Dahulukan Allah dalam Kehidupan Keluarga Saudara!
ROBERT DAN JENNY—pasangan suami-istri yang disebutkan dalam artikel sebelumnya—tidak sampai bercerai. Sebaliknya, mereka mendiskusikan kesulitan mereka dengan seorang rohaniwan Kristiani. Rohaniwan ini segera melihat bahwa kesulitan mereka pada dasarnya diakibatkan oleh latar belakang mereka yang sangat kontras.
Misalnya, karena Robert berasal dari keluarga pertukangan dan pekerja kasar dan ia sendiri seorang pekerja kasar, maka setiap pagi ia menginginkan sarapan yang benar-benar mengenyangkan. Jenny, yang berasal dari keluarga pegawai kantor, hanya menyajikannya kopi dan roti bakar. Begitulah, pertengkaran yang bermula dengan sarapan pagi meningkat menjadi perang besar!
Robert dan Jenny perlu memperbaiki komunikasi di antara mereka. Akan tetapi, penyebab yang sesungguhnya dari ketidakbahagiaan mereka lebih dari itu. ”Apakah kalian memandang satu sama lain menurut nasihat di 1 Korintus 13:4?” tanya rohaniwan itu. Ayat Alkitab itu berbunyi, ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” Ayat berikutnya mengatakan bahwa kasih ”tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain”. Baik Jenny maupun Robert bersedia menerapkan kata-kata ini dalam hubungan mereka sebagai suami-istri.
Problem-problem yang dihadapi pasangan suami-istri ini terutama menuntut pemecahan secara rohani. Karena Robert dan Jenny ingin mempertahankan hubungan yang baik dengan Allah, maka terutama sekali mereka perlu menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dan menyadari bahwa ”jikalau bukan [Yehuwa] yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya”. (Mazmur 127:1) Ayat 3 sampai 5 menyinggung soal pembinaan keluarga. Sukses terbesar dalam memperkembangkan kebahagiaan rumah tangga dicapai bila Allah didahulukan dalam kehidupan keluarga.—Efesus 3:14, 15.
Apa Artinya Mendahulukan Allah
Menaruh Allah di tempat pertama dalam kehidupan keluarga saudara berarti lebih dari sekadar mengikuti pepatah, ”Keluarga yang selalu berdoa bersama-sama akan tetap bersama-sama.” Menurut majalah Family Relations, banyak orang percaya bahwa ”agama mempermudah interaksi yang sehat dan positif dalam keluarga dan meningkatkan kepuasan hidup anggota-anggotanya”. Namun sekadar mempraktikkan agama tidak sama dengan mendahulukan Allah. Banyak yang secara formal taat beragama hanya karena kebiasaan, tradisi keluarga, atau keuntungan sosial. Allah tidak banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih penting lagi, tidak semua agama merupakan ”ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah”.—Yakobus 1:27.
Untuk menaruh Allah di tempat pertama dalam kehidupan keluarga kita, kita serta orang-orang yang kita kasihi harus menyembah Yehuwa, ”Yang Mahatinggi atas seluruh bumi”, sesuai dengan persyaratan-Nya. (Mazmur 83:19) Putra Allah, Kristus Yesus, berkata, ”Saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:23, 24) Untuk menyembah Allah Yehuwa ”dalam roh”, dinas kita yang suci kepada-Nya harus digerakkan oleh hati yang penuh kasih dan iman. (Markus 12:28-31; Galatia 2:16) Menyembah Yehuwa dengan ”kebenaran” menuntut agar kita menolak kepalsuan agama dan bertindak sepenuhnya sesuai dengan kehendak-Nya yang diungkapkan dalam Alkitab. Kita tidak mungkin menaruh Allah di tempat pertama jika agama kita tidak memenuhi standar-standar-Nya.a Apa beberapa di antara standar-standar itu? Bagaimana penerapannya dapat bermanfaat bagi keluarga saudara?
Mendahulukan Allah sebagai Suami
Di 1 Korintus 11:3, Alkitab berkata, ”Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.” Jika saudara seorang suami, saudara mempunyai tanggung jawab dari Allah untuk menjadi pembuat keputusan yang utama dalam keluarga saudara. Namun ini tidak berarti suami boleh menindas atau bertindak sebagai diktator.
Alkitab menganjurkan para suami untuk mempertimbangkan perasaan istri sewaktu mengambil keputusan yang mempengaruhi mereka berdua. (Bandingkan Kejadian 21:9-14.) Jelas, Alkitab mendesak kita semua untuk ’jangan hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’. (Filipi 2:2-4) Jika tidak ada prinsip Alkitab yang tersangkut, seorang suami Kristiani sering akan mengalah dan mengikuti keinginan istrinya. Jika ia memperhatikan kepentingan istrinya, ia juga akan mengatur agar tidak membebani istrinya dengan terlalu banyak tanggung jawab. Misalnya, ia dapat membantu melakukan tugas-tugas rutin rumah tangga, terutama bila istri mempunyai pekerjaan duniawi.
Rasul Paulus menulis, ”Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.” (Efesus 5:28, 29) Kristus Yesus berurusan dengan anggota-anggota jemaat dengan sikap pengasih.
Patut diperhatikan juga nasihat rasul Petrus, ”Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.” (1 Petrus 3:7) Tidakkah serius sekali untuk menyadari bahwa memperlakukan istri tanpa sifat kasih dapat menghalangi doa seorang suami? Ya, seorang pria harus memperlakukan istrinya dengan penuh kasih jika ia ingin Allah mendengar dan menjawab doanya.
Mendahulukan Allah juga mempengaruhi hubungan seorang ayah dengan anak-anaknya. Ia harus benar-benar memperhatikan kesejahteraan rohani mereka. Namun, dalam suatu survai besar di A.S., hanya separuh dari pria-pria dalam survai tersebut yang mengatakan bahwa ”partisipasi dalam pelajaran Alkitab atau dalam kelompok-kelompok diskusi” ’sangat penting untuk perkembangan rohani keluarga’. Yang lainnya mengatakan mereka hanya ”menonton atau mendengarkan siaran penyejuk iman” atau ’merenungkan arti hidup ini’.
Akan tetapi, Alkitab mengatakan kepada para ayah, ”Janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan [”Yehuwa”, NW].” (Efesus 6:4) Di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, para ayah diharapkan mengambil pimpinan dalam ibadah keluarganya. Dengan tetap tentu memimpin pelajaran Alkitab keluarga, menghadiri perhimpunan Kristen, serta hidup selaras dengan tuntutan lain dalam Alkitab, pria-pria menaruh Allah di tempat pertama dalam kehidupan keluarga.
Mendahulukan Allah sebagai Istri
Jika saudari seorang istri, saudari dapat mendahulukan Allah dengan mendukung suami saudari dalam peranannya sebagai kepala keluarga. Alkitab berkata, ”Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” (Kolose 3:18) Mungkin cukup sulit untuk melakukan ini jika seorang pria tidak suka berkomunikasi atau tidak bergairah untuk mengambil pimpinan dalam ibadat keluarganya. Namun, dengan terus-menerus menyorot kekurangannya atau, lebih buruk lagi, menentang dia, ini hanya akan menambah ketegangan dalam keluarga.
Amsal 14:1 mengatakan, ”Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.” Satu cara seorang istri yang sungguh bijaksana dapat mendahulukan Allah dan ”mendirikan rumahnya” adalah dengan tunduk kepada suaminya. (1 Korintus 11:3) Karena ”pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya”, ia menghindari sikap kritis yang tidak perlu terhadap suaminya. (Amsal 31:26) Ia juga bekerja keras agar keputusan suaminya berhasil baik.
Cara lain seorang istri mendahulukan Allah adalah dengan menjadi istri yang rajin. Tentu, jika ia harus bekerja duniawi, mungkin ia tidak punya waktu lagi maupun energi yang diperlukan untuk mengurus rumah seperti yang diinginkannya. Namun demikian, ia masih dapat berusaha menjadi seperti ”isteri yang cakap” yang mengenai dia Alkitab berkata, ”Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya.”—Amsal 31:10, 27.
Yang terpenting, seorang istri perlu terus mendahulukan ibadat kepada Allah dalam kehidupannya. Banyak orang yang untuk pertama kali datang ke Balai Kerajaan Saksi-Saksi Yehuwa terkesan dengan penampilan anak-anak yang rapi. Peranan istri dalam hal ini sangat berharga. Namun ia juga harus berupaya menjaga kerohaniannya dengan berdoa, belajar, dan melayani Allah.
Mendahulukan Allah sebagai Remaja
Sebuah artikel dalam Adolescent Counselor menyatakan, ”Anak-anak cenderung mengembangkan sikap dan filsafat yang membolehkan mereka menguasai orang-tua mereka. . . . Karena kaum remaja hidup dalam masyarakat yang menekankan dan mengagungkan kepuasan seketika serta kekayaan materi, mereka mengembangkan sikap ’saya mau itu sekarang juga’.” Jika saudara seorang remaja, begitukah sikap saudara?
Kolose 3:20 mengatakan, ”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.” Seorang remaja yang memandang ketaatan demikian sebagai tuntutan ilahi akan bekerja sama dengan orang-tuanya. Misalnya, ia tidak akan diam-diam menentang mereka dengan bergaul dengan teman-teman sekolah yang tidak mereka sukai; ia juga tidak akan dengan licik mencoba memperdayakan salah satu orang-tuanya untuk memuaskan keinginannya sendiri. (Amsal 3:32) Sebaliknya, setiap remaja yang menaruh Allah di tempat pertama dalam kehidupan akan tunduk kepada bimbingan orang-tua yang pengasih.
Terus Dahulukan Allah!
Tidak soal apa peranan kita dalam lingkungan keluarga, kita perlu menaruh Allah di tempat pertama dalam kehidupan dan memupuk hubungan yang erat dengan-Nya. Apakah saudara serta keluarga saudara melakukannya?
Pada ”hari-hari terakhir” ini, kita semua menghadapi ”masa yang sukar”. (2 Timotius 3:1-5) Namun demikian, kita dapat berkembang secara rohani dan selamat melewati akhir sistem ini. (Matius 24:3-14) Dengan bertindak selaras dengan pengetahuan Alkitab yang saksama, saudara dan keluarga saudara dapat memiliki harapan hidup kekal di bumi firdaus. (Yohanes 17:3; Lukas 23:43, NW; Wahyu 21:3, 4) Ya, demikianlah kelak jika saudara mendahulukan Allah dalam kehidupan keluarga saudara.
[Catatan Kaki]
a Lihat pasal 22 dari buku Saudara Dapat Hidup Kekal dalam Firdaus di Bumi, yang diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York Inc.
[Gambar di hlm. 5]
Seorang istri yang cakap sangat dihargai
[Gambar di hlm. 7]
Alkitab menganjurkan para suami untuk mengambil pimpinan dalam ibadat keluarganya