

18. Saudara-saudara dan saudari-saudari yang belum terikat harus berhati-hati dalam hal apa, sehingga mereka tidak bersalah dalam menyalahgunakan kekuasaan?

18 Satu bidang lain lagi di mana orang-orang Kristen harus waspada agar tidak menyalahgunakan kekuasaan, ialah soal daya tarik seks. Sifat alamiah dari saudari-saudari muda memang membuat banyak dari mereka cenderung ingin menikah dan mempunyai anak. Akibatnya, saudara-saudara kadang-kadang mudah mempermainkan kasih dari saudari-saudari. Ini tentu merupakan penyalahgunaan kekuasaan. Paulus menasihati Timotius, ’Perlakukanlah perempuan tua sebagai ibu dan perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.’ Sebaliknya, wanita Kristen dinasihati untuk ”berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana.” Tidak soal sudah menikah atau masih lajang, mereka juga harus hati-hati untuk memperlihatkan ’kelakuan yang suci.’—1 Timotius 2:9; 5:2; 1 Petrus 3:2, Bode.

19. Selain memperlihatkan hikmat, keadilan, dan kasih, kita harus memperhatikan penggunaan dari sifat lain apa?

19 Banyak hal telah dikatakan dalam publikasi Alkitab kita mengenai orang-orang Kristen yang dibimbing oleh hikmat ilahi, mengenai menjalankan keadilan dalam semua urusan mereka, dan mengenai hal didorong oleh kasih yang berprinsip, a·gaʹpe. Artikel sebelumnya menunjukkan bahwa semua hamba Yehuwa harus juga memperhatikan mutu, sifat, atau soal memiliki kekuasaan. Mereka sekali-kali tidak boleh menggunakannya dengan salah melainkan selalu dengan benar. Memang Firman Allah dengan jelas menunjukkan hikmat ilahi dalam nasihat mengenai hal ini. Jika kita dengan hati-hati mentaatinya, kita akan membawa kepujian kepada nama Yehuwa, menjadi berkat bagi orang lain, dan akan mendapat perkenan Allah.

Nasihat Apa Yang Saudara Ingat?

◻ Bagaimana dapat dikatakan bahwa kita mempunyai kecenderungan sejak lahir untuk menyalahgunakan kekuasaan?

◻ Mengapa para penatua harus hati-hati agar mereka tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka?

◻ Dalam hal apa saja para suami dan istri tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan mereka dalam hubungan satu sama lain?

◻ Para orangtua maupun juga anak-anak harus menghindari apa dalam hal menyalahgunakan kekuasaan dalam hubungan mereka?

[Gambar di hlm. 24]

Simon berusaha menggunakan kekayaannya untuk mempengaruhi Petrus. Pelajaran apa dapat kita tarik?

[Gambar di hlm. 26]

Apakah anak saudara menyalahgunakan kuasa untuk memanipulasi saudara?

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan