PERPUSTAKAAN ONLINE Menara Pengawal
PERPUSTAKAAN ONLINE
Menara Pengawal
Indonesia
  • ALKITAB
  • PUBLIKASI
  • PERHIMPUNAN
  • g85_No11 hlm. 28-30
  • Mengapa Saya Harus Menunjukkan Sopan Santun?

Tidak ada video untuk bagian ini.

Maaf, terjadi error saat ingin menampilkan video.

  • Mengapa Saya Harus Menunjukkan Sopan Santun?
  • Sedarlah!—1985 (No. 11)
  • Subjudul
  • Sopan Santun—Mengapa Begitu Penting?
  • Mengembangkan Kesopanan
  • Mempraktekkan Sopan Santun
Sedarlah!—1985 (No. 11)
g85_No11 hlm. 28-30

Kaum Remaja Bertanya . . .

Mengapa Saya Harus Menunjukkan Sopan Santun?

WANITA-WANITA dengan kasar saling mendorong untuk memperebutkan barang-barang obral di toko-toko serba ada. Pria-pria saling berdesakan mendahului yang lain pada waktu mereka masuk ke sebuah lift. Anak-anak muda mendorong ke samping orang-orang yang sudah tua dan lemah pada waktu mereka berjalan di jalan-jalan. Anda mungkin pernah melihat tidak adanya sopan santun serupa itu.

Sebuah artikel dalam majalah Newsweek pernah menyatakan: ”Dalam diri makin banyak orang dewasa, sopan santun apapun yang pernah mereka miliki telah dikikis oleh tekanan-tekanan besar dalam kehidupan sehari-hari: kerumunan orang-orang, kebisingan, kekejaman yang semakin meningkat, di layar putih, dalam bacaan-bacaan . . . [Hal-hal ini] telah mematikan [sopan santun].” Pembantaian atas sopan santun ini terutama nyata terlihat di kota-kota besar. Kereta-kereta api bawah tanah di kota New York, misalnya, disebut suatu ”Komedi-Tragis dari Tidak Adanya Sopan Santun.” Saling mendorong dan berdesakan nampaknya menjadi bagian dari peraturan ”etiket” yang tidak tertulis dari kereta-kereta api bawah tanah.

Tetapi menarik sekali, ada anak-anak muda yang kelihatannya benar-benar prihatin dengan problem ini. Sebenarnya, sebuah majalah remaja yang populer bahkan memuat suatu artikel dari seorang penulis yang menyebut dirinya ”Nona Sopan Santun.” Bagaimanapun juga, mungkin anda bertanya pada diri sendiri apakah mempunyai sopan santun ada gunanya untuk dipersoalkan. ’Bagaimana memperbaiki sopan santunku dapat bermanfaat bagiku?’ anda mungkin bertanya. ’Apa gunanya mengatakan ”tolong” dan ”terima kasih”?’

Sopan Santun—Mengapa Begitu Penting?

Ada pepatah, ”Hal-hal kecil banyak artinya.” Sopan santun adalah bagaikan unsur-unsur seperti kobalt molybdenum dan boron. Meskipun hanya sedikit sekali dari unsur-unsur ini ada dalam makanan kita, hal itu sangat penting bagi kesehatan kita. Demikian pula, ibu anda mungkin menggunakan hanya sedikit sekali sari rasa atau garam pada waktu membuat makanan kesukaan anda. Namun ”hal-hal kecil” inilah yang membuat masakannya sukses. Sopan santun adalah seperti minyak dan gemuk yang melancarkan bekerjanya mesin-mesin.

Maka sopan santun termasuk di antara ”hal-hal kecil” yang membuat hidup ini menyenangkan. Pikirkan sejenak: Tidakkah anda merasa senang bergaul dengan seseorang yang memperlihatkan sopan santun? Apakah anda tidak merasa kesal jika seseorang bersikap kasar atau tidak menunjukkan timbang rasa? Jika demikian, ingatlah peraturan emas yang terkenal, ”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”—Matius 7:12.

Tetapi ada manfaat-manfaat praktis lain dalam menunjukkan sopan santun. Anda, misalnya, berminat untuk bekerja. Buku Your Working Life: A Guide to Getting and Holding a Job menyebutkan beberapa hal yang akan membantu anda memberikan kesan yang baik kepada seorang majikan. Di antaranya ialah kesopanan, dandanan yang baik dan rasa hormat. Apakah anda berminat pada suatu hari mendapat teman hidup yang cocok? Dalam sebuah penyelidikan, pria-pria remaja ditanya sifat-sifat apa menurut mereka yang menarik dalam diri lawan jenis mereka. ”Penuh perhatian terhadap orang-orang lain” merupakan sifat yang banyak disebutkan. Dalam suatu penyelidikan lain, gadis-gadis remaja diminta untuk melukiskan ”suami idaman.” Mengherankan, hanya 30 persen dari gadis-gadis yang diminta pendapatnya menganggap tampang (wajah) itu penting. Yang jauh lebih penting bagi mereka adalah bahwa seorang calon suami mempunyai timbang rasa.

Mengingat ini semua, tidak mengherankan jika Amy Vanderbilt mengatakan dalam bukunya yang terkenal mengenai etiket: ”Hanya seseorang yang sangat bodoh atau jenius yang hebat yang kemungkinan dapat melanggar semua sopan santun umum tanpa mendapat hukuman, dan tidak seorang pun, yang berbuat demikian, menjadi teman yang paling menyenangkan.”

Mengembangkan Kesopanan

Tetapi, bagaimana anda mengembangkan kesopanan? Dengan menggunakan waktu berjam-jam mempelajari buku-buku tentang etiket? Dengan menghafalkan suatu daftar peraturan yang panjang? Tidak perlu, meskipun buku-buku dan peraturan-peraturan etiket memang perlu. Secara garis besar, memperlihatkan sopan santun hanyalah soal menerapkan prinsip-prinsip dasar dari Kekristenan. Maka rasul Paulus menasihati orang-orang Kristen untuk ”mengenakan Tuhan Yesus Kristus,” atau seperti dikatakan dalam catatan kaki dari New World Translation (edisi 1960) mengenai ayat ini, ”tirulah sopan santun Tuhan.” (Roma 13:14) Kristus sangat memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang-orang lain. (Bandingkan Matius 15:32.) Ia menghargai usaha-usaha orang lain. (Markus 14:3-9) Karena ia ”lemah lembut dan rendah hati,” orang-orang merasakan pergaulan dengannya suatu pengalaman yang ’menyegarkan’ (NW)—Matius 11:28-30.

Anda, juga, dapat memupuk perhatian yang tidak mementingkan diri terhadap orang-orang lain seperti Kristus. Bagaimana? Dengan membaca tentang dan merenungkan haluan hidup Kristus. Seseorang yang mempraktekkan ajaran-ajaran Kristus jarang akan dikritik karena tidak memperlihatkan sopan santun.

Meskipun demikian, dalam keadaan-keadaan tertentu anda diminta untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan khusus untuk tingkah laku. Rasul Paulus, misalnya, memberikan petunjuk yang tegas kepada pemuda Timotius, agar ia ”tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah.” (1 Timotius 3:15) Orangtua anda dapat memberi anda petunjuk-petunjuk yang serupa.

Memang, tidak semua anak muda memandangnya demikian. Yanto yang masih muda mengeluh: ”Orangtuaku merasa aku harus bertindak seperti mereka. Mereka mengatakan, ’Tunjukkan kesopanan,’ dan aku mengatakan, ’Aku tidak perduli, aku bertindak dengan cara yang aku mau.’” Tetapi kita tidak dapat selalu melakukan apa yang kita inginkan. Para orangtua biasanya menyadari hal ini dan karena itu ingin sekali agar anda belajar sopan santun. Itulah sebabnya mereka dapat menurut beberapa hal dari anda.

Misalnya, mereka mungkin menuntut agar anda menjaga kamar anda bersih. (Menyedihkan bahwa ada orangtua yang sudah tidak perduli lagi dalam hal ini. Misalnya ada orangtua yang mengatakan, ”Ia boleh mengatur kamarnya seperti yang ia mau, tetapi ia harus tinggal di situ.”) Orangtua yang prihatin tahu bahwa kamar anda mencerminkan diri anda. Bagaimana pendapat orang lain tentang anda jika anda mengundang mereka ke dalam kamar yang kotor atau penuh dengan pakaian berserakan? Orangtua anda juga menyadari bahwa pada suatu hari anda akan mempunyai tempat tinggal sendiri yang harus anda urus. Bagaimana caranya anda akan merapikannya? Karena itu, menyambut baik petunjuk-petunjuk orangtua anda dalam soal-soal demikian merupakan suatu langkah penting dalam belajar kesopanan.

Mempraktekkan Sopan Santun

Kini marilah kita membahas beberapa keadaan. Apakah anda dengan sembarangan membuang sampah di mana-mana atau apakah anda menunggu sampai dapat membuangnya di tempat sampah yang tersedia? Banyak orang merasa bahwa sedikit sampah di sekeliling tidak akan ada artinya. Namun lihatlah apa yang terjadi di kota-kota, sungai-sungai, taman-taman umum dan tempat-tempat piknik! Sampah dan polusi ada di mana-mana. Tanyalah pada diri sendiri, ’Apakah saya merasa senang mengunjungi tempat-tempat yang telah dirusak oleh orang-orang yang tidak mempunyai timbang rasa dan tidak sopan?’

Kadang-kadang kaum muda membuat sejenis polusi lain lagi—memenuhi lingkungan dengan bahasa yang kotor. Ada anak-anak muda yang nampaknya senang mengucapkan kata-kata cabul. Dan sikap tidak perduli ini dengan mudah dapat menular jika anda tidak hati-hati. Sesungguhnya, anda tidak usah mengijinkan orang-orang yang tidak sopan mempengaruhi anda. Sebaliknya anda dapat menerapkan nasihat Alkitab: ”Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu.”—Efesus 4:29.

Bagaimana dengan mengemudikan kendaraan? Tidak soal anda naik sepeda atau mengemudikan mobil keluarga, sopan santun di jalan penting. Setan jalanan bukan hanya menjengkelkan bagi orang-orang lain tetapi juga suatu bahaya terhadap keselamatan. Mengemudi dengan tidak sabar dan kecepatan tinggi juga dapat membahayakan. Sebuah artikel dalam Gift beberapa waktu yang lalu mengingatkan kaum muda bahwa ”kecelakaan mobil benar-benar merupakan penyebab utama dari kematian bagi orang-orang berusia 15 sampai 24 tahun.” Dan apa yang sering menjadi penyebab dari kecelakaan ini? Artikel itu melanjutkan, ”Lebih banyak remaja ditangkap karena melampaui batas kecepatan yang diijinkan dari pada karena pelanggaran lain di jalan.” Jadi taatilah peraturan-peraturan di jalan dan janganlah membahayakan diri anda sendiri dan orang-orang lain.

Waktu-waktu makan juga merupakan kesempatan untuk memperlihatkan sopan santun. Ada anak-anak muda yang mulai makan sebelum doa diucapkan. Yang lain dengan rakus makan lebih banyak dari pada bagian mereka. Dan meskipun baik untuk berbicara dan menceritakan pengalaman-pengalaman, apakah patut untuk memborong percakapan, terutama jika ada orang-orang dewasa?

Saran-saran ini dapat terbukti berguna. Memang, kadang-kadang anda tanpa disadari membuat kesalahan dan mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung perasaan. Tetapi anda dapat mencegah suatu keadaan yang buruk menjadi lebih buruk dengan mengetahui bagaimana meminta maaf dengan sopan. Ingatlah apa yang benar-benar dapat mendorong sopan santun—kasih Kristen. Bahkan dalam suatu abad di mana segala sesuatu nampaknya telah gagal, ”kasih” Kristen ”tidak berkesudahan.”—1 Korintus 13:4-8.

[Gambar di hlm. 29]

Sopan santun termasuk menawarkan bantuan kepada orang-orang lain

    Publikasi Menara Pengawal Bahasa Indonesia (1971-2025)
    Log Out
    Log In
    • Indonesia
    • Bagikan
    • Pengaturan
    • Copyright © 2025 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
    • Syarat Penggunaan
    • Kebijakan Privasi
    • Pengaturan Privasi
    • JW.ORG
    • Log In
    Bagikan