PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • w89 15/2 hlm. 4-10
  • Dari Siapa Kita Dapat Mengharapkan Keadilan Sejati?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Dari Siapa Kita Dapat Mengharapkan Keadilan Sejati?
  • Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
  • Subjudul
  • Bahan Terkait
  • Hadirin yang Menantang
  • Apakah Allah Tidak Dapat Dikenal?
  • Dari Satu Orang—Semua Orang
  • ’Carilah Allah, dan Temukan Dia’
    ”Memberikan Kesaksian yang Saksama tentang Kerajaan Allah”
  • Keterangan Tambahan Kisah—Pasal 17
    Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru (Edisi Pelajaran)
  • ”Teruslah Kerahkan Dirimu . . . dalam Pengajaran”
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—2010
  • Keadilan bagi Semua oleh Hakim yang Telah Ditentukan Allah
    Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
Lihat Lebih Banyak
Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa—1989
w89 15/2 hlm. 4-10

Dari Siapa Kita Dapat Mengharapkan Keadilan Sejati?

”Masakan Hakim segenap bumi tidak akan berlaku adil?”—KEJADIAN 18:25, The Holy Bible in Modern English, oleh Ferrar Fenton.

1, 2. Bagaimana tanggapan banyak orang terhadap ketidakadilan yang meluas?

MUNGKIN saudara menyadari dengan perasaan sedih bahwa ketidakadilan sudah umum. Bagaimana tanggapan saudara secara pribadi terhadap kurangnya keadilan sejati di mana-mana?

2 Sebagian orang menanggapi hal itu dengan meragukan adanya Allah yang adil. Mereka mungkin bahkan mengaku agnostik. Mungkin saudara pernah mendengar istilah itu. Ini memaksudkan seseorang yang merasa ”bahwa suatu realita tertinggi (seperti Allah) tidak dikenal dan kemungkinan tidak dapat dikenal.” Ahli biologi Thomas H. Huxley, seorang pendukung evolusi Darwin abad ke-19, adalah orang pertama yang menggunakan kata ”agnostik” untuk pengertian tersebut.a

3, 4. Apa latar belakang dari kata ”agnostik”?

3 Tetapi, dari mana Huxley memperoleh istilah ”agnostik”? Sebenarnya, ia mengambilnya dari ungkapan yang digunakan dengan arti lain oleh seorang ahli hukum abad pertama, rasul Paulus. Istilah ini muncul dalam salah satu khotbah yang paling terkenal dalam sejarah. Khotbah ini cocok untuk jaman sekarang, karena memberikan kepada kita dasar yang kuat untuk mengetahui bagaimana dan kapan keadilan bagi semua akan terwujud dan, selain itu, bagaimana kita secara pribadi dapat memperoleh manfaat daripadanya.

4 Kata ”agnostik,” (”tidak dikenal”) diambil dari kata-kata Paulus tentang sebuah mezbah dengan tulisan ”Kepada Allah yang tidak dikenal.” Khotbah singkat itu dicatat oleh dokter Lukas dalam pasal ke-17 dari buku Kisah Para Rasul yang bersejarah. Pasal itu mula-mula menerangkan bagaimana Paulus sampai berada di Atena. Dalam kotak (di halaman 6), saudara dapat membaca keterangan pengantar dari Lukas dan naskah seluruh khotbah tersebut.

5. Dengan latar belakang apa Paulus memberikan khotbahnya kepada orang-orang Atena? (Mintalah agar Kisah 17:16-31 dibacakan.)

5 Khotbah Paulus benar-benar tegas dan patut kita perhatikan dengan saksama. Karena dikelilingi oleh ketidakadilan yang sangat mencolok, kita dapat belajar banyak dari khotbah itu. Pertama-tama, perhatikan latar belakangnya, yang dapat saudara baca dalam Kisah 17:16-21. Orang Atena merasa bangga tinggal di pusat ilmu pengetahuan yang terkenal, tempat Socrates, Plato, dan Aristotle mengajar. Atena juga sebuah kota yang amat religius. Di mana-mana Paulus dapat melihat patung-patung—dari dewa perang Ares, atau Mars; Zeus; Aesculapius, dewa obat-obatan; dewa laut yang kejam, Poseidon; Dionisius, Atena, Eros, dan dewa-dewa lain.

6. Bagaimana daerah saudara dibanding dengan apa yang Paulus dapati di Atena?

6 Namun, bagaimana sekiranya Paulus memeriksa kota atau daerah saudara? Ia mungkin akan melihat banyak berhala atau patung-patung agama, bahkan di negeri-negeri Susunan Kristen. Di tempat lain, ia dapat melihat lebih banyak lagi. Sebuah buku petunjuk mengatakan, ”Dewa-dewa orang India, tidak seperti ’saudara-saudara’ Yunani mereka yang tidak berpendirian tetap, hanya mempunyai satu istri, dan beberapa dari kekuasaan yang paling hebat diserahkan kepada dewi-dewi pasangan mereka . . . Tanpa dibesar-besarkan, ada jutaan dewa yang menangani semua bentuk kehidupan dan alam.”

7. Seperti apakah dewa-dewa Yunani purba itu?

7 Banyak dewa Yunani digambarkan picik dan sangat imoral. Kelakuan mereka memalukan jika manusia yang melakukannya, ya, dianggap kejahatan di kebanyakan negeri dewasa ini. Maka, saudara mempunyai alasan yang kuat untuk bertanya, keadilan macam apakah yang dapat diharapkan oleh orang-orang Yunani pada jaman dulu dari dewa-dewa sedemikian. Meskipun begitu, Paulus melihat bahwa orang Atena sangat berbakti kepada mereka. Karena dipenuhi dengan keyakinan yang benar, ia mulai menjelaskan kebenaran yang luhur dari Kekristenan sejati.

Hadirin yang Menantang

8. (a) Kepercayaan dan pandangan apa yang dimiliki golongan Epikuros? (b) Apa yang dipercayai oleh golongan Stoa?

8 Beberapa orang Yahudi dan Yunani mendengarkan dengan penuh minat, tetapi bagaimana reaksi para filsuf Epikuros dan Stoa yang berpengaruh? Seperti akan saudara lihat, pendapat mereka dalam banyak hal serupa dengan keyakinan yang umum dewasa ini, bahkan dengan apa yang diajarkan kepada kaum remaja di sekolah. Golongan Epikuros menganjurkan untuk hidup menikmati kesenangan sebanyak mungkin, terutama kesenangan secara mental. Filsafat mereka ’mari makan dan minum, sebab besok kita mati’ tidak mengenal prinsip dan kebajikan. (1 Korintus 15:32) Mereka tidak percaya bahwa dewa-dewa menciptakan alam semesta; sebaliknya, mereka percaya bahwa kehidupan muncul secara kebetulan dalam alam semesta yang mekanis. Selain itu, dewa-dewa tidak berminat kepada manusia. Bagaimana dengan golongan Stoa? Mereka menandaskan logika, percaya bahwa zat dan tenaga adalah prinsip-prinsip asasi di alam semesta. Golongan Stoa membayangkan adanya dewa yang bukan suatu pribadi, dan tidak percaya kepada Allah sebagai suatu Pribadi. Mereka juga percaya bahwa nasib mengatur hal ihwal manusia.

9. Mengapa keadaan yang dihadapi Paulus benar-benar suatu tantangan untuk memberitakan?

9 Bagaimana sambutan para filsuf tersebut terhadap ajaran Paulus kepada masyarakat? Perasaan ingin tahu bercampur dengan keangkuhan mental merupakan sifat orang Atena pada waktu itu, dan para filsuf ini mulai berdebat dengan Paulus. Akhirnya, mereka membawanya ke Areopagus. Di sebelah atas pasar Atena, tetapi di bawah Akropolis yang menjulang tinggi, terdapat sebuah bukit yang berbatu-batu yang disebut dengan nama dewa perang, Mars atau Ares, yaitu Bukit Mars atau Areopagus. Pada jaman dulu pengadilan atau rapat dewan dilangsungkan di sana. Paulus kemungkinan besar sedang diajukan ke pengadilan, bisa jadi berkumpul di tempat yang menghadap Akropolis yang megah, dengan gedung Parthenon yang terkenal maupun kuil-kuil dan patung-patung lain. Beberapa orang berpendapat bahwa sang rasul sedang dalam bahaya karena undang-undang Roma melarang memperkenalkan dewa-dewa baru. Tetapi sekalipun Paulus dibawa ke Areopagus hanya untuk menjelaskan kepercayaannya atau untuk menunjukkan apakah ia seorang guru yang cakap, ia menghadapi hadirin yang tangguh. Dapatkah ia menjelaskan beritanya yang penting secara terinci tanpa membuat mereka tidak bersimpati?

10. Bagaimana Paulus dengan bijaksana mengawali keterangannya?

10 Perhatikan dari Kisah 17:22, 23 betapa hati-hati dan bijaksana Paulus memulai ulasannya. Ketika ia mengakui betapa religius orang-orang Atena itu dan betapa banyak patung-patung yang mereka miliki, beberapa dari pendengarnya mungkin menganggap hal itu suatu pujian. Sebaliknya dari menyerang politeisme [kepercayaan kepada banyak allah] mereka, Paulus memusatkan perhatian kepada sebuah mezbah yang telah dilihatnya, yang dibaktikan ”Kepada Allah yang tidak dikenal.” Bukti-bukti sejarah memperlihatkan bahwa mezbah-mezbah sedemikian pernah ada, yang seharusnya menguatkan keyakinan kita kepada kisah Lukas. Paulus menggunakan mezbah ini sebagai batu loncatan. Orang Atena sangat menghargai ilmu dan logika. Namun mereka mengakui bahwa ada allah yang bagi mereka ”tidak dikenal” (bahasa Yunani, a’gno.stos). Maka masuk akal jika mereka mengijinkan Paulus untuk menjelaskan tentang Dia kepada mereka. Tidak seorang pun dapat menyalahkan jalan pikiran itu, bukan?

Apakah Allah Tidak Dapat Dikenal?

11. Cara bagaimana Paulus mengajak hadirinnya untuk berpikir tentang Allah yang benar?

11 Nah, seperti apakah ”Allah yang tidak dikenal” ini? ”Allah” ini telah menjadikan bumi dan segala isinya. Tak seorang pun akan menyangkal bahwa alam semesta ada, bahwa tumbuh-tumbuhan dan binatang ada, bahwa kita manusia ada. Kekuasaan dan kecerdasan, ya, hikmat, yang nyata dalam semua hal ini menunjukkan bahwa ini adalah karya dari Pencipta yang berhikmat dan berkuasa, bukan suatu kebetulan belaka. Sebenarnya, jalan pikiran Paulus lebih tepat lagi pada jaman kita.—Wahyu 4:11; 10:6.

12, 13. Bukti jaman modern apa mendukung pernyataan yang Paulus buat?

12 Belum lama berselang, dalam buku In the Centre of Immensities (Dalam Pusat Alam Yang Sangat Luas), ahli astronomi Inggris Sir Bernard Lovell menulis mengenai luar biasa rumitnya bentuk kehidupan yang paling sederhana di bumi. Ia juga membicarakan apakah kehidupan sedemikian kemungkinan muncul secara kebetulan. Kesimpulannya, ”Kemungkinan dari . . . pemunculan secara kebetulan yang mengarah kepada terbentuknya salah satu molekul protein yang paling kecil adalah sangat kecil dan tidak dapat dibayangkan. Dalam batas waktu dan ruang yang sedang kita bicarakan hal itu benar-benar nol.”

13 Atau pikirkan ekstrem satunya—alam semesta kita. Para astronom menggunakan peralatan elektronik untuk mempelajari asal mulanya. Apa yang mereka temukan? Dalam buku God and the Astronomers (Allah dan Para Astronom), Robert Jastrow menulis, ”Kini kami melihat bagaimana bukti astronomi mengarah kepada pandangan Alkitab mengenai asal mula dunia.” ”Bagi ilmuwan yang hidup menurut keyakinannya kepada kekuatan akal, ceritanya berakhir bagaikan mimpi buruk. Ia telah mendaki gunung ketidaktahuan; ia sudah akan menaklukkan puncak yang tertinggi; pada saat ia melangkahi batu terakhir, ia disambut oleh sekumpulan teolog [orang-orang yang percaya kepada penciptaan] yang telah duduk di sana selama berabad-abad.”—Bandingkan Mazmur 19:2.

14. Logika apa mendukung pernyataan Paulus bahwa Allah tidak tinggal dalam kuil-kuil buatan tangan manusia?

14 Jadi kita dapat melihat betapa saksama komentar Paulus dalam Kisah 17:24, yang membawa kita kepada buah pikirannya yang berikut, dalam ayat 25. Allah yang berkuasa yang dapat menjadikan ”bumi dan segala isinya” tentu lebih agung daripada alam semesta yang kelihatan. (Ibrani 3:4) Maka tidak masuk akal untuk berpikir bahwa Ia terikat untuk tinggal dalam kuil-kuil, khususnya yang telah dibangun oleh manusia yang mengaku di depan umum bahwa Ia ”tidak dikenal” oleh mereka. Benar-benar suatu pokok yang ampuh bagi para filsuf yang pada saat itu mungkin sedang memandang kuil-kuil di atas mereka!—1 Raja 8:27; Yesaya 66:1.

15. (a) Mengapa Atena ada dalam pikiran sidang pendengar Paulus? (b) Kenyataan bahwa Allah adalah Pemberi seharusnya mengarah kepada kesimpulan apa?

15 Mungkin para pendengar Paulus telah melakukan bakti mereka di Akropolis kepada salah satu patung dewi pelindung mereka, Atena. Atena yang dipuja di Parthenon terbuat dari gading dan emas. Ada sebuah patung lain dari Atena setinggi kira-kira 21 meter, yang dapat dilihat oleh kapal-kapal di laut. Dan dikatakan bahwa berhala yang dikenal sebagai Atena Polias jatuh dari surga; orang-orang secara tetap tentu membawa jubah baru yang dijahit tangan untuk patung tersebut. Tetapi, jika Allah yang tidak mereka kenal adalah Pribadi tertinggi dan telah menciptakan alam semesta, mengapa Ia perlu dilayani dengan barang-barang yang dibawa oleh manusia? Ia memberikan apa yang kita butuhkan, ”hidup” kita, ”nafas” yang kita butuhkan untuk mempertahankannya, dan ”segala sesuatu,” termasuk matahari, hujan, dan tanah subur yang menumbuhkan makanan kita. (Kisah 14:15-17; Matius 5:45) Ia adalah Pemberi, manusia penerimanya. Sang Pemberi tentu tidak bergantung kepada para penerima!

Dari Satu Orang—Semua Orang

16. Apa yang Paulus nyatakan mengenai asal usul manusia?

16 Kemudian dalam Kisah 17:26, Paulus menyatakan kebenaran yang seharusnya direnungkan oleh banyak orang dewasa ini, terutama karena begitu banyaknya ketidakadilan rasial dewasa ini. Ia mengatakan bahwa ”dari satu orang saja [sang Pencipta] telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi.” Gagasan bahwa umat manusia adalah suatu kesatuan atau persaudaraan (dan makna bagi keadilan) adalah sesuatu yang patut dipertimbangkan orang-orang tersebut sebab orang Atena mengaku mempunyai asal usul yang istimewa yang memisahkan mereka dari manusia-manusia lainnya. Tetapi, Paulus percaya kepada kisah buku Kejadian mengenai manusia pertama, Adam, yang menjadi bapa kita semua. (Roma 5:12; 1 Korintus 15:45-49) Namun saudara mungkin bertanya, ’Dapatkah konsep semacam itu dipertahankan pada jaman kita yang modern dan ilmiah ini?’

17. (a) Bagaimana beberapa bukti pada jaman modern juga mengarah kepada hal yang sama seperti yang Paulus lakukan? (b) Apa hubungannya hal ini dengan keadilan?

17 Menurut teori evolusi, manusia berevolusi di berbagai tempat dan menjadi berbagai jenis. Tetapi pada awal tahun lalu, majalah Newsweek mengisi rubrik ilmu pengetahuannya dengan ”Upaya Mencari Adam dan Hawa.” Perhatian dipusatkan pada perkembangan dalam bidang genetika baru-baru ini. Walaupun, seperti dapat kita duga, tidak semua ilmuwan setuju, gambaran yang ditampilkan menyimpulkan bahwa secara genetika semua orang mempunyai nenek moyang yang sama. Karena, seperti dikatakan Alkitab lama berselang, kita semua bersaudara, tidakkah sepatutnya ada keadilan bagi semua? Tidakkah kita semua berhak mendapat perlakuan yang adil tidak soal warna kulit, rambut, atau ciri-ciri luar lainnya? (Kejadian 11:1; Kisah 10:34, 35) Namun, kita masih harus mengetahui bagaimana dan kapan keadilan akan datang bagi umat manusia.

18. Apa dasar untuk pernyataan Paulus tentang cara Allah berurusan dengan manusia?

18 Nah, dalam ayat 26, Paulus menunjukkan bahwa sang Pencipta dapat diharap akan mempunyai kehendak, atau maksud-tujuan yang adil, bagi umat manusia. Sang rasul mengetahui bahwa ketika Allah berurusan dengan bangsa Israel, Ia menentukan tempat kediaman mereka dan bagaimana bangsa lain dapat memperlakukan mereka. (Keluaran 23:31, 32; Bilangan 34:1-12; Ulangan 32:49-52) Tentu, para pendengar Paulus dapat dengan sombong menerapkan komentar-komentarnya khusus kepada diri mereka. Sesungguhnya, apakah mereka mengetahuinya atau tidak, secara nubuat Allah Yehuwa telah menyingkapkan kehendak-Nya tentang waktu, atau saat dalam sejarah, manakala Yunani akan menjadi kuasa dunia kelima yang termasyhur. (Daniel 7:6; 8:5-8, 21; 11:2, 3) Karena Pribadi ini bahkan dapat menggunakan bangsa-bangsa, tidakkah sepatutnya kita ingin belajar tentang Dia?

19. Mengapa pernyataan Paulus dalam Kisah 17:27 masuk akal?

19 Halnya bukan seolah-olah Allah telah membiarkan kita buta tentang-Nya, sehingga kita mencari-cari dalam gelap. Ia memberi orang Atena dan kita dasar untuk belajar tentang Dia. Dalam Roma 1:20 Paulus belakangan menulis, ”Apa yang tidak nampak dari pada [Allah], yaitu kekuatanNya yang kekal dan keilahianNya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia diciptakan.” Jadi, Allah sebenarnya tidak jauh dari kita jika kita ingin mencari Dia dan belajar tentang Dia.—Kisah 17:27.

20. Bagaimana benar bahwa karena Allah maka ”kita hidup, kita bergerak, kita ada”?

20 Penghargaan seharusnya mendorong kita untuk berbuat demikian, seperti disarankan oleh Kisah 17:28. Allah telah mengaruniakan kehidupan kepada kita. Sesungguhnya, kehidupan kita tidak sesederhana kehidupan sebuah pohon. Kita, dan kebanyakan hewan, mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam melakukan bermacam-macam kegiatan. Tidakkah kita merasa bahagia karena itu? Tetapi Paulus membahas hal itu lebih jauh. Kita hidup sebagai makhluk cerdas dengan kepribadian. Dengan otak yang kita peroleh dari Allah, kita dapat berpikir, memahami prinsip-prinsip yang abstrak (seperti keadilan sejati), dan berharap—ya, menantikan pelaksanaan kehendak Allah di masa depan. Seperti dapat saudara mengerti, Paulus tentu menyadari bahwa akan berat bagi para filsuf Epikuros dan Stoa untuk menerima ini. Untuk membantu mereka, ia mengutip beberapa pujangga Yunani yang mereka kenal dan hormati, yang juga berkata, ”Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.”

21. Kenyataan bahwa kita adalah keturunan Allah seharusnya mempengaruhi kita dalam hal apa?

21 Jika orang mengaku bahwa kita adalah keturunan, atau hasil karya, Allah Yang Mahatinggi, maka selayaknya mereka harus berharap kepada-Nya untuk mendapatkan bimbingan cara bagaimana mereka harus hidup. Saudara harus mengagumi keberanian Paulus, karena ia berdiri hampir dalam bayangan Akropolis. Dengan berani ia menyatakan bahwa Pencipta kita tentu lebih mulia daripada patung apapun buatan tangan manusia, bahkan yang terbuat dari emas dan gading di Parthenon. Kita semua yang menerima keterangan Paulus tentu setuju pula bahwa Allah tidak seperti berhala-berhala yang disembah orang dewasa ini.—Yesaya 40:18-26.

22. Bagaimana pertobatan tersangkut dalam kita menerima keadilan?

22 Ini bukan sekedar soal teknis untuk diterima secara mental seraya seseorang tetap hidup seperti sebelumnya. Paulus menegaskan ini dalam ayat 30, ”Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan [yaitu membayangkan bahwa Allah bagaikan berhala yang lemah atau mau menerima ibadat melalui berhala-berhala tersebut], maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.” Jadi, seraya ia mengakhiri khotbahnya dengan kesimpulan yang tegas, Paulus mengemukakan suatu hal yang mengejutkan—pertobatan! Jadi jika kita berharap kepada Allah untuk menikmati keadilan sejati, ini berarti kita harus bertobat. Apa yang dituntut dari kita? Dan bagaimana Allah akan menyediakan keadilan bagi semua?

[Catatan Kaki]

a Seperti banyak orang dewasa ini, Huxley memperhatikan ketidakadilan Susunan Kristen. Dalam sebuah karangan mengenai agnostikisme, ia menulis, ”Andai kata kita dapat melihat . . . derasnya kemunafikan dan kejahatan, dusta, pembantaian, pelanggaran atas setiap kewajiban kemanusiaan, yang mengalir dari sumber ini bersamaan dengan jalannya sejarah bangsa-bangsa Kristen, bayangan kita yang paling buruk mengenai Neraka akan tampak kurang mengerikan dibanding penglihatan ini.”

Dapatkah Saudara Menjawab?

◻ Keadaan agama apa yang Paulus dapati di Atena, dan bagaimana keadaan yang serupa juga terdapat dewasa ini?

◻ Dalam hal apa saja Allah lebih agung daripada semua ilah palsu yang biasa disembah di Atena pada jaman Paulus?

◻ Fakta dasar apa mengenai cara Allah menciptakan umat manusia menyatakan bahwa harus ada keadilan bagi semua?

◻ Bagaimana seharusnya tanggapan umat manusia setelah mengetahui kebesaran Allah?

[Kotak di hlm. 6]

Keadilan bagi Semua—Kisah, Pasal 17

”16 Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. 17 Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. 18 Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: ’Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?’ Tetapi yang lain berkata: ’Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing.’ Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitannya. 19 Lalu mereka membawanya menghadap sidang Areopagus dan mengatakan: ’Bolehkah kami tahu ajaran baru mana yang kauajarkan ini? 20 Sebab engkau memperdengarkan kepada kami perkara-perkara yang aneh. Karena itu kami ingin tahu, apakah artinya semua itu.’ 21 Adapun orang-orang Atena dan orang-orang asing yang tinggal di situ tidak mempunyai waktu untuk sesuatu selain untuk mengatakan atau mendengar segala sesuatu yang baru. 22 Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata:

”’Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. 23 Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. 24 Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, 25 dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. 26 Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, 27 supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. 28 Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.

29”’Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. 30 Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. 31 Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”

[Kotak di hlm. 7]

Alam Semesta Diciptakan

Pada tahun 1980 Dr. John A. O’Keefe, dari NASA (Badan Antariksa dan Aeronotika Nasional di A. S.), menulis, ”Saya sependapat dengan Jastrow bahwa astronomi modern telah menemukan bukti yang dapat dipercaya bahwa Alam Semesta telah diciptakan kira-kira lima belas sampai dua puluh milyar tahun yang lalu.” ”Saya sangat terkesan melihat bagaimana bukti Penciptaan . . . tertera dengan begitu jelas di atas segala sesuatu di sekeliling kita, batu-batu karang, langit, gelombang radio, dan pada hukum-hukum fisika yang paling asasi.”

[Kotak di hlm. 9]

”Upaya Mencari Adam dan Hawa”

Di bawah judul itu, sebuah artikel dalam Newsweek sebagian berbunyi, ”Penggali kawakan Richard Leakey menyatakan pada tahun 1977, ’Tidak ada suatu pusat manapun yang menjadi tempat kelahiran manusia modern.’ Tetapi para ahli genetika kini cenderung berpendapat lain . . . ’Jika itu benar, dan saya mau bertaruh untuk itu, gagasan ini luar biasa penting,’ ujar Stephen Jay Gould, ahli paleontologi dan penulis di Universitas Harvard. ’Hal ini menyadarkan kita bahwa semua manusia, walaupun bentuk luarnya berbeda, benar-benar adalah anggota dari satu kesatuan tunggal yang berasal dari satu tempat dan mempunyai permulaan yang belum lama. Ada semacam persaudaraan biologis yang jauh lebih mendalam daripada yang kita kira semula.’”—11 Januari 1988.

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan